• Tidak ada hasil yang ditemukan

sawit dan kernel. Pada proses pengolahan di stasiun kernel, biji dan serabut

(fiber) masih menyatu di cake breaker conveyor, kemudian dengan uap

panas pada conveyor serabut dan biji terpisah. Kadar asam lemak bebas

adalah reaksi pembentukan hidrolisis otokatalitik dan lipolisis oleh enzim

lipotik kernel maupun oleh jamur yang suhu optimum pertumbuhannya

adalah 420-540C ini dapat terjadi pada tumpukan kernel yang lembab. Untuk

memperoleh kernel yang memberikan minyak dengan kadar asam lemak

bebas rendah diperlukan kadar kernel pecah yang rendah. Maka dalam hal

ini dilakukan penelitian dengan judul ASAM LEMAK BEBAS (ALB)

KERNEL SELAMA PENYIMPA dalam

B. Rumusan Masalah

1. Berapakah kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam kernel dari

PT. Sasana Yudha Bhakti?

2. Apakah hasil yang diperoleh telah memenuhi standar mutu yang

ditetapkan oleh pihak Standar Nasional Indonesia (SNI)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam kernel

dari PT. Sasana Yudha Bhakti

2. Untuk mengetahui apakah kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam kernel memenuhi standar yang ditentukan oleh Standar Nasional Indonesia

D. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini, kita dapat

mengetahui dan memberikan informasi mengenai kadar asam lemak bebas

yang terkandung dalam kernel yang dapat mempengaruhi mutu kernel yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang

diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali

ditemukan di hutan belantara negara tersebut. Kelapa sawit pertama kali

masuk ke Indonesia pada tahun 1848, dibawa dari Mauritius dan Amsterdam

oleh seorang warga Belanda. Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua

tempat tersebut masing-masing berjumlah dua batang pada tahun itu juga

ditanam di Kebun Raya Bogor. Hingga saat ini, dua dari empat pohon

tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang kelapa sawit yang

ada di Asia Tenggara. Sebagai keturunan kelapa sawit dari Kebun Raya

Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang (Sumatra Utara)

dinamakan varietas Deli Dura.

Areal perkebunan kelapa sawit di Sumatra dimiliki oleh masyarakat

secara perorangan, namun dalam perkembangannya, kepemilikkan

perkebunan digantikan oleh perusahaan-perusahaan asing di Eropa. Pada

tahun 1957, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih seluruh

perkebunan milik asing menjadi perusahaan milik negara. Perkebunan

kelapa sawit di Indonesia terus mengalami perkembangan, meskipun dalam

perjalanannya mengalami pasang surut (Hadi, 2004 dalam Sihotang,

B. Varietas Tanaman Kelapa Sawit

Menurut Sunarko (2014), berdasarkan tebal tipisnya tempurung,

kelapa sawit dibedakan menjadi lima varietas utama, yaitu :

1. Varietas Dura

Tempurung cukup tebal (2-8 mm), daging buah tipis persentase

daging buah terhadap buah 35-50%, inti buah (kernel) besar, tetapi

kandungan minyaknya rendah. Dalam berbagai silangan untuk

menghasilkan varietas baru, varietas dura selalu dijadikan sebagai

tanaman betina (ibu) oleh pusat penelitian. 2. Varietas Psifera

Tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, daging buah

tebal, inti buah sangat kecil. Kandungan minyak inti rendah karena ukuran

kernelnya sangat kecil. Dalam persilangan untuk menghasilkan varietas

baru, varietas psifera dijadikan sebagai tanaman pejantan (bapak) atau

sebagai penghasil tepung sari.

3. Varietas Tenera

Merupakan hasil persilangan antara varietas Dura (D) dan Psifera

(P) sehingga sifat-sifat morfologi dan anatomi varietas ini (DxP)

merupakan perpaduan antara kedua sifat induknya. Tebal tempurung

varietas Tenera adalah 0,5-4,0 mm, persentase daging buah terhadap

buah 60-90%, kandungan minyak daging buah 18-23%, dan kandungan

minyak inti 5%.

4. Varietas Macro Carya

5. Varietas Dwikka Wakka

Dwikka Wakka mempunyai ciri yang khas, yaitu daging buahnya

(sabut) berlapis dua, oleh karena itu disebut Dwikka. Macro Carya dan

Dwikka Wakka merupakan varietas yang jarang ditemukan dilapangan,

sedangkan Tenera merupakan varietas yang paling banyak

dibudidayakan karena dianggap paling menguntungkan secara ekonomis.

C. Berdasarkan Warna Kulit Buah

Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah, terdapat tiga

varietas kelapa sawit, yaitu sebagai beri kut : a. Nigrescens

Warna kulit buah kehitaman saat masih muda dan berubah menjadi

jingga kemerahan jika sudah tua/masak.

b. Virescens

Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga

kemerahan jika sudah tua/masak, namun masih meninggalkan sisa-sisa

warna hijau.

c. Albescens

Warna kulit keputih-putihan saat masih muda dan berubah menjadi

kekuning-kuningan jika sudah tua/masak.

Diantara ketiga varietas diatas, Nigrescens yang paling banyak

dibudidayakan Virescens dan Albescens jarang dijumpai di lapangan,

umumnya hanya digunakan sebagai bahan penelitian oleh

D. Kelapa Sawit

Hasil utama perkebunan kelapa sawit adalah buah kelapa sawit.

Selanjutnya, buah kelapa sawit diproses (ekstraksi) di pabrik penggilingan

(mill) sehingga menghasilkan ekstrak berupa minyak kelapa sawit mentah

dan minyak inti sawit.

Pada kelapa sawit minyak diambil dari dua sumber. Pertama hasil

ekstraksi serabut sebagai sumber utama, dan kedua dari inti buah yang

berada di bagian dalam tempurung. Serabut pada kelapa sawit disebut

daging buah, sedangkan inti buah yang terdapat di bagian dalam tempurung disebut kernel. Hasil ekstraksi sabut kelapa sawit adalah CPO, sedangkan

hasil ekstraksi dari inti buah adalah PKO. CPO dan PKO merupakan minyak

kelapa sawit mentah dan merupakan hasil industri hulu yang selanjutnya

dapat diolah menjadi berbagai produk pangan, non pangan, dan industri

(Risza, 1994).

E. Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya

Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang

hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman

penghasil minyak nabati lainnya. Misalnya kedelai, kacang tanah, kelapa,

bunga matahari, dan lain-lain.

Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit

memiliki keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan

dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi

untuk kebutuhan pangan (minyak gore ng, margarin, vanaspati, lemak dan

lain-lain), tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non pangan (gliserin,

Kegunaan dari masing-masing produk tersebut adalah :

Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk kebutuhan pangan

(minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak dan lain-lain), tetapi juga

untuk memenuhi kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, deterjen, BBM

dan lain-lain).

Kernel yang menghasilkan minyak digunakan sebagai bahan sabun,

minyak goreng, kosmetik, dan sebagainya.

Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.

Tandan kosong sebagai bahan bakar ketel uap, mulsa dan abu sebagai

pupuk kalium.

Ampas lumatan daging buah untuk bahan ketel uap (Hadi, 2004 dalam

Sihotang, 2009). F. Panen

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah

umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah

penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari

perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga

ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging bu ah

telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh

dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.

Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan

memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan mengangkutnya

dari pohon ke tempat pengumpu lan hasil (TPH) serta ke pabrik.

Pelaksanaan pemanenan tidak secara sembarangan, perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk

mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang

baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara

panen, alat panen, rotasi dan sistem panen serta mutu panen (Fauzi, 2008).

G. Fraksi Tandan Buah Segar (TBS)

Menurut Pahan (2008), komposisi fraksi tandan yang biasanya

ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen d i

lapangan. Fak tor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah

yang dipanen cepat dan tidaknya pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal

ini, pengetahuan mengenai dera jat kematangan buah mempunyai arti yang penting sebab jumlah dan mutu minyak yang diperoleh nantinya sangat

ditentukan oleh faktor ini.

Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan yang dipanen berada

pada fraksi 1,2, dan 3.

Tabel 2.1. Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar

No Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan Keterangan 1 Mentah 00 Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah

0 1 12,5% buah luar membrondol Mentah 2 Matang

1 12,5-25% buah luar membrondol Kurang matang 2 25-50% buah luar membrondol Matang I 3 50-75% buah luar membrondol Matang II 3 Lewat

matang

4 75-100% buah luar membrondol Lewat matang I 5 Buah dalam juga membrondol,

ada buah yang busuk Lewat matang II Sumber : Pahan, 2008

H. Pengolahan Kelapa Sawit

Menurut Pahan (2008), Tahap-tahap pengolahan Tandan Buah Segar

(TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO) adalah sebagai berikut :

1. Tempat Pemungutan Hasil (TPH)

Sebelum diolah dalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS), TBS yang

berasal dari kebun pertama kali diterima di tempat pemungutan buah

jembatan timbang (weightbridge) dan ditampung sementara di

penampungan buah (loading ramp).

a. Jembatan Timbang

Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS

yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS)

serta pada saat keluar (berat truk) dari selisih timbangan saat truk

masuk dan keluar, diperoleh berat bersih.

b. Loading Ramp

TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuang langsung dari truk

kemudian dilakukan penyortasian. Penyortasian dilakukan

berdasarkan kriteria kematangan buah, hal ini bertujuan pada

penentuan rendemen minyak. Loading ramp merupakan suatu

bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm

dengan kemiringan 450. Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk

memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah yang terikut

dalam TBS. Loading ramp dilengkapi dengan pintu-pintu keluaran

yang digerakan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam

pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya. Setiap lori

dapat dimuat dengan 2.5 ton TBS.

c. Stasiun Rebusan (Sterilizer)

Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan

dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerak an oleh

motor listrik hingga memasuki sterilizer. Sterilizer yang digunakan

proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap temperatur 1350C

dan tekanan 2.0-2.8 Kg/cm2 selama 90 menit.

Tujuan dari perebusan TBS adalah :

Menghentikan perkembangan asam lemak bebas atau free

fatty acid.

Memudahkan pemipilan brondolan dari tandan.

Penyempurnaan dalam pengolahan.

Penyempurnaan dalam pengolahan inti sawit.

d. Stasiun Pemipilan (Stripper)

TBS berikut yang tel ah direbus dikirim ke bagian pemipilan

dan dituangkan ke alat pemipil (threser) dengan bantuan hoist

crane. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumber

mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga

menbanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari

tandannya.

Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi

perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan

brondolan keluar dari pemipilan. Berondolan yang keluar dari

bagian bawah pemipil ditampung oleh sebuah screw conveyor

untuk dikirim ke bagian digesting dan pressing. Sementara tandan

kosong yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh

elevator, kemudian hasil tersebut dikirim ke hopper.

e. Stasiun Pencacah (Digester)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkat

untuk pengadukan/pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang

dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah di bagian dalamnya.

Fungsi dari stasiun digester adalah untuk melumatkan daging

buah, memisahkan daging buah dengan biji, mempersiapkan

feeding presser, mempermudah proses di presser, memecahkan oil cell.

f. Stasiun Pengempaan (Presser)

Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar

melalui bagian bawah digester berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan yang persis di bagian

bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan

screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak

dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran

screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah berlawanan

tertekan oleh slidding cone. Dengan demikian, minyak dari bubur

buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press

cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara slidding cone dan press cage.

g. Stasiun Pemurnian (Clarifier)

Minyak hasil pengempaan dialirkan ke sand trap tank

(penangkap pasir) lalu menuju vibro separator untuk disaring agar

kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki

penampungan minyak kasar (crude oil tank). Selanjutnya dikirim ke

Vertical Continue Tank (VCT), di VCT proses pemisahan dilakukan

minyak yang ringan akan ke atas, lalu dikirim ke oil tank, sedangkan

sludge dikirim ke sludge tank.

Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung

minyak. Di pabrik kelapa sawit, sludge diolah untuk dikutip kembali

pada minyak yang masih terkandung di dalamnya, lalu dialirkan

kembali ke VCT lalu dikirim ke oil tank.

Dari oil tank minyak dimurnikan kembali melalui oil purifier,

setelah itu dikirim ke vacum dryer untuk dihilangkan kandungan air

yang ada di dalam minyak dan siap dikirim ke tangki penimbunan

(storage tank). I. Pengolahan Inti Sawit

1. Cake Breaker Conveyor

Ampas press yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji

yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan, oleh

sebab itu perlu dipecah dengan alat pemecah ampas yang disebut

dengan Cake Breaker Conveyor (CBC). Alat ini berperan memecah

gumpalan ampas dan mengangkutnya ke kolom fibrecyclone.

2. Polishing Drum

Fraksi berat yang dihasilkan setelah ampas pressan diolah di CBC

kemudian akan diolah di dalam polishing drum, yang bertujuan untuk

menghilangkan serat-serat yang masih melekat pada biji. Serat yang

terdapat dikulit biji yang dapat mengganggu jalannya proses pemecahan

3. Fermentasi Biji

Biji mengandung pektin, yang terdapat antara tempurung dengan

inti. Untuk mempermudah proses pemecahan biji dalam cracker, maka

pektin yang berfungsi sebagai perekat inti pada tempurung perlu

dirombak dengan proses kimia seperti fermentasi. Pemeraman biji sering

dialiri dengan udara panas hingga suhu silo antara 40-60oC, lamanya

pemeraman yang dianggap memenuhi kriteria ialah 24-28 jam, dengan

kadar air biji 15%.

4. Nut Grading

Sebelum proses pemecahan biji terlebih dahulu dilakukan seleksi

nut grading

drum berputar terdiri dari ukuran lobang yang berbeda-beda. Biji yang

telah disel eksi terdiri dari tiga fraksi yaitu kecil (8-14mm), sedang

(15-17mm), dan besar (18mm).

5. Pemecahan Biji (Ripple Mill)

Nut cracker, alat ini berfungsi memecahkan biji dengan sistem

lemparan biji ke dinding yang keras. Mekanisme pemecahan ini

didasarkan pada putar, radius dan massa biji yang dipecahkan.

Penentuan kecepatan putaran mempengaruhi besarnya persentase inti

pecah dan inti lekat.

6. Hydrocyclone

Hasil olahan cracker sebelum memasuki hydrocyclone mengalami

pemisahan fraksi halus oleh winnowing. Sampah halus akan terpisah dan

fraksi berat akan dicampur dengan air yang kemudian kernel akan

selisih berat jenis kernel dengan kernel maka campuran dilewatkan

melalui cyclone, sehingga kernel akan keluar dari atas permukaan

cyclone dan tempurung dari bagian bawah yang kemudian

masing-masing fraksi diangkut ke pengolahan yang lebih lanjut.

7. Pemisahan Kernel dan Tempurung

Pemisahan kernel dan tempurung terjadi di unit hydrocyclone.

Sampah halus akan terpisah dan fraksi berat akan dicampur dengan air

kemudian kernel dipisahkan dengan tempurung maka campuran lewat

melalui cyclone, sehingga kernel akan keluar dari atas permukaan

cyclone dan tempurung dari bagian bawah yang kemudian

masing-masing fraksi diangkut ke pengolahan yang lebih lanjut.

8. Pengeringan Kernel

Untuk mengawetkan kernel yang keluar dari alat pemisah biji perlu

dilakukan usaha untuk menurunkan kandungan air sehingga tidak terjadi

proses penurunan mutu. Proses penurunan mutu umumnya terjadi

selama proses penyimpanan. Kadar air kernel yang diinginkan dalam

penyimpanan adalah 6-7%, karena pada kadar air tersebut mikroba

sudah mengalami kesulitan untuk hidup (Setyamidjaja, 2006).

9. Penimbunan Kernel

Produksi kernel ditimbun di dalam kernel bin, selanjutnya disimpan

dalam karung goni dengan kelembaban udara diatur, sehingga tidak lebih

dari 70%, atau ditimbun di silo kernel untuk pengiriman ke tempat

Di sini juga dapat terjadi perusakan mutu selama penimbunan, yaitu

peningkatan kadar asam lemak bebas, perkembangan jamur dan

kutu-kutu.

Persyaratan penimbunan yang baik adalah :

1. Kadar kernel pecah 7% (kadar air setimbang dengan kelembaban

udara luar).

2. Kadar kernel pecah diusahakan sedikit mungkin.

3. Memakai goni bersih dan kuat (menghindarkan kutu pada goni bekas

beras).

4. Ventilasi gudang harus baik dan udara kering.

5. Tinggi lapisan goni berisi kernel tidak lebih dari 4 lapis.

6. Penimbunan tidak langsung di atas lantai semen (memakai lantai

papan yang berkolong) (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

J. Kernel

Kernel merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan

dari daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan.

Kandungan minyak yang terkandung di dalam kernel sekitar 50%, bentuk

kernel bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Kernel

mengandung lemak, protein, serat, dan air. Pada pemakaiannya lemak yang

terkandung di dalamnya (disebut minyak inti sawit) diekstraksi dan sisanya

atau bungkilnya yang kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak

(Pahan, 2008).

Pada suhu tinggi kernel dapat mengalami perubahan warna.

Minyaknya akan berwarna lebih gelap dan lebih sulit dipucatkan. Suhu

sekitar 1300C. Suhu kerja maksimum dibatasi setinggi itu untuk

menghindarkan terlalu banyak kernel yang berubah warna. Brondolan dan

buah yang lebih tipis daging buahnya atau lebih tipis cangkangnya adalah

lebih peka terhadap suhu tinggi tersebut.

Pada umumnya jika tandan dibiarkan 45-60 menit saja pada tekanan

uap jenuh 2. 5 kg/cm2 dalam rebusan, hanya sedikit kernel yang mengalami

perubahan warna, minyaknya akan berwarna kuning muda. Dalam hal

warnanya coklat tua atau lebih gelap minya knya akan sukar atau tidak dapat

dipucatkan. Demikian juga minyak dari kernel yang kurang kering atau dari kernel yang disimpan basah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Tabel 2.2. Sifat Fisik Minyak Kernel

Berat jenis pada 99/15.5oC 0.860 0.873

Indeks refraksi pada 40oC 1.449 1.452

Bilangan iodium 14 22

Bilangan penyabunan 245 255

Zat tak -tersabunkan, % Tak lebih 0.8

Titik lebur, oC 24o 26o

Titik padat, oC 20o 26o

Sumber : Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003

K. Komposisi Biji Kernel

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), terdapat variasi

komposisi kernel dalam hal padatan non minyak dan non protein. Bagian

yang disebut protein yang tak terekstrak yang mengandung sejumlah

sukrosa, gula pereduksi dan pati, ta pi dalam beberapa contoh tidak

mengandung pati. Komposisi rata-rata kernel dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Komposisi Biji Kernel

Komponen Jumlah

Minyak 47-52

Air 6-8

Protein 7.5-9.0

Nitrogen tak terekstrak 23-24

Selulosa 5

Abu 2

L. Minyak Kernel

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari kernel yang dinamakan

minyak kernel (Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil sampingannya adalah

bungkil kernel (Palm Kernel Meal atau Pellet). Bungkil kernel yang telah

mengalami proses ekstraksi dan pengeringan, sedangkan pellet adalah

bubuk yang telah dicetak kecil-kecil yang berbentuk bulat panjang dengan

dengan diameter kurang lebih 8 mm.

Minyak kernel atau Palm Kernel Oil (PKO) adalah berupa minyak putih

kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit. Kandungan asam lemak sekitar 5%, Minyak kernel yang baik

berkadar asam lemak bebas rendah dan berwarna kuning terang serta

mudah dipucatkan. Bungkil kernel yang diinginkan berwarna relatif tera ng

dan nilai gizi tidak berubah (Ketaren, 1986 dalam Sihotang, 2009).

M. Persyaratan Mutu Kernel

Minyak kernel yang diolah dengan penyulingan secara sempurna (SNI

0003-1987). Untuk dapat memenuhi keinginan konsumen, maka ditetapkan

mutu inti sawit dan minyak inti sawit sebagai berikut :

1. Kadar asam lemak bebas <2.5%.

2. Kadar kotoran <4% (nominal 2.5%).

3. Kadar air 7%.

4. Inti berwarna <40%.

Tabel 2.4. Minyak Mentah Kernel (PKO), SNI 0003-1987

NO Kriteria Satuan Persyaratan

1 Asam lemak bebas (sebagai asam laurat)

% ( w/w ) Maks 5.0 2 Kandungan benda asing % ( w/w) Maks 0.005

3 Kadar air % ( w/w ) Maks 0.45

Tabel 2.5. Standar Mutu Minyak

Karakteristik Minyak Sawit Kernel Minyak Kernel Keterangan Kadar asam

lemak bebas 5% 3.5% 2.9% Maksimal

Kadar kotoran 0,5% 0.02% 0.176% Maksimal

Kadar zat

menguap 0,5% 7.5% 0.2% Maksimal

Bilangan

peroksida 6 meq - 2.2 meq Maksimal

bilangan iodine 44-58mg/g - 10.5-185 mg/g -

Kadar Logam

(Fe - Cu) 10ppm - - -

Lovibond 3 - 4 R - - -

Kadar Minyak - 47% - Maksimal

Kontaminasi - 6% - Maksimal

Kadar pecah - 15% - Maksimal

Sumber : Pahan, 2008

N. Asam Lemak

Asam lemak merupakan suatu asam karboksilat yang diperoleh dari

hidrolisis suatu lemak atau minyak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon

panjang dan tidak bercabang. Asam lemak yang paling tersebar merata

dalam alam, yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap.

Asam-asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak lazim,

terutama dalam minyak nabati, minyak-minyak ini disebut poliunsaturat.

Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan

menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh

hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya,

misalnya asam kaprilat, asam kaproat, asam laurat, asam miristat, asam

palmitat, dan asam stearat. Sementara asam lemak tak jenuh memilki paling

sedikit satu ikatan ganda diantara atom-atom karbon penyusunnya, misalnya asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak jenuh bersifat

lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh (Sunita,

Dokumen terkait