• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. Teori Mengenai Casting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. Teori Mengenai Casting"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Gadjah Mada 1 II. Teori Mengenai Casting

1. Pengertian tentang casting

Menurut Jablowsy, S., 1982, yang dimaksud dengan casting adalah suatu proses untuk membuat / membentuk restorasi atau rehabflitasi gigi dengan bahan logam.

Casting juga merupakan suatu teknik yang sering dilakukan di kedokteran gigi dalam pembuatan tempatan gigi, mahkota gigi tiruan, jembatan rangka gigi tiruan dan lain-lain dengan bahan logam.

Proses casting ini menggunakan metode yang disebut lost wax process. Pada prinsipnya pola malam dan bentuk restorasi atau rehabilitasi gigi ditanam dalam adonan bahan investmen gigi (dental invesment) yang ada di dalam casting ring. Kemudian poia malam ini dihilangkan dengan jalan dipanaskan pada suhu tertentu, sampai pola malam hilang sama sekali, sehingga meninggalkan ruang cetak (mould space) di dalam aclonan invesmen.

Selanjutnya logam dilelehkan / dicairkan dengan pemanasan dan lelehan logam tersebut dituangkan kedalam ruang cetak dengan tekanan sentri fugal / tekanan udara, sehingga ruang cetak tersebut terisi oleh lelehan dengan bentuk sesuai dengan pola malamnya.

 Kegunaan dan tujuan casting dibidang kedokteran gigi dan pengertiannya : a. Kegunaan casting dibidang kedokteran gigi adalah untuk pembuatan

resforasi, rehabilitasi atau rekonstruksi pada gigi dengan bahan logam yang dilakkan dengan proses casting. Misalnya untuk pembuatan inlay crown and bridge atau gigi tiruan rangka logam, dll.

b. Tujuannya adalah untuk mengganti bahan restorasi atau rehabilitasi yang tidak mungkin dilakukan dengan bahan selain logam dan untuk mendapatkan kekuatan / daya tahan yang lebih besar dan bahan yang lain. Misalnya acrylic resin atau amalgam.

2. Tahap-tahap pada proses casting

Proses casting melalui beberapa tahap sebagal berikut:

a. Tahap I, waxing adalah pembuatan pola dan malam (wax pattern).

b. Tahap II, spruing adalah pembuatan sprue pin atau sprue tormer dan casting wax (malam cor).

c. Tahap III, investing adalah penanaman pola malam dalam adonan bahan invesmen (yang ada di dalam casting ring).

(2)

Universitas Gadjah Mada 2 d. Taflap IV, pre-heating adalah pemanasan permulaan pada casting ring agar

adonan bahan tanam lebih kering.

e. Tahap V, wax elimination adalah penghilangan malam dart pola malam yang tertanam dalam adonan bahan invesmen (yang ada di dalam casting ring).

f. Tahap VI, heating adalah pemanasan casting ring (yang berisi adonan bahan invesmen) sampai suhu tertentu.

g. Tahap VI, melting adalah pelelehan logam yang dtlakukan pada sprue - hold atau fire clay.

h. Tahap VIII, casting adalah pengecoran lelehan logarn ke dalam ruang cetak (mould space).

Apabila proses casting telah dilakukan maka akan terbentuk bangunan restorasi atau rehabthtasi gigi dan bahan logam. Bangunan mi belum begitu baik untuk dipasang di dalam mulut maka dilakukan finishing dan polishing.

Finishing adalah penyelesaian hasil casting dengan menghiIangkan ekses-ekses dan bangunan hasil casting yang tidak perlu, sehingga terbentuk hasil casting yang baik sesuai dengan restorasi atau rehabilitasi yang diinginkan.

Setelah finishing kemudian diIakukan polishing, yaitu meratakan, menghaluskan dan mengkilapkan bangunan, sehingga menjadi baik sekali.

3. Macam-macam komponen yang menunjang proses casting dan pengertiannya : a. Die adalah model cetakan dari gigi pilar (abutment) yang terbuat dan gips keras

(stone gyps) dan berguna untuk pembuatan pola malam.

b. Wax pattern adalah pola / model yang dibuat dan malam, yang akan diganti dengan logam, sehingga terbentuk suatu restorasi atau rehabilitasi gigi yang dikehendaki.

c. Srue pin adalah pin / pasak yang terbuat dan bahan tertentu yang berguna untuk pegangan pola malam pada waktu investing dan pembentuk sprue.

d. Sprue adalah rongga / saluran yang terjadi setelah dilakukan wax elimination terhadap pola malam, yang menghubuhgkan crucible dengan mould space. e. Crucible Jormer / sprue base adalah bangunan yang terbentuk dan malam atau

kayu atau karet sebagai pembentuk cruscible.

f. Crucible adalah bangunan seperti corong / kawah dari adonan invesmen, yang terdapat disalah satu ujung casting ring berguna untuk tempat melelehkan logam. g. Mould space / mold space adalah ruang cetak bekas pola malam setelah

(3)

Universitas Gadjah Mada 3 h. Reservoir modul / reservoir former adalah bangunan dan malam yang berbentuk

bulat atau oval yang diletakkan pada sprue pin yang berguna untuk pembuatan reservoir.

Reservoir adalah rongga / ruangan yang berbentuk bulat atau bulat bekas reservoir modul, setelah dilakukan wax elimination.

Pengertian mengenai tahap – tahap casting. 1. WAXING

Waxing adalah cara pembuatan pola malam (wax pattern) Pola malam dibuat dengan tujuan untuk :

a. Mendapatkan suatu restorasi atau rehabilitasi gigi sesuai dengan ukuran dan bentuk gigi yang direstorasi atau direhabilitasi.

b. Mendapatkan adaptasi yang baik dengan gigi yang direstorasi atau direhabilitasi.

c. Mendapatkan hubungan yang baik dengan gigi tetangganya maupun gigi antagonisnya.

d. Mendapatkan bentuk anatomi yang baik sesuai dengan bentuk restorasi gigi atau rehabilitasi gigi.

Wax pattern berguna untuk membentuk ruang cetak (mould space) di dalam bahan invesmen setelah malam dan pola malam (di dalam invesn) dihilangkan (wax elimination).

 Cara pembuatan pola malam ada 3 cara : 1. Cara langsung (direct).

Cara langsung ini dibuat seluruhnya di dalam mulut pasien, sehingga tidak memerlukan die.

2. Cara tidak langsung.

Cara tidak langsung ini pola malam dibuat seluruhnya pada die, sehingga pembuatannya diluar mulut pasien.

3. Cara langsung tidak langsung.

Pada cara ini mula-mula sebagian pola malam dibuat di mulut pasien untuk mendapatkan oklusi yang baik, kemudian ditransfer ke die, dan dibuat pola malam sampai selesai, sehingga cara ini dibutuhkan die.

(4)

Universitas Gadjah Mada 4 a. cara langsung, misalnya pembuatan tumpatan inlai kelas I dan kelas V. (menurut

klasifikasi Black)

b. cara tidak langsung, misalnya pembuatan tumpatan inlai klas II, klas Ill, klas IV (menurut klasifikasi Black), onlay, mahkota penuh (full crown) dan jembatan gigi (crown and bridge).

Malam yang digunakan untuk pembuatan pola malam adalah casting wax atau inlay wax yang berwarna biru atau hijau.

 Jenis malam pola ada 2 tipe yaitu :

1. Tipe - I (tipe B) berguna untuk pembuatan pola malam secara langsung.

2. Tipe - II (tipe A) berguna untuk pembuatan pola malam secara tidak langsung atau cara langsung tidak langsung.

Perbedaan kedua malam tersebut adalah mengenai setting time dan flow-nya.  Komposisi malam cor untuk inlay ini terdiri dari :

1. Malam paratin (paratin wax) 2. Gum dammar (dammar gum) 3. Malam karnauba (carnauba wax) 4. Beberapa bahan pewarna

Semua substansi ini merupakan bahan alamiah asli dan derivat dan mineral atau tumbuhan tertentu. Malam parafin umumnya merupakan substansi utama, biasanya konsentrasinya antara 40 % sampal 60 %.

Gum damar atau resin damar adalah resin alamiah derivat varitas pohon cemara. Ia dibutuhkan malam paralin untuk mempertahankan kehalusan dinding ruang cetak (mould space) dan untuk mengembalikan resistensi yang Iebih besar terhadap kerapuhan dan penggumpalan. Malam karnauba bentuknya seperti serbuk yang halus dan veritas pohon palm tropis. Mala mini cukuo kuat dan mempunyai titik cair relatif tinggi.

 Syarat-syarat casting wax untuk pola malam

Menurut American Dental Association Specincation (ADAS) No. 4 (cit.Peyton and Craig, 1971) menyatakan bahwa casting wax atau inlay casting wax yang digunakan untuk pola malam harus mempunya syarat - syarat sebagai berikut :

a. warnanya berbeda dengan warna jaringan disekitar gigi. b. pada waktu dilunakan harus bersifat kohesit.

c. tidak mudah patah atau rapuh pada waktu dipotong atau diukir untuk membentuk anatomi gigi sesual.

d. pada waktu dibakar atau dipanasi pada suhu tertentu harus habis tak tersisa atau menguap semuanya tanpa meninggalkan bekas sedikitpun.

(5)

Universitas Gadjah Mada 5 2. SPRUING

Spruing adalah cara pembuatan sprue pin a. Kegunaan sprue pin untuk :

1) Pembentukan Sprue di dalam invesmen. 2) Pegangan pola malam pada waktu investing. b. Pembuatan sprue pin dapat dibuat dan bahan :

1) Logam

Sprue pin yang terbuat dan logam, maka sebelum dilakukan preheating sprue pin diambil lebih dahulu. Untuk memudahkan pengambilan, sprue pin logam dilapisi dengan malam.

 Keuntungan :

Sprue pin yang terbuat dan logam apabila dilekatkan pada pola malam, maka pegangannya lebih erat dan kuat.

 Kerugiannya :

Sprue pin dan logam apabila tidak dilapisi malam, maka akan sukar dikeluarkan atau dilepaskan dan pola malam sesudah investing. 2) Inlay casting wax seluruhnya

Sprue pin yang terbuat seluruhnya dan malam inlal (inlay casting wax) maka pada wax elimination tidak perlu diambil karena sprue pin akan hilang bersama - sama dengan pola malamnya.

 Keuntungannya

1. Pada wax elimination sprue pin akan menguap bersama – sama dengan pola malamnya, sehingga tidak meninggalkan malam sedikitpun dalam mould space.

2. Perlekatannya dengan pola malam kuat dan tidak mudah lepas.  Kerugiannya : Mudah patah, karena malam inlai apabila sudah keras

bersitat getas. 3) Plastik / resin

Sprue pin yang terbuat seluruhnya dan malam inlai (inlay casting wax) maka pada wax elimination tidak perlu diambil karena sprue pin akan hilang bersama - sama dengan pola malamnya.

 Kerugiannya:

1. Sukar dilepaskan dan pola malam sesudah investing dan dibiarkan tidak diambil pada waktu wax elimination.

2. bahan plastik / resin apabila dipanasi akan memuat lebih besar, sehingga akan merusak dinding invesmennya.

(6)

Universitas Gadjah Mada 6 3. Suhu cair plastik Iebih besar daripada malam, sehingga pada

waktu wax elimination malam pola sudah mencair dan menguap, tetapi plastik / resin belum cair atau menguap, akibatnya ada sisa plastik di dalam sprue dan ini akan menyumbat aliran logam cair.

c. Diameter sprue pin

Diameter sprue pin tidak ada ketentuan yang pasti, tergantung dan; pertama, besarnya pola malam yang dibuat dan yang kedua, jenis casting machine yang digunakan untuk casting.

Sebagai standar diameter sprue pin sebagai berikut : a. untuk inlai yang kecil ± 1,3 mm

b. untuk inlai yang besar ± I ,b mm c. untuk mahkota penuh ± 1,6 mm d. untuk inlai yang paling besar ± 2,6 mm

Menurut Skinner (1960) dan Peyton and Craig Menurut Skinner (1960) dan F’eyton and Craig. (1971) menyatakan bahwa diameter sprue pin, menurut Brown adalah gauge no. 10 atau 0,259 cm, sedangkan menurut Sharpe adalah gauge no. 16 atau 0,129 cm.

d. Pemasangan sprue pin

Pemasangan Sprue pin pada pola malam hendaknya pada daerah yang tebal dan jauh dan pinggiran pola malam. Sedangkan posisinya pada pola malam dapat tegak (90%) atau miring (450) terhadap permukaan pola malam.

Penempatan sprue pin pada pola malam dengan posisi tegak lurus apabila daerah yang ditempati cukup ketebalannya. Penempatan sprue pin pada pola malam dengan posisi miring, apabila daerah yang ditempati sprue pin pada pola malam tidak cukup ketebalannya atau tipis. Hal ini ada hubungannya dengan gerakan turbolensi yang diakibatkan adanya back presser / tekanan baik.

e. Pembuatan Sprue pin yang berhubungan dengan casting machine yang digunakan.

Apabila menggunakan chorizontal casting macnine pada casting, maka sprue pin diameternya harus besar dan pendek, sebab pelelehan logam dilakukan pada fire clay. Apabila menggunakan hand casting sistem (slinger aparat)

(7)

Universitas Gadjah Mada 7 yang gerakannya vertikal maka diameter sprue pin kecil dan panjang serta ditambah reservoir former / reservoir former karena pelelehan logam dilakukan pada sprue hold (crucible). Pada sprue pin tidak harus ditambah / dibuat reservoir modul. Untuk sprue pin yang diameternya besar tidak perlu ditambah reservoir modul, tetapi sprue pin yang diameternya kecil perlu ditambah reservoir modul. Ukuran panjang sprue pin juga tidak ada ketentuan yang pasti, karena tergantung dan besar kecilnya dan bentuknya pola malam.

3. INVESTTNG

Investing adalah cara untuk menanam pola malam dalam bahan invesmen Yang perlu diperhatikan pada investing :

a. Letak pola malam di dalam casting ring.

Pola malam letaknya harus ditengah – tengah agar jarak antar pola malam dan dinding – dinding casting ring sama.

b. Jarak pola malam dan dasar casting ring terletak antara (6 - 8 mm)

Perbandingan antara air dan puder (w/p ratio) harus tepat. W/p ratio suatu bahan invesmen tergantung dan petunjuk pabrik yang memproduksinya sebagai contoh invesmen merek Duroterm w/p ratio-nya adalah 10 :

29, dan invesmen merek Durotreem wf p ratio-nya adalah 1 : 3.

Bahan invesmen (invesment materials) a. Komposisi

Komposisi dasar dan invesmen terdini dari : 1) Binder material (bahan pengikat)

2) Refractory material (bahan tahan panas) 3) Asher chemical (bahan kimia lain) b. Macam-macam Jenis Bahan Invesmen

1. Berdasarkan bahan pengikatnya, maka ada 3 jenis invesmen yaitu :

a) Gypsum bonded invesmen materials adalah invesmen yang mengandung bahan pengikat gip. Invesmen ini digunakan pada proses casting untuk pengecoran logam yang titik cairnya kurang dan 10000 C, sebab apabila logam yang dicor itu Iebih besar dan 1000° C, maka invesmen akan retak-retak. Bahan pengencernya adalah air (aquadestilata).

b) Phospate / sulfate bonded invesment materials adalah bahan invesmen yang mengandung bahan pengikat as. phosphat atau as. sulfat. Invesmen ini digunakan pada proses casting untuk pengecoran logam

(8)

Universitas Gadjah Mada 8 yang titik cairnya lebih besar dan 10000. Bahan pengencernya adalah liquit, yang merupakan satu paket dengan puder invesmennya.

c) Silicate bonded invesment materials adalah bahan invesmen yang mengandung bahan pengikat silikon (silica). Invesment ini digunakan pada proses casting untuk pengecoran logam yang titik cairnya lebih besar dan 10000. Bahan pengencernya adalah liquit, yang merupakan satu paket dengan puder invesmennya.

2. Berdasarkan titik cair logam yang di casting (dicor) ada 2 jenis invesmen, yaitu :

a) Gypsum bonded invesment materials, digunakan untuk mengecor logam yang mempunyat titik cair kurang dan 10000 C.

b) Phosphate / silicale bonded invesment materials digunakan untuk mengecor logam yang mempunyai titik cair lebih dari 10000C

c. Cara Investing

Casting yang dilakukan di kedokteran gigi proses yang disebut lose wax proccess terdapat 2 teknik investing, yaitu :

1. Manual (hand) investing technic Teknik ini ada 2 cara, yaitu:

a) Single investing

Pada pninsipnya puder invesmen kering dicampur dengan air (aquades) dengan w/p ratio tertentu. Kemudian diaduk selanjutnya dituangkan ke dalam casting ring, apabila konsistensinya sudah baik. Selanjutnya pola malam dimasukkan / ditanam kedalam casting ring yang

b) Double investing

Prinsipnya puder invesmen kering dibagi menjadi bagian, misalnya A dan B. Bagian A dibagi menjadi 2 bagian, ialah bagian A1 dan A2. Bagian Al dicampur dengan air (aquades) sampai rata dan bersifat encer. Selanjutnya dengan kuas halus, adonan invesmen A, dioleskan pada seluruh permukaan pola malam secara merata. Kemudian invesmen A2 yang kering ditaburkan diatas seluruh permukaan pola malam, yang telah diolesi dengan invesmen A1 tadi, sehingga berbentuk seperti buah talok / cherry. Pada invesmen B kering dicampur dengan air diaduk sarnpai mendapatkan konsistensi yang baik dan lebih kental dan adonan invesmen Al. Adonan B ini ditungakan ke dalam casting ring sampai

(9)

Universitas Gadjah Mada 9 penuh, yang sebelumnya pola malam sudah dimasukkan / diletakkan ke dalam casting ring dan ditunggu sampai kering.

Pada double investing ini terdapat 3 lapisan, yaitu:  lapisan adonan invesmen yang encer

 lapisan invesmen kening

 lapisan adonan invesmen yang agak kental

Pada kedua cara tersebut diatas pencampuran antara puder invesmen kering dan air dilakukan pada rubber bowl dan alat pengadukannya spalula. Pengadukan dan penuangannya dalam casting ring dilakukan dengan tangan. Pencampuran juga dapat dilakukan pada rubber bowl khusus dan pengadukan dilakukan dengan alat yang disebut vacuum mixer (pengadukan dengan hampa udara). Penuangan adonan invesmen ke dalam casting ring dilakukan dengan tangan diatas alat yang disebut vibrator (alat penggetar) agar gelembung - gelembung udara di dalam adonan invesmen dapat keluar.

Liquit invesmen atau aquades adalah bahan pelarut / pencampur yang berguna untuk membuat adonan invesmen. Liquit invesmen digunakan apabila pada investing digunakan jenis bahan jenis invesmen berupa phosphate / silicate bonded invesment materials dan liquit ini merupakan satu paket dengan puder invesmennya.

Air / aquades digunakan apabila pada investing digunakan jenis bahan invesmen berupa gypsum bonded invesment materials.

Pada investing ini dilakukan dengan alat khusus yang hampa udara. Di fakultas kedokteran gigi tidak dilakukan karena tidak ada alatnya.

4. PRE HEATING, WAX ELIMINATION DAN HEATING

Di Fakultas Kedokteran Gigi pada semester - 4 hanya menggunakan invesmen jenis gypsum bonded invesmen material’s. Sebelum wax elimination, dilakukan dahulu preheating pada temperatur kamar sampai 1500 C dalam waktu 15 menit di dalamalat pemanas yang disebut furnace, yang dapat distel mengenam temperatur dan waktunya. Pre heating dilakukan dengan tujuan agar adonan invesmen betul-betul kering. Masih di dalam furnace, lalu dilakukan wax elimination dari 1500C dinaikkan sampai 3500C dengan perlahan – lahann dalam waktu 30 menit. Pada temperature 3500C diperkirakan seluruh malam yang ada di dalam adonan invesmen sudah hilang tak bersisa.

Setelah wax elimination yang menghasilkan mould space di dalam invesmen, kemudian dilakukan heating yaitu temperatur dinaikkan dan 350° C sampai 700°

(10)

Universitas Gadjah Mada 10 C dalam waktu 30 menit. Heating ini bertujuan agar terjadi baik pemuaian invesmen maupun pemuaian mould space dapat maksimal. Pemanasan hanya sampai 700° C, karena stabilitas bahan invesmen jenis gypsum bonded invesmen materials diperkirakan dalam keadaan stabil. Selanjutnya pada temperatur 7000C C didiamkan selama 30 menit, kemudian casting ring diambil dari casting machine.

5. MELTING DAN CASTING

Setelah didiamkan selama 30 menit pada 7000 C dengan cepat dipindah ke alat casting macnine dan selanjutnya dilakukan melting.

a. Macam – macam casting machine 1) Centri fugal casting machine

Casting machine macamnya ada 2 jenis ; a) Horizontal centri fugal casting machine.

Casting machine ini gerakan memutarnya secara horizontal / mendatar.

b) Vertical centrifugal casting machine.

Casting machine ini gerakan memutarnya secara vertical / tegak lurus.

2) Air pressure casting machine

Alat casting yang menggunakan tekanan udara. Bekerjanya alat ini pnnsipnya sama dengan bekerjanya alat casting vertikal (vertical centri fugal casting machine) hanya bedanya vertical casting machine menggunakan gaya sentri tugal, tetapi air pressure casting machine menggunakan tenaga / tekanan udara.

Pada melting (pelelehan) terhadap logam yang akan dicor, dilakukan dengan alat penyemprot api yang disebut blow pipe atau blow torch. b. Macam – macam blow torch

Berdasarkan bahan pembakarnya blow torch ada 4 macam yaitu :

1) Blow torch dengan menggunakan bahan pembakar bensin dan tenaga angin.

2) Blow torch dengan gas elpiji

3) Blow torcfl dengan gas elpiji dan O2

4) Blow torch dengan gas acetilen (gas karbit = C2H2) dan O2

Biasanya O2 digunakan untuk melelehkan logam yang akan dicor dengan titik cairnya lebih besar dari 10000C

(11)

Universitas Gadjah Mada 11 Untuk logam yang titik lelehnya kurang dan 10000 C cukup menggunakan bensin dan udara.

Api yang disemprotkan oleh blow torch ada 4 zone, yaitu : 1. Zone I, disebut air dan gas zane transparan.

2. Zone II, disebut combution zone warnanya kering. 3. Zone IIl, disebut reduction zone.

Zone ini warnanya biru yang dapat mereduksi logam menjadi meleleh. 4. Zone IV, disebut oxidising zone.

Zone ini warnanya merah yang mengoksidasi dari logam, tetapi tidak meleleh.

Pada proses casting yang menggunakan horizontal casting machine, pelelehan logam dilakukan pada fire clay, yang terbuat dari bahan ceramic yang tahan panas. Apabila pada proses casting yang menggunakan vertical casting machine (slinger apparate) pelelehan dilakukan pada crucible, tepatnya pada sprue hold.

Casting / pengecoran logam ke dalam mould space dilakukan apabila lelehan logam baik pada fire clay, maupun pada crucible sudah bergerak-gerak seperti gerakan air raksa, karena tiupan dari blow torch.

Setelah casting dilakukan, kemudian casting ring diambil dan casting machine dan didiamkan sampai dingin sekali dengan sendirinya Selanjutnya hasil cor cliambil dengan merusakkan invesmennya. Hasil casting yang terjadi ada 2 bentuk :

1. Bentuknya bersih seperti warna logam sebelum dicor. Hal ini terjadi apabila logam yang dicor non precius, artinya logam tersebut tidak mengandung logam mulia sebagai dasar dan logam campur / aloy. Pada bentuk ini tidak perlu dilakukan pickling. Bentuknya berubah menjadi warna hitam dan tidak sama dengan warna sebelum dicor. Hal ini terjadi apabila logam campur / aloy yang dicor mengandung bahan dasar logam mulia, misalnya emas atau perak. Keadaan ini terjadi karena adanya peristiwa oksidasi pada permukaan logam cor tersebut. Untuk mengembalikan warna seperti warna semula dilakukan pickling.

(12)

Universitas Gadjah Mada 12 Pengertian pickling adalah suatu cara penghilangan / pembersihan oksidasi yang terjadi pada permukaan logam cur yang mengandung logam mulia dengan larutan pickling.

Larutan pickling ada 2 jenis :

1. larutan asam hidro chlorida (HCl) 2. larutan asam sulfat (H2SO4) Cara pickling :

Hasil casting logam aloy yang mengandung dasar logam mulia warnanya hitam diikat dengan benang dan dipanasi dahulu. Sebelumnya sudah dipersiapkan dahulu salah satu larutan pickling yang sudah diencerkan. Sesudah panas, hasil cor dimasukkan ke dalam larutan pickling sebentar sarnpai warna hilang dan warna semula muncul. Oleh karena larutan pickling ini sangat toksis, maka untuk menetralisir, hasil cur dimasukkan ke dalam larutan sodium bicarbonat.

7. FINISHING DAN POLISHING 1) Pengertian finishing

Finishing adalah suatu cara untuk membentuk hasil casting menjadi suatu bangunan yang diinginkan dengan jalan menghilangkan / membuang ekses-ekses pada permukaan hasil casting dan logam yang tidak berguna. Setelah dilakukan finishing maka bentuk bangunan, misalnya yang berbentuk inlay, lull crown atau bridge work, menjadi baik tetapi masih kasar. Kemudian dilakukan polishing.

2) Pengertian polishing

Polishing adalah suatu cara untuk membuat suatu bangunan, setelah dilakukan finishing, menjadi rata, halus dan mengkilap, sehingga bentuk bangunan tersebut menjadi amat bagus dan indah.

Dan inilah merupakan syarat utama di bidang kedokteran gigi bahwa polishing selalu dilakukan pada alat-alat yang dipasang dalam mulut pasien.

8. KEGAGALAN – KEGAGALAN PADA PROSES CASTING 1. Macam – macam kegagalan dan penyebabnya

a. Distrsion (distorsi atau pengoletan)

Distorsi ini dapat terjadi pada waktu pembuatan pola malam atau pada waktu pengambilan hasil casting dan dalam invesmen.

Menurut Phillips, (1982), penyebab terjadinya distorsi adalah sebagai berikut :

(13)

Universitas Gadjah Mada 13 1) terjadinya perubahan temperatur yang besar.

2) manipulasi bahan tidak benar.

3) teknik pembuatan malam tidak benar.

Penyebab ini terjadi pada pembuatan pola malam. Adapun penyebab terjadinya distorsi pada hasil cor, karena pengambilan hasil casting dan dalam invesmen. Misalnya masih dalam keadaan panas Iangsung diambil, sehingga pada waktu logam dingin akan mengkerut dan pengkerutan ini tidak ada yang menahan, akibatnya terjadi distorsi.

b. Surface roughness (permukaan kasar) 1) Air bubbler gelembung - gelembung udara).

Hal ini terjadi akibat pada waktu investing masih terdapat gelembung-gelembung udara yang terperangkap di dalam adonan invesmen dan menempel pada permukaan pola malam. Pada waktu casting, maka bekas-bekas gelembung udara ini akan diisi oleh lelehan logam. 2) Too rapid heating (pemasanan yang terlalu cepat)

3) W / p ratio (perbandingan antara air dan bahan invesmen)

W / p ratio ini adalah sangat penting. Apabila w/p ratio tidak tepat misalnya terlalu kecil atau terlalu besar dapat menimbulkan permukaan kasar dan flash casting.

4) Prolonged healing (pemanasan yang terlalu lama)

5) Casting pressure (tekanan pada waktu casting yang kurang benar) 6) Composition of the invesment (komposisi bahan invesmen)

Misalnya bahan invesmen yang sudah lama atau sudah kadaluwarsa, sehingga terjadi kerusakan dan salah satu komponen bahan invesmennya.

7) Foreign body (benda-benda asing) Adanya benda- benda asing yang masuk ke dalam mould space, misalnya pasir atau debu, dapat menimbulkan surface roughness pada permukaan hasil casting. c. Porosity (poros)

Penyebab porositas pada hasil casting, karena adanya pengaruh dari faktor – faktor teknis. Ada 3 macam porositas, yaitu :

1) Localized shrinkage porosity

Porositas ini akibat adanya pengerutan setempat / lokal. 2) Sub surface porosity

Porositas yang terjadi pada permukaan dalam dari hasil casting. 3) Micro-porosity. Penyebabnya antara lain :

(14)

Universitas Gadjah Mada 14 2. Panjang pendeknya sprue

3. Temperature melting yang terlalu besar

Temperatur pada waktu pemanasan mould space terlalu besar. d. Incomplete casting (hasil casting yang tidak lengkap)

Penyebabnya antara lain :

1) Wax elimination yang tidak sempurna sehingga masih terdapat sisa malam di dalam mould space. Hal ini terjadi apabila waktu wax elimination tergesa-gesa atau terlalu cepat.

2) Benda asing yang menyumbat sprue, misalnya sprue kemasukkan debu atau pasir atau terjadi kerontokan dan bahan invesmen yang membatasi mould space.

3) Pemutaran casting machine yang lambat, sehingga gaya centri fugal kecil, lelehan logam tidak dapat memasuki seluruh permukaan mould space.

2. Cara-cara menghindari / menanggulangi kegagalan pada proses casting a. Distorsi

Apabila ada bagian yang kurang pada pembuatan wax pattern maka penambahannya tidak begitu saja ditambah dengan malam cair yang baru, agar tidak terjadi perbedaan suhu yang besar.

1. Manipulasi bahan harus benar. Pada pelelehan malam harus rata 2. Teknik pembuatan wax pattern harus benar. Pada peletakkan malam

pada die (abutmen) harus benar - benar beradaptasi dengan baik tidak boleh ada bagian yang longgar.

3. Pada pengambilan hasil casting dan casting ring harus benar-benar dingin sekali.

b. Surface roughness

1) Untuk menghindari terjadinya surface roughness, karena air bubbler ialah pada waktu investing dengan tangan, maka dinding casting ring diketuk - ketuk perlahan – lahan agar gelembung udara naik keatas dan hilang. Sebaiknya pada investing menggunakan alat vacuum mixer dan vibrator.

2) Untuk menghindari terjadinya surface roughness ini, maka preheating, wax elimination dan heating harus dilakukan dengan perlahan-lahan pada peningkatan suhu dengan waktu yang tertentu.

(15)

Universitas Gadjah Mada 15 3) Penggunaan w/p ratio harus sesuai dengan w/ p ratio puder invesmen

dan cairan dan pabrik yang memproduksi badan invesmen.

4) Untuk menghindari perlakuan ini, maka pemanasan jangan terlalu lama dan harus mengikuti teori yang benar.

5) Tekanan pada waktu casting jangan terlalu besar dan jangan terlalu lambat pemutaran casting machine.

6) Penggunaan bahan invesmen jangan yang sudah kadaluwarsa, karena bahan invesmen yang sudah kadaluwarsakan terjadi kerusakan.

c. Incomplete casting

1) Untuk menanggulangi terjadinya incomplete casting yang disebabkan oleh tertinggalnya sebagian malam yang tidak dapat hilang akibat wax elimination dengan perlahan-lahan dan dengan waktu yang tertentu. Sebaiknya wax elimination dilakukan dengan alat furnace, sebab alat ini dapat distel mengenai suhu yang dikehendaki dan dapat dinaikkan suhunya dalam waktu tertentu. Misalnya wax elimination dilakukan dan suhu 1500C dinaikkan menjadi 3500C dalam waktu 30 menit. Pada furnace hal ini dapat distel.

2) Untuk menanggulangi terjadinya incomplete casting yang disebabkan oleh tersumbatnya sprue oleh benda asing sehingga aliran lelehan logam tertahan tidak dapat memasuki mould space. Hal ini dapat ditanggulangi/ dihindari dengan cara pada waktu investing selesai. Sprue pin jangan dahulu diambil.

Pengambilan sprue pin bilamana sudah slap untuk dilakukan preheating dan wax elimination. ‘l’erutama apabila preheating clan wax elimination dilakukan pada anglo, sebab debu / abu atau pasir yang berasal dan bahan bakan arang, dapat memasuki sprue.

3) Untuk menanggulangi terjadinya incomplete casting yang disebabkan oleh pemutaran casting machine lambat ialah dengan cara berputarnya casting machine mula-mula harus cepat, agar gaya centrifugal yang ditimbulkan oleh putaran casting machine besar, sehingga lelehan logam dapat masuk.

Referensi

Dokumen terkait

4 Peneliti dalam hal ini mengamati manajemen pengelolaan pembelajaran bagi siswa berlatar belakang Ponpes Tahfidz (studi kasus di Mts. Peneliti kualitatif memiliki

Sedangkan ketentuan mengenai jenis-jenis produk jasa keuangan, cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan, kualifikasi dan kriteria lembaga jasa

115 Gambar 4.25 Plot Data Hasil Proses Diferensiasi Harga Saham TLKM

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dalam program pendidikan tingkat Strata Satu (S1) pada Fakultas

Dibandingkan 5 pelabuhan petikemas di Asia lainnya, atribut terkait ‘survei untuk melihat kepuasan pengguna pada layanan yang diberikan’ (13) dan ‘klaim kargo dan kebutuhan

Jika dilihat dari rata- rata, maka penurunan aspek bullying psikis peserta didik pada kelompok eksperimen lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol hal ini

Hasil tersebut menunjukkan bahwa jenis kopi arabika mempunyai pola pertumbuhan terbaik adalah USDA-230762 dan Lini S-1934, sedangkan genotipe robbika adalah batang bawah robusta