• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA DIVISI KAPAL PERANG PT. PAL INDONESIA DENGAN METODE HOUSE OF RISK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA DIVISI KAPAL PERANG PT. PAL INDONESIA DENGAN METODE HOUSE OF RISK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA DIVISI KAPAL PERANG PT. PAL

INDONESIA DENGAN METODE HOUSE OF RISK

Putri Amelia1, Iwan Vanany 2, Indarso3 1Universitas Internasional Semen Indonesia 2Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

3

Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut

e-mail: 1putri.amelia@uisi.ac.id, 2 vanany@ie.its.ac.id, 3indarsost@gmail.com Abstrak

PT. PAL Indonesia (Persero) adalah industri strategis yang memproduksi alat utama sistem pertahanan Indonesia khususnya untuk matra laut. Perusahaan ini memiliki peran penting dan strategis dalam mendukung pengembangan industri kelautan nasional. Pekerjaan proyek denga nilai ekonomis yang tinggi sering dikerjakan. Perusahaan ini memiliki tantangan yang besar untuk membuat kapal dengan durasi yang sesuai dari tanggal yang ditetapkan. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan analisa resiko-resiko yang muncul di proses bisnisnya. Setelah diketahui risk event/kejadian-kejadian risiko operasional, selanjutnya akan dilakukan assesment risiko, dan terakhir yaitu melakukan program mitigasi risiko pada divisi kapal perang PT. PAL Indonesia. Model House of Risk (HOR) digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada. Dengan menggunakan 2 fase pengerjaan yaitu fase pertama dan kedua. Fase pertama yaitu melakukan identifikasi risiko dan agen risiko. Selanjutnya akan dilakukan pengukuran tingkat severity dan occurance serta perhitungan nilai aggregate risk priority (ARP). Fase kedua yaitu penanganan risiko. Sehingga diperoleh hasil 32 kejadian risiko dan 24 agen risiko. Berdasarkan nilai korelasi perhitungan kejadian risiko dengan agen risiko diperoleh 7 agen risiko terpilih berdasarkan diagram Pareto 80/20 yang perlu ditindaklanjuti oleh manajemen.

Kata kunci: House of risk, risiko, manajemen risiko, mitigasi risiko

Abstract

PT. PAL Indonesia (Persero) is a strategic industry that produces the main tool of Indonesian defense system especially for marine dimension. This company has an important and strategic role for supporting the development of national marine industry. Management project with high economic value is often done. The company has great challenges in managing, especially on the risks that arise in its business processes. Therefore, the House of Risk (HOR) model is used to identify and measure the potential operational risks that exist in the division of warships. There are two phases that used in this study. The first phase is identifying many risks and risk agents. The next step is measuring the severity and occurrences rate. Then, it will calculate the aggregate risk priority (ARP) value. The second phase is risk management. Finally, the research results will obtain 32 risk events and 24 risk agents. Based on correlation value of risk event incidence with risk agent, 7 selected risk agents were obtained based on Pareto 80/20 chart which need to be followed up by management.

(2)

1. PENDAHULUAN

Sebagai komponen utama pertahanan negara di laut, TNI Angkatan Laut melaksanakan pembangunan dan pengembangan kemampuan serta kekuatannya menggunakan perencanaan berdasarkan kemampuan (capability based planning). TNI Angkatan Laut melaksanakan pembangunan kekuatan dan kemampuannya secara terus menerus, berkesinambungan serta menuntaskan pembangunan kekuatan TNI Angkatan Laut untuk mencapai kekuatan pokok minimum pertahanan/MEF melalui percepatan pengadaan alutsista baru dan pendayagunaan industri pertahanan nasional bagi kemandirian pertahanan, melalui peningkatan pengadaan alutsista TNI Angkatan Laut secara simultan dan meningkatkan penelitian serta pengembangan berikut dukungan pendanaannya [1].

Komitmen pemerintah dalam pengembangan sektor kelautan yang diwujudkan dalam program Indonesia sebagai poros maritim dunia dan program tol laut, berdampak langsung pada optimalisasi industri kelautan nasional, yang pada gilirannya akan memberikan harapan baru sebagai sektor yang memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. PT. PAL Indonesia (Persero) sebagai salah satu industri strategis yang memproduksi alat utama sistem pertahanan Indonesia khususnya untuk matra laut,

PT. PAL Indonesia semakin kuat setelah dikeluarkannya UU No. 16 Tahun 2012 tentang industri pertahanan, dimana BUMN strategis diberi ruang yang lebih luas. Berdasarkan UU No. 16 [2] tersebut, PT. PAL Indonesia secara profesional mengemban amanah sekaligus kewajiban untuk berperan aktif dalam mendukung pemenuhan kebutuhan alutsista matra laut dan berperan sebagai pemandu utama (lead integrator) matra laut. Sebagai perusahaan galangan kapal dengan pengalaman lebih dari tiga dasawarsa, PT. PAL Indonesia merupakan salah satu industri perkapalan dalam negeri yang memiliki potensi dan sebuah pekerjaan proyek dengan nilai ekonomis yang tinggi dan strategis nasional, salah satunya Kapal Perang Republik Indonesia (KRI).

Tantangan terbesar dalam proses produksi PT. PAL Indonesia saat ini adalah bagaimana mengelola dan mengurangi risiko yang melekat dalam setiap situasi bisnis perusahaan khususnya divisi kapal perang. Untuk mengidentifikasi dan mengukur potensi risiko operasional yang ada pada divisi kapal perang PT. PAL Indonesia dapat menggunakan model House of Risk (HOR). Model ini merupakan sebuah framework yang dikembangkan oleh Pujawan dan Geraldin [1] dengan melakukan pengembangan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan metode Quality Function Deployment (QFD). Secara garis besar, tahapan dalam framework ini dibagi menjadi dua fase yaitu fase identifikasi risiko (risk identification) dan fase penanganan risiko (risk treatment).

Berbagai penelitian terkait dengan mitigasi resiko telah dilakukan diantaranya Retno Utari [2], Perancangan Strategi Mitigasi Risiko Supply Chain di PT. Atlas Copco Nusantara dengan Metode House of Risk. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi, menganalisa dan memilih urutan risiko dan strategi mitigasi risiko supply chain yang terkait dengan menggunakan metode House of Risk. Flora Tampubolon [3],

(3)

Pengelolaan risiko Supply Chain dengan Metode House of Risk. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi dan memitigasi risiko yang terjadi pada PT. XYZ. Ari Fendi dan Evi Yuliawati [4], Analisa strategi mitigasi risiko pada Supply Chain PT. PAL Indonesia (Persero). Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi kejadian dan agen risiko untuk dilakukan corrective action serta merencanakan strategi mitigasi. Dewi Kurniasari [5], Aplikasi model House Of Risk untuk mitigasi risiko proyek pembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan. Tujuan penelitian untuk memperlancar pembangunan jalan tol agar tidak mengalami keterlambatan dan memitigasi risiko yang muncul dalam pembangunan.

2. METODE PENELITIAN

Pada tahun 2009, I. Nyoman Pujawan dan Laudine H. Geraldin mengembangkan metode analisis risiko baru bernama House of Risk (HOR). HOR merupakan pengembangan dari model FMEA dan QFD. FMEA merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan suatu produk atau jasa serta melakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalisisasi risiko kegagalan tersebut. Penggunaan pendekatan tersebut didasarkan pada alasan bahwa metode ini dapat digunakan untuk melakukan analisis penyebab potensial timbulnya suatu gangguan, probabilitas kemunculan serta cara penanganannya. Sedangkan QFD merupakan suatu proses menetapkan keinginan pelanggan (apa yang “diinginkan” pelanggan) dan menterjemahkan menjadi atribut “bagaimana” agar tiap area fungsional dapat memahami dan melaksanakannya. Model framework pada QFD diharapkan mampu mengendalikan agen risiko yang dianggap prioritas sehingga aksi mitigasi risiko dapat berjalan secara efektif.

Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini secara ringkas dapat digambarkan dalam diagram alir.

(4)

a.

Gambar 1 Metode Penelitian 2.1 Studi Lapangan dan Studi Literatur

Studi lapangan yang diamati adalah manajemen mitigasi risiko operasional pada divisi kapal perang PT. PAL Indonesia. Sedangkan, studi literatur dilakukan dengan mempelajari materi yang didapat dari buku, tugas akhir, jurnal dan internet. 2.2 Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan pada manajemen mitigasi risiko yaitu:

a. Data primer meliputi identifikasi kejadian risiko yang mungkin terjadi dikumpulkan dari interview, brainstrorming, personal report dan wawancara dari berbagai pihak yang terkait. Data dari hasil pengumpulan digunakan untuk menentukan penilaian terhadap risk event, risk agent, hubungan antara risk event dan risk agent dan hubungan antara tindakan preventif (proactive action) dengan risk agent. Penyebaran kuesioner ini dilakukan kepada Kepala Departemen Divisi kapal perang, Kepala Biro, beserta staf yang terkait.

b. Data Sekunder meliputi sejarah Perusahaan dan struktur organisasi divisi kapal perang PT. PAL Indonesia.

2.3 Pengolahan Data dan Analisa

Pada tahapan ini terbagi menjadi 2 langkah yaitu perencanaan pelaksanaan identifikasi masalah dan analisa risiko.

Studi Literatur Studi Lapangan

Pengumpulan Data - Data risk event - Data risk agent Pengolahan data dan Analisa dengan

Metode House of Risk Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran Mulai

(5)

2.4 Kesimpulan dan Saran

Langkah berikutnya akan dilakukan analisa sesuai dasar teori yang sudah dibahas dalam studi literatur. Setelah dilakukan analisis, maka dapat ditarik kesimpulan tentang hal-hal yang terkait dengan analisa risiko dan strategi mitigasi risiko pada divisi kapal perang PT. PAL Indonesia.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahapan ini akan dijelaskan beberapa tahap didalam penyelesaian penelitian. Berikut adalah tahapan-tahapannya

3.1 Identifikasi Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko

Dalam tahap ini akan dihasilkan suatu daftar kejadian risiko yang didapat dari identifikasi sumber risiko, apa saja yang menjadi risiko (what), dimanakah risiko tersebut muncul (where), bagaimana risiko tersebut timbul (how) dan mengapa risiko tersebut muncul (why), sehingga risiko tersebut dapat berdampak terhadap pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan.

Pada tahap ini, dilakukan identifikasi kejadian risiko apa saja yang mungkin terjadi di semua area aktivitas Departemen Divisi Kapal Perang yaitu area Departemen PPC, Departemen MO & HO, Departemen Konstruksi Kapal, Departemen Electric Outfitting & Interior dan Departemen Dukungan Produksi. Proses identifikasi kejadian risiko yang mungkin terjadi pada tiap-tiap Departemen dikumpulkan dari wawancara secara langsung dan aktif dengan berbagai pihak yang terkait yang merupakan Kepala Departemen Divisi Kapal Perang. Penetapan hasil identifikasi kejadian risiko akhirnya memperoleh sebanyak 32 kejadian risiko.

Setelah dilakukan identifikasi kejadian resiko, langkah berikutnya yaitu melakukan penilaian dari kejadian resiko yang ada. Penilaian dari kejadian resiko dinilai dari skala 1 hingga 10. Skala 1 adalah dampak terhadap sasaran perusahaan dapat diabaikan. Sedangkan skala 10 adalah resiko berdampak sungguh sangat serius terhadap sasaran perusahaan. Nilai-nilai dari hasil wawancara disetiap departemen akan dimasukkan kedalam tabel severity [8][9] ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Severity dari Kejadian Risiko

Departemen Kejadian Risiko Severity Kode

Production Planning Control (PPC)

Pembengkakan JO 5 E1

Ketidaktersediaan data material 4 E2

Ketidakakuratan material penunjang 4 E3

Kesalahan permintaan pembelian 4 E4

(6)

Kekurangan budget 8 E6

Lemahnya koordinasi kerja 5 E7

Machinery Outfitting & Hull Outfitting (MO & HO)

Keterlambatan gambar desain 7 E8

Ketidaklengkapan drawing list 3 E9

Ketidaksesuaian uraian tugas 3 E10

Kesalahan pemasangan assembly member 7 E11

Kerusakan mesin 8 E12

Keterlambatan pekerjaan 7 E13

Konstruksi Kapal Kurangnya material saat pelaksanaan proyek 7 E14 Perbedaan material yang diterima 6 E15 Terlambatnya mobilitas alat angkat dan

angkut

5 E16

Adanya pencemaran lingkungan 6 E17

Pengabaian APD 7 E18

Terjadinya kecelakaan kerja 8 E19

Material rusak tidak dapat digunakan lagi 5 E20 Electric

Outfitting & Interior

Minimnya tenaga ahli dibidangnya 6 E21 Keterlambatan peralatan instalasi 5 E22

Kesalahan pemasangan peralatan 5 E23

Pemborosan listrik 3 E24

Pekerjaan ditolak class 7 E25

Akses ke lokasi proyek sulit 3 E26

Dukungan Produksi

Minimnya kesiapan fasilitas 5 E27

Lemahnya 5R di lingkungan kerja 4 E28

Kesalahan prosedur peluncuran 7 E29

Ketidakjelasan jenjang karir 4 E30

(7)

Kekurangan jumlah SDM 5 E32 Langkah berikutnya yaitu melakukan identifikasi penyebab risiko (risk agent). Risk agent merupakan faktor pemicu timbulnya kejadian risiko sehingga dengan melakukan strategi mitigasi terhadap penyebab risiko. Pada tahap ini, dilakukan identifikasi penyebab risiko dari kejadian risiko yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Satu penyebab risiko dapat memunculkan satu atau lebih kejadian risiko, atau sebaliknya, satu kejadian risiko dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab risiko. Penyebab risiko (risk agent) yang telah teridentifikasi sebanyak 24 penyebab risiko dari semua area departemen dengan kode masing-masing dan dapat dilihat pada Tabel 2.

Identifikasi nilai peluang kemunculan (occurrence) suatu penyebab risiko ini menyatakan tingkat peluang frekuensi kemunculan suatu penyebab risiko sehingga mengakibatkan timbulnya suatu atau beberapa kejadian risiko yang menyebabkan gangguan pada proses bisnis perusahaan dengan tingkat dampak tertentu. Dalam mengidentifikasi nilai tingkat peluang kemunculan (occurrence), digunakan skala 1-10

Tabel 2. Nilai Occurrence dari Penyebab Risiko

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Oj

A1 Kesalahan prosedur 3

A2 Rendahnya kemampuan manajerial/leadership 4

A3 Keterlambatan material 8

A4 Rendahnya dukungan consummable 7

A5 Material dipinjam 4

A6 Ketidaktaatan jadwal 6

A7 Minimnya pengawasan di lapangan 5

A8 Minimnya regenerasi 8

A9 Permintaan barang tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas 4

A10 Kesalahan gambar desain 5

A11 Kebakaran 3

A12 Minimnya maintenance/miss operasional 4 A13 Proses persetujuan ijin kerja bertele-tele 5

(8)

A15 Kurangnya APD 7

A16 Perubahan rencana produksi 3

A17 Pasokan listrik terhenti/listrik padam dari pemasok energi 2

A18 Minimnya ketersediaan fasilitas 7

A19 Cacat Produksi/Defect 3

A20 Adanya bencana alam (cuaca buruk, banjir) 2 A21 SDM kompeten keluar/pindah ke perusahaan lain 4

A22 Alat angkut/transporter/crane rusak 5

A23 Minimnya kompetensi 3

A24 Kurangnya order proyek 8

Nilai Korelasi Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko

Setelah dilakukan identifikasi resiko dan penyebab resiko (risk agent), pada tahap ini akan dilakukan penilaian korelasi antara agen risiko dengan kejadian risiko menggunakan skala nilai 0, 1, 3 dan 9.

Perhitungan Nilai Agregate Risk Potential (ARP)

Agregate Risk Potential (ARP) digunakan untuk memeringkat kejadian-kejadian risiko. Perhitungan ARP diperoleh dengan menggunakan rumus (2.2) sebagai berikut:

Dengan nilai Oj adalah Occurance. Sedangkan Si Rid dan j adalah akumulasi perkalian antara nilai serenity dan korelasi. Semua penyebab resiko dilakukan penilaian ARP nya dan setelah itu di ranking agar dapat diketahui nilai penyebab resiko mulai dari yang besar/sering terjadi hingga penyebab resiko yang jarang terjadi.

HOR fase 2 yaitu melakukan penanganan risiko (risk treatment). Agen/penyebab risiko yang teridentifikasi memiliki nilai ARPj terbesar yang ditentukan dengan diagram Pareto akan menjadi input data pada HOR 2 yaitu agen risiko prioritas yang akan dilakukan aksi mitigasi. Agen-agen risiko Aj dengan nilai ARPj masing-masing dirangking mulai dari nilai yang terbesar sampai dengan nilai yang terkecil, kemudian dihitung nilai persentase masing-masing ARPj terhadap total ARPj dan kemudian persentase tersebut dikumulatifkan sehingga sampai 100%.

(9)

Gambar 2 Diagram Pareto ARPj dari Semua Agen Risiko

Dari hasil diagram Pareto dengan menggunakan prinsip 80/20 dapat diketahui agen risiko terpilih yang akan dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan aksi mitigasi risiko adalah keterlambatan material (A3), rendahnya dukungan consummable (A4), kurangnya order proyek (A24), minimnya ketersediaan fasilitas (A18), minimnya regenerasi (A8), kurangnya APD (A15)dan SDM kompeten keluar/pindah ke perusahaan lain (A21). Dari agen risiko terpilih maka didapatkan 14 aksi mitigasi risiko yang bertujuan untuk mengurangi probabilitas kemunculan agen risiko terpilih secara berurutan adalah sebagai berikut: Cek stock level dan management material, meningkatkan sarana dan prasarana, menginventarisir kelengkapan peralatan kerja, rekrutmen terhadap calon tenaga kerja muda, melaksanakan komitmen bersama, memperbaiki sistem kinerja proses pengadaan material, meningkatkan kualitas produksi, safety patrol melakukan evaluasi proses terhadap pengadaan APD, manajemen karir yang lebih baik, memberikan pengetahuan dan skill, melakukan analisa lapangan di warehouse secara kontinyu, menyusun program peningkatan hubungan dengan supplier, re-layout bengkel dan upgrade mesin serta utilisasi dan pengembangan fungsi bengkel palletizing.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil identifikasi kejadian risiko operasional atau HOR 1 didapatkan 32 kejadian risiko, dimana 7 kejadian risiko pada departemen PPC, 6 kejadian risiko pada departemen (MO & HO), 7 kejadian risiko pada departemen konstruksi kapal, 6 kejadian risiko pada departemen Electric Outfitting & Interior dan 6 kejadian risiko pada departemen dukungan produksi. Sedangkan jumlah penyebab resikonya teridentifikasi 24 risk agent.

Hasil dari HOR 2 yaitu melakukan mitigasi resiko. Berdasarkan hasil perhitungan ARP diketahui bahwa 7 risk agent / penyebab resikoyang perlu diperhatikan yaitu keterlambatan material, rendahnya dukungan consummable, kurangnya order proyek, minimnya ketersediaan fasilitas, minimnya regenerasi, kurangnya APD dan SDM

(10)

kompeten keluar/pindah ke perusahaan lain. Dari agen risiko terpilih maka didapatkan 14 aksi mitigasi risiko.

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu untuk lebih efektif lagi dengan melibatkan tenaga ahli sesuai bidang proyek yang dilakukan ataupun pejabat pada perusahaan yang berkompeten terhadap pelaksanaan proyek.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. PAL Indonesia didalam melakukan pengumpulan data pada penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

[1] Mabesal, 2015, Kebijakan Perencanaan TNI Angkatan Laut, Jakarta: Markas Besar TNI Angkatan Laut

[2] Kemenkumham. (2012). "Undang-Undang No. 16 Tentang Industri Pertahanan". Jakarta: Republik Indonesia

[3] Pujawan, I. N., & Geraldin, L. H, 2009, House of risk: a model for proactive supply chain risk management, Business Process Management Journal , Vol. 15 No.6, pp. 953-967.

[4] Utari, R, 2015, Perancangan Strategi Mitigasi Risiko Supply Chain di PT. Atlas Copco Nusantara dengan Metode House of Risk, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS Surabaya .

[5] Tampubolon, F. ,2013, Pengelolaan Risiko Supply Chain dengan Metode House of Risk, Jurnal Teknik Industri, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa , Vol. 1 No. 3, pp. 222-226.

[6] Fendi, A., & Yuliawati, E, 2012, Analisis Strategi Mitigasi Risiko pada Supply Chain PT. PAL Indonesia (Persero, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST) Periode III.

[7] Kurniasari, D, 2010, Aplikasi Model House of Risk (HOR) untuk mitigasi risiko proyek pembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI, Program Studi MMT-Institut Teknologi Sepuluh Nopember .

[8] Kaprang, D. (2016). "Petunjuk Organisasi Divisi Kapal Perang No. 234002". Surabaya: PT. PAL Indonesia (Persero).

(11)

Gambar

Gambar 1 Metode Penelitian  2.1 Studi Lapangan dan Studi Literatur
Tabel 1.  Nilai Severity dari Kejadian Risiko
Tabel 2. Nilai Occurrence dari Penyebab Risiko
Gambar 2  Diagram Pareto ARPj dari Semua Agen Risiko

Referensi

Dokumen terkait

Arsip merupakan hal yang sangat penting bagi organisasi baik pemerintah maupun swasta, namun sistem kearsipan yang digunakan Unit Tata Usaha Dinas Pendidikan Kayu

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Cilacap membuat beberapa program dalam upaya pengentasan kemiskinan seperti : a) memberi bantuan usaha produktif dalam

Dalam rangka pertanggungjawaban pencapaian kinerja dan pelaksanaan anggaran tersebut serta untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance),

Kualitatif yang menggunakan observasi lapangan, menurut Frederick Erickson ( dalam Redja Mudyahardjo 1998: 80). Bertujuan : 1) lebih terarah kepada mengetahui

Klasifikasi tiga jenis ukuran butir digunakan sebagai titik awal untuk mengklasifikasikan dan nama terrigenous sedimen klastik dan batuan sedimen: kerikil dan

722/Menkes/Per/IX/1988 secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai bahan makan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak

Mengetahui dimensi electronic word of mouth di social media twitter yang paling berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada restoran holycowsteak.. Signifikansi akademis

Bapepam melalui Surat Keputusan Bapepam No. 06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang Pedoman penyajian Laporan Keuangan mensyaratkan elemen-elemen yang seharusnya