• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pasar potensial yang sangat besar untuk peralatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pasar potensial yang sangat besar untuk peralatan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan pasar potensial yang sangat besar untuk peralatan kesehatan dengan pertumbuhan pasar mencapai 20% per tahun, dimana kondisi ini diperkirakan akan terus bertambah pada tahun-tahun berikutnya. Dengan jumlah penduduk yang saat ini mencapai lebih dari 237 juta jiwa (berdasarkan sensus penduduk tahun 2010) menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pasar yang besar untuk peralatan kesehatan dan industri pelayanan kesehatan. Gaya hidup, pengetahuan tentang kesehatan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pelayanan kesehatan, selain itu pelayanan kesehatan juga dipengaruhi faktor alam yang dimiliki seperti timbulnya bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, banjir dan bencana alam lainnya.

Saat ini, pelayanan kesehatan diselenggarakan oleh pelayanan pemerintah dan swasta. Dari pemerintah, layanan kesehatan ini berupa rumah sakit dan puskesmas yang melayani daerah di seluruh pelosok Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian KesehatanRepublik Indonesia tahun 2012, jumlah rumah sakit yang terdata sejumlah 2.083 rumah sakit dan puskesmas sejumlah 9.510 puskesmas. Sektor swasta juga memberikan kontribusi yang besar terhadap

(2)

2

pelayanan kesehatan ini, yaitu mencapai lebih dari setengah total rumah sakit yang ada , seperti terlihat dalam Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel1.1Perkembangan Jumlah Rumah Sakit (Umum dan Khusus) di Indonesia tahun 2008–2012 No. Pengelola/Kepemilikan 2008 2009 2010 2011 2012 1 Kementerian Kesehatan dan pemerintah propinsi/kabupaten/kota 508 552 582 614 656 2 TNI/Polri 112 125 131 134 154 3 Kementerian lain 78 78 79 3 3 4 BUMN 77 75 5 Swasta 673 768 840 238 468

6 Swasta non profit 655 727

Jumlah 1371 1532 1632 1721 2083

Sumber : Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013

Pengelompokan di atas berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit.Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerahdan Badan Hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit swasta adalah rumahsakit yang dikelola oleh bahan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroanterbatas atau persero.Perkembangan rumah sakit umum di Indonesia selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik 1.1, dan untuk perkembangan rumah sakit khusus dapat dilihat pada Grafik 1.2 berikut ini.

(3)

3

Grafik 1.1Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus di Indonesia tahun 2008-2012

Sumber : Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013

Grafik 1.2Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Khusus di Indonesia tahun 2008-2012

Sumber : Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013

(4)

4

Berdasarkan data tahun 2012, rumah sakit khusus mencakup RS Ibu dan Anak sebanyak 169 unit, RS Bersalin sebanyak 94 unit, dan RS Jiwa sebanyak 53 unit, sepert dapat dilihat pada Grafik 1.3. Adapun yang termasuk dalam RS Khusus lainnya yaitu RS Mata, RS Tuberkulosis Paru, RS Kanker, RS Penyakit Infeksi, RS Ortopedi, RS Khusus Penyakit Dalam, RS Khusus Bedah, RS Jantung, RS Khusus THT, RS Stroke, RS Khusus Anak, RS Khusus Ginjal, RS Khusus Gigi dan Mulut serta RS Khusus Kusta.

Grafik 1.3 Persentase Rumah Sakit Khusus (RSK) Menurut Jenis di Indonesia tahun 2012

Sumber : Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013

Klasifikasi rumah sakit dikelompokan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 983. Menkes/SK/1992 tentang pedoman rumah sakit umum menyebutkan bahwa rumah sakit pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi rumah sakit umum tipe A, B, C dan D. Klasifikasi

(5)

5

tersebut didasarkan pada unsur pelayanan yang dimiliki. Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik luas.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang – kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

Pada tahun 2012 sebagian besar rumah sakit tergolong kelas C. Dari jumlah 2.083 unit RS, terdapat 630 unit RS kelas C, 415 unit RS kelas D, 255 RS kelas B, 56 unit RS kelas A dan 727 unit RS belum ditetapkan kelasnya. Grafik1.4 menyajikan persentase RSU dan RSK menurut kelas.

(6)

6 Grafik1.4Persentase Rumah Sakit Menurut Kelas di Indonesia Tahun 2012

Sumber : Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013

Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan maka dibutuhkan sarana dan prasarana seperti dokter, perawat dan tenaga medis lainnya. Selain itu dibutuhkan juga prasarana pendukung seperti peralatan kesehatanantara lain: peralatan rontgen, peralatan labotarorium, tempat tidur dan peralatan rekam medis bagi pasien. Peralatan kesehatan dapat didefinisikan juga sebagai semua jenis peralatan dan barang habis pakai yang digunakan oleh rumah sakit, laboratorium, dan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan perorangan dalam rangka mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Peralatan yang digunakan untuk melakukan pengecekan kesehatan dan bahan habis pakainya juga dapat

(7)

7

dikelompokkan dalam peralatan kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan peralatan kesehatan ini memiliki jangkauan pasar yang sangat luas.

Pangsa pasar untuk peralatan kesehatan di Indonesia mengalami pertumbuhan dengan rata-rata per tahun mencapai 18% sejak tahun 2003. Lebih dari 85% peralatan kesehatan tersebut merupakan barang impor. Sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan didukung dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kondisi kesehatan, menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar pelayanan kesehatan terbesar di dunia.

Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir terdapat peningkatan alokasi dan realisasi anggaran Kementerian Kesehatan RI. Pada Tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI memiliki alokasi anggaran sebesar Rp 33,29 trilyun dengan realisasi Rp.30,65 trilyun (92,08%). jumlah tersebut meningkat pada tahun 2015 menjadi Rp 51,3 trilyun. Pemerintah berkonsentrasi pada pembangunan dan peningkatan pelayanan kesehatan pada pusat-pusat layanan kesehatan masyarakat seperti puskesmas untuk masyarakat dengan penghasilan rendah, dan puskesmas bergerak yang melayani daerah-daerah di pelosok pedesaan yang tidak terjangkau oleh pelayanan publik seperti puskesmas kecamatan atau kelurahan. Dalam waktu bersamaan pemerintah juga meningkatkan pelayanan sosial dan kesehatan yang disebut BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) dengan mengalokasikan biaya sebesar Rp 20,3 trilyun. Program BPJS Kesehatan ini menargetkan untuk mampu melayani 88,2 juta jiwa di seluruh Indonesia.Sementara itu, penduduk lainnya menghabiskan pengeluaran biaya kesehatan sebesar 600 juta USD per tahundi fasilitas-fasilitas kesehatan di luar

(8)

8

negeri seperti: Singapura, Malaysia atau Australia. Salah satu alasannya, rumah sakit dalam negeri dianggap kurang secara kualitas dan kuantitas, antara lain kurangnya tenaga terampil dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang ada yang mendukung kebutuhan pasien. Untuk menjembatani hal itu, pemerintah mendorong pihak swasta untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selanjutnya, mulai tahun 1992, pemerintah juga memberikan hak kepada pihak asing untuk memiliki saham kepemilikan (hingga 100%) dan menjalankan rumah sakit. Sampai akhir tahun 2102, berdiri 2.083 rumah sakit swasta di seluruh Indonesia. Melalui peningkatan jumlah rumah sakit swasta ini, pemerintah juga berharap akan menjadi motivasi bagi rumah sakit pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatannya.

Dampak lain dari kebijakan tersebut, adalah menggairahkan perusahaan pemasok atau distributor peralatan kedokteran di Indonesia. Bahkan mulai tahun 2000, permintaan terhadap peralatan kedokteran rekondisi pun meningkat. Peningkatan ini disebabkan perlu dilakukannya penggantian peralatan yang sudah memiliki umur yang cukup tua, dimana peralatan tersebut pada umumnya dibeli sebelum terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997. Disamping itu, permintaan terhadap kebutuhan peralatan kedokteran yang masih baru juga turut meningkat. Permintaan ini untuk memenuhi sistem pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia yaitu 2.083 rumah sakit dan 9.510 puskesmas, serta lebih dari 800 laboratorium swasta dan 26 laboratorium milik pemerintah. Pelayanan kesehatan ini ditujukan untuk lebih dari 237juta masyarakat Indonesia yang tersebar di 33 propinsi. Pentingnya ketersediaan fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan

(9)

9

berbanding lurus dengan jumlah distribusi untuk fasilitas farmasi dan peralatan kedokteran. Setiap tahunnya kebutuhan ini semakin meningkat. Jumlah distribusi farmasi dan peralatan kedokteran ini berdasarkan tipenya selama tahun 2010 -2012 ditampilkan pada Grafik 1.5 dibawah ini.

Grafik 1.5Jumlah Sarana Distribusi Kefarmasian dan Alat Kesehatan di Indonesia tahun 2010 - 2012

Sumber : Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013

Dalam industri peralatan kesehatan, selain industri farmasi dan perusahaan peralatan kesehatan, ada banyak pihak yang mempengaruhi jalannya aktifitas bisnis industri ini. Mulai dari pihak pemerintah sebagai regulator dan penyediaan fasilitas kesehatan terhadap masyarakat luas, pihak swasta penyedia layanan kesehatan, importir atau distributor, hingga pengguna seperti rumah sakit maupun

(10)

10

pasien. Semua adalah pemegang peranan penting dalam aktivitas penyediaan peralatan kesehatan seperti yang terlihat pada gambar 1.3.

Gambar 1.1 Pemangku Kepentingan di Industri Peralatan kesehatan

Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2012

Pertumbuhan yang meningkat dalam pengembangan rumah sakit baru sebagian besar dilakukan oleh perusahaan swasta nasional. Selain itu, ada juga yang bekerjasama dengan pihak investor asing. Kerja sama dengan pihak asing ini dalam bentuk sebagai penyandang dana, dalam bentuk alih teknologi dan pengetahuan dalam pola pelayan kesehatan masyarakat, dalam bentuk pengenalan teknologi tinggi baru yang dimiliki, atau kerjasama dalam infrastruktur untuk operasional rumah sakit.

Saat ini, industri rumah sakit di Indonesia banyak didominasi oleh kelompok bisnis tertentu. Pembahasan dibawah ini akan mengungkapkan para pebisnis yang

(11)

11

sudah memiliki pasar yang cukup besar, antara lain: Lippo Group, Mayapada Group, PT Binara Guna Medikatama (Rumah Sakit Pondok Indah dan Rumah Sakit Puri Indah Pondok Indah), Ramsay Health Grup (Rumah Sakit Premier Bintaro dan Rumah Sakit Premier Jatinegara), PT Sarana Mediatama (Rumah Sakit Omni Internasional), Yayasan Taruma Negara (Rumah Sakit Royal Taruma). Selain grup usaha yang disebutkan di atas, saat ini juga banyak bermunculan rumah sakit yang melakukan akuisisi atau merger dengan rumah sakit lainnya untuk memperkuat bisnis mereka, meskipun belum sebesar grup-grup diatas, namun secara keseluruhan jumlah pasien yang ditangani dan fasilitas yang dimiliki semakin meningkat. Grup rumah sakit tersebut antara lain: Grup RS Mitra Keluarga, Rumah Sakit Awal Bros dan Rumah Sakit Bunda. Semua grup ini dimiliki oleh pengusaha lokal, dengan jumlah tempat tidur pasien yang mencapai persyaratan rumah sakit tipe B atau C.

Untuk memenuhi kebutuhan akan peralatan diagnostik dan terapi serta kebutuhan peralatan di laboratorium rumah sakit, kebutuhan akan peralatan kedokteran dipasok produk impor hingga mencapai total 85% dan sisanya oleh pemasok lokal. Oleh karena itu, importir dan distributor pemilik keagenan menjadi salah satu pemain kunci dalam bisnis peralatan kedokteran. Importir dan keagenan umumnya menjadi satu kesatuan dalam sebuah perusahaan distibutor. Keterlibatan distributor lokal merupakan keharusan yang diatur oleh pemerintah, peranan penting distributor lokal ini adalah sebagai pelaksana fungsi pemasaran, seperti pengembangan pasar dan memasarkan produk itu sendiri. Disamping itu,

(12)

12

distributor lokal atau distributor juga dapat menjalankan fungsinya untuk pelayanan purna jual.

Keterlibatan distributor lokal penting untuk penjualan ke rumah sakit-rumah sakit pemerintah, rumah sakit tentara atau rumah sakit milik lembaga pemerintah lainnya. Selain itu penggunaan distributor lokal dapat dimanfaatkan untuk melakukan penetrasi pasar terutama di daerah yang bukan merupakan ibukota propinsi seperti kabupaten atau daerah pelosok lainnya.

Sebagian besar distributor peralatan kedokteran berada di dua pulau saja yakni Pulau Jawa terutama Jakarta dan kota-kota besar di dalamnya dan di Sumatera seperti : Medan, Pekanbaru, Palembang dan Lampung. Berdasarkan data tahun 2008 jumlah perusahaan importir dan distributor peralatan kesehatan sebanyak 667 perusahaan dan 3.296 perusahaan yang merupakan sub-distributor yang terdaftar di Kementerian Kesehatan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dilihat bahwa masih terbukanya peluang di dalam industri peralatan kesehatan ini. PT. SA sebagai salah satu perusahaan distributor memiliki peluang besar untuk masuk di industri ini dengan melakukan diversifikasi usaha melalui pembukaan bisnis unit baru untuk pelayanan purna jual peralatan kesehatan dengan memanfaatkan Service Department yang menjadi bagian dari perusahaan selama ini. Untuk itu keputusan yang akan diambil terkait peluang ini harus dilakukan kajian lebih dalam sehingga apa yang diharapkan dapat terwujud nantinya. Berdasarkan kondisi ini peneliti mengajukan penelitian dengan dua buah

(13)

13

pertanyaan penelitian yaitu : Apakah Service Department dapat dijadikan sebuah bisnis unit baru berdasarkan potensi yang ada saat ini dan bagaimanakah model bisnis yang sesuai untuk dilaksanakan?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan analisa dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Menganalisis kelayakan strategis Service Department di PT. SA sebagai bisnis unit baru dan mengidentifikasikan model bisnis yang sesuai.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi manajemen PT. SA, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran mengenai layak tidaknya Service Department menjadi bisnis unit yang mandiri;

2. PT. SA mendapatkan informasi dari kajian strategis terhadap keuntungan dan kelemahan apabila Service Department menjadi unit bisnis strategis baru dan mendapatkan informasi apakah dapat memberikan keuntungan lebih, sehingga dapat dikembangkan menjadi sebuah bisnis unit baru sebagai portofolio bisnis perusahaan yang baru;

3. PT SA mendapatkan analisis apakah Service Department dapat memfokuskan diri untuk mempertahankan keunggulan pelayanan yang dimiliki dan meningkatkan faktor-faktor pelayanan yang masih dianggap kurang;

4. mempermudah penyusunan tujuan, sasaran, pengembangan pelayanan Service Department di PT. SA.

(14)

14 1.5 Sistematika Penulisan

Penelitian ini ditulis berdasarkan sistematika yang sudah ditentukan. Adapun sistematika penulisan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHUUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang, pokok masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan yang berkaitan dengan topik yang diangkat.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini, sebagai pedoman pembahasan dan rekomendasi pemecahan masalah. Landasan yang dipilih adalah teori tentang strategi manajemen,dan diversifikasi, serta teori bisnis model.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang pengembangan metode penelitian dan dijelaskan deskripsi obyek penelitian. Penelitian dilakukan di PT. SA dengan melakukan wawancara, diskusi dan kuisoiner dengan pihak-pihak yang terkait dengan Service Department, seperti divisi produk, marketing, pihak pelaksana dan jajaran manajemen. Penelitian ini lebih khusus dilakukan di Service Department yang memberikan layanan purna jual terhadap seluruh peralatan yang dijual oleh PT. SA.

(15)

15

Babini membahas tentang profil perusahaan sebagai obyek penelitian, membahas hasil penelitian serta pembahasan secara terpadu. Hasil penelitian dijelaskan dengan bentuk tulisan, gambar, atau tabel. Sehingga di bab ini dapat menganalisis kelayakan strategis untuk dibentuknya sebuah bisnis unit baru dari Service Department, dan menentukan pola model bisnis yang sesuai.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian akhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran, keduanya merupakan dua pernyataan yang terpisah, dimana kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan. Sedangkan saran merupakan opini pribadi yang ditujukan kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan hasil penelitian ini.

Gambar

Grafik 1.1Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus di Indonesia  tahun 2008-2012
Grafik 1.3 Persentase Rumah Sakit Khusus (RSK) Menurut Jenis di Indonesia  tahun 2012
Grafik  1.5Jumlah Sarana Distribusi Kefarmasian dan Alat Kesehatan di Indonesia  tahun 2010 - 2012
Gambar 1.1 Pemangku Kepentingan di Industri Peralatan kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Setelah intervensi hari tiga sampai 7 (minggu pertama) peneliti melakukan evaluasi kepada responden dengan hasil terjadi penurunan nyeri dengan intensitas kadang

sosialisasi kepada masyarakat berkaitan dengan program KB. Berdasarkan hasil penelitian, sejauh ini dalam pelaksanaan sosialisasi yang dilakukan oleh Penyuluh KB mengenai

Wawancara dilakukan dalam bentuk tanya jawab dan diskusi yang mengarah pada pemanfaatan hasil program pemberdayaan melalui pendidikan kecakapan hidup (life skills)

(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau mengurangkan sanksi administrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana

Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa pengetahuan, sikap dan manajemen lak- tasi ibu di wilayah kerja Puskesmas Samaenre pada tahun 2014 sebagian besar masih berada pada

Kelas VII.1 merupakan objek penelitian, alasan dipilihnya kelas VII.1 karena antusias siswa di kelas ini dalam bidang seni tari cukup tinggi, dapat dilihat dari jumlah siswa

Penyebaran kuesioner dengan pertanyaan pilihan berwisata di Yogyakarta dibandingkan dengan Sumatera Utara bagi wisatawan mancanegara dengan Kemudahan Visa sebagai acuan, dari

Adaptasi penglihatan pada hewan nokturnal khususnya terjadi di retina matanya, karena retina merupakan bagian dari mata yang berperan dalam melihat warna.. Dari