• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL SEQIP DALAM PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPA DI PGSD FKIP UNEJ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL SEQIP DALAM PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPA DI PGSD FKIP UNEJ"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL SEQIP DALAM

PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPA DI PGSD FKIP UNEJ

* Imam Mudakir

Abstrak:

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keefektifan penerapan

model SEQIP dalam pembelajaran konsep dasar IPA. Percobaan dilakukan pada kelas

yang dipilih secara

purposive random

. Data diperoleh dari pre-test dan past-test dan

dianalisis dengan rumus keefektifan relatif. Hasilnya menunjukan cukup efektif (28,2%).

Abstract: This research aims at finding out the effectiveness of the application of SEQIP

model in learning basic concept of Natural Science. The data obtained were the results

of pre-test and post-test given to selected students of D2 PGSD and analyzed using

relative effectiveness. The finding shows that SEQIP was quite effective, therefore it is

suggested that teachers and related institutions use SEQIP learning model to teach Basic

concept of Natural Science.

Kata kunci:

model pembelajaran SEQIP, konsep dasar IPA keefektifan.

Upaya peningkatan kualitas tenaga pendidik khususnya jenjang pendidikan dasar, pemerintah telah memberikan kesempatan bagi guru SD dan lulusan SMA atau yang sederajat untuk mengikuti program D2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) termasuk FKIP UNEJ. Hal ini bertujuan agar setelah selesai mengikuti program tersebut guru atau calon guru menguasai materi dan pembelajarannya sesuai tuntutan kurikulum KBK di SD .

Tujuan penting pembelajaran IPA adalah membantu siswa memahami peristiwa-peristiwa alam, prinsip-prinsip ilmiah, dan teori-teori yang dipergunakan untuk mendeskripsikannya. Sayang tujuan tersebut tidak mudah dicapai. Salah satu penyebabnya adalah banyak fenomena yang sulit dipahami, dan prinsip-prinsip ilmiah yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu bersifat abstrak kompleks (Kardi, 2000). Kenyataan ini, banyak guru dalam PBM konsep-konsep IPA tidak memberikan contoh konsep nyata sehari-hari yang banyak ditemukan di lingkungan alam sekitar siswa (Nasoetion, 1991).

Dewasa ini terjadi perubahan paradigma dalam PBM, bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalamiapa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingatjangka pendek, tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Akan tetapi sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar.

Beragamnya latarbelakang input mahasiswa PGSD, maka penyajian materi perkuliahan dalam PBM haruslah dapat menghidupkan suasana belajar yang dinamis dan kondusif sehingga mahasiswa lebih baik dalam memahami materi yang disajikan. Disadari betul bahwa dalam PBM konsep dasar IPA belum sepenuhnya dapat diserap dengan baik oleh mahasiswa, hal ini disebabkan antara lain dimungkinkan tingkat intelektualitas mahasiswa masih rendah atau metode/strategi pembelajaran yang digunakan dalam PBM kurang tepat.

(2)

Metode ceramah umumnya selalu dominan dipakai dalam transfer ilmu pengetahuan dengan cara penyampaian yang monoton, hal ini menyebabkan menurunnya motivasi belajar. Keberhasilan belajar dapat dipengaruhi oleh faktor luar di antaranya fasilitas belajar, performen pengajar, strategi belajar maupun sistem pemberian umpan balik dan faktor dalam diri siswa di antaranya tingkat kecerdasan peserta didik, motivasi, dan lain sebagainnya.

Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar yang lebih memberdayakan siswa, yaitu sebuah strategi belajar yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Melalui landasan filosofi konstruktivisme, Zahorik, 1995 dalam Dikdasmen, (2002) menyatakan bahwa “knowledge is contructed by humans. Knowledge is not a set of facts, concepts, or laws waiting to be discovered. Its is not something that exists independent of a knower. Humans create or construct knowledge as they attempt to bring meaning to their experience. Everything that we know, we have made”.

Salah satu model pembelajaran IPA yang berorientasi pada konstruktivisme yang dikembangkan oleh Science Education Quality Improvement Project (SEQIP) yaitu pembelajaran model SEQIP (SEQIP, 2002). Model ini menekankan beberapa prinsip IPA yang dilakukan dalam beberapa tahapan pelaksanaan pembelajaran. Sejumlah tahapan yang harus dilakukan adalah tahapan pokok, tahapan pengajaran, dan tahapan kegiatan yang dapat dilakukan. Pada setiap tahapan itu dilakukan kegiatan yang mendorong siswa agar mampu menemukan sendiri permasalahan-permasalahan dari topik yang sedang dihadapi dan sekaligus mampu mencari solusinya yang tepat dengan serangkaian percobaan. Dengan demikian siswa akan selalu tertantang untuk menemukan beberapa permasalahan IPA sekaligus mampu untuk memberikan solusi pemecahannya.

Dalam konteks pembelajaran konstuktivisme, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberikan informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa) ( Dikdasmen, 2002).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam dan isinya yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah yang antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan. Melalui pembelajaran IPA, siswa diharapkan dapat memperoleh pandangan yang luas untuk memecahkan masalah yang timbul dari penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu dalam pelajaran IPA siswa dibiasakan melakukan eksperimen dan observasi, mengumpulkan data, menguji konsep, dan membuat kesimpulan. Keterampilan proses yang dilakukan pada suatu percobaan dapat meminimalkan kejenuhan siswa dalam mempelajari suatu teori. Kejenuhan yang terjadi diakibatkan karena kurang/sulit pahamnya siswa dalam mempelajari materi yang disampaikan guru (Budi, 2005).

IPA juga merupakan bagian dari ilmu pengetahuan (science) yaitu mempelajari tentang kehidupan (biologi) dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam, untuk memahami dan mengerti peristiwa perlu pengamatan, melakukan percobaan yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa tersebut. Mengamati merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk mempelajarinya sehingga konsep-konsep yang ada di dalamnya dapat dipahami dengan baik. Karena itu semakin kongkrit pengalaman yang diberikan, akan lebih menjamin terjadinya proses belajar mengajar dengan baik (Raharjo, 1989).

Di samping itu pembelajaran IPA sebenarnya merupakan proses dan produk, IPA sebagai proses akan menampilkan keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk mencapai produk IPA. Sedangkan produk pembelajaran IPA berupa sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta, konsep, dan prinsip. Pembelajaran IPA memberikan penekanan pada pendekatan proses untuk memperoleh produk (Astutik, 2004).

(3)

Struktur pembelajaran IPA menurut model SEQIP terdiri atas tahapan pokok, tahapan pengajaran, dan contoh pilihan kegiatan yang dapat dilakukan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1

Strukrur Pembelajaran IPA Menurut SEQIP

No TAHAPAN

POKOK

TAHAP PENGAJARAN

CONTOH PILIHAN KEGIATAN YANG DAPAT DILAKUKAN

1. Kegiatan Awal Pendahuluan 1. Percobaan/demonstrasi sesuatu yang dibawa oleh guru.

2. Cerita/kejadian

3. Revisi atau melanjutkan pelajaran terdahulu yang tidak lengkap.

4. Mengamati/membahas penerapan teknis dalam lingkungan.

Pengetahuan Awal Siswa

Mengumpulkan dan mendiskusikan 2. Kegiatan Inti Perumusan

pertanya- an/permasalahan tentang topik pela-jaran.

Merumuskan pertanyaan atau permasalahan tentang topik pelajaran.

Kegiatan 1. Melaksanakan percobaan.

2. Permaianan/simulasi

3. Mengumpulkan bahan-bahan untuk dibandingkan, diklasifikasi, dsb.

4. Periksa cara kerja peralatan teknis

Pengamatan Melakukan pengamatan sebanyak mungkin

Jawaban pertanyaan

Pemecahan masalah

1. Penjelasan oleh siswa (tebak-duga- diskusi)

2. Landasan Pemikiran. 3. Perumusan kesimpulan. Penjelasan oleh guru (bila diperlukan) 3. Kegiatan

Pemantapan

1. Penerapan (sangat baik bila berhubungan

dengan lingkungan siswa seperti tubuh, keluarga, makanan, teknik, pekerjaan, dsb).

2. Menjawab pertanyaan 3. Membuat ringkasan 4. Pekerjaan rumah

Memperhatikan permasalahan di atas, maka yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah dengan menerapkan pembelajaran model SEQIP akan meningkatkan keefektifan pembelajaran khususnya pada matakuliah konsep dasar IPA sub pokok bahasan gerak pada tumbuhan, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar, pemahaman materi dan daya serap, dan akhirnya akan meningkatkan hasil belajar mahasiswa D2 PGSD FKIP Universitas Jember.

(4)

Desain penelitian penerapan pmbelajaran model SEQIP menggunakan “One Group Pre-test and Post-Pre-test yang dilakukan di FKIP Universitas Jember. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa PGSD angkatan 2003/2004. Kelas yang dipilih sebagai subyek penelitian ditentukan secara purpossive random sampling adalah Kelas J dengan pertimbangan bahwa kelas tersebut memiliki nilai prestasi yang kurang dan sebaran nilai yang relatif homogen. Penerapan Pembelajaran model SEQIP, mengambil subpokok bahasan gerak pada tumbuhan dengan menggunakan tumbuhan percobaan putri malu (Mimosa pudica L.) dengan memberi sumber rangsang gerak berupa sentuhan, rangsang panas dan rangsang tiupan yang dipersiapkan di dalam kelas. Kelas dibentuk kelompok-kelompok untuk melakukan percobaan kemudian mengamati hasil percobaan dan mendiskusikannya.

Data diperoleh dari hasil pre-test dan post-test yang berupa soal uraian sebanyak 5 butir dan soal jawaban pendek sebanyak 20 butir. Untuk mengetahui keefektifan penerapan pembelajaran model SEQIP menggunakan uji keefektifan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Er = keefektifan relatif,

N 2 = post-test

N 1 = pre-test

Dari uji keefektifan hasil belajar dibandingkan dengan kriteria keefektifan dengan kategori sebagai berikut :

Tabel 2. Kategori keefektifan

Persentase Kategori 75 < Ef < 100 50 < Ef < 74 25 < Ef < 49 Ef < 24 Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif (Depdikbud, 1994 )

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian penerapan pembelajaran model SEQIP diperoleh gambaran perbandingan antara nilai pre-test dan post-test yaitu terdapat perbedaan nilai hasil belajar. Rata-rata hasil test, disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3. Keefektifan Penerapan Model SEQIP dalam Pembelajaran Konsep Dasar IPA.

No Jenis Test Rata-rata hasil test Keefektifan (%) 1. Pre-test 62 28,2 2. Post-test 79,5

Berdasarkan tabel 3, keefektifan relatif penerapan pembelajaran model SEQIP dengan hasil sebesar 28,2 % termasuk kategori cukup efektif. Dari nilai keefektifan tersebut dapat diartikan

N

2

- N

1

E

r

=

__________________

x 100 %

(5)

bahwa dengan penerapan pembelajaran model SEQIP dapat dijadikan alternatif model pembelajaran karena mampu meningkatkan rata-rata nilai post-test mahasiswa PGSD Kelas J, walaupun keefektifan relatifnya belum mencapai pada kategori efektif maupun sangat efektif. Hal tersebut perlu dikaji lagi apa faktor penyebabnya.

Namun demikian penerapan pembelajaran model SEQIP memiliki kelebihan-kelebihan yaitu dalam pembelajaran tersebut mahasiswa dapat belajar secara aktif, yaitu mahasiswa dapat secara langsung mengamati sendiri serta melakukan kegiatan secara nyata, dan menemukan sendiri, sehingga hal tersebut dapat menambah retensi hasil belajar mahasiswa menjadi lebih baik. Astutik (2004) menyatakan bahwa kegiatan yang terpenting dalam pemebelajaran model SEQIP adalah mahasiswa dituntut untuk bisa merumuskan sendiri permasalahan dari topik yang dihadapi dengan benar sebelum mereka melakukan kegiatan yang lebih jauh yaitu melakukan serangkaian percobaan dan yang terakhir mengambil kesimpulan.

Melalui serangkaian percobaan tentang gerak pada tumbuhan putri malu dengan sumber rangsang berupa sentuhan pada daun tumbuhan, rangsang panas, dan rangsang tiupan yang dipersiapkan di dalam kelas dan dibentuk kelompok-kelompok untuk melakukan percobaan kemudian mengamati hasil percobaan dan mendiskusikannya, maka mahasiswa akan memperoleh pengalaman secara langsung dan dapat menginterprestasikan hasil percobaannya kemudian menyimpulkan hasil temuannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Brunner bahwa belajar melalui penemuan akan memberikan hasil belajar yang lebih baik yaitu; a) pengetahuan akan bertahan lebih lama; b) mempunyai efek tranfer yang lebih baik; c) meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas ( Dahar, 1989 ).

Di samping itu, belajar melalui percobaan memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mengembangkan serta membentuk pengetahuan secara mandiri. Sesuai pendapat David Ausubel yang menyatakan, bahwa belajar akan bermakna apabila terjadi keterkaitan antara informasi yang masuk dengan struktur kognitif siswa (Dahar, 1989). Dengan demikian, belajar melalui pengamatan langsung dalam percobaan dapat memberikan keefektifan yang optimal dan ketuntasan belajar yang cukup. Hal ini terkait bahwa, pengalaman langsung terhadap obyek belajar dengan menemukan sendiri tentang gerak pada tumbuhan dan faktor yang mempengaruhi gerak tersebut, merupakan kegiatan yang sangat mendorong ketercapaian hasil belajar, karena terkait dengan teori belajar penemuan dan belajar bermakna.

Selanjutnya Koestontantoniah (2005) berdasarkan hasil penelitiannya menyarankan bahwa, kepada guru Sekolah Dasar hendaknya dalam pembelajaran IPA digunakan model pembelajaran SEQIP karena siswa akan lebih mudah memahami dan tertarik minat untuk belajar IPA, juga untuk mencapai aktivitas keterampilan proses dan keterampilan kooperatif siswa yang maksimal serta perlunya penekanan penjelasan sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan penelitian yang diuraikan dalam paparan di muka, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran model SEQIP mampu menunjukkan keefektifan sebesar 28,2 % dengan kategori cukup efektif pada mata kuliah konsep dasar IPA sub pokok bahasan gerak pada tumbuhan di PGSD FKIP Universitas Jember tahun 2004/2005. Dengan demikian pembelajaran model SEQIP dapat dijadikan pilihan dalam strategi belajar mengajar, walaupun masih perlu dikaji lebih lanjut mengapa keefektifan pembelajaran masih dalam kategori cukup efektif.

Berdasarkan simpulan di atas, maka disarankan bagi pembina matakuliah Konsep Dasar IPA hendaknya pembelajaran model SEQIP dapat diterapkan; bagi peneliti lain hendaknya model ini dikembangkan lebih lanjut dengan memperhatikan alokasi waktu yang cukup dan perlunya pemilihan materi yang tepat serta dicobakan untuk matakuliah maupun matapelajaran yang lain baik pada Perguruan tinggi (PGSD), sekolah menengah maupun sekolah dasar.

(6)

Astutik, S. 2004. Keefektifan Model SEQIP dalam Pembelajaran IPA di PGSD. Jember: Pancaran Pendidikan. Tahun XVII. No. 58. Agustus 2004. Hal. 88-97.

Budi, A.S. 2005. Laboratorium IPA AL-Azhar Shifa Budi Jakarta. Http// www. Alazar-kemang.net/english/facilities/labipa.html

Dahar. R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdikbud. 1997. Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Biologi. Jakarta

Dikdasmen. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: DEPDIKBUD.

Kardi, S. 2000. Miskonsepsi Terhadap Konep–Konsep Biologi, Kemungkinan dan cara penanggulangannya. Jakarta : Depdikbud

Koestontantoniah, 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran SEQIP Di Pemandu Bidang Studi Daerah Di SD Karang Kimpul Semarang. Http// www. Balibangjateng.go.id.

Nasoetion, A.H. 1991. Tantangan Pelajaran Biologi di Masa Depan. Makalah disampaikan dalam seminar ilmiah dan konggres nasional Biologi X. Bogor 24-26 September 1991

Raharjo, R. 1989. Desain Media (Pengantar Pembuatan OHT). Jakarta: Pusat Teknologi Pendidikan dan Kebudayaan.

SEQIP, 2002. Bahan Pelatihan Dosen IPA PGSD. Jakarta: Science Education Quality Improvement Project (SEQIP) .Kerjasama Indonesia-Jerman.

Gambar

Tabel 3.  Keefektifan Penerapan Model SEQIP dalam   Pembelajaran Konsep Dasar IPA.

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 12 Time series ketinggian tropopause dengan insolasi orbital Radiasi matahari di kawasan tropis akan mencapai maksimum dua kali dalam setahun yang dikenal dengan

Berdasarkan wujud badan nisan-nisan berhias kaligrafi di Aceh Darussalam dapat dikelompokkan atas tiga kelas utama dan 8 tipe, yaitu kelas pipih (diberi kode dengan A, melahirkan

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini berupa data konsentrasi awal logam Cd dalam limbah cair elektroplating, konsentrasi logam Cd dalam filtrat akhir hasil

Pengaruh perlakuan pupuk kandang dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 4. Penambahan pupuk kandang meningkatkan tinggi

Pada peran saling meminjam air di Subakgede Sukawati, diperoleh nilai chi square sebesar 10,208 yang berarti bahwa angka yang diperoleh di lapangan secara sangat

Berdasarkan hasil uji hedonik yang meliputi atribut warna, aroma, tekstur rasa, dan keseluruhan, formula bakso yang paling disukai panelis adalah A1B1 dengan

Radiasi sinar datang merupakan berkas paralel yang tegak lurus dengan permukaan media penyerap.. Radiasi sinar melintasi media penyerap dengan panjang

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO POKJA ULP PENGADAAN JASA LAINNYA POLRES KABUPATEN