• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol.1 No.1 April PROSEDUR PENANGANAN SAPI PERAH SEBELUM DAN SESUDAH MELAHIRKAN DI PT. AGRIJAYA PRIMA SUKSES SUBANG, JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol.1 No.1 April PROSEDUR PENANGANAN SAPI PERAH SEBELUM DAN SESUDAH MELAHIRKAN DI PT. AGRIJAYA PRIMA SUKSES SUBANG, JAWA BARAT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

……….. ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9467 (Online)

PROSEDUR PENANGANAN SAPI PERAH SEBELUM DAN SESUDAH MELAHIRKAN DI PT. AGRIJAYA PRIMA SUKSES SUBANG, JAWA BARAT

Oleh

Ali Saifudin1), Lia Nur Aini2) & Witri Hadi3)

Dosen Program Studi Budidaya Ternak Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena Dosen Program Studi Budidaya Ternak Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena Mahasiswa Program Studi Budidaya Ternak Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena

Email: 1ali.saifudin@gmail.com Abstrak

Prosedur penanganan sapi perah sebelum dan sesudah melahirkan merupakan salah satu bagian penting dari manajemen reproduksi ternak. Peran penanganan induk sebelum dan sesudah melahirkan menjadi suatu hal yang vital dilakukan karena untuk meminimalisir indikasi adanya gangguan reproduksi pada ternak yang kemudian dapat merugikan peternak. Gangguan reproduksi pada induk sapi terjadi akibat dari penanganan sebelum dan sesudah melahirkan yang belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan prosedur penanganan sapi perah sebelum dan sesudah melahirkan. metode wawancara, praktik lapangan, dokumentasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian adalah sebagai berikut ; (1) persiapan sapi induk sebelum melahirkan meliputi pemindahan sapi ke dalam kendang transisi dan kandang maternity, pemberian pakan sesuai status fisiologinya, dan pengontrolan setiap 1 jam sekali pada sapi yang akan melahirkan, (2) prosedur penanganan induk melahirkan normal atau tindakan penanganan induk sapi yang mengalami kesulitan pada proses melahirkan, (3) penanganan setelah melahirkan meliputi pemerahan kolostrum, pemindahan sapi ke kandang fresh atau ke kandang hospital pemeriksaan metritis check.

Kata Kunci: Sapi perah & Prosedur Penanganan PENDAHULUAN

Susu merupakan kebutuhan protein asal hewani selain daging dan telur yang dikonsumsi manusia. Sapi perah merupakan salah satu ternak ruminansia besar yang menghasilkan produk utama susu. Sapi perah jenis Friesian

Holstin (FH) adalah sapi yang umumnya

dipelihara di indonesia terutama di daerah beriklim dingin atau daerah-daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 800 meter dari permukaan laut (Ako, 2012). Sapi perah di Indonesia jumlah populasi tahun 2017 sebanyak 544,791 ribu ekor dan mampu memproduksi susu segar sebanyak 920,9 ribu ton per tahun. Produksi yang dihasilkan hanya mampu mencukupi kebutuhan dalam negri 26,16% dan 73,84% diperoleh dari impor. Permasalahan ini merupakan hal yang sangat serius karena konsumsi susu dalam negeri semakin meningkat 1,86 liter/kapita/tahun

(Dirjen PKH, 2017). Penurunan populasi salah satunya brasal dari adanya gangguan reproduksi, Gangguan reproduksi pada induk sapi terjadi akibat dari penanganan sebelum dan sesudah melahirkan yang belum optimal.Peran penanganan induk sebelum dan sesudah melahirkan menjadi suatu hal yang penting dilakukan untuk meminimalisir indikasi adanya gangguan reproduksi. Penanganan tersebut menjadi suatu bentuk cara untuk meningkatkan efisiensi reproduksi. Menurut Puspita (2017), efisisiensi reproduksi dipengaruhi dari manajemen kebuntingan, kelahiran dan reproduksi. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu adanya prosedur penanganan sebelum dan sesudah melahirkan yang dilakukan dengan benar. Mengingat pentingnya hal tersebut maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan tema prosedur penanaganan sapi perah sebelum dan setelah melahirkan.

(2)

METODE PENELITIAN

Lokasi penlitian ini adalah di PT. Agrijaya Prima Sukses. Terletak di Desa Curugrendeng, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang difokuskan pada judul.

Jenis Data Dan Sumber Data 1. Observasi

Observasi lapang adalah peninjauan secara langsung di lokasi perusahaan untuk mengetahui realita yang ada didalam perusahaan. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan

2. Praktik langsung

Praktik langsung adalah kegiatan yang dilakuakan penulis interaksi secara langsung. Penulis melakukan kegiatan secara langsung dilapangan belajar dan membantu pelaksanaan kegiatan yang ada didalam perusahaan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan tugas akhir, guna untuk mendapatkan data atau bukti yang akurat dalam penyusunan laporan.

4. Wawancara

Komunikasi secara langsung yang dilakukan oleh mahasiswa kepada pihak-pihak yang terkait, guna untuk memperoleh informasi dan data-data yang ada dilapangan. Informasi yang didapat kemudian dicatat dan dihimpun sebagai bahan penyusunan laporan tugas akhir. 5. Studi pustaka

Informasi dari studi pustaka merupakan teori-teori yang digunakan sebagai pendukung pelaksanaan tugas akhir. Pustaka yang yang dimaksud berasal dari buku, jurnal, dan karya ilmiah lainya.

Variabel Pengamatan

Variabel adalah pengamatan yang dilakukan pada objek pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada prosedur penanganan sapi perah sebelum dan sesudah melahirkan. Objek pengamatan dilakukan pada sapi induk buntig 8 bulan, proses kelahiran dan 35 hari setelah kelahiran. Adapun variabel pengamatan diantaranya:

1. Penanganan sebelum melahirkan yang meliputi pakan, kandang, tanda-tanda sapi menjelang kelahiran.

2. Proses kelahiran diantaranya tahap-tahap dan prosedur penanganan kelahiran.

3. Penanganan setelah kelahiran diantaranya pemerahan kolostrum dan pengecekan sesuai SOP PT.APS

HASIL DAN PEMBAHASAN Penanganan Sebelum Melahirkan

1. Kandang

Kandang merupakan lingkungan tempat hidup ternak pada manajemen pemeliharaan. Tujuan dibuatnya kandang agar ternak yang dipelihara merasa aman, nyaman, dan mampu berproduksi secara maksimal. Fungsi dan kegunaan kandang disesuaikan menurut kondisi ternak agar pemeliharaan dan penanganan berjalan optimal. PT.APS kandang pemeliharaan induk pada penanganan sebelum dan sesudah melahirkan terdiri atas 3 pembagian diantaranya :

a. Kandang transisi

Kandang transisi adalah kandang yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan pada periode kebuntingan sepertiga akhir. Induk yang dipelihara didalam kandang transisi adalah sapi bunting 8 bulan. Fasilitas didalam kandang meliputi tempat pakan, beding pembatas, liter dari pasir, tempat air minum. Menjelang usia kandungan 9 bulan induk dipindahkan ke kandang maternity,

Pemindahan berdasarkan catatan recording ternak dan adanya perubahan pada ambing yang mulai membesar dan pengembangan pada vulva, pada perubahan ini biasanya sapi sudah mendekati kelahiran dalam hitungan minggu. Pemindahan kandang bertujuan untuk memudahkan penanganan dan pengawasan secara intensif kepada sapi yang medekati kelahiran. Menurut puspita (2017), Sapi yang siap untuk melahirkan dipindahkan pada kandang melahirkan dan dilakukan pengawasan secara intensif.

(3)

……….. ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9467 (Online)

Kandang maternity atau tempat persiapan kelahiran sampi terjadinya kelahiran pada induk bunting 9 bulan, Fasilits pada kandang

Maternity diantaranya liter dari pasir, tempat

pakan, termpat minum, head lok atau kandang jepit. Fungsi dari head lock digunakan untuk penaganan pemeriksaan per vaginal pada induk yang memiliki progres kelahiran yang tidak normal dan pertolongan kelahiran sapi yang mengalami kesulitan pada saat proses melahirkan. Kandang melahirkan hendaknya hangat, liter yang kering dan tenang (Puspita, 2017).

2. Pemberian pakan

Pakan adalah makanan yang dikonsumsis untuk memenuhi kebutuhan hidup ternak. PT.APS pakan yang diberikan pada induk berdasarkan status fisiologisnya diantaranya sapi bunting, Sapi fresh dan sapi laktasi. Pemberian pakan dalam sehari dilakukan 2 kali, pagi pada jam 07.00 dan siang pada jam 14.00. Perlakuan terhadap pakan yang disediakan pada tempat pakan dilakukan pembalikan setiap 2 jam sekali. Pembalikan tersebut bertujuan untuk menghindari adanya fermentasi pakan yang berpengaruh pada palatabilitas konsumsi ternak untuk mengantisipasi terjadinya pakan basi.

Menurut Dirjen PKH (2014) pemberian pakan sapi bunting sampai melahirkan diberikan hijauan sebanyak 10% dari Bobot Badan(BB) dan mengandug protein kasar (PK) 16% serta Total Digestable Nutrien (TDN) 75%. Pada sapi laktasi samapi dengan masa kering kandang, diberikan hijauan 10% dari (BB), (PK) 16-18% dan (TDN) 70-75%. Pakan yang memiliki kandungan nutrisi berkualitas baik diberikan pada sapi bunting untuk menghindari adanya abortus dan mal nutrisi pada fetus (Puspita, 2017). Menurut Soerhartojo (1995), adanya gangguan reproduksi disebabkan dari kekurangan pakan dan rendahnya nutrisi yang terkandungan dalamya.

Penanganan Kelahiran

Prosedur di PT.APS pada kelahiran hal pertama yang dilkuakan adalah pengamatan pada sapi atau monitoring. Pengamatan

dilakukan setiap 1 jam sekali jika ada sapi yang akan melahirkan bisa segera dilakukan penanganan. ketepatan waktu penanganan pada induk yang akan melahirkan dapat menyelamatkan anak dan induk karena pada proses melahirkan terkadang sapi mengalami kesulitan pada proses melahirkan sehingga perlu dilakukan pertolongan (Toilehere, 2006).

Tanda-tanda sapi yang akan melahirkan diantaranya ambing membesar, keluarnya kolostrium dari puting, vulva mengembang, diangkatnya pangkal ekor, sapi terlihat gelisah, sapi sering merejan. jika sudah ditemukan tanda-tanda tersebut pengamatan dilakukan secara intensif dengan cara memperhatikan individu ternak dari jauh, karena jika pengamatan dilakukan dari dekat sapi akan merasa terganggu dan dapat menghambat tahap-tahap proses kelahiran. Gejala-gejala kelahiran terlihat adanya pengenduran pada likmen pelvis, pembesaran pada ambing, mengembangnya vulva mencapai 2 sampai 6 kali dan keluarnya lendir kental dan bening (Toilehere. 2006).

Pengamatan tahap-tahap proses melahirkan, ditandai dengan keluarnya membran alantois dan amnion yang menyembul dari vulva. Membran alantois dan amnion terlihat seperti balon yang berisi air, pengeluaran membran disertai dengan rejanan induk dan akhirnya pecah, Disusul tahap kedua ditandai keluarnya kaki dan kepala fetus yang keluar dari celah vulva sampai badan dan kaki belakang fetus keluar dengan selamat. Pada tahap-tahap kelahiran menunjukan progres kelahiran normal sapi diamati terus sampai proses kelahiran berakir. Terjadinya kelahiran ada 3 faktor yang berkaitan erat meliputi, kekuatan kontraksi uterus dan otot-otot perut, faktor anak, organ reproduksi (Mahaputra 2001).

Sapi yang tidak menunjukan adaya progres kelahiran normal akan dilakukan pemeriksaan per vaginal. Prosedur yang dilakukan, sapi digiring ke tempat jepit atau

head lock agar mudah dilakukan penanganan

dan tidak membahayakan manusia. Pengecekan dilakukan dengan cara merektal pada lubang

(4)

vagina untuk mengetahui posisi anak. Alat yang digunakan pada pengecekan pervagianl diantaranya, plastik glove yang dibasahi dengan cairan iodin 10 % yang dicampur dengan air, kemudian digunakan sebagai sarung tangan untuk menjaga sterilisasi. Hasil dari pengecekan jika ditemukan tidak adanya kesulitan pada posisi anak maka sapi akan dilepaskan kembali dan diamati sampai proses kelahiran berakir. Lamanya waktu pada tahap-tahap proses melahirkan menandakan adanya indikasi induk mengalami kesulitan pada proses melahirkan atau disebut distocia (Toilehere, 2006).

Pengecekan per vaginal jika ditemukan adanya kesulitan pada proses melahirkan penanganan yang dilakukan adalah pertolongan kelahiran. Tidakan yang pertama dilakukan pembetulan posisi anak disebut reposisi. Pembetulan posisi berfungsi untuk memudahkan penarikan anak. Alat yang digunaka pertolongan diantaranya tali, calfpullar, iodin, air. Tahap-tahap yang dilakukan pada proses melahirkan diantaranya mencelupkan tali dan tangan menggunakan iodin yang sudah dicampur dengan air kemudian tali kaki anak jika posisinya longitudinal anterior yang di tali kedua kaki depan, posisi longitudinal posterior maka yang ditali adalah kedua kaki belakang. Tahap selanjutnya adalah penarikan anak dengan cara, kaki yang sudah terikat kemudian tali dikaitkan dengan alat calfpullar dan tarik secara perlahan mengikuti rejangan induk sampai anak keluar. Penanggulangan distokia dilakukan pengembalian posisi yang normal melalui repulsi dan rotasi, alat yang digunakan pada pertolongan kelahiran harus tetap bersih dan steril (Toilehere 2004).

Penanganan Setelah Kelahiran 1. pemerahan kolostrum

kolostrum adalah susu yang diproduksi dari kelenjar mamae yang dihasilkan pada akhir kebuntingan dan beberapa hari setelah kelahiran. PT.APS pemerahan susu kolostrum dilakukan setelah proses induk melahikan, pemberian kolostrum pada anak sapi diberikan

langsung setelah selesai pemerahan. Prosedur di PT.APS pada pemerahan kolostrum meliputi:

a. Memandikan sapi dengan air besih yang utama dibersihkan pada area ambing dan puting, memastikan ambing bersih dari kotoran yang menempel pada ambing dan puting. b. puting dipping menggunakan iodin

10% yang dicampur dengan air perbandingan 1% iodin dan 9% air, memastikan puting tercelup oleh cairan tersebut kemudian Lap puting menggunakan tisu hingga kering. c. Striiping pada puting dengan cara

memerah puting secara manual guna untuk merangsang keluarnya susu dan memastikan puting tidak tersumbat. d. Memastikan peralatan pemerahan

bersih, agar susu tidak tercemar oleh bakteri yang merugikan, menghidupkan mesin dan memulai pemerahan hingga tidak ada air susu yang tersisa pada ambing. Matikan mesin pemerahan, puting kembali

dipping.

Proses pemerahan yang baik harus dilakukan sampai tuntas dan menggunakan prosedur sanitasi yang higenis (Putra, 2009).

2. Pemindahan kandag dan metry chek Kandang sapi fresh adalah kandang yang digunakan memelihara sapi sesudah melahirkan, Pemindahan sapi dilakukan setelah selesai pemerahan. Fasilitas kandang sapi fresh diantaranya tempat pakan, tempat minum, beding pembatas dan liter dari pasir.

Pemindahan berdasarkan data yang diperoleh dari pengecekan setelah melahirkan, Pengecekan berdasarkan kesehatan sapi, jika sapi mengalami proses kelahiran dengan berat akan dipindahkan pada kandang hospital guna untuk dilakukan pengobatan lebih lanjut. kelahiran normal sapi dipindahkan pada kandang sapi fresh. Prosedur yang dilakukan pada penanganan sapi setelah melahirkan yang ada di PT.APS pertama pengecekan suhu tubuh dilakukan dengan menggunakan alat

(5)

……….. ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9467 (Online)

temperatur suhu tubuh atau thermometer. Pngecekan suhu tubuh untuk memastikan kesehatan ternak. Langkah kerja yang dilakukan, pertama sapi di head lock kemudian menghidupkan alat thermometer, selanjutnya masukan thermometer ke lubang rektum untuk mengetahui suhu tubuh ternak. Suhu tubuh normalnya sapi 38 drajat celcius sampai dengan 39,3 derajat Celsius, Jika ditemukan suhunya di atas 39,3 derajat Celsius adanya sebagai manifestasinya sapi mengalami demam akan dilakukan pengobatan menggunakan obat sulpidon.

Metry chek adalah penanganan setelah

kelahiran untuk mendeteksi adanya penyakit metritis. Metritis merupakan penyakit organ reproduksi yang disebabkan oleh bakteri yang merugikan. Pengecekan dilakukan pada sapi setelah melahirkan 3 hari setelah melahirkan sampai sembuh. Alat yang digunakan menggunakan plasti glof. Langkah yang dilakukan dengan merektal bagian anus, kemudian masass organ reproduksi untuk mengeluarkan lendir pada organ reproduksi. Pengecekan Jika ditemukan lendir berning berbau amis berati sapi normal, jika ditemukan lendir berwarna krim kemerah-merahan berbau busuk maka akan dilakukan pengobatan. Langkah yang dilakukan adalah penyuntikan

intra uteri atau biasanya disebut di sepul. Obat yang digunakan adalah antibiotik atau pen streep yang di encerkan menggunakan cairan NaCl dengan perbandingan 500 ml NaCl 50 ml pen streep, Pemberian 110 ml. Mulai hari ke 5 postpartum terjadi proses perotokan karunkula sisa cairan amnion, sisa darah, cairan mukus yang keluar dari organ reproduksi disebut locia, cairan tersebut berwarana krim kmerah-merahan, berbau amis proses locia normal, berbau busuk indikasi organ reproduksi terkena penyakit retensi placenta yang menyebabkan penyakit endo metritis (Mahaputra, 2001) PENUTUP

Kesimpulan

Upaya yang dilakukan di PT. APS pada manajemen reproduksi pada sapi sebelum dan sesudah melahirkan memiliki tujuan untuk

meminimalisir indikasi adanya gangguan reproduksi. Langkah-langkah yang dilakukan diantaranya, mempersiapkan kelahiran, penanganan kelahiran, pemerahan dan pengecekan setelah melahirkan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ako A. 2012. Ilmu Ternak Perah Daerah

Tropis. Bogor [ID]: IPB Press.

[2] [DIRJEN PKH] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2014. Pedoman Pembibitan Ternak Sapi Perah Yang Baik. [Internet]. [diunduh 22 Juli

2019]. Tersedia Pada:

bbptusapiperah.ditjenpkh. Pertanian. Go. Id.

[3] [DIRJEN PKH] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2017. Laporan Tahunan 2017. [Internet]. [Diunduh 22 Juli 2019]. Tersedia Pada: Ditjenpkh.Pertanian.Go.Id.

[4] Mahaputra L. 2001. Ilmu Kebidanan

Veteriner. Laboratorium Kebidanan

Fakultas Kedokteran Hewan [ID]: Unervesitas Airlangga.

[5] Puspita AY Dkk. 2017. Buku ajar fisiologi

reproduksi ternak (dasar manajemen reproduksi). Malang [ID]: Unervesitas

Brawijaya Press.

[6] Putra A. 2009. Potensi Penerapan Produksi

Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus Pemerahan Susu Sapi Moeria Kudus Jawa Tengah). Semarang [ID]:

Unervesitas Diponegoro

[7] Suehartojo H. 1995. Ilmu Kemajiran Pada

Ternak. Surabaya [ID]: Airlangga

Unervesitas Press.

[8] Toilehere MR. 2006. Ilmu Kebidanan

Ternak Pada Sapi dan Kerbau. Jakarta

(6)

Referensi

Dokumen terkait