Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Kajian
Pencegahan Korupsi
pada Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah
Akar Masalah Korupsi PBJ di Indonesia
1
2
3
4
Pendahuluan
Temuan dan Rekomendasi
Penutup
Tujuan
5
Memetakan akar masalah terkait Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah.
Memetakan titik-titik rawan pada regulasi ,
pelaksanaan, pengawasan, dan penganggaran
terkait Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
Menyusun saran rekomendasi untuk menutup titik
rawan pada pada perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah
Menyusun saran rekomendasi strategis terkait
Pencegahan Korupsi pada Sistem Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah secara Nasional
Tujuan secara umum:
mendorong menutup
celah potensi korupsi
yang terkait dengan
Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah.
Metode Kajian
6
3.1.Analisis Hasil Field Review dan Kasus Inkracht KPK 1. Pengumpulan Data
Awal
1.3 FGD Pakar:
Merumuskan Akar Masalah Korupsi PBJ
2.2 Corruption Impact Assesment (CIA) Regulasi
PBJ
1.1 Studi Literatur
2.1 Penyusunan Instrumen Kajian
2.3 Verifikasi hasil CIA dengan kondisi
lapangan
Saran dan Rekomendasi Untuk Pencegahan Korupsi
PBJ Pemerintah
1.2 Wawancara Mendalam
2.4 Konfirmasi kepada Pakar/ Lembaga Akar Masalah Korupsi PBJ di
Indonesia
2. Field Review
2.5 Field Review instansi yang menjadi sampling (mengikuti
business process)
2.6 Konfirmasi kepada Pakar/Lembaga
3. Analisis Kasus Inkracht KPK
Temuan Potensi Masalah Pada Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Batasan PBJ Pemerintah
Dalam Kajian
7
*Serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan anggaran, pelaksanaan hingga evaluasi.
Kata kunci:
transparansi, berbasis kebutuhan, kompetisi yang sehat, efisien (harga terbaik/economically advantageous price/value for money), efektif (sesuai tujuan),
PBJ dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
serangkaian kegiatan* yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka pemenuhan
kebutuhan barang dan jasa dengan
menggunakan dana rupiah murni dalam
APBN/APBD
Akar Masalah
Korupsi
Pada PBJ
9 9 EFFECTS CENTRAL PROBLEM CAUSESTINGGINYA KORUPSI PADA PBJ PEMERINTAH
Rendahnya Kualitas Barang/Jasa Pemerintah Kerugian Keuangan
Negara
Rendahnya nilai Manfaat yang didapatkan Pelaksanaan Regulasi Perencanaan & Penganggaran Sistem perundangan berbenturan, multitafsir, tumpang tindih, tidak kuat, tidak aplikatif. 3. Individu tidak berintegritas (koruptif dan tdk independen) 4. Kelemahan sistem SDM 5. Keterbatasan informasi harga pasar 6. Kolusi antara penyedia/vendor 7. Sistem screening di K/L/D tidak menyaring vendor yang berintegritas 8. Intervensi pada proses pemilihan penyedia 1. Stakeholders (oknum) perencanaan tidak berintegritas (mens rea) 2. Proses perencanaan tidak transparan 1. Organisasi pelaksana PBJ tidak berintegritas (mens rea) 2. Intervensi eksternal dlm PBJ Pengawasan bersifat reaktif, tidak proaktif, Pengawasan
Tindak Pidana Korupsi PBJ
TAHAPAN PROSES PBJ 11 Proses Perencanaan Anggaran Perencanaan – Persiapan PBJ Pemerintah Pelaksanaan PBJ Pemerintah Proses Serah Terima dan Pembayaran Proses Pengawasan dan Pertanggung-jawaban Sebelum ada Perpres PBJSetelah ada Perpres PBJ
Pada proses mana korupsi banyak terjadi?
o30 perkara, o66 terpidana,
oKerugian negara (BPK/BPKP) 1,15 T oUang pengganti (inkracht) 332,4 M Unsur:
DPR/DPRD, Kepala K/L/Pemda (KPA/satker), Kemenkeu, PPK, Pimpro/Pokja ULP,
Pengusaha/vendor
o 12 perkara, o 33 terpidana,
o Kerugian negara (BPK/BPKP 165,8 M o Uang pengganti (inkracht) 75,1 M Unsur:
PPK, PIMPRO/POKJA ULP, LPSE, Panitia Penerima Barang, Pengusaha/vendor
o 3 perkara o 8 terpidana Unsur:
PPK, Pimpro/ POKJA ULP, BPK/BPKP , Penegak hukum
Proses Perencanaan Anggaran Perencanaan – Persiapan PBJ Pemerintah Pelaksanaan PBJ Pemerintah Proses Serah Terima dan Pembayaran Proses Pengawasan dan Pertanggung-jawaban
Tindak Pidana Korupsi PBJ
Modus umum korupsi
12
Bagaimana
modus korupsi
yang dilakukan?
oProyek/Paket sudah dijual terlebih dahulu kepada vendor sebelum anggaran disetujui atau disahkan. Pengadaan tidak sesuai dengan kebutuhan
(rekayasa dokumen).
oPersekongkolan antara DPR, pihak K/L (KPA), dan Vendor. Proaktif bisa dilakukan oleh DPR, K/L, atau vendor.
oHPS dan spek teknis dibuat oleh vendor oMark up harga
oSuap kepada pihak-pihak terkait oManipulasi pemilihan pemenang.
o Pengumuman terbatas
o Manipulasi pemilihan pemenang o Manipulasi dokumen lelang. o HPS dan spek teknis dibuat oleh
vendor
o Mark up harga
o Suap kepada pihak-pihak terkait o Persekongkolan KPA, PPK, Pokja
ULP/Pimpro, PPHP, Bendahara. o Manipulasi dokumen serah terima
o Suap kepada auditor (BPK atau BPKP) untuk menghilangkan temuan audit
o Suap kepada penegak hukum untuk meringankan hukuman
13
Rekomendasi
Rekomendasi Penyempurnaan Sistem PBJ Nasional
1. Kajian Sentralisasi PBJ dengan Batasan Tertentu
2. Integrasi antara Perencanaan dan Penganggaran PBJ
Pelaksanaan Teknis sebagai Pendukung Penyempurnaan Sistem PBJ Nasional
1. Pengembangan Perangkat Pendukung 2. Kualitas SDM PBJ
3. Kualitas Penyedia Barang dan Jasa 4. Pengawasan PBJ
14
Rekomendasi Strategis
Pelaksana:
1. Kajian Sentralisasi PBJ dengan
Batasan Tertentu
Permasalahan:
1. Jenis barang dan jasa yang dihasilkan
tidak terstandarisasi
2. Peluang Penyimpangan pengadaan yang
bernilai besar, kompleks dan strategis
(Modus TPK KPK : Kasus Wisma Atlet
karena panitia tidak paham teknis
konstruksi, HPS dan spek teknis dibuat
oleh vendor, merekrut tenaga ahli swasta
yang merupakan vendor peserta lelang)
Peraturan Pendukung :
- Best practice di negara lain yaitu
sentralisasi pengadaan-pengadaan yang bersifat strategis (Filipina, Korea Selatan) - PBJ nasional harus tetap memaksimalkan
penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri, memaksimalkan
penggunaan penyedia barang/jasa
nasional dan memaksimalkan penyediaan paket-paket pekerjaan untuk usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil (
15
Rekomendasi Strategis
Pelaksana:
Permasalahan:
1. Jenis barang dan jasa yang dihasilkan
tidak terstandarisasi
2. Peluang Penyimpangan pengadaan yang
bernilai besar, kompleks dan strategis
(Modus TPK KPK : Kasus Wisma Atlet
karena panitia tidak paham teknis
konstruksi, HPS dan spek teknis dibuat
oleh vendor, merekrut tenaga ahli swasta
yang merupakan vendor peserta lelang)
2. Integrasi antara Perencanaan
dan Penganggaran PBJ
Permasalahan:
1. Tidak termonitornya besaran dan realisasi jumlah anggaran pengadaan barang dan jasa di Indonesia
2. Tidak selarasnya perencanaan keuangan negara dengan realisasi belanja negara dalam pengadaan barang dan jasa
pemerintah
3. Tidak terdeteksinya penyimpangan perencanaan PBJ secara dini
Peraturan Pendukung :
- Peraturan Presiden No 20 Tahun 2016 Pasal 3 Bappenas menyelenggarakan fungsi :
a. Pengoordinasian dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan perencanaan dan penganggaran pembangunan nasional…”
b. Pengoordinasian dan pengendalian rencana pembangunan nasional dalam rangka sinergi rencana kerja pemerintah dan rancangan
16
Rekomendasi Teknis
Pelaksana:
2. Integrasi antara Perencanaan
dan Penganggaran PBJ
1. Pengembangan Perangkat
Pendukung
1. Penerapan prinsip ‘value for money’ dalam penjelasan ‘efisien’
2. Perluasan e-katalog, termasuk penguatan database harga dan
spesifikasi barang dan jasa serta lembaga pengelola 3. Mendorong ULP Permanen
(berdasar kriteria ditetapkan)
Permasalahan:
1. Kualitas barang dan jasa yang dihasilkan rendah
2. Tidak standarnya perumusan HPS dan Spek teknis untuk satu komoditas yang sama di setiap K/L/I sehingga terbukanya celah potensi korupsi persekongkolan dengan ‘calon vendor’ untuk membuat spek teknis dan HPS yang sesuai dengan ‘kepentingan’ 3. ULP dan Pokja tidak dapat professional, tidak independen dan
rentan diintervensi. Peraturan Pendukung :
- Value for money : Benchmark Malaysia, Singapura, Korea Selatan - E katalog: Perpres 4 Tahun 2015 Pasal 110
- ULP Permanen: Perpres 54 Tahun 2010 pasal 130 ayat 1 “ULP wajib dibentuk Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah/Institusi paling lambat Tahun Anggaran 2014”. Dan Perpres 4 Tahun 2015 Pasal 1 (8)
17
Rekomendasi Teknis
Pelaksana:
2. Penyediaan SDM Spesialis Pengadaan Barang dan Jasa
Permasalahan:
1. Kualitas SDM Pengelola PBJ terbatas
2. Rekruitmen yang tidak berbasis seleksi integritas dan kompetensi, kompensasi yang rendah, tidak adanya peningkatan kompetensi, serta adanya rangkap pekerjaan membuat pelaksana pengadaan rentan melakukan fraud.
Peraturan Pendukung :
- In Passing Fungsional Pengadaan Barang dan Jasa : Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 77 Tahun 2012
18
Rekomendasi Teknis
Pelaksana:
3. Pelaksanaan Vendor Management System dalam
Rangka Perbaikan Kualitas Penyedia Barang dan Jasa
Permasalahan:
1. Keikutsertaan kembali vendor yang wanprestasi, blacklist, tersangkut KKN, dst.
2. Persekongkolan vertical dan horizontal.
3. Aplikasi SIKAP justru belum menyediakan menu penilaian kinerja penyedia oleh pengguna barang/jasa di K/L/D/I.
Peraturan Pendukung :
- Vendor Management System : Perpres 4 Tahun 2015 Pasal 109A
“Percepatan pelaksanaan E-Tendering dilakukan dengan memanfaatkan Informasi Kinerja Penyedia Barang/Jasa.”
19
Rekomendasi Teknis
Pelaksana:
4. Pemberdayaan APIP dalam Pengawasan Pro Aktif PBJ
Permasalahan:
1. Pelanggaran PBJ diketahui setelah terjadi, tidak ada preventif
2. Kasus tindak pidana diketahui setelah ada audit eksternal atau proses penegakan hukum.
Peraturan Pendukung :
- Wewenang APIP melakukan pengawasan pro aktif : Perpres 54 Tahun 2010 Pasal 116 ayat 1 “K/L/D/I wajib melakukan pengawasan terhadap PPK dan ULP/Pejabat pengadaan di Lingkungan K/L/D/I masing-masing, dan menugaskan aparat pengawasan intern yang bersangkutan untuk melakukan audit sesuai dengan ketentuan.
21
Tindak Lanjut
1. Penyusunan Actionplan
Dalam waktu 1 bulan,pihak yang diberi rekomendasi (K/L)
menyampaikan actionplan kepada KPK
2. Kesepakatan actionplan dan waktu pelaksanaan antara KPK dengan K/L
3. Pelaksanaan actionplan oleh K/L 4. Pemantauan actionplan oleh KPK
Pelaporan actionplan per 3 bulan oleh KPK
1. Pembahasan Ruang
Lingkup
2. Pembagian Penugasan
3. Pelaksanaan kajian
4. Tindak lanjut kajian