• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 26 AMPENAN TAHUN AJARAN 2015/2016 JURNAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 26 AMPENAN TAHUN AJARAN 2015/2016 JURNAL SKRIPSI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 26 AMPENAN

TAHUN AJARAN 2015/2016

JURNAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

Program Sarjana (S1) PGSD

Oleh

Ni Wayan Yunik F.W.D

E1E212165

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

(2)
(3)

PENGGUNAAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 26 AMPENAN

TAHUN AJARAN 2015/2016

Dosen Pembimbing Skripsi 1 : Dr. Gunawan, M.Pd

Dosen Pembimbing Skripsi 2 : H. Muhammad Makki, M.Pd Dosen Penguji : Drs. Rofii Rifai

ABSTRAK

PENGGUNAAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 26 AMPENAN

TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh

NI WAYAN YUNIK F.W.D E1E212165

Hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 26 Ampenan masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh kurang optimalnya Kemampuan guru dalam memanfaatkan media, alat peraga dan fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar IPA melalui penggunaan multimedia interaktif pembelajaran. Hasil belajar IPA dikatakan berhasil jika mencapai KKM ≥ 75, dengan ketuntasan klasikal 85%. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari lima tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Instrumen penelitian berupa lembar observasi dan tes hasil belajar. Observer pada penelitian ini sebanyak dua orang, satu orang guru dan satu teman sejawat. Berdasarkan hasil observasi siklus I, diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar siswa sebesar 55,5 dan rata-rata aktivitas guru, sebesar 57,0 berkategori baik serta persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 65,21%, sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar siswa sebesar 64,0 dan rata-rata aktivitas guru, sebesar 67,5 berkategori sangat baik serta persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 86,90%. Peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal dari siklus I sampai siklus II adalah 21,69%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa penggunaan multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 26 Ampenan tahun pelajaran 2015/2016.

(4)

ABSTRACT

USE OF MULTIMEDIA INTERACTIVE LEARNING TO IMPROVE STUDENT LEARNING OUTCOMES IPA CLASS V SDN 26 AMPENAN 2015/2016

ACADEMIC YEAR By

NI WAYAN YUNIK F.W.D E1E212165

Learning outcomes fifth grade science students at SDN 26 Ampenan still relatively low. This is caused by less than optimal ability of teachers to use the media, props and facilities that support learning activities. The goal of this research is to improve science learning outcomes through the use of interactive multimedia learning. IPA said successful learning outcomes if the KKM achieving ≥ 75, with classical completeness 85%. This research was conducted in two cycles, each cycle consists of five stages: planning, execution, observation, evaluation and reflection. The research instrument is observation sheet and achievement test. Observer in this study were two people, one teacher and one colleague. Based on the observation of the first cycle, obtained an average score of 55.5 student activity and average teacher activity, amounting to 57.0 category as well as classical learning completeness percentage of 65.21%, while in the second cycle obtained an average student activity score of 64.0 and the average teacher activity, amounting to 67.5 excellent category as well as classical learning completeness percentage of 86.90%. Improving student learning outcomes in the classical style of the first cycle to the second cycle is 21.69%. Based on these results it can be stated that the use of multimedia interactive learning in science subjects to improve learning outcomes fifth grade students of SDN 26 Ampenan the school year 2015/2016

(5)

A. PENDAHULUAN

Belajar adalah suatu proses yang kompleks artinya suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah bagian, apabila siswa aktif di bawah bimbingan guru yang aktif pula yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Seseorang dihafal selagi ada jalan adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses pembelajaran dikemas dan dirancang secara tepat dan professional.

Mata Pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di SD/MI dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006 bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut; (a) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (b) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (c) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar dan memecahkan masalah dan membuat keputusan, (d) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (e) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (f) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi pada mata pelajaran IPA terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh peneliti di SDN 26 Ampenan, guru yang belum memanfaatkan media pembelajaran secara optimal. Guru juga masih menerapkan pembelajaran konvensional dimana peran guru lebih dominan sehingga mengakibatkan siswa menjadi pasif selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa hanya dijadikan sebagai objek dalam pembelajaran tanpa melibatkan siswa di dalamnya. Guru kurang dalam memanfaatkan media dan fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan pembelajaran terlihat dari tersedianya media pembelajaran yang kurang dimanfaatkan guru dalam mengajar di kelas serta sebagian besar guru-guru yang ada di SDN tersebut dapat mengoprasikan komputer tetapi kurang dapat merancang pembelajaran yang menarik perhatian siswa salah satunya adalah multimedia pembelajaran interaktif. Guru kurang memahami cara pemanfaatan dan manfaat multimedia pembelajaran bagi kegiatan belajar siswa.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti baik dengan kepala sekolah maupun guru kelas. Perangkat multimedia pembelajaran sudah tersedia namun kurang dimanfaatkan secara optimal oleh guru SDN 26 Ampenan. Selain itu, dari hasil dokumentasi yang di perlihatkan guru kepada peneliti dapat di ketahui bahwa hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA masih tergolong rendah. Hasil

(6)

ulangan semester dari jumlah keseluruhan siswa kelas V yang berjumlah 23 siswa, banyak yang masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 75. Jumlah siswa yang berada di bawah KKM sebanyak 15 siswa dan 8 siswa lainnya berada di atas KKM.

Rendahnya hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA dapat dilihat dari hasil ulangan semester ganjil siswa tahun ajaran 2015/2016 yang tercantum pada table berikut:

Table 1.1 Daftar Nilai Ulangan Semester Ganjil Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 26 Ampenan Tahun Ajaran 2015/2016

No Aspek Keterangan

1 Jumlah Siswa 23 siswa 2 Standar KKM Disekolah 75 3 Standar Ketuntasan Klasikal 85% 4 Jumlah Siswa yang Mencapai KKM 8 siswa 5 Jumlah Siswa yang Belum Mencapai KKM 15 siswa 6 Kentuntasan Klasikal 34,8%

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang kurang optimal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain guru kurang mampu menciptakan variasi dan inovasi dalam pembelajaran serta kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran yang ada. Dengan demikian siswa kurang bersemangat dan terkesan bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti menemukan solusinya yakni penggunaan multimedia pembelajaran interaktif. Multimedia pembelajaran interaktif merupakan gabungan dari berbagai media yang di kemas dalam bentuk CD pembelajaran yang memuat unsur teks, suara, gambar, video, dan animasi menjadi satu kesatuan penyajian memudahkan guru dalam merancang media yang relevan dan proses pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa sehingga meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Beberapa peneliti yang meneliti tentang penggunaan multimedia pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar IPA di sekolah, bila di lihat dari permasalahan di atas terbukti bahwa multimedia pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan kondisi diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Penggunaan Multimedia Pembelajaran Interaktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 26 Ampenan Tahun Ajaran 2015/2016”.

(7)

B. KAJIAN PUSTAKA

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu, memperjelas, dan mengkongkritkan penyampaian pesan terkait komunikasi di dalam proses pembelajaran agar potensi siswa dapat berkembang dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad 2007: 24) media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain.

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi jika guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

5. Multimedia Pembelajaran merupakan gabungan dari berbagai media yang di kemas dalam bentuk CD pembelajaran yang memuat unsur teks, suara, gambar, video, dan animasi menjadi satu kesatuan penyajian memudahkan guru dalam merancang media yang relevan dan proses pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa.

Munir (2013: 115-116) menjelaskan karakteristik multimedia pembelajarn adalah sebagai berikut.

1. Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual.

2. Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna.

3. Bersifat mandiri dalam pengertian member kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna dapat menggunakan tanpa bimbingan orang lain.

Belajar merupakan sebuah aktivitas yang pada kenyataannya melibatkan dua unsur yakni jiwa dan raga, yang didalamnya menyangkut unsur kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja artinya hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

(8)

Sehingga hasil belajar sains (IPA) adalah penguasaan produk yang mengacu pada perubahan dimensi kognitif siswa (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisi, dan sintesis) yang dicapai siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran sains yang ditempuh selama kurun waktu tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

C. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 26 Ampenan Kota Mataram. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan peneliti yang telah melakukan observasi di SDN tersebut, yang memperlihatkan rendahnya hasil belajar siswa sehingga tidak mencapai KKM yang telah di tetapkan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SDN 26 Ampenan, yang terdiri dari dua siklus. Siklus 1 di laksanakan pada tanggal 31 Maret dan 4 April 2016 dan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 7 April dan 11 April 2016.

Adapun subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 26 Ampenan Kota Mataram, dengan jumlah siswa ialah 23 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

Observer penelitian adalah seseorang yang melakukan pengamatan langsung terhadap objek, situasi konteks dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian. Adapun yang bertindak dalam penelitian ini adalah guru wali kelas V SDN 26 Ampenan (Netty Suryati S.Pd.) dan teman sejawat (Ni Wayan Deviantini).

Variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah multimedia pembelajaran interaktif. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan multimedia pembelajaran merupakan perpaduan antara berbagai media yang berupa teks, gambar, grafik, sounds, animasi , video, interaksi yang dikemas menjadi file digital yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik.

Variabel harapan penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA siswa. Dalam hal ini, hasil belajar yang dimaksud adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah melakukan kegiatan atau hasil dari suatu kegiatan (belajar) yang didapatkan oleh seseorang. Dimana hasil belajar yang lebih ditekankan pada aspek kognitif siswa (pengetahuan siswa).

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Dalam penelitian ini menggunakan multimedia pembelajaran interaktif. Proses pelaksanaan tindakannya melalui 3 tahap secara berdaur ulang (sebagai siklus) mulai dari.

a. Tahap perencanaan tindakan b. Tahap pelaksanaan tindakan c. Tahap observasi dan evaluasi d. Tahap refleksi

(9)

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Ketuntasan individu

Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara individu apabila mampu memperoleh nilai ≥ 75 sebagai standar ketuntasan belajar minimal. Nilai akhir individual per siswa ditentukan dengan rumus sebagai berikut[5]:

a. Ketuntasan Individu

Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara individu apabila mampu memperoleh nilai ≥ 75 sebagai standar ketuntasan belajar minimal. Nilai akhir individual per siswa ditentukan dengan rumus sebagai berikut.

Nilai =

Skor Perolehan

x 100 Skor Maksimal

b. Menghitung Nilai Rata-rata X = ∑ X ∑ N Keterangan: X : Nilai rata-rata ∑ X : Jumlah seluruh skor N : Jumlah siswa c. Ketuntasan Klasikal

P =

∑ Siswa yang tuntas belajar

x 100 % ∑ Siswa

(Jainal Aqib, 2011: 205) Keterangan:

P : Ketuntasan klasikal

Kriteria untuk menentukan aktivitas siswa dan guru dilihat pada tabel dibawah ini sebagai berikut.

Tabel 3.2 Pedoman Kriteria Aktivitas Siswa

Interval Interval Skor Kategori

Mi + 1,5 SDi ≤ X ≤ Smi 67,5≤ X ≤ 72 Sangat Aktif Mi + 0,5 SDi ≤ X < Mi + 1,5 Sdi 52,5 ≤ X < 67,5 Aktif Mi – 0,5 SDi ≤ X < Mi + 0,5 Sdi 37,5 ≤ X < 52,5 Cukup aktif Mi – 1,5 SDI ≤ X < Mi – 0,5 Sdi 22,5 ≤ X < 37,5 Kurang aktif

0 ≤ X < Mi – 1,5 SDI 0 ≤ X < 22,5 Tidak aktif

Kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah pencapaian hasil belajar siswa dengan ketentuan sebagai berikut, meningkatnya hasil belajar siswa mata pelajaran IPA dengan pencapaian nilai sebesar 75,0, penelitian ini

(10)

dikatakan berhasil jika, observasi aktivitas guru minimal berkatagori baik, dan observasi aktivitas siswa minimal berkatagori aktif, adanya peningkatan ketuntasan klasikal sebanyak 85% dari jumlah siswa, artinya 85% dari jumlah siswa dapat mencapai nilai 75,0.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN 26 Ampenan Tahun Ajaran 2015/2016. Banyak siswa kelas V SDN 26 Ampenan adalah 23 orang, yakni terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data mengenai hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 26 Ampenan pada materi pesawat sederhana dan data aktivitas siswa dan aktivitas guru selama pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran interaktif.

Data hasil belajar diperoleh dari siswa yang berjumlah 23 orang dengan menggunakan metode tes berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 20 soal pada siklus I dan siklus II. Sedangkan data mengenai aktivitas siswa dan guru diperoleh dengan menggunakan lembar observasi pada tiap pertemuan. Adapun yang menjadi observer untuk aktivitas guru dan aktivitas siswa adalah guru kelas V dan teman sejawat.

Data yang diperoleh dalam penelitian adalah berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil observasi aktivitas siswa dan data aktivitas guru (peneliti). Sedangkan data kuanlitatif berupa hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.

Setelah diterapkannya multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA kelas V SDN 26 Ampenan, maka diperoleh data hasil penelitian tentang perkembangan aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar siswa pada siklus I dan II. Adapun perbandingan hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dan II disajikan pada Gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II

Gambar 4.1 menunjukkan perbandingan hasil observasi aktivitas guru yang selalu meningkat dari setiap pertemuan. Pada siklus I pertemuan 1 diperoleh jumlah skor aktivitas guru sebanyak 56,0, kemudian meningkat pada pertemuan 2 menjadi

0 20 40 60 80 Siklus I Pertemuan 1 Siklus I Pertemuan 2 Siklus II Pertemuan 1 Siklus II Pertemuan 2 Sk o r (58) (56) (66) (69)

(11)

58,0. Hal yang sama juga terjadi pada siklus II yaitu pada pertemuan 1 diperoleh jumlah skor aktivitas guru sebanyak 66,0 dan kembali meningkat pada pertemuan 2 menjadi 69,0.

Sedangkan perbandingan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dan II disajikan pada Gambar 4.2 berikut ini.

Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

Gambar 4.2 menunjukkan perbandingan hasil observasi aktivitas siswa yang selalu meningkat pada setiap pertemuan. Pada siklus I pertemuan 1 diperoleh jumlah skor aktivitas siswa sebanyak 53,0, kemudian meningkat pada pertemuan 2 menjadi 58,0. Hal yang sama juga terjadi pada siklus II yaitu pada pertemuan 1 diperoleh jumlah skor aktivitas siswa sebanyak 6,02 dan kembali meningkat pada pertemuan 2 menjadi 66,0.

Selanjutnya perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I dan II disajikan pada Gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3 Perbandingan Hasil Evaluasi Siswa Siklus I dan Siklus II

Gambar 4.3 di atas menunjukkan perbandingan hasil evaluasi yang meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh ketuntasan klasikal sebanyak 65,2% dan meningkat menjadi 86,9% pada siklus II.

0 10 20 30 40 50 60 70 Siklus I Pertemuan 1 Siklus I Pertemuan 2 Siklus II Pertemuan 1 Siklus II Pertemuan 2 Sk o r 65,2% 86,9% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Siklus I Siklus II K et u ntas an K las ika l (58) (53) (62 (66)

(12)

Berdasarkan analisis data hasil evaluasi siswa yang terdiri dari 20 butir soal, soal nomor 3,8,dan 17 merupakan soal yang bisa dijawab dengan benar oleh sebagian besar siswa (diatas 90%). Hal ini dikarenakan siswa sudah memiliki pengetahuan awal mengenai soal tersebut. Selain itu, ada juga soal yang hanya bisa dijawab oleh beberapa siswa saja (dibawah 15%), yaitu soal nomor 13. Hal ini dikarenakan opsi (pilihan) dalam jawaban soal tersebut cukup mengecoh, sehingga sedikit kemungkinan siswa bisa menjawab dengan benar. Jumlah siswa yang memenuhi KKM pada siklus I adalah 15 atau 65,2% secara klasikal dan jumlah siswa yang tidak memenuhi KKM 8 atau 34,7% secara klasikal. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentuakan yaitu 85% siswa harus memenuhi KKM (tuntas). Dengan demikian penelitian ini harus dilanjutkan kesiklus berikutnya. Hasil evaluasi yang diperoleh pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Nilai tertinggi yaitu 100 dengan jumlah benar 20 dari 20 butir soal yang diperoleh dua orang siswa. Nilai terendah yaitu 65 dengan jumlah benar 13 dari 20 butir soal yang diperoleh satu orang siswa. Perbedaan perolehan nilai siswa tersebut sangatlah wajar karena hasil belajar siswa bergantung pada proses yang dialami, dan proses belajar itu sendiri dipengaruhi banyak faktor baik dari dalam diri siswa itu sendiri maupun dari luar.

E. PENUTUP

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang telah dilaksanakan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN 26 Ampenan tahun ajaran 2015/ 2016 mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh peneliti dalam pelaksanaan siklus I yakni diperoleh jumlah skor kegiatan guru sebesar 57,0 dengan kategori baik serta jumlah skor aktivitas siswa diperoleh sebesar 55,5 dengan kategori aktif. Nilai rata- rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 74,3 dengan ketuntasan klasikal 65,2 %. Pada siklus II, jumlah skor kegiatan guru sebesar 67,5 dengan kategori sangat baik dan jumlah skor aktivitas siswa sebesar 64,0 dengan kategori aktif. Selain itu diperoleh juga nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 87,6 dimana dari 23 orang siswa hanya 3 orang siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM sehingga ketuntasan klasikal dalam siklus II adalah 86,9%.Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa Penggunaan multimedia pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN 26 Ampenan Tahun Ajaran 2015/2016.

Adapun saran yang ingin disampaikan oleh peneliti dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Kepada siswa diharapkan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran agar konsep pembelajaran dapat lebih mudah dipahami sehingga dalam mengerjakan tugas atau soal lebih mudah dikerjakan.

b. Kepada guru diharapkan untuk dapat menerapkan penggunaan multimedia pembelajaran interaktif dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(13)

c. Kepada sekolah diharapkan dapat mempertimbangkan penggunaan multimedia pembelajaran interaktif dalam kegiatan pembelajaran untuk mata pelajaran lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

F. DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi, et al. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Azmiyawati, Choiril, et al. 2008. IPA 5 Salingtemas. Semarang: PT Bengawan Ilmu. Bahtiar, et al. 2012. Evaluasi Hasil Pembelajaran Sains (IPA). Mataram: CV Dimensi

Raya.

Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Gunawan. 2015. Model Pembelajaran SAINS Berbasis ICT. FKIP Universitas

Mataram.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132304798/ contoh motto. (Diakses Pada Tanggal 23 Juli 2016 Pukul 15.35 WITA)

Khikmawati, Roisa Isna. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui

Penggunaan Multimedia Pembelajaransiswa Kelas V SDN Kembangsongo Tahun Ajaran 2011/2012 (Skripsi). SI Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Negeri Yogyakarta. (Diakses 15 Desember 2015 Jam 09.35)

Kholil, Munawar, et al. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Mu’izah, Hartini. 2014. Penggunaan Multimedia Pembelajaran Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar IPA Kelas V SDN 3 Batu Kumbung Tahun Ajaran 2013/2014 (Skripsi). SI Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Mataram Tidak

Diterbitkan.

Multimedia Interaktif Dalam Pembelajaran Konsep Listrik Bagi Calon Guru. http://jurnal.unram.ac.id/index.php/jpft/article/view/545/347. (Diakses Pada Tanggal 20 Juli 2016 Pukul 13.30 WITA)

Munir. 2013. Multimedia Konsep & Aplikasi Dalam Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.

(14)

Penggunaan Multimedia Pembelajaran Pada Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu. (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132304798/Penerapan%20Multimedia%20 Pembelajaran%20Terpadu.pdf). (Diakses Pada Tanggal 20 Juli 2016 Pukul 14.35 WITA)

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Sanjaya,Wina. 2014. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

Sulistyanto, et al. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajaran. Ula,Shoimatul. 2013. Revolusi Belajar. Yogyakarta: AR-ruzz Media.

Wiranata, Aria. 2012. Penggunaan Multimedia Pembelajaran Sains Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas IV SDN 5 Praya Tahun Ajaran 2011/2012 (Skripsi). SI Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP

Gambar

Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Guru   Siklus I dan Siklus II
Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa   Siklus I dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Kecernaan Pakan Berbentuk Pelet Mengandung Kulit Pisang Raja Fermentasi Dengan Mikroorganisme Lokal Dibandingkan Dengan Trichderma harzianum Pada Kelinci Rex Jantan Lepas

[r]

[r]

Hasil penelitian Rahmawati dkk pada penderita DM tipe 2 di poliklinik rumah sakit menyatakan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kadar glukosa darah,

Pada ruang dalam, bagian dinding dan langit-langit umumnya dilapisi ukiran (stucco) yang obyeknya seputar flora, sosok dan perilaku dari fauna dan manusia,

Berdasarkan konsep- konsep yang ada dalam judul proposal penelitian ini maka dapat ditetapkan unit amatan dari penelitian ini adalah beberapa pihak yang terkait

Nilai bobot basah dan kering akar kedelai pada pola tanam monokultur memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pola tanam agroforestri

Meskipun begitu/ Fatah mengakui/ fatwa yang sebenarnya masih ditujukan untuk kalangan internalnya ini/ akan diberlakukan secara bertahap/ dan tidak harus berhenti