• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK FENOTIPE SIFAT KUALITATIF AYAM TOLAKI DI KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK FENOTIPE SIFAT KUALITATIF AYAM TOLAKI DI KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK FENOTIPE SIFAT KUALITATIF AYAM TOLAKI DI KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

Oleh: Muh. Rusdin1, La Ode Nafiu1, Takdir Saili1, Achmad Selamet Aku1 ABSTRACT

Tolaki chicken is a kind of Indonesia native chicken grown is Southeast Sulawesi. The obyektive of this research was to collect information relative to phenotype characteristic of qualitative trait of Tolaki chicken grown in Konawe District. The research was conducted in Sub District Anggaberi, Puriala and Sub District Unahaa of Konawe District for two months. The research location was determined using purposive sampling method based on the dominant population of Tolaki chicken. Tolaki chicken in this research was ofned by farmer consisted of 41 cocks and 79 hens. Variables measured were feather color, shank color, and comb shape. Data collected were tabulated and phenotype frequency counting was performed and the results was analyzed using descriptive analysis. Results showed that colorful feather characteristics (ii) was found in most of Tolaki chicken, while colorless characteristics (I-) was only occurred in hen of Tolaki chicken (5,06%). The high frequency of feather color pattern was wild type (e+-) distributed in cock (60.98%) and hen (60.76%). In cock feather color, frequency of gold-like feather color (ss) was dominant (51.22%) compared to silver-like feather color (S-) (48.78%), whereas in hen feather color, the dominant one was silver-like feather color (79.75%) compared to gold-like feather color (20.25%). The feather stripe was dominant by colorless feather distubuted in cock (78.05%) and hen (60.76%). Shank color of cock was dominated by grey (idid) (53.66%) and yellowish (Id-) (50.63%). Comb shape was dominted by pea comb (rrP-) either in cock (65.85%) or in hen (84.81%). Rose comb (R-pp) was only occurred in cock about 7.32%, while single comb (rrpp) was found both in cock (26.83%) and hen (15.19%) but walnut comb was not found either in cock or hen. Based on the results, it was concluded that phenoyipe characteristics of qualitative trait of Tolaki chicken had big enough variation and had no specific characteristic, hence Tolaki chicken had not been able to categorized as new variety and it was still need effort to conduct good selection program in order to create pure variety of proven Tolaki chicken.

Key words: Phenotype, Tolaki Chicken, feather, shank, comb.

PENDAHULUAN

Budidaya ayam lokal atau lebih dikenal

dengan ayam Buras merupakan usaha

peternakan yang telah lama dilakukan di Indonesia, tetapi perkembangannya masih lambat, terutama jika dibandingkan dengan usaha peternakan ayam ras. Salah satu kendala yang dihadapi dalam pengembangan ayam buras adalah masih sulit mendapatkan bibit unggul.

Oleh karena itu, untuk mendukung

pembentukan galur ayam lokal asli Indonesia yang murni dan unggul, maka program karakterisasi dan seleksi harus menjadi program utama di setiap daerah yang memiliki ayam lokal dengan ciri khusus maupun yang belum

jelas ciri-ciri khususnya (Mansjoer, 2003).

Berdasarkan hasil identifikasi

perkembangbiakan ayam piaraan, diketahui telah terdapat 27 jenis ayam lokal Indonesia yang memiliki karakteristik penampilan yang khas (Ditjennak, 2002). Menurut Natamijaya (2000) ayam lokal Indonesia terdiri atas 31 galur yang memiliki keanekaragaman morfologi yang berbeda.

Ayam lokal yang memiliki penampilan yang khas diantaranya adalah: ayam Nunukan, Bangkok, Pelung, Nagrak, Sentul, Merawang, Merawas, Kedu hitam/putih, Kokok Balenggek, Tukong, Kate dan ayam Berugo. Sementara ayam lokal yang belum jelas ciri-ciri khususnya

(2)

adalah ayam Kampung, Sumatera, Yungkilok Gadang, Ratiah, Batu, Ciparage, Banten, Wareng, Bali dan ayam Tolaki (Ditjennak, 2002).

Ayam Tolaki merupakan plasma nutfah ayam lokal asli Sulawesi Tenggara. Penyebutan ayam Tolaki ini didasarkan atas perkembangan, pembentukan dan penyebarannya di daerah Konawe oleh masyarakat suku Tolaki. Saat ini ayam Tolaki tidak hanya dipelihara oleh suku Tolaki, namun juga oleh suku-suku lain di Sulawesi Tenggara seperti Jawa dan Bugis, karena ayam Tolaki memiliki banyak manfaat (multi fungsi) yakni selain sebagai sumber daging dan telur, ayam Tolaki juga digunakan sebagai ayam sabungan oleh para penghobis di Sulawesi Tenggara dan merupakan salah satu syarat dalam upacara adat “Mosehe” untuk menyelesaikan konflik tertentu pada masyarakat suku Tolaki. Ayam Tolaki juga berpotensi dikembangkan sebagai ayam hias atau hewan kesayangan (animal pet) karena memiliki penampilan yang menarik, baik dari segi penampilan fisik maupun warna bulunya.

Namun demikian, informasi mengenai karakteristik ayam Tolaki belum banyak dilaporkan, baik karakter fenotipe maupun genotipenya, termasuk potensi produktivitas dan reproduktivitasnya. Oleh karena itu, telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi karakteristik fenotipe ayam Tolaki. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar acuan dalam kebijakan pelestarian dan pengembangan ayam Tolaki di Sulawesi Tenggara.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Desember 2009 sampai Januari 2010 bertempat di Kecamatan Anggaberi, Puriala dan Unaaha Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Penentuan lokasi penelitian secara purposive sampling dengan ketentuan lokasi penelitian dominan memiliki populasi ayam Tolaki. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ayam Tolaki dewasa milik peternak di Kabupaten Konawe. Sementara

pengambilan sampel ayam Tolaki dilakukan secara acak di tiga kecamatan lokasi penelitian.

Materi utama dalam penelitian ini adalah ayam Tolaki dewasa sebanyak 120 ekor yang terdiri atas 41 ekor ayam jantan dan 79 ekor betina. Jumlah ayam jantan yang diamati berdasarkan lokasi penelitian yakni sebanyak 12 ekor di Kecamatan Anggaberi, 10 ekor di Kecamatan Puriala dan 19 ekor di Kecamatan Unaaha. Sementara ayam betina berjumlah 28 ekor di Kecamatan Anggaberi, 20 ekor di Kecamatan Puriala dan 31 ekor di Kecamatan Unaaha. Sedangkan peralatan penelitian yang digunakan adalah alat tulis menulis dan kamera digital. Peubah fenotipe sifat kualitatif ayam Tolaki yang diamati meliputi: warna bulu, warna shank (cakar) dan bentuk jengger. Metode pengamatan masing-masing peubah dilakukan berdasarkan kriteria berikut (Rusdin, 2007):

Warna Buluh:

a. Individu ayam dengan warna bulu putih polos digolongkan pada fenotipe warna bulu putih (I-)

b. Individu ayam dengan bulu berwarna digolongkan pada fenotipe bulu berwarna (ii),

c. Individu ayam dengan warna bulu dasar hitam, digolongkan pada fenotipe pola bulu hitam (E-),

d. Individu ayam dengan bulu seperti

garis-garis memanjang dipunggung

digolongkan pada fenotipe pola bulu tipe liar (e+-),

e. Individu ayam dengan bagian ujung ekor

dan ujung sayap berwama hitam

digolongkan pada fenotipe pola bulu tipe columbian (ee),

f. Individu ayam dengan warna bulu hitam dengan variasi putih atau sebaliknya digolongkan pada fenotipe corak bulu lurik/barret (B-), dan

g. Individu ayam dengan warna kerlip bulu keperakan dan keemasan masing-masing digolongkan pada fenotipe kerlip bulu keperakan (S-) dan keemasan (ss).

Warna Cakar (Shank):

(3)

KA (n=12) KP (n=10) KU (n=19) KA (n=28) KP (n=20) KU (n=31) Jantan Betina Warna bulu putih - - - 7.14 - 6.45 - 5.06 Berwarna 100.00 100.00 100.00 92.86 100.00 93.55 100.00 94.94 Pola bulu Hitam 50.00 10.00 5.26 28.57 55.00 19.35 19.51 31.65 Tipe Liar 33.33 80.00 68.42 60.71 30.00 80.65 60.98 60.76 Collumbian 16.67 10.00 26.32 10.71 15.00 - 19.51 7.59 Kerlip bulu Perak 83.33 20.00 42.11 85.71 55.00 90.32 48.78 79.75 Emas 16.67 80.00 57.89 14.29 45.00 9.68 51.22 20.25 Corak bulu Bar 25.00 20.00 21.05 17.86 30.00 45.16 21.95 31.65 Non Bar 75.00 80.00 78.95 82.14 70.00 54.84 78.05 68.35 Warna shank Kuning/putih 33.33 50.00 68.42 28.57 40.00 74.19 53.66 49.37 Hitam/abu-abu 66.67 50.00 31.58 71.43 60.00 25.81 46.34 50.63 Bentuk Jengger Rose 8.33 10.00 5.26 - - - 7.32 -Kapri 41.67 40.00 94.74 75.00 100.00 83.87 65.85 84.81 Tunggal 50.00 50.00 - 25.00 - 16.13 26.83 15.19 Konawe ………....………...………..(%)...………..…...……..………..………. Fenotipe Jantan Betina

putih/kuning digolongkan pada fenotipe warna cakar berwarna putih/kuning (Id-),

b.

Individu ayam dengan cakar berwarna

hitam/abu-abu digolongkan pada fenotipe warna cakar hitam/abu-abu (idid).

Bentuk Jengger:

a. Individu ayam dengan jengger mawar/rose digolongkan pada fenotip bentuk jengger mawar (rose) (R_pp),

b. Individu ayam dengan jengger kapri/ercis digolongkan pada fenotip bentuk jengger kapri/ercis (rrP_),

c. Individu ayam dengan jengger walnut digolongkan pada fenotip bentuk jengger walnut (R_P_) dan,

d. Individu ayam dengan jengger tunggal digolongkan pada fenotip bentuk jengger tunggal (rrpp).

Data hasil penelitian yang diperoleh selanjutnya ditabulasi dan dihitung frekuensi fenotipe sifat kualitatifnya menurut Minkema (1993) yakni jumlah fenotipe yang muncul untuk sifat tertentu dibagi dengan jumlah sampel yang diamati dikali 100%. Selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai karakteristik fenotipe sifat kualitatif ayam Tolaki yang meliputi warna bulu, pola bulu, kerlip bulu, corak bulu, warna shank dan bentuk jengger disajikan pada Tabel 1. Pada tabel tersebut menunjukkan warna bulu, pola bulu, kerlip bulu, corak bulu, warna shank dan bentuk jengger ayam Tolaki masih beragam dan belum menunjukkan ciri yang spesifik. Keragaman sifat kualitatif ini menggambarkan keragaman sifat kegenetikannya yang dikenal sebagai karakter genetik eksternal yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan (Warwik et al., 1995)

Berdasarkan karakteristik fenotipe warna bulunya, maka ayam Tolaki belum dapat dikategorikan sebagai varietas baru karena belum memiliki ciri-ciri khusus secara tegas. Hasil penelitian ini mendukung laporan Ditjennak (2002) bahwa ayam lokal yang belum jelas ciri-ciri khusunya antara lain ayam Kampung, Sumatera, Yungkilok Gandang, Ratiah, Batu, Ciparage, Banten, Wareng, Bali dan ayam Tolaki.

Tabel 1. Frekuensi relatif karakteristik fenotipe sifat kualitatif ayam Tolaki

(4)

Warna Bulu

Hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan warna bulu ayam Tolaki sebagian besar berwarna (ii) dan hanya sebagian kecil yang memiliki bulu putih (I-) atau tidak berwarna, itupun hanya ditemukan pada ayam betina di Kecamatan Anggaberi dan Unaaha dengan persentase yang kecil. Pada Tabel 1 menunjukkan pula bahwa ayam Tolaki jantan maupun betina memiliki pola bulu hitam (E-), tipe liar (e+-) dan cullombian (ee), dengan corak bulu lurik/bar (B-) dan polos/non bar (bb) serta kerlib bulu keperakan (S-) dan keemasan (ss), masing-masing dengan frekuensi yang berbeda di tiga lokasi penelitian.

Pola warna bulu dengan frekuensi tertinggi adalah tipe liar yaitu 60,98% pada jantan dan 60,76% pada betina. Sementara itu, frekuensi kerlib bulu emas pada ayam jantan

(51,22%) lebih tinggi daripada kerlib bulu perak (48,78%), sedangkan pada betina kerlib bulu perak (79,75%) lebih dominan dibanding kerlib bulu emas (20,25%). Untuk corak bulu baik jantan maupun betina didominasi oleh corak bulu polos (non bar) dengan frekuensi masing-masing 78,05% dan 68,35%.

Ekspresi bulu berwarna (ii) pada ayam Tolaki jantan maupun betina ditampilkan pada Gambar 1 dan 2. Pada gambar tersebut nampak bahwa fenotipe bulu berwarna (ii) pada ayam Tolaki jantan maupun betina masih cukup beragam. Keragaman warna bulu tersebut juga nampak pada warna bulu yang tersebar pada bagian-bagian tubuh ayam Tolaki. Ilustrasi sebaran warna bulu pada bagian-bagian tubuh ayam Tolaki jantan dan betina disajikan pada Tabel 2.

(5)

Gambar 2. Keragaman fenotipe warna bulu ayam Tolaki Betina

Ekspresi fenotipe warna bulu ayam Tolaki yang beragam dalam penelitian ini ditemukan pula pada jenis ayam lokal Indonesia lainnya. Keragaman fenotipe warna bulu ini merupakan ciri khas ayam lokal Indonesia terutama pada ayam lokal yang belum memiliki ciri khusus secara tegas seperti ayam Saumatera, Yungkilok Gadang, Ratiah, Batu, Ciparage, Banten, Wareng dan ayam Bali. Masih tingginya keragaman sifat ini dikarenakan ayam lokal belum banyak mengalami perbaikan mutu genetik (Suprijatna et. al., 2005). Beragamnya sifat kualitatif terutama warna bulu, warna shank dan bentuk jengger dan sifat kuantitatif pada ayam lokal Indonesia menunjukkan masih tingginya heterozigositas sifat-sifat yang dimiliki sehingga belum dapat memiliki merek dagang di pasar nasional maupun global. Lebih lanjut dijelaskan meskipun sifat-sifat kualitatif

warna bulu tidak berhubungan erat dan langsung dengan sifat produktifitasnya, namun dalam sistem perdagangan yang unggul, ciri kualitatif menjadi jaminan mutu kemurnian suatu jenis atau galur ayam (Mansjoer, 2003).

Ditinjau dari dominasi karakter fenotipe warna bulunya, maka ayam Tolaki memiliki banyak kemiripan dengan ayam hutan merah. Hal ini sependapat dengan Sarwono (2005) bahwa ayam Tolaki memiliki warna bulu yang mirip dengan ayam hutan merah, sehingga ada yang menyebutnya sebagai ayam hutan. Sementara itu, hasil penelitian Sulandari dan Zein (2009) yang melakukan penelusuran asal-usul nenek moyang ayam lokal melalui analisis

D-loop DNA mitokondria menyimpulkan

bahwa nenek moyang ayam lokal Indonesia termasuk ayam Tolaki berasal dari satu moyang (monofi letik) yaitu spesies ayam hutan merah.

(6)

Tabel 2. Sebaran warna bulu pada bagian-bagian tubuh ayam Tolaki jantan dan betina

Bagian tubuh Warna bulu

Jantan Betina

Kepala Merah, merah bata, kuning dan

sedikit kombinasi hitam. Hitam kombinasi kuning dan kuning kombinasi putih

Hitam, dominan hitam kombinasi kuning, dominan hitam kombinasi abu-abu atau putih dan putih kombi-nasi sedikit hitam dan merah bata

Leher Dominan merah, merah bata, kuning

dan sedikit kombinasi hitam, dominan merah kombi-nasi putih

Hitam, dominan hitam kombinasi kuning, dominan kuning kombinasi hitam, putih kombinasi sedikit hitam dan merah bata

Punggung Merah, merah bata, kuning, dominan

merah kombinasi hitam atau putih, dan dominan kuning kombinasi hitam

Hitam, dominan hitam kombinasi kuning, dominan kuning kombinasi hitam, abu-abu kombinasi sedikit hitam dan merah bata, merah bata kombinasi putih

Badan Hitam, kuning, merah bata, dominan

merah kombinasi hitam atau putih, abu-abu kombinasi hitam

Hitam, kuning, dominan kuning

kombinasi hitam, hitam kombinasi putih, putih kombinasi merah bata, merah bata kombinasi abu-abu

Sayap Hitam, merah, kuning, merah

kombinasi spot hitam, merah bata kombinasi abu-abu, hitam kebiruan, putih polos, dan putih spot hitam

Hitam, dominan hitam kombinasi putih, dominan kuning kombinasi hitam, dominan merah bata kombi-nasi putih, dominan merah bata kombinasi abu-abu

Betis Hitam, dominan hitam kombi-nasi

merah, dominan kuning kombinasi hitam, putih kom-binasi merah dan hitam

Hitam, dominan hitam kombinasi kuningan sedikit putih, dominan kuning kom-binasi hitam atau abu-abu, putih kombinasi merah bata dan sedikit hitam

Ekor Hitam, dominan hitam spot putih,

dominan putih spot hitam

Hitam, dominan putih spot hitam, abu-abu, kuning hitam, merah bata kombinasi abu-abu dan hitam

Karakteristik fenotipe warna bulu ayam Tolaki yang mirip dengan ayam hutan merah yakni memiliki bulu berwarna (ii), pola bulu liar (e+-), kerlip bulu emas (ee), dan corak bulu polos (bb). Seperti yang dilaporkan Nishida et al,. (1980) dan Tantu (2007) bahwa ayam hutan merah memiliki bulu berwarna (ii), pola bulu liar (e+-), kerlip bulu emas (ee), dan corak bulu polos (bb).

Masih beragamnya fenotipe warna bulu ayam Tolaki baik pada jantan maupun betina disebabkan belum ada upaya seleksi yang mengarahkan ayam Tolaki pada warna bulu spesifik sebagai syarat standar bangsa atau

varietas baru. Hal ini disebabkan karena sistem pemeliharaan ayam Tolaki umumnya masih tradisional dan bercampur baur dengan ayam jenis lain dan atau ayam bangsa asing, sehingga percampuran genetik tidak dapat dihindari sebagaimana umumnya terjadi pada ayam lokal lainnya yang dipelihara secara tradisional. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansjoer (1985) dan Nishida, et al. (1980) bahwa telah terjadi percampuran antara gen-gen ayam Buras dengan gen-gen yang dimiliki bangsa-bangsa ayam unggul seperti White Leghorn, Barred Plymouth Rock dan yang terbanyak adalah berasal dari Rhode Island Red. Aliran gen

(7)

bangsa asing tersebut berasal dari Eropa dan Amerika.

Berdasarkan karakteristik fenotipe warna bulu yang masih beragam, maka ayam Tolaki perlu diseleksi untuk diarahkan pada warna bulu tertentu yang lebih menarik dan spesifik terutama untuk tujuan pembentukan galur ayam Tolaki dengan karakter fenotipe warna bulu yang khas.

Warna Cakar (Shank)

Hasil penelitian menunjukkan warna shank ayam Tolaki jantan maupun betina adalah hitam/abu-abu (Id-) dan putih/kuning (idid). Pada ayam jantan, frekuensi warna shank putih/kuning dan hitam/abu-abu masing-masing sebesar 53,66 dan 46,34%, sementara pada betina masing-masing sebesar 49,37 dan 50,63%. Warna shank hitam/abu-abu ini kemungkinan diwarisi dari ayam hutan merah sebagai moyangnya, sedangkan shank putih kemungkinan diwarisi dari ayam kampung atau ayam jenis lain akibat perkawinan silang.

Hasil penelitian ini memberi petunjuk bahwa terdapat penyebaran warna shank ayam Tolaki yang cukup bervariasi yakni warna shank hitam, abu-abu, kuning dan putih. Perbedaan warna shank ini menurut Jull (1951) disebabkan oleh pigmen-pigmen tertentu. Warna shank kuning dipengaruhi oleh adanya pigmen karotenoid pada epidermis dan tidak adanya pigmen melanin pada epidermis maupun dermisnya. Ensminger (1992) menambahkan bahwa bila kedua pigmen tersebut tidak ada maka shank berwarna putih. Disamping itu, warna kuning pada shank dikarenakan adanya lemak atau pigmen lipokrom pada lapisan epidermis, sedangkan warna shank hitam dipengaruhi oleh adanya pigmen melanin pada epidermis (Jull, 1951). Sementara itu, warna hijau pada kaki disebabkan adanya pigmen lipocrom di dalam epidermis dan pigmen melanin pada dermisnya (Purwanta, 1995).

Hasil pengamatan dan informasi dari peternak, diketahui bahwa ayam Tolaki memiliki ciri pada shank-nya yaitu terdapat warna merah yang terbentuk secara vertikal pada sisi luar shank. Warna merah ini nampak

terlihat dengan jelas termasuk pada shank warna hitam (Gambar 3).

Gambar 3. Keragaman warna shank ayam Tolaki

Bentuk Jengger

Hasil penetian menunjukkan bahwa bentuk jengger ayam Tolaki di Kabupaten Konawe cukup beragam yakni terdiri dari jengger, mawar (rose), kapri (pea) dan tunggal (singel). Dari ketiga macam bentuk jengger ini, jengger kapri lebih banyak ditemukan, yaitu sebesar 65,85% pada jantan dan 84, 81% pada betina. Sementara jengger mawar hanya ditemukan pada ayam Tolaki jantan (7,32%) dan sisanya adalah jengger tunggal 26,83% pada jantan dan 15,19% pada betina.

Bentuk jengger ayam Tolaki pada penelitian ini relatif lebih seragam dibandingkan ayam kampung, seperti yang dilaporkan Samra (2002) dalam Afriani et al., (2003) bahwa bentuk jengger ayam kampung terdiri atas bentuk pea 29%, single 21%, walnut 12% dan rose 38%. Demikian pula yang dinyatakan Mansjoer (2003) bahwa ayam kampung memiliki tingkat keragaman yang lebih tinggi dibandingkan ayam lokal lainnya. Ayam lokal Indonesia yang sudah memiliki keseragaman sifat bentuk jengger diantaranya adalah ayam Pelung, Kedu Hitam dan Kedu putih. Hasil penelitian Rusdin (2007) melaporkan bahwa bentuk jengger ayam Pelung 100% adalah jengger tunggal (single) dan sudah menjadi salah satu stadarisasi sifat kemuniannya. Sementara Johari et al., (2009) menyatakan ayam Kedu hitam dan kedu putih memiliki bentuk jengger yang sama yaitu tunggal dengan frekuensi 100%.

Terbentuknya jengger kapri pada ayam Tolaki dengan frekuensi yang lebih dominan

(8)

(65,85% pada jantan dan 84,81% pada betina) dibanding jengger mawar dan tunggal, kemungkinan disebabkan seleksi alamiah maupun seleksi yang dilakukan peternak untuk mendukung penggunaan ayam Tolaki sebagai ayam sabungan dan atau aduan. Seperti yang dinyatakan Sarwono (2005) bahwa selain sebagai sumber daging dan telur, ayam Tolaki juga terkenal sebagai ayam sabungan yang memiliki sifat pantang menyerah dan berani mati.

Berdasarkan dominasi sifat kegenetikan bentuk jengger ini, maka seleksi bentuk jengger ayam Tolaki sebaiknya diarahkan pada jengger kapri sebagai salah satu ciri standar kemurniannya, karena kemurnian suatu bangsa ayam dapat ditentukan dari keseragaman ciri-ciri kegenetikan luarnya/genetik eksternal (Mansjoer, 1985). Variasi bentuk jengger ayam Tolaki jantan dan betina ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Variasi bentuk jengger ayam Tolaki Sekalipun fenotipe warna bulu, warna shank dan bentuk jengger ayam Tolaki pada penelitian ini masih beragam dan sepintas mirip dengan ayam kampung, namun berdasarkan bentuk dan postur tubuhnya, penampilan (performans) ayam Tolaki agak unik dan relatif berbeda dengan ayam lokal jenis lain. Performans ayam Tolaki jantan dan betina secara fisik memiliki postur tubuh yang relatif lebih kecil dengan bentuk tubuh yang lebih ramping dibandingkan. Khusus pada ayam jantan, pada posisi berdiri tegak, tubuh ayam Tolaki bagian belakang mulai pangkal ekor sampai ujung leher nampak seperti membentuk garis dengan kemiringan sekitar 30 - 450.

Terbentuknya bentuk dan postur tubuh yang unik pada ayam Tolaki ini, kemungkinan

disebabkan akibat seleksi yang terjadi secara alamiah maupun yang dilakukan peternak, karena ayam Tolaki banyak dimanfaatkan sebagai ayam sabungan oleh para penghobis di Sulawesi Tenggara. Dengan postur tubuh tersebut ayam Tolaki lebih gesit, lincah dan mudah lompat untuk menerpa lawannya ketika diadu. Hal ini juga ditunjang dengan bobot badannya yang ringan dan mudah terbang.

KESIMPULAN

Hasil penelitian disimpulkan bahwa karakteristik fenotipe sifat kualitatif ayam Tolaki masih cukup beragam, baik warna bulu, warna shank maupun bentuk jenggernya dan belum memiliki ciri-ciri khusus yang tegas,

sehingga ayam Tolaki belum dapat

dikategorikan sebagai varietas baru dan masih perlu dilakukan seleksi untuk membentuk varietas ayam Tolaki unggul dan spesifik.

DAFTAR PUSTAKA

Afriani T., D Ahmat, Afrianto. 2003. Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Bangkok. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.

Ditjennak [Direktorat Jenderal Peternakan] 2002. The State of Managemen of Animal Genetic Resources in Indonesia. Direktorat Perbibitan Ternak. Deptan, Jakarta.

Ensminger, ME. 1992. Poultry Science. Danville, Illionis: Interstate Publishers Inc.

Jull MA. 1951. Poultry Husbandry. New York: Mc Graw-Hill Book Company, Inc. Johari, S., Sutopo dan A. Santi. 2009. Frekuensi

fenotipik sifat-sifat kualitatif ayam

Kedu dewasa. Makalah seminar

nasional kebangkitan peternakan, Semarang, Tanggal 20 Mei 2009.

(9)

Mansjoer SS. 1985. Pengkajian sifat-sifat

produksi ayam Kampung serta

persilangannya dengan ayam Rhode Island Red. [Desertasi] Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mansjoer SS. 2003. Potensi ayam buras di

Indonesia. Makalah semiloka

pengkajian pengembangan produksi bibit ayarn Buras dan Itik, Cisarua-Bogor, Tanggal 11 - 12 Desember 2003. Nataamijaya, A.G. 2000. The native of chicken

of Indonesia. Buletin Plasma Nutfah 6 (1). Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian.

Nishida TK. Nozawa, K. Kondo , SS. Mansjoer, H. Martojo. 1980. Morfological and Genetik Studies on the Indonesian Native Fowl, Di dalam: The Origin and

Phylogeny of Indonesian Native

Livestock. I : 47-70

Purwanta, 1995. Tinjauan karakteristik Polimorfisme Albumin dan Transferin protein darah serta penyebaran warna pada ayam Kedu [Skripsi] Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Rusdin, M. 2007. Analisis fenotipe, genotipe dan suara ayam Pelung di Kabupaten Cianjur. [Tesis]. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sarwono, B. 2005. Ayam Aduan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sulandari S dan MSA Zein,. 2009. Analisis

D-loop DNA Mitokondria untuk

Memposisikan Ayam Hutan Merah dalam Domestikasi Ayam di Indonesia. Media Peternakan, Edisi April 2009, Vol. 32 No. 1 hlm. 31-39.

Suprijatna E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. Tantu RY. 2007. Fenotipe dan genotipe ayam

Hutan Merah (Gallus gallus gallus) dan

ayam Kampung (Gallus gallus

domesticus) di Watutela dan Ngatabaru Sulawesi Tengah. [Tesis]. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Warwick J, Astuti M, Hardjosubroto W. 1995.

Pemuliaan Ternak. Gajah Mada

Gambar

Gambar 1. Keragaman fenotipe warna bulu ayam Tolaki Jantan
Gambar 2. Keragaman fenotipe warna bulu ayam Tolaki Betina
Gambar 3. Keragaman warna shank ayam  Tolaki
Gambar  4. Variasi bentuk jengger ayam Tolaki Sekalipun  fenotipe  warna  bulu,  warna  shank dan  bentuk  jengger  ayam  Tolaki  pada  penelitian ini masih beragam dan sepintas mirip  dengan  ayam  kampung,  namun  berdasarkan  bentuk  dan  postur  tubuhn

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya warna bulu saja yang dapat dijadikan ciri khas ayam Wareng Tangerang, sedangkan sifat-sifat kualitatif lainnya tidak bisa

Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fenotipe sifat kualitatif khususnya warna bulu, bentuk muka, telinga, tanduk dan punggung sekaligus sifat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik genetik eksternal (sifat kualitatif) pada ayam Wareng dan ayam Kampung, seperti warna bulu, pola bulu, corak bulu,

Sifat kualitatif yang meliputi warna bulu pada berbagai bagian tubuh, warna paruh, shank dan bentuk shank antara burung ayaman (Gallirallus philippensis) jantan dan betina

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik genetik eksternal (sifat kualitatif) pada ayam Wareng dan ayam Kampung, seperti warna bulu, pola bulu, corak bulu,

Karakteristik sifat kualitatif untuk warna dasar bulu terjadi perubahan dari ayam KUB-1 terseleksi yang di mana didominasi dengan bulu hitam, sedangkan ayam KUB-kk didominasi oleh

Ayam Pelung memiliki frekuensi gen pengontrol tertinggi adalah warna bulu berwarna ii, pola bulu kolumbian ee, kerlip bulu emas ss, corak bulu polos bb, warna shank hitam idid

Kerlib perak, emas pada ayam jantan dan betina masing-masing 12.24%, 87.76% dan pada ayam beti na masing-masing 53.85% dan 38.46% Gambaran fenotipe kerlib bulu dan corak bulu dalam