• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Roti Gempol sudah dirintis sejak tahun 1958 dengan cita rasa yang khas dengan racikan resep keluarga secara turun-temurun, maka dari itu tidak heran Roti Gempol ini sangat melegenda. Pemilik Roti Gempol adalah Ibu Lydia Usman, awalnya Roti Gempol berdiri di Salatiga Semarang lalu beliau pindah ke Kota Bandung dan merintis Roti Gempol bersama keluarganya saat masih berkuliah di ITB (Institut Teknologi Bandung). Saat ini Roti Gempol diteruskan oleh anak ketiganya yakni Putra. Nama “Gempol” diambil dari nama jalan dimana lokasi ini berdiri, yaitu di Jalan Gempol Wetan nomor 16. Jalan ini dibuat oleh pemerintah Belanda pada tahun 1920-1935. Roti Gempol mulai terkenal karena setiap pagi masyarakat yang melintas di daerah Gempol sering mencium aroma roti yang sedap dan dari situlah Roti Gempol ini sering dijadikan sarapan oleh masyarakat dari dahulu hingga sekarang.

Roti gempol ini cukup sulit untuk ditemukan bagi orang yang belum pernah mengunjungi tempat ini. Tidak seperti tempat roti yang lainnya di Kota Bandung yang dapat dengan mudah ditemukan di sisi jalan besar. Roti gempol hingga kini masih terletak di dalam jalan Gempol yang memiliki jalan sempit hanya cukup untuk satu mobil saja, karena lokasi Roti Gempol ini berada di perumahan belanda yang menggunakan sistem rumah kantong serta tidak adanya tanda penunjuk lokasi Roti Gempol didaerah tersebut. Walaupun lokasi sulit ditemukan, jalan yang sempit, serta fasilitas ruang untuk pengunjung yang sangat terbatas, hal ini tidak membuat Roti Gempol kehilangan pelanggan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 Roti Gempol membuka olahan baru yakni roti bakar, para pengunjung rela menunggu dengan antrian yang cukup banyak dan hanya sekedar untuk

(2)

2

duduk di kursi plastik di pinggir jalan untuk mendapatkan produk dari Roti Gempol.

Dengan desain bangunan serba warna coklat, dilengkapi dengan satu ruangan untuk etalase roti, beberapa meja bundar, sofa, dan tempat memasak, Roti Gempol tetap diminati oleh pelanggan sampai sekarang. Roti Gempol menyediakan roti sudah jadi dan juga roti bakar. Roti bakarnya memiliki dua pilihan menggunakan roti tawar atau roti gandum. Pilihan rasanya ada tiga yaitu manis, asin, dan spesial. Masing-masing ada pilihan ukurannya, perseorangan (kecil) dan ririungan (besar). Roti Gempol menawarkan harga yang relatif terjangkau untuk setiap menunya yang dijual, harganya berkisar Rp. 4.500,- hingga Rp. 48.000,-. Berikut ini logo dari Roti Gempol:

Gambar 1.1 Logo Perusahaan

Sumber: Roti Gempol (2015)

Roti Gempol juga menyediakan salah satu minuman yang digemari masyarakat belakangan ini, khususnya anak muda yaitu Addict Tea. Selain itu Roti Gempol menyediakan produk olahan yakni mie yamin yang terletak disebelah ruangan tempat memakan Roti. Saat ini Roti Gempol memiliki tiga cabang yakni di Jalan Surya Sumantri no. 25, Jalan Bengawan no. 34 dan Jalan Talaga Bodas no. 46. Hal yang berbeda dengan Roti Gempol yang terletak di Jalan Gempol Wetan, Roti gempol di dua cabang ini bergabung dengan kafe Kopi Anjis dan hanya menyediakan olahan roti bakar saja. Pemilik Kopi Anjis itu sendiri adalah Eka Satiadharma.

(3)

3 1.2 Latar Belakang Penelitian

Menurut Drs. Nunung Sobari MM mempublikasikan berita tentang Kota Bandung menjadi kota terfavorit di Asean pada tahun 2015, Bandung juga masuk urutan kelima se-Asia Pasifik dan urutan ke-21 di dunia terkait pariwisata (Disparbud, 2015). Disparbud Jawa Barat melalui bidang promosi mempromosikan ke seluruh Indonesia dalam bentuk buku kecil tentang aset pariwisata, seperti obyek alam, seni budaya dan karya kreatif kuliner. Meskipun begitu apabila dilihat dari struktur ekonomi tahun 2013 menurut data BPS menunjukan bahwa pariwisata bukan menjadi penopang dalam pembentukan ekonomi, hanya menghasilkan 13,31% akan tetapi sektor perdagangan menghasilkan sebanyak 42,40% (BPS, 2014:242). Hal ini menunjukan bahwa kegitan perekonomian dalam sektor perdagangan pada tahun 2013 memiliki peran penting dalam pembentukan perekonomian Kota Bandung.

Apabila dilihat dari laju pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) pada sektor perdagangan (perdagangan, restoran, dan hotel) di Kota Bandung tahun 2013 mengalami penurunan, akan tetapi hanya sektor restoran saja yang menunjukan kenaikan (BPS, 2014:245). PDRB merupakan salah satu indikator perekonomian yang ada pada suatu daerah yang dapat digunakan sebagai bahan penentuan kebijakan pembangunan khususnya dalam bidang perekonomian ataupun bahan evaluasi untuk kebijakan pembangunan (BPS, 2014:240).

Restoran, kafe dan rumah makan begitu banyak berderet di tengah ataupun pinggiran Kota. Hal ini merupakan salah satu bentuk usaha ekonomi yang memiliki prospek yang cukup menjanjikan terutama di Kota Bandung, hal ini yang membuat begitu banyaknya usaha tersebut berkembang setiap tahunnya. Selain omsetnya yang terus meningkat, jumlah pelaku bisnis dari sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan setiap waktunya. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh banyak orang, hal tersebut terbukti dengan terjadi pertumbuhan dengan bermunculanya usaha-usaha baru di bidang kuliner tersebut. Hal ini diperjelas dengan data dari BPS Kota Bandung pada tahun 2010-2013, yakni terdapat peningkatan pada sektor industri restoran, kafe dan rumah makan yang

(4)

4

memiliki ijin resmi di Kota Bandung, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2 sebagai berikut:

Gambar 1.2

Jumlah Restoran dan Kafe di Kota Bandung Tahun 2010-2013 Sumber: BPS (2014)

Berdasarkan Gambar 1.2 menunjukan bahwa didapat adanya peningkatan jumlah restoran, kafe dan rumah makan yang cukup signifikan di Kota Bandung mulai tahun 2010-2013. Pada tahun 2010 terdapat 461 tempat, tahun 2011 terdapat 512 tempat, tahun 2012 terdapat 571 tempat dan pada tahun 2013 terdapat kenaikan terbesar menjadi 645 tempat.

Dari ratusan restoran, kafe dan rumah makan yang ada, hal yang menjadi pembeda adalah keunikan atau mempunyai ciri khas. Sektor restoran tersebut berlomba-lomba untuk berinovasi dan menciptakan keunggulan yang berbeda-beda. Keunggulan tersebut dilihat dari makanan dan minuman yang disajikan, harga yang terjangkau, lokasi dan lainya. Salah satu yang memiliki keunikan tersebut adalah Roti Gempol. Salah satu cara untuk tetap kompetitif terhadap pesaing, yang sering dilakukan baik oleh industri roti, baik besar maupun kecil adalah dengan melakukan branding. Menurut Ellies (2010), branding adalah salah satu kunci untuk membedakan produk atau merek kita dengan produk pesaing yang akan memberikan keutungan kompetitif di pasaran karena konsumen memiliki banyak pilihan terhadap suatu merek terutama merek yang konsumen kenal dan kualitas produk. Menurut Ormeno (2007) dalam konsep branding,

brand awareness terbentuk dari kualitas suatu merek atau keakbran suatu merek.

461 512 571 645 0 100 200 300 400 500 600 700 2010 2011 2012 2013

(5)

5 Roti Gempol terkenal dengan produk roti yang dibuat sendiri (homemade). Meskipun tidak dilengkapi fasilitas hanya tempat duduk yang terbatas, tidak adanya fasilitas dukungan. Setiap perusahaan roti dituntut untuk melakukan inovasi agar produknya bisa tetap kompetitif terhadap pesaingnya. Peneliti melakukan pencarian data melalui Google Trends untuk mengetahui minat penelusuran pada Google dengan kata kunci Roti Gempol Wilayah Indonesia dengan kategori food & drink dengan grafik pada Gambar 1.3 sebagai berikut:

Gambar 1.3

Minat Penelusuran Roti Gempol dalam Google 2014-2015

Sumber: Google Trend (2015)

Dilihat dari Gambar 1.3 menunjukan tren penurunan minat penulusuran pada kata kunci „Roti Gempol‟ di dalam situs Google mulai dari Agustus 2014 hingga Juni 2015, penurunan tersebut nampak jelas pada tiga bulan terakhir. Data yang disajikan merupakan skala dari 0-100, bukan pencarian angka mutlak. Grafik menunjukan berapa banyak kata kunci „Roti Gempol‟, relatif pada jumlah total kata pencarian „Roti Gempol‟ sepanjang waktu. Menurut Quivedo et al (2015) dalam bukunya Digital Metrics Playbook: Measuring Your Online Branding

Strategies, google trend digunakan para pemasar untuk membandingkan suatu

merek dengan pesaingnya, tingginya minat penelusuran pada salah satu kata kunci merefleksikan tingginya brand awareness. Dengan menurunnya tren ini berarti

brand awareness konsumen terhadap produk atau merek Roti Gempol mengalami

penurunan. Menurut Zeynalzade (2012), tren yang paling populer saat ini yaitu konsenterasi untuk meningkatkan pembelian salah satunya melalui brand

awareness. 100 77 50 35 65 68 64 55 42 47 43 0 20 40 60 80 100 120 Agu st-1 4 Se p -14 Ok t-1 4 N o p -14 De s-14 Jan -15 Fe b -15 Ma r-15 Ap r-15 Me i-1 5 Ju n -15 Roti Gempol

(6)

6

Apabila dilihat dari tren seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, peneliti ingin mengetahui rata-rata tren pesaing dari Roti Gempol dalan kurun waktu satu tahun terakhir. Para pesaing ini sesuai dengan hasil prapenelitian yang sebelumnya dilakukan penulis seperti (Madtari, Warunk Upnormal, Toastcream, Breadlife, Breadtalk, Cari Rasa, Vitasari, dan Roti Boy) dapat dijelaskan melalalui Gambar 1.4 sebagai berikut:

Gambar 1.4

Minat Penelusuran Pesaing Roti Gempol dalam Google 2014-2015

Sumber: Google Trend (2015)

Apabila dilihat pada Gambar 1.4 menunjukan tren minat penulusuran pada kata kunci „Roti Gempol‟ di dalam situs Google mulai dalam satu tahun terakhir hanya 52,1 poin, terletak pada posisi ketujuh dari delapan pesaing yang ada. Dilihat dari nilainya paling tinggi adalah Roti Boy, hal ini menunjukan bahwa tren terhadap merek Roti Gempol sangat minim sekali dibandingkan dengan pesaingnya.

Apabila dilihat dari jumlah pelanggan setiap bulanya selalu mengalami naik turun, rata rata dalam sehari Roti Gempol mendapat kurang lebih sekitar 200 orang yang dapat dilihat dalam Gambar 1.5 sebagai berikut:

59,4 60,3 50,8 58,2 75,7 66,2 82,1 75,1 52,1 0 20 40 60 80 100

(7)

7 Gambar 1.5

Jumlah Pelanggan Tahun 2014–2015

Sumber: Roti Gempol (2015)

Dari Gambar 1.5 dapat dijabarkan bahwa bahwa jumlah pelanggan dalam kurun waktu satu tahun terakhir pelanggan terbanyak didapat pada bulan Agustus 2014 dan apabila dilihat selalu terjadi naik turun setiap bulanya. Apabila dilihat dari Tabel 1.4 dan Gambar 1.2 terlihat bahwa beberapa bulan minat penulusuran sejalan dengan jumlah pelanggan Roti Gempol.

Dengan melihat tren yang menurun, maka salah satu cara untuk menaikan tren adalah dengan cara promosi. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mengkomunikasikan merek atau produk seperti advertising, sales promotion,

public relation dan lain-lain. Menurut Shimp dan andrew (2013) bentuk promosi

dalam mengkomunikasikan produk atau merek dapat menigkatkan brand

awareness yang selanjutnya meningkatkan penjualan. Promosi ini dapat dilakukan

dengan melakukan offline dan online sesuai dengan biaya yang dimiliki perusahaan. Menurut Nielsen dalam surveinya pada 29.000 orang dari 58 Negara yang menekankan gagasan bahwa pemasar mempertahankan kemampuan untuk mengontrol pesan tentang merek mereka. Word of mouth yang berasal dari rekomendasi keluarga, teman, kerabat yang mereka kenal dianggap paling dipercaya sumbernya sebagai bentuk iklan dibandingkan bentuk iklan yang lainya, kepercayaan tersebut dirasakan adalah komponen kunci dalam efektivitas sebuah iklan (Nielsen, 2013). 6567 6754 6678 6789 6931 6534 6356 6774 6721 6803 6214 6679 5800 6000 6200 6400 6600 6800 7000

(8)

8

Roti Gempol ini cukup sulit untuk ditemukan oleh orang yang akan mencoba untuk pertama kali. Hal ini dipersulit karena Roti Gempol memiliki jalan yang sempit dan hanya cukup untuk satu mobil saja tanpa ada lahan parkir yang membuat para pengguna mobil harus berjalan kaki dari jalan utama menuju lokasi. Karena tidak adanya tanda penunjuk jalan menuju lokasi Roti Gempol di daerah tersebut, maka sebagian besar pengunjung yang baru pertama kali mengunjungi Roti Gempol ini biasanya telah mencari informasi terlebih dahulu kepada pengunjung lain yang sudah pernah mengunjungi tempat tersebut karena ada tempat serupa yang berada pada jalan utama Gempol.

Roti Gempol harus berusaha merebut hati konsumen dengan kualitas produknya agar mampu tetap bertahan dari para pesaingnya. Roti Gempol berharap konsumen puas dengan produk yang ditawarkan serta pelayanan yang diberikan. Dengan begitu, maka konsumen dapat menyebarkan kepuasannya kepada konsumen lain atau calon konsumen sehingga orang yang mendengar menjadi tertarik untuk ikut membeli produk Roti Gempol. Prinsip ini dikenal di dunia pemasaran dengan sebutan komunikasi word of mouth. Melalui percakapan pribadi antar personal informasi produk yang dikomunikasikan dapat menimbulkan kepercayaan yang tinggi. Dengan inovasi produknya barunya Roti Gempol berusaha untuk memasarkanya baik melalui media komunikasi internet ataupun media komunikasi konvensional. Roti Gempol lebih berfokus pada strategi komunikasi word of mouh ataupun e-word of mouth seperti twitter,

Facebook, Blog dan lainya, disamping lebih murah dan efektif dibandingkan

melalui media lainya.

Menurut survei Jackmorton tentang cara konsumen sadar akan suatu produk atau merek, penelitian tersebut dilakukan pada 2400 responden di empat negara yakni Amerika, Brazil, India, dan Cina (Jack Morton Worldwide, 2012). Penjelasan tersebut dapat dijabarkan pada Tabel 1.1 sebagai berikut:

(9)

9 Tabel 1.1

10 Cara Konsumen Sadar (Aware) Terhadap Produk/Merek

Average US Brazil China India Friends and family who voluntered their opinion. 51 49 53 50 53

Advertising by company. 45 41 50 38 50

Observing people use them. 43 36 47 44 46

Friends and family from you sight out opinions. 37 29 38 40 41

Company website. 29 26 28 30 32

Information of store or on shell. 28 22 33 26 29 Promotion (coupons, special pricing). 27 29 27 26 25 Research you conducted on the internet. 27 27 31 22 26

Product rewiew by experts. 22 17 21 19 30

In store experience or media 20 16 21 21 22 Sumber:Jack Morton Worldwide (2012).

Dari Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa “friend, family who voluntered their

opinion” atau yang dapat diartikan teman, keluarga yang dengan sukarela

memberikan opini tentang suatu produk atau jasa dianggap sebagai cara yang paling efektif dalam membuat seseorang sadar akan suatu produk/merek dengan nilai rata-rata paling tinggi dengan nilai 51 poin. Hal ini dapat disimpulkan bahwa salah satu cara paling efektif dalam pembentukan suatu brand awareness adalah rekomendasi dari teman atau keluarga yang sukarela (word of mouth).

Dalam perilaku bisnis sadar akan suatu merek sangat penting, perilaku dari konsumen sangat berpengaruh terhadap apa yang akan mereka beli atau yang akan mereka konsumsi. Di sisi lain perusahaan memanfaatkan hal tersebut sebagai media untuk memberikan informasi produknya terhadap konsumen ataupun calon konsumenya. Menurut riset yang dilakukan oleh WOMMA (Word Of Mouth

Marketing Association) pada tahun 2014 terhadap para marketer untuk

mengidentifikasi tujuan dari word of mouth dapat dilihat dari Tabel 1.2 sebagai berikut:

(10)

10

Tabel 1.2

Tujuan dari Word of Mouth

No Tujuan Persentase 1. Brand Awareness 82% 2. Brand Perception 73% 3. Drive Engagement 69% 4. Corporate Reputation 57% 5. Competitive Advantage 54% 6. Direct Sales 43% 7. Resaearch 31%

8. Change Brand Image 28%

9. Reduce Cost 11%

Sumber: (Womma, 2014).

Dilihat dari Tabel 1.2 di atas menunjukan bahwa identifikasi tujuan utama dari

word of mouth yang di lakukan perusahaan sangat efektif dalam peningkatan

kesadaran merek konsumen sebanyak 82%. Hal ini sesuai dengan penelitian Murtiasih et al (2014) dengan hasil yakni terdapat pengaruh yang signifikan word

of mouth pada brand awareness. Sementara menurut penelitian Saveri (2012)

menunjukan bahwa electronic word of mouth dalam bentuk online memiliki pengaruh dalam meningkatkan brand awareness.

Seiring dengan berkembangnya teknologi, hal ini merubah bentuk komunikasi

word of mouth sering dilakukan. Menurut penelitian Lovett dan shachar terhadap

700 orang yang sering membicarakan merek di Amerika tahun 2013 menunjukan bahwa pengaruh word of mouth dalam bentuk online dan offline paling besar berpengaruh pada brand food dan beverage (Kellerfay group, 2014). Hal ini didukung pada penelitian Allsop et al (2007) pada 2048 orang di Amerika terhadap 14 kategori berbeda menunjukan bahwa pencarian informasi (seek

information) dan pemberian informasi (provide information) atau bisa disebut

proses word of mouth pada suatu merek, paling berpengaruh pada kategori kuliner. Meskipun begitu apabila dilihat dari perkembanganya menurut survei Womma terhadap para pemasar menunjukan bahwa online word of mouth

(11)

11 menunjukan tingkat yang lebih besar sebanyak 70% lebih besar dibandingkan

offline word of mouth yang hanya sebesar 29% (Womma, 2014). Hal ini sejalan

dengan survei (Bright Local, 2014) mengenai perilaku konsumen terhadap jenis bisnis yang paling sering dicari informasinya melalui internet pada 5000 orang di amerika dan kanada yang dapat dilihat pada Gambar 1.5 sebagai berikut:

Gambar 1.6

Sektor Bisnis Yang Paling Sering Dicari Informasinya Melalui Internet

Sumber: Local Bright (2014)

Dari Gambar 1.5 dapat disimpulkan bahwa konsumen paling banyak mencari informasi (seeking advice) melalui internet adalah pada sektor restoran dan kafe sebesar 58%. Menurut survei (Bright Local, 2014) yang lainya menyimpulkan bahwa 61% konsumen membaca consumer rewiew, sebanyak 88% consumer

review menunjukan kualitas dari bisnis tersebut, sebanyak 73% konsumen

mempercayai consumer rewiew, menunjukan bahwa 88% konsumen mempercayai bahwa consumer rewiew sebagai personal recomendation.

Berdasarkan pengamatan penulis, sejak awal Roti Gempol tidak pernah melakukan kegiatan promosi resmi dalam bentuk media cetak. Hal tersebut di buktikan dari hasil wawancara penulis dengan pemilik Roti Gempol yakni Putra, mengenai komunikasi pemasaran yang dilakukan untuk memasarkan produk Roti

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Persentase

(12)

12

Gempol. Putra mengatakan bahwa Roti Gempol tidak pernah melakukan aktifitas pemasaran seperti melalui media-media cetak karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit, Roti Gempol hanya melakukan pemasaran dari konsumen saja yaitu dari mulut ke mulut konsumen satu ke konsumen yang lain, dengan terus menjaga kualitas produk dan pelayanan terhadap pelanggan dan cara seperti ini dinilai efektif untuk membuat konsumen mengingat produk Roti Gempol dan menarik konsumen baru agar menyadari adanya produk merek Roti Gempol melalui konsumen lama. Kebanyakan konsumen tidak mengeluhkan dengan fasililitas yang minim, akses jalan masuk ke tempat Roti Gempol, karena hal tersebut salah satu yang menjadi topik unik pembicaraan konsumen dari Roti Gempol. (hasil wawancara tanggal 20 Februari 2015, pukul 19.00 WIB).

Dari hasil wawancara prapenelitan yang dilakukan tanggal 4 April 2015. Pada prapenelitian ini disebar sebanyak 50 kuisioner kepada konsumen yang pernah mengkomsumsi Roti Gempol. Hasil dari prapenelitian yakni dijelaskan dalam Tabel 1.4 sebagai berikut:

Tabel 1.3

Prapenelitian Konsumen Roti Gempol No Pertanyaan Prapenelitian Hasil Prapenlitian

1 Sebutkan tiga kafe atau restoran yang memiliki produk khas olahan roti?

Sebanyak tujuh orang menjawab produk Roti Gempol sebagai salah satu kafe yang memiliki produk khas olahan roti dan sebanyak 43 orang menjawab kafe yang lainya.

2 Apakah anda mengenali logo/merek tersebut?

Sebanyak lima orang mengetahui logo tersebut dan terdapat 45 orang lainya tidak mengetahui logo tersebut.

3 Apakah anda mengenal kafe Roti Gempol yang memiliki produk dengan ciri khas roti olahan?

Sebanayak 12 orang mengenal Roti Gempol dan menulisnya pada nomor satu, sebanyak 38 orang mengetahui produk Roti gempol setelah membaca.

4 Darimana anda pertama kali mendapatkan sumber informasi/referensi/rujukan tentang Roti Gempol?

Sebanyak 32 orang pertama kali mendapatkan informasi tentang Roti Gempol melalui referensi teman, kerabat atau keluarga, 16 orang mendepat melalui social

media (online forum, blog dan social

(13)

13

network), dan dua orang lainya melalui media

lainya. 5 Apakah anda melakukan

rekomendasi Roti Gempol kepada teman yang belum pernah mengunjungi Roti Gempol?

Sebanyak 47 orang mereferensikan Roti Gempol kepada temanya, dan tiga orang lainya tidak mereferensikan kepada temanya.

(Sumber: Olahan Data Penulis, 4 April 2015)

Maka berdasarkan kaitannya dengan fenomena dan uraian-uraian diatas,tampak bahwa perihal komunikasi word of mouth dan brand awareness dalam kaitanya konsumen Roti Gempol, masih perlu diteliti maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Electronic Word of Mouth Terhadap Brand Awareness pada Konsumen Roti Gempol.”

1.3 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana electronic word of mouth pada Roti Gempol?

2. Bagaimana brand awareness Roti Gempol menurut konsumen Roti Gempol?

3. Bagaimana pengaruh electronic word of mouth Roti Gempol terhadap brand

awareness menurut konsumen Roti Gempol?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran electronic word of mouth pada Roti Gempol.

2. Mengetahui brand awareness Roti Gempol menurut konsumen Roti Gempol.

3. Mengetahui seberapa besarnya pengaruh electronic word of mouth Roti Gempol terhadap brand awareness menurut konsumen Roti Gempol.

(14)

14

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu kegunaan untuk penulis, penggunanya secara khusus, serta masyarakat luas secara umum, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1.5.1 Aspek Teoritis

Kegunaan teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan dan pengembangan yang lebih untuk mengkaji ilmu manajemen pemasaran, terutama sebagai acuan bagi studi ilmiah tentang bagaimana menganalisis pengaruh electronic word of mouth terhadap bentuk brand

awareness. Selain itu penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi

dan bahan referensi bagi penulis lain yang hendak melakukan penelitian di bidang yang sama.

1.5.2 Aspek Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah gagasan pemikiran dan menjadi salah satu masukan dalam pengambilan keputusan bagi Roti Gempol agar dapat membuat program pemasaran yang lebih baik, efektif, dan efisien sehingga bisa menimbulkan kesan baik yang mendalam di benak konsumennya terutama merek Roti Gempol dan pada akhirnya dapat menimbulkan citra positif di mata masyarakat terutama Konsumen Roti Gempol. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Penulisan pada penelitian terdari dari lima bab yang memiliki keterkaitan hubungan antara satu dan lainnya. Sistematika penyajian penelitian ini adalah sebagai berikut:

(15)

15 Bab ini menguraikan gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini mejelaskan tentang landasan teori yang berkaitan dengan penelitian, penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang jenis penelitian yang digunakan, variabel operasional yang akan diteliti, tahapan penelitian, populasi dan sampel yang diteliti, pengumpulan data, teknik analisis data dan pengujian hipotesis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini mendeskripsikan variabel penelitian, analisis statistik hasil pengolahan data dari penelitian, dan analisis pengaruh variabel teori yang berkaitan dengan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran–saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau rekomendasi tindakan yang dapat diimplementasikan untuk peningkatan di masa mendatang.

(16)

16

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan dengan ketinggian tidak lebih dari 100 m dpl ini merupakan tipe hutan hujan dataran rendah yang masih menampakan keasriannya dengan berbagai jenis pohon berdiameter besar

Lokasi : MIS Mambaul Ulum Kota Kediri (Ngasinan) DPM : Apriliyani Diah Kartikasari, M.Pd... Lokasi : MI Miftahul Falaah Kota Kediri (Manisrenggo) DPM :

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Konsekuensi yang diharapkan klien dapat memeriksa kembali tujuan yang diharapkan dengan melihat cara-cara penyelesaian masalah yang baru dan memulai cara baru untuk bergerak maju

Pada perancangan alat Portable Lampu Emergency ini Intensitas cahaya matahari yang terbias pada solar cell mempengaruhi daya yang tersimpan pada baterai, dengan

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur Lalu Lintas