• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL

TEACHING) BERBANTUAN MEDIA GRAFIS TERHADAP HASIL

BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEMESTER II SD GUGUS I GUSTI

KETUT JELANTIK

I Komang Agus Sethiawan1, IGA Agung Sri Asri, D.B.K.T Ngr. Semara Putra3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

ajust.sethiawan@yahoo.com1, agungasri@gmail.com2, ngurahsemara@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Terbalik (reciprocal teaching) berbantuan media grafis dengan kelas yang dibelajarkan secara konvensinal pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ketut Jelantik. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian Non Equvalent Control Group

Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ketut Jelantik.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling, yang diacak adalah kelasnya untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan hasil pengundian yaitu siswa kelas V SD N 17 Dangin Puri sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 32 orang siswa dan kelas V SD N 28 Dangin Puri sebagai kelas kontrol yang berjumlah 32 orang siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes objektif bentuk pilihan ganda biasa. Analisis data menggunakan metode statistik uji-t. Hasil pengujian menunjukan ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Terbalik (reciprocal

teaching) berbantuan media grafis dengan kelas yang dibelajarkan secara konvensinal. Hal

tersebut dapat dibuktikan dari perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen = 72,56 > = 68,53 pada kelas kontrol dan berdasarkan kreteria pengujian thitung = 2,4 > ttabel = 2,000 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Terbalik (reciprocal teaching) berbantuan media grafis berpengaruh terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ketut Jelantik Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kata kunci: Model Pembelajaran Terbalik (reciprocal teaching), media grafis, Hasil Belajar IPS.

Abstract

This research aimed at knowing the significantly different in reading competency between groups of students’ learning by using reciprocal teaching helped by graphic media with students who involved in conventional learning in grade V of Elementary school students at SD Gugus I Gusti Ketut Jelantik. Type of this study was experimental research used quasi experimental design. The subjects of this research were grade V of Elementary school students at SD Gugus I Gusti Ketut Jelantik. Sample were taken randomly namely, and te result is grade V of Elementary school students at V SD N 17 Dangin Puri as an experimental class with number of the students of each group were 32 students, and grade V of Elementary school students at V SD N 28 Dangin Puri as controlled class with with number of the students of each group were 32 students. The technique used in collecting the data in this research was objective test. Statistical analysis used to test the research hypothesis was test of different mean (t-test). The analysis showed that there was the significantly different in social study achievement between the students’ learning by using reciprocal teaching helped by graphic media with the students who involved in conventional

(2)

learning. It was be evidenced with the average score reached in eksperimental class was = 72,56 > = 68,53 in control class and building on testing criteria that value = 2,4 > table = 2,000 and the result is H0 was ignore and Ha was accept . Based on the result, it can be concluded that the used of reciprocal teaching helped by graphic media influenced the students social study achievement in grade V of Elementary school students at SD Gugus I Gusti Ketut Jelantik.

Keywords: reciprocal teaching, graphic media, social study achievement.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah proses pembelajaran dan belajar pola –pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat (Nasution, 2010:10). Salah satu hal paling penting dalam dunia pendidikan adalah proses pendidikan tersebut. Dalam proses pendidikan formal seperti sekolah proses pembelajaran selalu menjadi titik penting yang selalu menjadi perhatian pemerintah. (Trianto, 2009:16) menyatakan belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.

Berita Kompas (3/3/2011) mengenai usaha peningkatan mutu pendidikan di indonesia terus dilakukan, karena pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan, sikap, kepribadian dan keterampilan manusia dibentuk untuk memperoleh masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai pendidikan yang lebih baik, seperti penataran bagi guru, perbaikan kurikulum, menaikkan gaji guru, dan bantuan alat sekolah. Namun usaha tersebut nampaknya belum memberikan hasil yang diharapkan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, maka perlu diperhatikan unsur yang paling penting yaitu proses pembelajaran. Jika proses pembelajaran terlaksana dengan baik artinya semua unsur yang terkait didalamnya saling mendukung maka tujuan pendidikan yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran adalah guru, tetapi bukan berarti kegiatan pembelajaran itu hanya terfokus pada guru. Kompas (3/3/2011). Berlakunya kurikulum 2013 berbasis karakter yang telah direvisi melalui kurikulum sebelumnya menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal. Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah.

Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered), beralih berpusat pada murid (student centered). Metode yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori, dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan, (Komarudin,2005)

Mengacu pada konsep tersebut, maka dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa

(3)

yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. Menurut (Khabibah, 2006:1) bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta didik untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya hasil belajar peserta didik. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran saat ini masih didominasi guru dan kurang memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berfikirnya (Trianto 2009: 5).

Menurut (Trianto, 2009: 7), bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik. Menurut (Roestiyah,2008:1) “di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan”. Namun saat ini proses pembelajaran masih dilakukan oleh sebagian besar guru dengan menggunakan pembelajaran konvesional yang pada umumnya menggunakan metode ceramah, namun belum tentu semua guru cocok mengajar dengan metode ceramah saja. “Karena dalam metode ceramah guru dipandang sebagai satu-satunya sumber belajar terpenting” (Wahyudin,2006:9.22). Hal ini tentunya mengakibatkan sikap pasif dari peserta didik serta mengakibatkan kegagalan pada proses pembelajaran.

Guru berperan sebagai ujung tombak pelaksana proses pembelajaran disekolah harus mampu menerapkan model pembelajaran yang inovatif sehingga dapat

membangkitkan minat belajar siswa dan meminimalisir menurunnya perhatian siswa akibat kejenuhan karena panjangnya ceramah.

Menjawab tantangan tersebut, usaha yang dilakukan dalam mencari metode dan pendekatan yang baik untuk menyalurkan pengetahuan dan pengalaman dengan harapan dapat diserap oleh peserta didik, maka dilakukanlah proses penyajian dalam bentuk pendekatan pengajaran terbalik (reciprocal teaching). Pengajaran terbalik (reciprocal teaching) merupakan pendekatan kontruktivis (pengetahuan diperoleh dari luar sekolah) yang berdasar pada prinsip – prinsip perbuatan/pengajuan pertanyaan, dimana keterampilan – keterampilan metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja membaca siswa yang pemahaman membacanya rendah, (Wikandari,2000:16).

Model reciprocal teaching sangat mendukung peserta didik untuk bisa saling bertukar pengalaman, pengetahuan, wawasan dan pemikiran agar saling melengkapi satu sama lain. Kelebihan dari model Reciprocal teaching adalah: (1). Melatih keterampilan penting melalui berbagi pribadi, kesadaran individu dan sosial, pembelajaran kelompok terfokus, dan berbagi wawasan, (2). Lebih menekankan pada kepercayaan pada seorang rekan, (3). Menjadikan siswa penuh perhatian, pendengar aktif, dan memberikan umpan balik positif, Strategi ini mengembangkan keterampilan siswa untuk

berkolaborasi dan menguraikan informasi dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa penelitian yang telah menggunakan model pembelajaran terbalik, diantaranya Winantari dengan judul “Pengruh Model Reciprocal Teaching (Pembelajaran Terbalik) Berbantuan Multimedia Terhadap Hasil Belajar IPS siswa kelas V Gugus I Denpasar Selatan”.

Didasari pada beberapa fakta empiris bahwa model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dapat dimanfaatkan sebagai model pembelajaran yang dapat menyajikan materi pembelajaran serta

(4)

membentuk hubungan komunikasi dua arah secara interaktif, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh model pembelajaran terbalik (Reciprocal teaching) berbantuan media grafis terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V semester II sekolah dasar gugus I Gusti Ketut Jelantik tahun pelajaran 2013/1014 METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasi experimental

designs). Ini dikarenakan keterbatasan dari

peneliti untuk mengamati dari objek penelitian terutama sesudah jam sekolah selesai. Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Nonequivalent Control Group Design”.

Desain ini menggunakan kelompok control dan kelompok eksperimen tanpa melaui randomisasi. Kedua kelompok diberikan prates, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes. Desain penelitian ini hanya memperhitungkan skor postes saja. Adapun pola desainnya sebagai berikut

.

Keterangan:

O1, O3 = Pemberian pre-test pada kelompok

eksperimen dan kontrol.

O2, O4 = Pemberian post-tes pada

kelompok eksperimen dan kontrol.

X = Perlakuan model Pembelajaran Terbalik Reciprocal Teaching yang diberikan pada kelompok eksperimen. Sedangkan untuk kelompok kontrol dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama, populasi dapat terdiri dari orang, benda, kejadian, waktu dan tempat dengan sifat atau ciri yang sama (Darmadi, 2011:14).

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ketut Jelantik Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari enam kelas

Di Sekolah dasar Gugus I Gusti Ketut Jelantik tidak terdapat kelas paralel sehingga seluruh Sekolah dasar yang berada di Gugus I Gusti Ketut Jelantik hanya memiliki satu kelas. Dan setiap sekolah dasar memiliki Jumlah siswa yang bearagam mulai dari 32 orang sampai 35 orang siswa. Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan kepada wali kelas masing-masing kelas diperoleh bahwa siswa di Sekolah dasar Gugus I Gusti Ketut Jelantik memliki kemampuan akademik yang setara. Dapat dikatakan setara karena di SD Gugus I Gusti Ketut Jelantik ini tidak terdapat kelas unggulan aupun non-unggulan.

Sampel adalah sebagian anggota populasi yang me mberikan keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian (.Toha, 2008:4.3). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Teknik ini dipilih karena melihat dari populasi pada penelitian ini memiliki kemampuan yang bisa dikatakan relatif homogen dengan kata lain kemampuan dari sampel tidak jauh berbeda. Pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukan pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang ada sebelumnya. Kelas dipilih sesuai dengan kondisi yang telah terbentuk sebelumnya.

Sampel penelitian ini dua kelas yang terpilih secara random dari 6 kelas V yang terdapat pada SD Gugus I Gusti Ketut Jelantik, kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) berbantuan media grafis dan kelompok kontrol yang mendapat pembelajaran secara konvensional. Adapun kelompok yang mendapat perlakuan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) berbantuan media grafis adalah kelas V SD No 17 Dangin Puri dan yang mendapat pembelajaran secara konvensional adalah kelas V SD No 28 Dangin Puri Jadi, sampel

E

=

O

1

X

O

2 …….……….…………..

(5)

dalam penelitian ini adalah SD No 17 Dangin Puri dan SD No 28 Dangin Puri.

Untuk mengetahui sampel benar-benar setara, dilakukan uji-t kesetaraan dengan rumus voled varian. dengan menggunakan nilai pre-test siswa yang terlebih dahulu diuji normalitas dan homogentasnya, setelah data normal dan homogeny kemudian dilanjutkan dengan menguji hipotesisnya menggunakan uji t.

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012:61). Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab munculnya variabel terikat. Variabel bebas di kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) berbantuan media grafis sedangkan variabel bebas di kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah pembelajaran konvensional. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS.

Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang hasil belajar IPS siswa. Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan tes, yaitu tes objektif dengan pilihan ganda biasa.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar IPS siswa adalah tes hasil belajar. Menurut (Sudijono, 2009: 67) “tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab) atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testi, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testi”.

Dalam penelitian ini jenis tes yang digunakan adalah tes objektif. Menurut (Sudijono, 2009: 106) “tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testi dengan jalan memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing item, atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan”.

Sedangkan bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice item) dengan jumlah 40 butir soal. Tes objektif bentuk pilihan ganda adalah salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan (Sudijono, 2009: 118).

Dalam mengumpulkan data penelitian ini menggunakan instrument hasil belajar IPS siswa berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif. Tes yang digunakan adalah tes objektif. Pada tes objektif tugas-tugas dan persoalan-persoalan dalam tes objektif sudah distruktur, sehingga jawaban terhadap soal-soal tersebut sudah pasti. Tes objektif lebih cenderung dapat mengungkap bahan ajar secara luas, karena waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan setiap soal relatif singkat.

“Validitas berkenaan dengan ketepatan instrumen terhadap konsep yang diukur sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur” (Sudjana, 1989: 12). Tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut dapat dengan tepat mengukur aspek-aspek berpikir sebagaimana telah disebutkan dalam indikator. Sebelum instrumen digunakan, item-item instrumen yang sudah disusun berdasarkan kisi-kisi tes (blue

(6)

menggunakan tes analisis butir berdasarkan koefisien korelasi point biserial, karena penskorannya bersifat dikotomi.

Data akhir post-test hasil belajar IPS merupakan nilai rata-rata dari jumlah nilai guru dan peneliti. Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis terhadap data yang diperoleh yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar IPS siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis chi-square.

Kemudian hasil dianalisis dengan menggunakan chi-square. Kriteria pengujian adalah χ2hit < χ2tab, maka H0 diterima (gagal

ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf signifikasinya adalah 5% dan derajat kebebasannya (dk) = (k - 1). uji homogenitas varians pada analisis ini digunakan uji F yaitu varians terbesar dibagi dengan varian terkecil. Kriteria pengujian adalah jika Fhit <Ftab ( =

n1-1,n2-1) maka data memiliki varians yang

homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 - 1 dan derajat

kebebasan untuk penyebut n2 – 1. Analisis

statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda mean (uji-t) kelompok tidak berkorelasi. Uji-t dengan separated varians.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan rata-rata hasil belajar IPS, untuk kelompok eksperimen dengan pembelajaran terbalik (reciprocal

teaching) berbantuan media grafis adalah

72,56 dengan varian sebesar 46,32 dan standar deviasi 6,81. Sedangkan rata-rata hasil belajar IPS, untuk kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional adalah 68,53 dengan varian sebesar 42,26 dan standar deviasi 6,5

Dari data tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen dengan

pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) berbantuan media grafis memperoleh nilai rata-rata hasil belajar IPS kelas eksperimen = 72,56 > = 68,53 kelas kontrol dengan pembelajaran secara konvensional.

Skor maksimum yang diperoleh pada kelas eksperimen adalah 84, sedangkan skor minimum pada kelas eksperimen adalah 60, rata-rata sebesar 72,56, modus sebesar 75,70, dan median sebesar 75.

Gambaran yang lebih jelas mengenai distribusi frekuensi skor hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 17 Dangin Puri dengan pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) berbantuan media grafis dapat dilihat pada histogram sebagai berikut :

Gambar 1: Histogram Data Hasil Beljar IPS Siswa Kelas V SD No 17 Dangin Puri

Sebagai Kelompok Eksperimen Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 12 siswa atau 37,5% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik dan 20 siswa atau 62,5% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik.

Sedangkan skor maksimum yang diperoleh pada kelas kontrol adalah 85, sedangkan skor minimum pada kelas kontrol adalah 60, rata-rata sebesar 68,53, modus sebesar 70,65, dan median sebesar 70.

Gambaran yang lebih jelas mengenai distribusi frekuensi skor hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 28 Dangin Puri dengan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada histogram sebagai berikut .

(7)

:

Gambar 2: Histogram Data Hasil Beljar IPS Siswa Kelas V SD No 28 Dangin

Puri Sebagai Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan menunjukan bahwa distribusi frekuensi untuk hasil belajar IPS, dapat diketahui bahwa terdapat 4 siswa atau 12,5% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik dan 28 siswa atau 87,5% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik

.

Dengan data diatas, dapat dilihat bahwa hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) berbantuan media grafis lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional.

Uji normalitas sebaran data hasil belajar IPS siswa menggunkan chi-square diperoleh hasil belajar IPS kelompok eksperimen adalah

=0,05, 5) = 11,070. ini berarti, χ2hit < χ2tab maka H0 dterima yang berarti data hasil

belajar IPS siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan chi-square diperoleh hasil belajar IPS siswa pada kelompok kontrol adalah

=0,05, 5) = 11,070. ini berarti, χ2hit <

χ2

tab maka H0 dterima yang berarti data hasil

belajar IPS siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang didapat dari uji-t benar-benar dari perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan perbedaan di dalam kelompok atau dengan kata lain kedua kelompok homogen, Uji homogenitas varians pada penelitian ini dilakukan dengan uji F. Berdasarkan hasil analisis diperoleh Fhit sebesar 1,1 dan Ftab pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang 32 – 1 = 31 dan db penyebut 32 – 1 = 31 adalah 1,80 Ini berarti Fhit < Ftab sehingga kedua kelompok data homogen.

Data hasil belajar yang telah memenuhi syarat berdistribusi normal dan homogenitas varians selanjutnya diuji hipotesisnya. uji hipotesis dengan menggunakan statistik parametrik yaitu uji-t. Rangkuman hasil analisis uji-t dua data hasil belajar Bahasa Indonesia siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 01. Uji Hipotesis

Dari hasil perhitungan diperoleh thit = 2,4 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan dk = 62 adalah 2,00. Dengan demikian thit = 2,4 > ttab = 0,05,70) = 2,00

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yang

berarti terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) berbantuan media grafis dengan yang

mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus I Gusti Ketut Jelantik tahun pelajaran 2013/2014.

Setelah memberi treatment, kedua kelompok diberikan post test. Kemudian nilai post test tersebut dianalisis, setelah dianalisis didapat nilai rata-rata kelompok eksperimen = 72,56 dan rata-rata kelompok kontrol sebesar 68,53. Ini berarti

Kelas N dk thit ttab

Kelas Eksperimen 32 62 2,4 2,00 Kelas Kontrol 32 0 2 4 6 8 10 12 14 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 7 9 9 4 2 1 Fr ek ue ns i Nilai (x)

(8)

rata-rata kelompok eksperimen lebih daripada rata-rata kelompok kontrol. Dengan lebih besarnya rata-rata kelompok eksperimen berarti model pembelajaran terbalik (Reciprocal teaching) berbantuan media grafis terbukti lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional.

Dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t didapat thit = 2,4

sementara ttab pada taraf signifikansi 5%

dan dk = 62 adalah ttab = 2,000. ini berarti

thit > ttab, sehingga H0 ditolak dan Ha

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS kelompok siswa antara yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran terbalik (Reciprocal teaching) berbantuan media grafis dengan yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional.

Perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran terbalik (Reciprocal

teaching) berbantuan media grafis dengan

pembelajaran konvensional disebabkan karena, model pembelajaran terbalik (Reciprocal teaching) berbantuan media grafis lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam mencari, menemukan, menggali dan mengolah pengetahuannya sendiri sehingga pengetahuan yang didapat oleh siswa menjadi lebih bermakna dan lebih lama diingat. Siswa tidak hanya menunggu konsep-konsep yang diberikan oleh guru, akan tetapi dapat aktif bertanya kepada guru, siswa, ataupun mencari pada sumber-sumber belajar yang lainnya.

Selain itu, model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan teman dikelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehingga dapat saling berbagi pengetahuan, yang kemampuannya kurang dapat bertanya kepada teman yang lebih mengerti dikelompoknya. Selain itu model pembelajaran terbalik (Reciprocal teaching) berbantuan media grafis ini juga terdapat kuis dalam setiap pembelajarannya yang dimana dapat menguji hasil dari apa yang

sudah meraka dapatkan dalam proses pembelajaran dan juga pemberian penghargaan terhadap hasil yang mereka capai dapat memberi motivasi lebih siswa dalam belajar.

Hal ini sesuai dengan keunggulan dari model pembelajaran terbalik (Reciprocal teaching) Menurut Suarjana (dalam Ekocin, 2011) yaitu lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas, mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu, dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam, proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, motivasi belajar lebih tinggi, hasil belajar lebih baik, dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi,

Ditambah dengan penggunaan media grafis yang dapat menyampaikan pesan dalam mata pelajaran IPS yang sebagian besar bersifat abstrak sehingga bisa dipahami oleh siswa. Hal tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh (Iswan, 2004) yaitu model pembelajaran terbalik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SLTP Negeri 24 makassar, bahwa hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran terbalik (Reciprocal

teaching) dalam proses pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan beberapa simpulan dan saran-saran. Berikut simpulan dan saran-saran yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan hasil analisis data post-test pada kelompok eksperimen, dapat diketahui bahwa terdapat 12 siswa atau 37,5% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik dan 20 siswa atau 62,5% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran terbalik (Reciprocal teaching) berbantuan media grafis menyebabkan kecenderungan siswa

(9)

memperoleh hasil belajar dengan kategori sangat baik, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 4 siswa atau 12,5% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik dan 28 siswa atau 87,5% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran konvensional menyebabkan kecenderungan siswa memperoleh hasil belajar dengan kategori baik.

Berdasarkan hasil analisis data

post-test menunjukkan bahwa rata-rata hasil

belajar IPS siswa kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol (72,56 > 68,53). Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung sebesar 4,82 dan ttabel dengan dk 32 +

32 – 2 = 62 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Karena thitung > ttabel (2,4 >

2,000), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal

ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran terbalik (Reciprocal teaching) berbantuan media grafis dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran terbalik (Reciprocal teaching) berbantuan media grafis berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ketut Jelantik Tahun Pelajaran 2013/2014

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut siswa hendaknya mampu meningkatkan hasil belajar IPS sehingga nantinya mampu bersaing dalam kehidupan di masyarakat. Guru disarankan untuk lebih mengembangkan inovasi dalam menerapkan model pembelajaran salah satunya model pembelajaran terbalik (Reciprocal teaching) berbantuan media

grafis dalam pembelajaran IPS sehingga proses pembelajaran menjadi optimal. Untuk sekolah diharapkan dengan hasil penelitian ini mampu mengadakan kebijakan baru terkait dengan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah. Bagi calon peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaran terbalik (Reciprocal teaching) berbantuan media grafis, hendaknya lebih mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Anggoro,Toha. 2008. Metode Penelitian. Jakarta. Universitas Terbuka

BSNP. 2011. Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.

Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Dahar, R. W. 2011. Teori-Teori Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Erlangga

Darmodjo, Hendro dan Kaligin jenny R.E.1991. Pendidikan IPS II.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta:

DepdiknasDarmadi, Hamid. 2011.

Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS. 2011. Bandung: Alfabeta

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi

(10)

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Pendidikan Prndekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran

Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana.

Pustaka

Trianto. 2009. Mendesain Model Pemelajaran Inovatif - Progresif.

Surabaya : Kencana

Wahyudin,dkk. 2006. Pengantar

Pendidikan. Jakarta: Universitas

Terbuka

Winarsunu. 2009. Statistik Dalam Penelitian

Psikologi Dan Pendidikan. Malang:

Gambar

Gambar 2: Histogram  Data Hasil Beljar  IPS Siswa Kelas V SD No 28 Dangin

Referensi

Dokumen terkait

 Kekerasan mikro tertinggi dimiliki oleh sampel lasan yang tidak mengalami PWHT di bagian daerah lasannya yaitu 500,5 HV, dan bagian lasan yang kekerasannya paling

Chevron Pacific Indonesia untuk periode Awal Tahun 2015 meliputi wilayah kerja Region Jawa, Region Sumatera, Region Kalimantan dan Region Indonesia Timur yang dilaksanakan

Menurut PIC ESAP, seiring berjalannya waktu pada program ESAP, timbul berbagai permasalahan seperti peningkatan kemampuan dari para peserta berkemampuan lebih tinggi dan

variable, karena variabel ini tergantung dari Jenis Sekolah. Misal untuk jenis sekolah SMA, data 31 tidak dapat dimasukkan, karena data tersebut masuk pada jenis se- kolah SMK.

Berdasar ayat AI-Qur'an dan hadi s-hadis Rasullullah. sewajarnya umat Islam tidak boleh melibatkan din dalam transak s i-transaksi yang berhubungan dengan bunga atau

1) Pendidikan dan Pelatihan (diklat) bagi calon peserta Lampung Mengajar tahun 2018 akan dilaksanakan secara intensif selama 20 hari kalender, yang rencananya akan

Dalam berita ini terdapat enam karakteristik narasi, yaitu keberadaan pemain belakang sebagai pengirim, ketajaman timnas Prancis sebagai objek, melaju ke final Piala Dunia 2018

Hukum Pasar Modal di Indonesia Pengawasan Pasar Modal Pasca Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan, Cetakan pertama, UII Press, Yogyakarta, 2014.. Irsan Nasarudin dan Indra