• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGENDALIAN JUMLAH CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE POKA YOKE DI PT. MORAWA ELECTRIC TRANSBUANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PENGENDALIAN JUMLAH CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE POKA YOKE DI PT. MORAWA ELECTRIC TRANSBUANA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGENDALIAN JUMLAH CACAT

DENGAN MENGGUNAKAN METODE

POKA YOKE

DI PT. MORAWA ELECTRIC TRANSBUANA

Nazlina

Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik USU

Abstrak: Pada dasarnya dalam proses pengendalian kualitas perusahaan melakukan inspeksi atau pemeriksaan pada setiap bagian/lini baik dalam penerimaan material maupun proses produksi untuk mengantisipasi adanya kerusakaan pada transformator yang dihasilkan, namun walaupun demikian dalam kenyataannya selalu ada produk cacat dengan jenis cacat yang sama dan jumlah yang berbeda untuk setiap bulan.

Penganalisaan dilakukan dengan melakukan studi terhadap waktu setiap elemen kegiatan dan postur kerja dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan dan studi gerakan. Penyederhanaan elemen-elemen gerakan kerja dengan cara menghilangkan elemen gerakan yang tidak produktif dan tidak ergonomis, mengkombinasikan beberapa elemen kegiatan kerja dan merancang tempat kerja sesuai dengan postur kerja yang ergonomis.

Abstract: Basically in course of operation of company quality do the inspection or inspection in each shares / line in acceptance of material and also production process to anticipate the existence break off at yielded transformator, but even though in reality always there is handicapped product with the samehandicapped type and different amount to each month.

Analysing conducted by doing study to time of each;every element of activity and work design by applying economic principle of movement and movement study. moderation of movement Element work by eliminating unproductive movement element and do not ergonomic, combining some element of working activity and design the workplace as according to postur job which ergonomic.

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Era perdagangan global dan kondisi ekonomi di Indoensia yang memacu tumbuhnya berbagai perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA), mengakibatkan munculnya persaingan yang cukup ketat. Dengan makin ketatnya persaingan, perusahaan harus memiliki suatu keunggulan bersaing yang memungkinkan mereka dapat memenangkan persaingan.

Jika produk yang dihasilkan baik, maka diharapkan konsumen puas, sehingga meningkatkan penjualan. Peningkatan kualitas bukan hanya kualitas produk akhir saja, tetapi harus dari setiap proses, karena kualitas yang baik yang merupakan hasil dari inspeksi yang ketat, tentu saja akan membuat biaya produksi meningkat dan menjadikan produk berdaya saing rendah. Produk harus memiliki kualitas yang baik, tanpa harga menjadi mahal.

PT. Morawa Electric Transbuana merupakan industri PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) yang memproduksikan transformator yang akan mensuplai kebutuhan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Perencanaan dan pengendalian terhadap kualitas produk merupakan bagian yang terpenting, sebab kualitas produk yang baik dan terjaga diyakini dapat menciptakan kesetiaan dan kepercayaan pelanggan. Dalam pelaksanaannya perusahaan melakukan inspeksi atau pemeriksaan pada setiap bagian/lini baik dalam penerimaan material maupun proses produksi untuk mengantisipasi adanya

kerusakaan pada transformator yang dihasilkan, namun walaupun demikian dalam kenyataannya selalu ada produk yang cacat dengan cacat yang sama dengan jumlah yang berbeda untuk setiap bulan.

Perusahaan merencanakan untuk meminimisasi jumlah produk cacat untuk masa yang akan datang. Untuk tujuan itu perlu dilakukan suatu cara yang dapat mengendalikan kualitas produk.

Poka Yoke adalah salah satu komponen utama

sistem Shingo’s Zero Quality Control. Konsep ini bertujuan untuk tidak menghasilkan produk yang cacat (Zero Defective Products). Metode poka yoke merupakan suatu metode yang merancang produk atau proses sehingga kesalahan tidak terjadi atau setidaknya kesalahan dapat dideteksi dan diperbaiki. I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pendahuluan yang dikemukakan sebelumnya maka pokok permasalahannya adalah : 1. Bagaimana penggunaan metode kerja pada

stasiun kerja yang diteliti?

2. Bagaimana mengurangi resiko terjadinya kesalahan perakitan saat bekerja pada stasiun kerja yang diteliti?

3. Bagaimana usulan metode kerja yang diteliti terhadap penambahan fasilitas?

I.3. Tujuan Penelitian

− Mengurangi tingkat kecacatan produk pada stasiun penggulungan kumparan

(2)

− Melakukan perbaikan kualitas dengan menggunakan “Seven Tools”

− Perbaikan tata letak komponen pada stasiun penggulungan kumparan

− Mencari penyebab masalah yang sebenarnya dengan metode 5W + 1H

− Mengeliminasi gerakan yang tidak perlu dengan metode Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan I.4. Manfaat Penelitian

1. Aplikasi ilmu ergonomi dapat dipakai di industri-industri sebagai acuan menghasilkan suatu metode kerja yang baik.

2. Peningkatan metode kerja perusahaan sehingga dapat memenuhi permintaan pasar yang cenderung semakin tinggi.

3. Menjadi bahan masukan bagi perusahaan dalam menghadapi masalah perbaikan metode kerja yang ada di perusahaan.

4. Bagi pekerja sebagai informasi dan antisipasi dalam bekerja sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara optimal.

5. Proses produksi transformator diharapkan mampu mengendalikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas produk, sehingga cacat dapat dideteksi ataupun dihindari.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Poka Yoke dikembangkan oleh Shigeo

Shingo yang berasal dari Jepang. Konsep ini

mengubah konsep kualitas di Jepang. Poka yang berarti kesalahan karena kesalahan kurang hati-hati (Inadvertent Mistake) dan Yoke yang berarti mencegah (Prevent).

Hasil dari konsep ini di masa yang akan datang adalah pengurangan energi, waktu dan sumber yang dapat mengakibatkan kesalahan.

Poka Yoke adalah salah satu komponen utama

sistem Shingo’s zero Quality Control. Konsep ini bertujuan untuk tidak menghasilkan produk yang cacat (Zero Defective Product). Inti dari Poka Yoke adalah merancang produk atau proses sehingga kesalahan tidak mungkin terjadi atau setidaknya kesalahan tersebut mudah untuk dideteksi dan diperbaiki.

II.1. Langkah-langkah dalam Poka Yoke

Pelaksanaan konsep Poka Yoke dilakukan dalam

tiga langkah sederhana berikut ini :

a. Identifikasi kemungkinan salah yang masih dapat muncul dalam tindakan pencegahan. b. Tentukan sebuah cara untuk mendeteksi sebuah

kesalahan atau kegagalan yang ada atau yang akan muncul.

c. Identifikasi dan tentukan tindakan spesifik yang dilakukan pada saat kesalahan terdeteksi.

Pencegahan kesalahan dicapai dengan inspeksi 100 % pada saat pekerjaan di dalam proses, tidak melalui petugas inspeksi mutu antar area kerja. Kunci

dari inspeksi ini adalah fakta bahwa hal ini dapat diselesaikan sebagai bagian keseluruhan pengerjaan proses oleh operator atau lebih baik secara otomasi, tidak melalui seorang pengendali mutu. Beberapa cntoh penggunaan Poka Yoke dapat dilihat pada Tabel II.1.

Pencegahan terjadinya kesalahan dengan Poka

Yoke memfasilitasi pengertian bagaimana dapat

terjadinya cacat dan membantu untuk memfokuskan perhatian pada metode ataupun alat sederhana untuk menghilangkan cacat. Tantangan sebenarnya muncul dengan metode spesifik untuk mendeteksi kesalahan, memperbaiki sendiri, memblok/mematikan, atau peringatan sebuah masalah. Hal tersebut terkadang membutuhkan imajinasi dan kreatifitas yang tinggi, namun perhatian utama adalah biasanya memberikan solusi yang tidak mahal.

Tabel II.1. Contoh Penggunaan Poka Yoke No. Alat Poka Yoke Implementasi

1 Pin Penunjuk Pin asimetris mencegah pemasukan komponen dari atas, dan pin yang berbeda ukuran mencegah salahnya penggunaan komponen. 2 Deteksi Error

dan Alarm

Pekerja menggunakan sebuah alat dengan jumlah komponen yang diperlukan. Sebuah komponen tertinggal setelah perakitan mengingatkan pekerja terjadinya sebuah kesalahan (error).

3 Tombol/saklar

pembatas Kunci pengikat mencegah terjadinya penguncian mur terlalu ketat.

4 Penghitung (Counter)

Penghitung digital menya-takan jumlah lubang yang telah dibor pada sebuah pelat. Pembacaan yang tidak benar pada akhir menyatakan sebuah error.

5 Checklist Pekerja memberikan tanda pada sebuah daftar sesuai dengan yang telah dikerjakan-nya.

II.2. Delapan prinsip dasar perbaikan Poka Yoke dan Zero Defects

1. Menciptakan kualitas dalam proses.

2. Kesalahan dan kerusakan karena kelalaian dapat dieliminasi.

Dengan semangat dan kemauan kita dapat mengeleminasi semua kesalahan dan kerusakan. 3. Hentikan cara kerja yang salah dan lakukan yang

benar sekarang.

4. Jangan merasa kesulitan tapi berusahalah untuk melakukan yang terbaik.

5. 60 % kemungkinan sukses itu sudah cukup, implementasikan idemu.

6. Kesalahan dan kerusakan dapat dikurangi hingga nol apabila setiap orang bekerja sama untuk menghilangkannya.

(3)

7. Sepuluh orang lebih baik dari satu orang.

Brainstorming dari sepuluh orang itu lebih baik daripada satu orang sehingga ide perbaikan yang lebih kreatif dan efektif.

8. Cari penyebab masalah yang sebenarnya dengan menggunakan 5 W dan 1 H (what, why, who,

where, when, dan how)

II.3. Pengukuran Waktu

Teknik pengukuran kerja dimaksudkan untuk menunjukkan isi kerja dari suatu pekerjaan. Isi kerja biasanya diukur dalam satuan waktu. Waktu yang diambil sebagai dasar pertimbangan adalah waktu yang secara normal diperlukan oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan dengan metode kerja terbaik. Waktu ini biasanya disebut dengan waktu baku.

Secara garis besar, teknik pengukuran waktu dibagi dalam 2 bagian, yaitu :

1. Teknik pengukuran waktu kerja secara langsung Pengukuran dilakukan secara langsung ditempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Ada dua cara yang termasuk kedalam teknik ini, yaitu; jam henti (stop watch time study) dan sampling kerja (work sampling).

2. Teknik pengukuran waktu kerja secara tidak langsung.

Pengukuran waktu kerja dilakukan tanpa si pengamat harus berada di tempat dimana pekerjaan dilaksanakan, yaitu dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen gerakan. Yang termasuk dalam teknik ini adalah data waktu baku dan data waktu gerakan. II.3.1.Langkah-langkah Sebelum Melakukan

Pengukuran Waktu

Ada beberapa aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk mendapatkan hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut akan dijelaskan dalam langkah-langkah berikut :

1. Penetapan tujuan pengukuran

Dalam pengukuran waktu kerja, ditetapkan adalah apa hasil pengukuran (dalam hal ini tentu saja waktu baku) itu dipergunakan, karena hal tersebut akan menentukan berapa tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukurannya.

2. Melakukan penelitian pendahuluan

Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk memperoleh waktu yang wajar dan memenuhi tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan, yang selanjutnya menjadi dasar bagi perhitungan berikutnya.

3. Memilih operator

Oprator yang akan diukur waktu penyelesaian pekerjaannya adalah operator yang memiliki kemampuan (skill) normal atau rata-rata dan dapat diajak bekerja sama dalam kegiatan pengukuran kerja nantinya.

4. Melatih operator

Melatih operator perlu dilakukan agar operator dapat bekerja secara kosisten. Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus sudah terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan.

5. Menguraikan pekerjaan atas elemen-elemen pekerjaan

Suatu pekerjaan sebelum diukur harus ditetapkan dahulu siklus pekerjaan yang akan diukur. Kemudian siklus pekerjaan yang telah ditetapkan, diuraikan dalam elemen-elemen gerakan yang lebih kecil dan lebih sederhana, dan selanjutnya elemen-elemen gerakan tersebutlah yang diamati.

6. Mempersiapkan alat-alat pengukuran

Alat-alat yang diperlukan untuk pengukuran adalah :

- Jam henti (stopwatch) - Lembar pengamatan

- Alat-alat tulis, seperti pensil , pena

- Alat-alat lain yang mendukung pengukuran II.3.2. Tahapan Pengukuran Waktu

Pengukuran waktu kerja merupakan pekerjaan yang mengamati pekerjaan dan mencatat waktu-waktu kerjanya untuk setiap elemen atau siklus kerja dengan menggunakan alat pengukur yang telah disiapkan. Apabila pekerjaan telah siap di tempat kerjanya, dimana waktu kerjanya akan diukur maka pengukur dapat memilih posisi berdirinya yang sesuai dengan tepat , sehingga dapat mengamati dan mencatat waktu kerja yang baik. Posisi pengkur juga tidak boleh mengganggu pakerja yang sedang diamati. Jadi posisi pengukur ini sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran waktu kerja. Pegukuran waktu kerja ini disebut sebagai pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan adalah untuk mengetahui beberapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan.

II.3.3. Tahapan Setelah Dilakukan Pengukuran Pendahuluan

Setelah dilakukan pengukuran pendahuluan, terdapat tiga hal yang harus dilakukan, yaitu :

1. Menguji keseragaman data

Secara teoritis, menguji keseragaman data adalah pekerjaan yang berdasarkan teori-teori stastistik tentang peta-peta kontrol yang biasanya digunakan dalam melakukan pengendalian kualitas di pabrik-pabrik atau tempat kerja lain. Pengukuran waktu kerja dilakukan terhadap metode kerja yang dipandang lebih baik. Namun sering kali operator atau pekerja tidak mengetahui terjadinya perubahan-perubahan dalam metode kerja. Memang perubahan merupakan suatu yang wajar, karena bagaimanapun juga suatu sistem tidak dapat

(4)

dipertahankan tetapi harus terus menerus pada keadaan yang sama. Keadaan sistem yang selalu berubah dapat diterima, asalkan perubahannya adalah memang sepantasnya terjadi. Akibat perubahan metode kerja ini, waktu penyelesaian yang dihasilkan sistem selalu berubah-ubah, namun harus dalam batas kewajaran. Dengan kata lain, harus seragam.

Mendapatkan data yang seragam adalah yang menjadi tugas pengukur. Ketidak seragaman data dapat terjadi tanpa disadari, sehingga dibutuhkan suatu alat yang dapat mendeteksi. Batas-batas kontrol yang dibentuk dari data, merupakan batas seragam tidaknya data. Data dikatakan seragam bila berada diantara kedua batas kontrol, dimana data berasal dari sistem sebab yang sama dan data dikatakan tidak seragam, yaitu berasal dari sistem sebab yang berbeda jika berada di luar batas kontrol.

2. Menghitung jumlah pengukuran yang sebenarnya diperlukan

Untuk menentukan jumlah pengukuran waaktu kerja yang sebenarnya diperlukan dengan tingkat ketelitian 10 % dan tingkat kepercayaan 95%, maka dipergunakan rumus : 2 2 2 '

40

(

)

=

i i i

x

x

x

n

N

dimana:

N

' = jumlah pengukuran yang sebenarnya diperlukan

n = jumlah data setelah dilakukan uji keseragaman data

3. Bila jumlah pengukuran belum mencukupi Jika diperoleh dari pengujian tersebut ternyata

'

N

> N, maka diperlukan pengukuran tambahan, tapi jika

N

' < N, maka data pengukuran pendahuluan sudah mencukupi.

II.3.4. Tahapan Penentuan Besarnya Waktu Terpilih

Setelah data waktu penyelesaian pekerjaan diuji keseragamannya dan telah mencukupi jumlah pengukuran yang sebenarnya diperlukan sesuai dengan tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian yang diinginkan, maka dapat ditentukan besarnya waktu terpilih, dengan catatan data waktu penyelesaian pekerjaan tersebut harus berada dalam batas kontrol. III. METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada prinsip-prinsip yang terdapat dalam metode poka yoke. Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan dalam bidang peningkatan kualitas dari produk atau jasa yang dihasilkan, dimana poka yoke mengarahkan proses produksi ke arah zero defect. Metode poka yoke digunakan untuk mengantisipasi (proaktif) terjadi atau timbulnya permasalahan atau efek, selain itu

metode poka yoke ini dipilih karena langkah-langkahnya terstruktur dan terukur dalam mengupas suatu permasalahan dan besifat scientic. Tahapan metodologi penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Gambar III.1

Identifikasi Permasalahan

Pengumpulan dan Pengolahan Data : - Trafo

- Rancangan Stasiun Kerja - Poka Yoke

Literatur :

Kondisi Kerja Saat ini :

- Data kesalahan rakit di tiap proses - Waktu Siklus tiap kegiatan

Fasilitas Kerja Tambahan

Metode Kerja Usulan

Kesimpulan dan Saran Perancangan Ulang Stasiun Kerja - Penataan fasilitas kerja - Penataan komponen yang akan dirakit

Analisa Hasil Kerja

- Posisi Komponen - Metode Kerja saat ini

- Posisi Kerja operator Analisa Anthropometry

- Kesesuian antara operator dan fasilitas kerjanya

- Check Sheet, Histogram, Pareto, Cause Effect - Data cacat keseluruhan

- Data Urutan Proses - Data Waktu Siklus

Gambar III.1. Metodologi Penelitian Dari gambar III.1., dapat dilihat langkah-langkah yang harus dilakukan dalam metodologi penelitian. Topik penelitian didalam suatu perusahaan harus ditentukan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini topik yang diangkat adalah studi pengendalian jumlah cacat dengan metode poka yoke.

IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Kesalahan jumlah lilitan/kumparan merupakan cacat yang sering ditemui dan menjadi masalah besar karena mengakibatkan terjadinya “hubung-singkat“

(5)
(6)

V.3. Pemecahan Masalah V.3.1. Kotak tempat Baut

Setelah dilakukan analisa dapat dilihat bahwa operator bekerja dalam keadaan tidak optimal dikarenakan peralatan yang tidak mendukung seperti komponen-komponen penyambung pada roda gigi dipasangkan pada tempat yang sulit dijangkau. Komponen penyambung itu sendiri memiliki ukuran kecil sehingga operator harus mencengkam dengan jari seperti pada Gambar V.1. Posisi seperti ini dapat memudahkan terjadinya kesalahan pengambilan komponen. Kesalahan ini dapat mengganggu konsentrasi kerja operator. Jenis baut yang digunakan ini tidak dapat diganti dikarenakan sudah sesuai dengan standar yang ada.

Jenis baut yang digunakan berbeda-beda disesuaikan spesifikasi dari trafo yang akan dibuat . Baut ini berguna untuk mengetatkan roda gigi agar tidak bergeser pada saat penggulungan.

Gambar V.1. Posisi Mencengkram Dengan Jari Untuk mengantisipasi kesalahan baut yang digunakan sebaiknya tempat baut diberikan label. Selain pemberian label perbaikan juga dapat dilakukan dengan meletakkan kotak-kotak baut secara berdampingan disesuaikan dengan ukurannya. Peletakan ini dapat dilakukan dengan meletakkan ketiga kotak baut ini ke dalam satu kotak yang lebih besar sehingga kotak-kotak baut dapat dipindah-pindahkan seperti terlihat pada Gambar V.2.

Gambar V.2. Kotak Tempat Baut V.3.2. Pedal

Sistem pedal kadangkala dipakai pada pengeluaran energi besar. Dalam banyak kasus, pedal dipakai walau tanpa pengeluaran energi yang besar. Bagi pekerjaan dengan posisi berdiri, pedal hanya dipergunakan secara kadang kala untuk mengalihkan

on atau off.

Gambar V.3. Pedal Kondisi Awal

Bila mungkin, pedal sebaiknya didisain pada posisi miring agar kaki yang bekerja tidak terlalu lelah dalam menginjak pedal atau pedal harus punya lantai pengungkit yang rata, sehingga operator dapat berganti dari kaki yang satu kepada kaki yang lain. Sering memakai pedal sambil berdiri tidak baik karena beban yang berat sebelah oleh sikap berdiri itu mengakibatkan gejala kelelahan yang amat sangat.

Gambar V.4. Pedal Usulan V.3.3. Tempat Duduk Operator

Bekerja dengan berdiri memerlukan banyak tenaga otot pada badan bagian atas juga pada bagian kaki.

Dengan berdiri terlalu lama akan menyebabkan terganggunya konsentrasi operator dan terjadinya ketegangan untuk mempertahankan posisi berdiri. Untuk mengantisipasi terjadinya ketegangan dan kehilangan konsentrasi karena berdiri terlalu lama sebaiknya operator duduk di tempat duduk yang mempunyai alas duduk yang stabil. Alas duduk ini dapat terbuat dari kayu ataupun besi yang mempunyai ukuran tinggi sesuai dengan tinggi duduk operator. 34, 46 34 ,46 c m S id e T o p 2 2 , 8 8 c m 48 cm 4 4 c m

Gambar V.5. Tempat Duduk Yang Diusulkan V.3.4. Alarm

Kesalahan pembacaan pada stasiun penggulungan kumparan terjadi karena jarak mata operator dengan speedometer terlalu jauh sehingga mata berakomodasi maksimum untuk melihat jumlah lilitan di speedometer. Akibat mata berakomodasi maksimum akan mengakibatkan kelelahan mata bagi si operator. Kelelahan mata membuat si operator membaca speedometer menjadi asal-asalan (Gambar V.6)

(7)

Untuk mengatasi itu dilakukan modifikasi terhadap mesin dengan menambahkan digital counter dan alarm reminder (pengingat) dengan tujuan alarm ini akan mengingatkan bahwa jumlah lilitan telah sesuai dengan pengesetan digital counter. Dengan adanya penambahan digital counter dan alarm

reminder membantu si operator untuk lebih mudah

membaca ke speedometer (Gambar V.7)

4 190 4 190

Gambar V.6. Mesin Penggulungan Kondisi Awal

Gambar V.7. Mesin Penggulungan Usulan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. Kesimpulan

1. Penelitian ini menggunakan metode Poka-Yoke sebagai suatu perencanaan dalam mengkaji permasalahan cacat kritis kesalahan jumlah lilitan pada stasiun penggulungan kumparan, sehingga dapat dideteksi bahkan dihindari . 2. Jenis cacat kritis kesalahan jumlah lilitan yang

terdapat pada penggulungan kumparan memiliki persentase terbesar 36,94 % yang sangat berpengaruh pada kualitas transformator karena memperpendek pemakaian produk.

3. Penulis mengusulkan beberapa fasilitas yang disesuaikan dengan keadaan operator, seperti : kotak tempat peyimpanan baut, pedal, tempat duduk operator, alarm.

VI.2. Saran

1. Perlu dilakukan inspeksi terhadap komponen-komponen yang datang dari perusahaan lain sehingga saat perakitan, operator tidak perlu melakukan perbaikan untuk menyesuaikannya. 2. Usulan fasilitas kerja pada penggulungan

kumparan perlu diterapkan dan diuji di perusahaan untuk melihat hasil perbaikan sebenarnya dibandingkan dengan sistem kerja yang lama.

3. Fasilitas kerja yang diusulkan pada penggulungan kumparan ini perlu dilakukan perancangan lebih lanjut untuk menentukan bahan-bahan yang digunakan pada fasilitas kerja usulan.

4. Penambahan fasilitas-fasilitas kerja lainnya yang ergonomis baik pada penggulungan kumparan maupun pada stasiun kerja lainnya perlu dirancang juga berdasarkan operator sesuai dengan prinsip ergonomi yaitu: efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien.

5. Perlu dilakukan pelatihan-pelatihan atau training kepada operator atas penambahan fasilitas-fasilitas kerja yang diusulkan .

6. Perusahaan hendaknya mempunyai dana yang cukup dalam menerapkan usulan perancangan panambahan fasilitas yang baru.

VI.3. Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada sdr. Edward Marbun (Mahasiswa Program Studi Teknik Industri/Program Ekstension) yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Apple, James M.; Tata Letak Pabrik dan

Pemindahan Bahan; ITB; 1990; Bandung.

Barnes R.M., Motion And Time Study, Design And

Measurement of Work, Canada: Jhon Wiley

and Son.1980.

Pulat, B. Mustafa; Fundamentals of Industrial

Ergonomics; Prentice Hall, 1992; New Jersey.

Roebuck, Jr., J.A.; Engineering Anthropometry

Methods; Jhon Wiley & Sons; 1975; New

York.

Reliability Analysis Center; Mistake Proofing (AKA:

Poka-Yoke) an Effective Quality Tool;

http://rac.alionscience.com/iPC/servlet/iPCserv let?QKIT; 2003.

Sastrowinoto, Suyatno; Meningkatkan Produktivitas

dengan Ergonomi; PT. Pustaka Binaman

Pressindo; 1985; Jakarta.

Sutalaksana, Z. Iftikar; Teknik Tata Cara Kerja; Departemen Teknik Industri ITB; 1979; Bandung

Shingo, Shigeo, Zero Quality Control : Source

Inspection and the Poka –yoke System,

Cambridge, Massachusets and Norwalk, Conneccticut, 1986.

Sumanto, Drs, MA, Teori Transformator; Edisi 2; Cetakan 1; Yogyakarta: Andi, 1996

Wignjosoebroto, Sritomo., Ergonomi Sudi Gerak dan

Gambar

Tabel II.1. Contoh Penggunaan Poka Yoke  No.  Alat Poka Yoke  Implementasi
Gambar III.1. Metodologi Penelitian  Dari gambar III.1., dapat dilihat langkah-langkah  yang harus dilakukan dalam metodologi penelitian
Gambar V.1. Posisi Mencengkram Dengan Jari  Untuk mengantisipasi kesalahan baut yang  digunakan sebaiknya tempat baut diberikan label

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen termasuk kategori tinggi disebabkan karena dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Prezi Dekstop dapat

Tabel 5 menunjukkan usahatani ubi kayu di Kabupaten Lampung Tengah lebih kompetitif dan mampu bersaing dengan usahatani jagung pada produktivitas minimal 34.567 umbi kg/ha dan

Hasil analisa berupa rekomendasi perbaikan dan peningkatan mutu program studi dan fakultas, yang dapat digunakan untuk pengembangan sistem penjaminan mutu

Matrix di atas ada beberap berita yang penulis anggap bias dalam pemberitaan mengenai Mirna yaitu pada edisi 20 Januari 2016 dengan berita Saat Mirna Meregang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa hasil ekstraksi kulit ubi jalar ungu ( I. batatas L.) dapat digunakan sebagai pewarna alternatif

[r]

Data penelitian adalah semua balita 0-60 bulan yang telah diambil berdasarkan sistem pemilihan status gizi balita menggunakan metode antropometri dengan studi kasus di