i
PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI
MEMELIHARA/SERVIS SISTEM AC
Skripsi
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nama : Samsudduha NIM : 5201408069
Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin Jurusan : Teknik Mesin
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
PENGESAHAN Sekripsi ini diajukan oleh:
Nama : Samsudduha
NIM : 5201408069
Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin, S1
Judul : PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI
MEMELIHARA/SERVIS SISTEM AC
Telah dipertahankan didepan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.
Panitia Ujian
Ketua : Dr. Muhammad Khumaidi, M.Pd. (...) NIP.196209131991021001
Sekretaris : Wahyudi, S.Pd, M.Eng (...) NIP.198003192005011001
Pembimbing I : Drs. Masugino, M.Pd. (...) NIP.195207211980121001
Pembimbing II : Drs. Supraptono, M.Pd (...) NIP.195508091982031002
Penguji Utama : Hadromi, S.Pd., M.T. (...) NIP.196908071994031004
Penguji Pendamping I : Drs. Masugino, M.Pd. (...) NIP.195207211980121001
Penguji Pendamping II: Drs. Supraptono, M.Pd (...) NIP.195508091982031002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
iii
Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Permasalahan yang diungkap dalam skripsi ini adalah apakah penggunaan modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kompetensi memelihara/servis sistem AC dan apakah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang menggunakan modul pembelajaran dengan peserta didik yang tidak menggunakan modul pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang menggunakan modul pembelajaran dengan peserta didik yang tidak menggunakan modul pembelajaran. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen jenis control group pre test-post test. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XII TKR SMK Muhammadiyah 2 Boja. Sampel yang diambil dalam penelitian hanya dua kelas yaitu kelas XII TKR2 sejumlah 32 peserta didik sebagai kelas eksperimen dan peserta didik kelas XII TKR 3 sejumlah 33 peserta didik sebagai kelas kontrol.
Hasil analisis data mendapatkan bahwa penggunaan modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar dibandingkan tanpa menggunakan modul pembelajaran, dan terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang menggunakan modul pembelajaran dengan peserta didik yang yang tidak menggunakan modul pembelajaran. jumlah peserta didik pada kelas eksperimen yang mendapatkan nilai diatas KKM sebesar 65 %. Sedangkan jumlah peserta didik pada kelas kontrol yang mendapatkan nilai diatas KKM hanya 30,3 %. Sehingga dapat dikatakan kelas eksperimen lebih unggul 35,32% dibandingkan kelas kontrol.
Saran : Sebaiknya penelitian tidak hanya dilakukan pada kompetensi tertentu saja, kompetensi yang lain juga juga perlu dilakukan penelitian
agar peserta didik termotivasi dan aktif dalam melakukan proses pembelajaran.
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
1. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S Al-Baqoroh:155)
2. Orang kuat bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi yang disebut orang
kuat adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya pada saat marah. (HR.
Bukhari dan Muslim)
PERSEMBAHAN:
1. Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih atas
cucuran keringat, air mata, darah dan
do’a untuk ku.
2. Mas Wawan, terimakasih telah
memberikan teladan yang baik, tapi
maaf aku tidak setangguh dirimu.
3. A. Yusro, Ari P. dan A. Saefudin yang
telah memberikan bantuan ketika
mengalami situasi sulit.
v
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta kepada para sahabatnya.
Penulis sangat bersyukur karena dengan rahmat dan hidayah-Nya serta partisipasi dari berbagai pihak yang telah banyak membantu baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penggunaan Modul Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi Memelihara/servis Sistem AC”. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo, M. Si., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Muhammad Harlanu, M. Pd., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dalam memperlancar penyelesaian skripsi ini.
3. Dr. M. Khumaedi, M. Pd., Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Tenik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Masugino, M. Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs, Supraptono, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Hadromi, S.Pd.,M.T., Dosen Penguji yang telah memberikan waktu dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala SMK Muhammadiyah 2 Boja yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
vi
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala berlipat ganda atas bantuan dan kebaikkannya. Amin.
Semarang,
vii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
1. Manfaat Teoritis ... 6
2. Manfaat Praktis ... 7
F. Penegasan Istilah ... 7
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 9
A. Tinjauan Belajar ... 9
viii
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 10
3. Hasil Belajar ... 11
B. Modul Pembelajaran ... 12
1. Pengertian Modul ... 12
2. Fungsi Modul ... 13
3. Karakteristik Modul ... 13
4. Pembelajaran Modul dan Tujuannya ... 14
5. Ciri-ciri Pembelajaran Modul... 15
6. Keuntungan Sistem Belajar Modul ... 16
7. Struktur Modul ... 16
C. Memelihara/servis Sistem AC ... 17
D. Kerangka Berfikir ... 27
E. Hipotesis ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30
A. Rancangan Penelitian ... 30
B. Populasi dan Sampel ... 32
1. Populasi ... 32
2. Sampel ... 32
C. Variabel Penelitian ... 33
D. Langkah-Langkah Eksperimen ... 34
E. Metode Pengumpulan Data ... 34
1. Metode Dokumentasi ... 35
ix
2. Reliabilitas Alat Ukur ... 38
3. Tingkat Kesukaran Soal ... 39
4. Daya Pembeda ... 40
G. Teknik Analisis Data ... 41
1. Analisis Deskriptif ... 41
2. Uji Normalitas ... 42
3. Uji Homogenitas ... 42
4. Uji Hipotesis ... 43
5. Uji GainScore ... 44
6. Uji Signifikansi ... 44
7. Perhitungan Persentase ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Hasil Penelitian ... 46
1. Deskripsi Data ... 46
2. Uji Persyaratan ... 48
a. Hasil Uji Normalitas Data ... 48
b. Hasil Uji Homogenitas Data ... 49
c. Hasil Uji Perbedaan ... 50
d. Hasil Uji Gain Score ... 51
e. Hasil Uji Signifikansi ... 51
x
B. Pembahasan ... 53
BAB V PENUTUP ... 56
A. Simpulan ... 56
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
xi
Tabel 1. Control Group Pretest Posttest ... 31
Tabel 2. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 37
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Soal Instrumen ... 39
Tabel 4. Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal ... 41
Tabel 5. Hasil Uji Daya Pembeda Soal ... 42
Tabel 6. Hasil Uji Pretest ... 47
Tabel 7. Hasil Uji Posttest ... 48
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Pretest ... 48
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Posttest ... 58
Tabel 10. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Pretest ... 49
Tabel 11. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Postest ... 50
Tabel 12. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pretest... 51
Tabel 13. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Posttest ... 50
Tabel 14. Hasil Uji Gain Score ... 51
Tabel 15. Hasil Uji Signifikansi ... 51
Tabel 16. Persentase KKM Kelompok Eksperimen ... 52
Tabel 17. Persentase KKM Kelompok Kontrol ... 52
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kompresor ... 17
Gambar 2. Kondensor ... 18
Gambar 3. Dryer/Receifer ... 19
Gambar 4. Ekspansion Valve ... 19
Gambar 5. Evaporator ... 20
Gambar 6. Blower ... 20
Gambar 7. Magnetic Clutch ... 21
Gambar 8. Siklus Pendinginan Sistem AC ... 23
Gambar 9. Manifold Gauge ... 24
Gambar 10. Tabung Refrigerant ... 25
Gambar 11. Kerangka Berfikir ... 28
xiii
Lampiran 1. Daftar Peserta Uji Coba ... 61
Lampiran 2. Soal Tes Uji Coba ... 62
Lampiran 3. Lembar Jawab ... 76
Lampiran 4. Kunci Jawaban ... 77
Lampiran 5. Analisis Soal Uji Coba ... 78
Lampiran 6. Analisis Butir Soal ... 84
Lampiran 7. Perhitungan Reliabilitas Instrumen ... 85
Lampiran 8. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 86
Lampiran 9. Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 87
Lampiran 10. Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 88
Lampiran 11. Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 89
Lampiran 12. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 90
Lampiran 13. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ... 91
Lampiran 14. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 92
Lampiran 15. Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ... 93
Lampiran 16. Uji Homogenitas Pretest ... 94
Lampiran 17. Uji Homogenitas Posttest ... 95
Lampiran 18. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pretest ... 96
Lampiran 19. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Posttest ... 97
Lampiran 20. Perhitungan Gain Score ... 98
xiv
Lampiran 22. Modul Pembelajaran ... 100
Lampiran 23. Silabus ... 141
Lampiran 24. RPP Kelas Eksperimen ... 142
Lampiran 25. RPP Kelas Kontrol ... 144
Lampiran 26. Validasi Modul... 146
Lampiran 27. Surat Keterangan Pembimbing ... 149
Lampiran 28. Surat Ijin Penelitian ... 150
Lampiran 29. Surat Selesai Penelitian ... 151
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu bagi kemajuan suatu
bangsa. Bangsa yang kualitas pendidikannya sangat rendah bisa dipastikan
kemajuan bangsa tersebut akan berjalan lambat begitu pula sebaliknya, apabila
kualitas pendidikan suatu bangsa itu baik maka kemajuan bangsa akan berjalan
cepat. Dalam hal ini sekolah sebagai sarana pendidikan memegang peranan
penting dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekolah harus memberikan
pembelajaran yang baik dan berkualitas kepada peserta didiknya. Apa yang
diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua peserta didik. Upaya
peningkatan kualitas pendidikan dilaksanakan antara lain dengan mengusahakan
peningkatan kualitas proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar meliputi
seluruh aktivitas yang pada intinya menyangkut pemberian materi pelajaran agar
peserta didik memperoleh kecakapan dan pengetahuan yang bermanfaat. Salah
satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dapat dilakukan
dengan mengoptimalkan penggunaan modul pembelajaran. modul pembelajaran
dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dikarenakan memiliki
banyak kegunaan.
2
menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik serta menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta didik dalam melakukan penilaian sendiri (self assessment).
Proses belajar mengajar di SMK Muhammadiyah 2 Boja Kabupaten
Kendal pada kompetensi memelihara/servis sistem AC selama ini belum menggunakan modul pembelajaran. kegiatan belajar mengajarnya masih
menggunakan pembelajaran ceramah biasa dengan memanfaatkan alat bantu
papan tulis. Menurut Bahri dalam Rois (2010:2) Pembelajaran ceramah adalah
suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau uraian
tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Menurut Harsono dkk.
(2009:71) Metode yang sering digunakan pendidik dalam mengajar yakni metode
mengajar ceramah, metode ini tergolong metode konvensional karena
persiapannya paling sederhana dan mudah, fleksibel tanpa memerlukan persiapan
khusus.
Pembelajaran ceramah konvensional tanpa adanya modul yang ada di
SMK Muhammadiyah 2 Boja Kabupaten Kendal memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya peserta didik cenderung menjadi pasif, peserta didik hanya
mengandalkan materi yang diberikan dari pendidik saja dan tidak mau mencari
materi pelajaran dari sumber lain. Pembelajaran ceramah biasa membuat peserta
didik terpaksa mencatat secara terus menerus materi pelajaran yang disampaikan
oleh pendidik. Efek negatif dari mencatat yang terlalu berlebihan yaitu peserta
didik akan mengalami kelelahan. Pada akhirnya peserta didik malas untuk
mencatat materi yang disamapaikan, sehingga kegiatan belajar peserta didik akan
terganggu. Selain itu bisa membuat peserta didik menjadi bosan dan menemui
Menurut Anam (2009:7) Pembelajaran konvensional (biasa) yang menekankan pada cara belajar duduk, dengar, catat, dan hafal sangat membelenggu kreativitas peserta didik, mereka hanya belajar dengan menerima saja (reception lea rning) apa yang disampaikan oleh guru, tanpa tahu mengapa seperti itu. Akibat pembelajaran biasa ini adalah apa yang dipelajari kurang berarti, kurang berbekas dalam ingatan (memori) peserta didik.
Ketika proses pembelajaran kompetensi memelihara/servis sistem AC berlangsung yang memegang buku pegangan hanya pendidik saja sedangkan
peserta didik tidak menggunakan buku pegangan sama sekali. Ketiadaan buku
pegangan pada peserta didik menyebabkan peserta didik tidak mempunyai
persiapan sama sekali tentang materi sistem AC yang akan diajarkan, sehingga pesrta didik mengalami kebingungan ketika pendidik menyampaikan materi
sistem AC. Buku pegangan yang digunakan oleh pendidik adalah New Step 2, padahal bahasa yang digunakan pada buku new step 2 cukup sulit dipahami
apabila disampaikan kepada peserta didik, selain itu buku new step 2 juga tidak
diperuntuhkan untuk peserta didik melainkan untuk peserta kursus. Kelemahan
lain buku new step 2 adalah gambar-gambar yang disajikan tidak begitu menarik
karena gambar disajikan tidak berwarna, dalam buku New Step 2 juga tidak
dilengkapi latihan-latihan soal untuk peserta didik sehingga berakibat kurang
interaktif apabila dibaca oleh peserta didik. Hal-hal seperti ini lah yang
menyulitkan peserta didik untuk memahami materi kompetensi memelihara/servis
sistem AC dan berdampak pada hasil belajar peserta didik yang kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik yang selama ini
masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sedangkan KKM yang
4
dari pendidik atau pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan, sebab hasil
belajar memberikan gambaran sejauh mana keberhasilan dari proses pendidikan
yang telah berlangsung.
Untuk mengatasi permasalahan ini maka diperlukan adanya modul
pembelajaran yang diberikan untuk semua peserta didik agar kegiatan belajar
peserata didik dapat berjalan dengan baik dan materi bisa terserap secara
maksimal. Dengan adanya modul pembelajaran peserta didik akan dilatih untuk
belajar secara mandiri tanpa harus menunggu materi yang diberikan oleh
pendidik. Didalam modul juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang
komunikatif dengan tujuan agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang
ada di modul. Tujuan utama penggunaan modul dalam proses belajar mengajar
adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik
waktu, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal. Penulis
meyakini bahwa penggunaan modul pembelajaran sangatlah penting untuk
menunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar dalam suatu lembaga
pendidikan. Penggunaan Modul diharapkan mampu memudahkan peserta didik
untuk belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan secara ringkas Penulis memeilih judul “Penggunaan Modul
Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi Memelihara/Servis
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dari masalah yang telah dijelaskan,
maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada kompetensi memelihara/servis sistem AC?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik
yang menggunakan modul pembelajaran dengan peserta didik yang tidak
menggunakan modul pembelajaran?
C. Batasan Masalah
Permasalahan mengenai penggunaan modul pembelajaran kompetensi
memelihara/servis sistem AC di SMK sangat kompleks, sehingga diperlukan adanya suatu batasan masalah yang jelas dalam penelitian ini. Adapun
permasalahan yang perlu dibatasi adalah:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada peserta didik yang sudah mendapatkan
materi kompetensi memelihara/servis sistem AC yaitu, kelas XII Teknik Kendaraan Ringan di SMK Muhammadiyah 2 Boja Kabupaten Kendal
Tahun ajaran 2012/2013.
2. Materi yang akan dibahas dan diteskan dibatasi pada aspek-aspek kognitif
6
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah penggunaan modul pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kompetensi
memelihara/servis sistem AC?
2. untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
peserta didik yang menggunakan modul pembelajaran dengan peserta didik
yang tidak menggunakan modul pembelajaran?
E. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan beberapa manfaat,
diantaranya adalah:
a. Manfaat Teoritis
1. Memberikan sumbangsih kepada dunia pendidikan dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan referensi untuk studi lebih
lanjut.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti, mendapatkan pengetahuan tentang perbedaan hasil belajar
peserta didik yang menggunakan modul pembelajaran dan yang tidak
2. Bagi pembaca, memberikan manfaat pengetahuan, manakah pembelajaran
yang lebih baik antara pembelajran yang menggunakan modul pembelajaran
dengan pembelajaran yang tidak menggunakan modul pembelajaran.
3. Bagi peserta didik, membantu peserta didik dalam memahami materi
kompetensi memelihara/servis sistem AC.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah pengertian dalam pemakaian istilah–istilah yang berkaitan dengan judul skripsi ini, maka perlu adanya penegasan istilah–istilah yang digunakan. Adapun istilah–istilah yang perlu ditegaskan sebagai berikut: 1. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik
(Prastowo, 2012 :104).
2. Kompetensi Memelihara/Servis Sistem AC
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Mulyasa,
2004:37). Kompetensi memelihara/servis sistem AC adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan siskap tentang memelihara/servis
8
3. Hasil belajar
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta
didik yang ditunjukkan dengan nilai tes kognitif pada akhir pembelajaran,
9
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Belajar 1. Pengertian Belajar
Belajar dapat berlangsung dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat,
akan tetapi belajar disekolah sifatnya lebih formal, semua komponen dalam proses
belajar direncanakan secara sistematis. Menurut Syah (2007:63) belajar adalah
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Sedangkan menurut Rifa’i
(2009:82) belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang
dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh
seseorang. Adapun menurut Baharruddin (2010:11) belajar merupakan proses
manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap.
Proses belajar pada dasarnya adalah proses komunikasi yang diwujudkan
melalui kegiatan penyampaian informasi kepada peserta didik. Informasi yang
disampikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan
sebagainya. Dalam proses pembelajaran, peserta didik berkedudukan sebagai
subyek belajar, sedangkan pendidik berkedudukan sebagai pengendali. Proses
komunikasi dalam suatu pembelajaran dapat terjadi antara pendidik dengan
peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, dan juga dapat terjadi antara
peserta didik dengan sumber belajar lainnya.
10
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
(1) Faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik.
(2) Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan disekitar peserta didik.
(3) Faktor pendekatan belajar (approach to lea rning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi setrategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran (Syah, 2007:144)
Faktor internal mencakup kondisi fisik, kondisi psikis, emosional, dan
kondisi sosial. Oleh karena itu kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang
dimiliki oleh peserta didik akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil
belajar. Peserta didik yang mengalami kelemahan dibidang fisik, misalnya dalam
membedakan warna akan mengalami kesulitan didalam belajar yang berkaitan
dengan membedakan warna contohnya pada pelajaran kelistrikan otomotif karena
dalam pelajaran tersebut harus bisa membedakan warna-warna kabel pada
rangkaian listrik. Peserta didik yang bermotivasi rendah, misalnya, akan
mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar dan dalam proses belajar. Peserta
didik yang sedang mengalami ketegangan emosional, misalnya takut dengan
pendidik, akan mengalami kesulitan dalam mempersiapkan diri untuk memulai
belajar baru karena selalau teringat oleh perilaku pendidik yang ditakuti.
Faktor-faktor internal ini dapat terbentuk akibat dari pertumbuhan, dan pengalaman
belajar sebelumnya.
Faktor-faktor eksternal juga sangat mempengaruhi belajar peserta didik
lingkunan nonsosial. Lingkungan sosial peserta didik yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga peserta didik itu
sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga,
semuanaya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar
dan hasil yang dicapai oleh peserta didik. Lingkungan nonsosial peserta didik
meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta
didik dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang
digunakan peserta didik. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar peserta didik.
Faktor pendekatan belajar ikut andil terhadap keberhasilan belajar peserta
didik. Faktor pendekatan belajar menyangkut setrategi dan metode yang
digunakan peserta didik untuk mempelajari dan memahami materi-materi yang
telah diberikan oleh pendidik.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik
setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i, 2009:85). Hasil belajar sangat
tergantung pada situasi dan kondisi belajar. Apabila hasil belajar pesrta didik
ingin menjadi baik, maka pendidik perlu membuat situasi dan kondisi yang
memungkinkan peserta didik tersebut dapat meraih hasil belajar yang lebih baik.
Pendidik harus menggunakan strategi dan metode mengajar yang sesuai untuk
12
Menurut Carroll dalam Wijaya (1992:100) hasil belajar itu sangat bergantung kepada lima faktor, yaitu:
1. Faktor bakat yaitu faktor yang sangat bertalian dengan minat dan perhatian peserta didik dalam belajar.
2. Kualitas pengajaran.
3. Kemampuan memahami pengajaran.
4. Tekun membaca, mendengar, memecahkan masalah, mengerjakan tugas, dan segala pekerjaan lainnya.
5. Penggunaan waktu belajar secara efektif dan efesien.
B. Modul
1. Pengertian Modul
Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri
sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk
membantu peserta didik mencapai sebuah tujuan yang dirumuskan secara khusus
dan jelas (Nasution, 2009:205). Adapun menurut Walter Dick dan Lou Carry
dalam Wena (2009:231) modul diartikan sebagai unit pembelajaran berbentuk
cetak. Sedangkan menurut Mulyasa (2009:231) modul adalah suatu proses
pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara
sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai
dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.
Pengertian modul yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa
modul adalah bahan instruksional mandiri. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan
lainnya yang terdapat dalam modul diatur sehingga seolah-olah merupakan bahasa
pendidik yang sedang memberikan pengajaran kepada peserta didik. Modul
merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya.
2. Fungsi Modul
Sebagai salah satu bahan ajar, modul memiliki banyak fungsi. Fungsi dari
modul berguna baik bagi pendidik maupun peserta didik. Dengan adanya modul
akan memepermudah peserta didik untuk belajar dan mempermudah pendidik
untuk menyampaikan materi pelajaran. Diharapkan fungsi dari modul bisa
memeperkecil kendala ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Prastowo dalam bukunya “Panduan Praktis Membuat Bahan Ajar
Inovatif” (2012:107) modul memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Bahan ajar mandiri. Maksudnya, penggunaan modul dalam proses pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.
b. Pengganti fungsi pendidik. Maksudnya modul sebagai bahan ajar yang harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka.
c. Sebagai alat evaluasi. Maksudnya, dengan modul, peserta didik dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.
d. Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Maksudnya, karena modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka modul juga memiliki fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.
3. Karakteristik Modul
Menurut Mulyasa (2009:232) pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Setiap modul harus memberikan informasi dan memberikan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang peserta didik.
b. Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik.
c. Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefesian mungkin.
14
tidak menimbulkan pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan, atau dipelajarai.
e. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar perserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.
Karakteristik modul yang dikemukakan di atas, kiranya dapat diambil
kesimpulan bahwa belajar bermodul adalah sebuah sistem belajar
mandiri/individual, dimana terdapat kejelasan tujuan, mengandung usaha
memotivasi peserta didik untuk belajar, fleksibel dan terdapat tes dari tiap-tiap
modul atau tiap-tiap sub kompetensi dimana hasil ujian berfungsi sebagai
feedback.
4. Pembelajaran Modul dan Tujuannya
Pembelajaran modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang
berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta
didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Pembelajaran
modul lebih menitik beratkan pada peran otonomi belajar peserta didik. dimana
peserta didik mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk
mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri, menentukan tujuan belajarnya sendiri,
mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi
belajarnya, dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
Menurut Nasustion (2009:205) Tujuan sistem pembelajaran modul antara lain:
1. Membuka kesempatan bagi peserta didik untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Dianggap bahwa peserta didik tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama dan tidak sedia mempelajari sesuatu pada waktu yang sama.
memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing.
3. Memberi pilihan dari sejumlah besar topik dalam rangka suatu mata pelajaran, mata kuliah, bidang studi atau disiplin bila kita anggap bahwa pelajar tidak mempunyai pola minat yang sama atau motivasi yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.
4. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui modul remidial, ulangan-ulangan atau variasi dalam cara belajar.
5. Ciri-Ciri Pembelajaran Modul
Pembelajaran modul memepunyai ciri tersendiri dibandingkan
pembelajaran konvensional atau ceramah biasa, dimana peserta didik pada
pembelajaran modul akan dilatih untuk belajar mandiri agar peserta didik tidak
tergantung pada pendidik saja. Sementara pada pembelajaran konvensional,
peserta didik sangat tergantung pada peranan seorang pendidik, apabila pendidik
tidak hadir pada proses belajar maka peserta didik tidak bisa mendapatkan materi
pelajaran sama sekali karena peserta didik tidak memiliki sumber belajar yang
lain.
Menurut Wijaya (1992:97) ciri-ciri pembelajaran modul adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik dapat belajar secara individual 2. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara khusus.
3. Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik segera dapat diketahuai.
4. Membuka kesempatan kepada peserta didik untuk maju berkelanjutan menurut kemampuannya masing-masing.
5. Modul merupakan paket pelajaran yang bersifat self education. Dengan belajar seperti ini, modul membuka kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
6. Modul memiliki daya informasi pengetahuan yang cukup kuat.
7. Modul banyak memeberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berbuat aktif.
16
6. Struktur Modul
Menurut pandangan Vembriarto dalam Prastowo (2012:114) unsur-unsur modul yang sedang dikembangkan di Indonesia meliputi tujuh unsur sebagai berikut:
1. Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik.
Tujuan pengajaran ini dirumuskan dalam bentuk tingkah laku peserta didik. Tiap-tiap rumusan tujuan melukiskan tingkah laku yang diharapkan dari peserta didik setelah menyelesaikan tugas mereka dalam mempelajari modul. 2. Petunjuk untuk pendidik.
Petunjuk untuk pendidik ini berisi keterangan tentang bagaimana pengajaran itu dapat diselenggarakan secara efesien.
3. Lembaran kegiatan peserta didik.
Lembaran ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Materi dalam lembaran kegiatan peserta didik tersebut disusun secara khusus sedemikian rupa, sehingga dengan mempelajari materi tersebut, tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dalam modul dapat tercapai.
4. Lembaran kerja bagi peserta didik.
Materi pelajaran dalam lembar kegiatan disusun sedemikian rupa, sehingga peserta didik dapat secara aktif mengikuti proses belajar. Dalam lembar kegiatan tersebut, kita dapat mencantumkan pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang harus dijawab serta dipecahkan oleh peserta didik. 5. Kunci lembaran kerja.
Materi pada modul tidak saja disusun agar peserta didik senantiasa aktif memecahkan masalah-masalah, melainkan juga dibuat agar peserta didik dapat mengevaluasi hasil belajar mereka sendiri.
6. Lembaran evaluasi.
Perlu kita ketahui bahwa lembaran evaluasi yang berupa tes dan rating scale, evaluasi pendidik terhadap tercapai atau tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul oleh peserta didik, ditentukan oleh hasil tes akhir yang terdapat pada lembaran evaluasi tersebut, dan bukannya oleh jawaban-jawaban peserta didik yang terdapat pada lembar kerja.
7. Kunci lembaran evaluasi.
Dalam hal ini, tes dan rating scale yang tercantum pada lembaran evaluasi disusun oleh penulis modul yang bersangkutan.
Keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan modul harus
sesuai dengan aturan yang ada. Kita tidak bisa menyusun modul tanpa mengikuti
petunjuk-petunjuk yang sudah ditetapkan. Modul akan digunakan oleh peserta
didik atau pendidik sebagai buku pegangan dalam proses pembelajaran disekolah,
proses pembelajaran di sekolah karena modul akan sulit dipahami apabila dibaca.
Modul yang disusun harus mencakup semua unsur-unsur yang telah ditetapkan,
karena unsur yang satu akan berhubungan dengan unsur yang lain.
Menurut Nasution (2009:217) dalam garis besarnya penyusunan modul dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas dan spesifik.
2. Urutan tujuan-tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul itu.
3. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul bagi peserta didik.
4. Kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing peserta didik agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan.
5. Menyusun posttest untuk mengukur hasil belajar peserta didik.
C. Memelihara/servis Sistem AC
1. Nama dan fungsi komponen sistem AC
AC atau Air Conditioners, adalah suatu rangkaian peralatan atau komponen yang berfungsi untuk mendinginkan udara didalam kabin agar
penumpang dapat merasa segar dan nyaman (Triyono, 2010:5). Rangkaian
peralatan atau komponen sisitem AC adalah sebagai berikut: a. Kompresor
kompresor berfungsi untuk memompakan refrigerant yang berbentuk gas agar tekanannya meningkat sehingga mengakibatkan temperaturnya meningkat
[image:31.595.111.515.199.533.2](Triyono, 2010:6).
18
Karena adanya peningkatan suhu dan tekanan pada refrigerant maka
refrigerant akan mengalir dalam sistem AC. Kompresor menjadi suatu komponen yang sangat vital dalam sisitem AC karena fungsinya yang paling dominan, tanpa adanya kompresor refrigerant tidak akan bersirkulasi.
b. Kondensor
Fungsi kondensor adalah untuk menyerap panas pada refrigerant yang telah dikompresikan oleh kompresor dan mengubah refrigerant yang berbentuk gas menjadi cair (Triyono, 2010:7). Panas yang ada di kondensor akan dialirkan
menuju udara sekitar melalui sirip-sirp kondensor. Dalam proses pelepasan panas
kondensor akan ditiup kipas kondensor yang berfungsi untuk mempercepat proses
[image:32.595.114.510.284.567.2]pendinginan.
Gambar 2. Kondensor
c. Dryer/receiver
sebagai filter untuk menyaring uap air dan kotoran yang masuk dalam siklus
sistem AC.
Gambar 3. Dryer/receiver
d. Exspansion valve
Expansion valve berfungsi mengabutkan refrigerant kedalam evaporator agar refrigerant cair dapat segera berubah menjadi gas (Triyono, 2010:7). Apabila refrigerant tidak dikabutkan oleh expansion valve sebelum masuk evaporator
maka evaporator akan mengalami kesulitan untuk mendinginkan udara yang ada
disekitarnya.
Gambar 4. Expansion Valve
e. Evaporator
Dilihat dari bentuk dan konstruksinya, evaporator dan kondensor memiliki kesamaan. Namun dari segi fungsinya, terdapat perbedaan yang mendasar. Pada
20
menjadi gas. Menurut Triyono dalam bukunya “Pedoman Pra ktis Mera wat AC
Mobil” (2010:7) evaporator adalah komponen yang berfungsi untuk menyerap
[image:34.595.112.513.199.687.2]panas dari udara melalui sirip-sirip pendingin eva porator sehingga udara tersebut menjadi dingin.
Gambar 5. Evaporator
f. Blower
Blower berfungsi untuk meniup atau menghembuskan udara melewati sirip-sirip evaporator sehingga udara dingin yang ada dissekitar evaporator mengalir searah aliran tiupan blower menuju ke ruangan mobil. Konsumsi tenaga yang digunakan adalah 100 – 250 W dengan tiga kecepatan, yaitu kecepatan rendah, sedang dan kecepatan tinggi.
2. Cara kerja komponen AC
a. Kompresor
Kompresor dibagi menjadi dua bagian yaitu: kompresor dan magnetic clutch.
1. Kompresor
Kompresor digerakkan oleh tali kipas dari puli mesin. Putaran kompresor
akan menggerakkan piston dan gerakan piston ini akan menimbulkan tekanan bagi
refrigerant yang berbentuk gas sehingga tekanannya meningkat yang dengan sendirinya juga akan meningkatkan temperaturnya.
2. Magnetic clutch
Menurut Triyono (2010:15) Magnetic clutch adalah alat yang digunakan untuk melepas dan menghubungkan kompressor dengan putaran mesin. Peralatan
inti pada magnetic clutch terdiri atas tiga macam yaitu stator, rotor dan pressure plate.
Gambar 7. Magnetic Clutch
Cara kerja dari magnetic clutch adalah Puli kompressor selalu berputar oleh perputaran mesin melalui tali kipas pada saat mesin hidup. Dalam posisi
22
berputar apabila switch AC dalam posisi hidup hal ini disebabkan oleh arus listrik yang mengalir ke stator coil akan mengubah sta tor coil menjadi magnet listrik yang akan menarik pressure plate dan bidang singgungnya akan bergesekan dan saling melekat dalam satu unit memutar kompresor.
b. Kondensor
Fungsi utama dari kondensor adalah mendinginkan gas refrigerant sehingga terkondnsasi. Mekanisme kondensor agar hal tersebut terjadi yaitu
dengan membuat kondensor dalam bentuk yang berliku-liku. Akibatnya, luas
permukaan kondensor semakin luas dan mengakibatkan terjadinya pelepasan
panas oleh refrigerant (Triyono, 2010:17). Proses pelepasan panas yang terjadi pada kondensor dipercepat dengan laju gerak mobil itu sendiri dan dibantu dengan
isapan fan atau kipas. Semakin baik pelepasan panas yang dilakukan oleh kondensor semakin baik pula pendinginan yang dilakukan oleh evaporator.
c. Receifer/Dryer
Refrigerant dari kondensor masuk ke tabung receifer melalui lubang masuk, kemudian melalui dryer, desiccant dan filter refrigerant cair naik dan keluar melalui lubang keluar menuju ke expansion valve.
d. Expansion valve
Oleh karena fungsi dari expansion valve ini untuk mengabutkan refrigerant kedalam evaporator, maka lubang keluar pada alat ini berbentuk lubang kecil konstan atau dapat diatur melalui katup yang pengaturannya
menggunakan perubahan temperatur yang dideteksi oleh sebuah sensor panas.
e. Evaporator
[image:37.595.124.494.332.698.2]Perubahan zat cair dari refrigerant menjadi gas yang terjadi pada evaporator akan berakibat terjadinya penyerapan panas pada daerah sekelilingnya, udara yang melewati kisi-kisi evaporator panasnya akan terserap sehingga dengan hembusan blower udara yang keluar keruang kabin mobil akan menjadi dingin. 3. Siklus pendinginan sistem AC
24
Siklus pendinginan yang terjadi pada sistem AC dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kompresor berputar menekan gas refrigerant agar tekanan dan suhunya naik. b. Gas refrigerant yang bertekanan dan bertemperatur tinggi masuk kedalam
kondenser. Di dalam kondensor, panas refrigerant dilepaskan dan terjadilah pengembunan sehingga refrigerant berubah menjadi zat cair.
c. Cairan refrigerant ditampung oleh receifer untuk disaring sampai evaporator membutuhkan refrigerant.
d. Expansion valve memancarkan refrigerant cair sehingga berbentuk kabut yang bertemperatur dan bertekanan rendah.
e. Gas refrigerant yang dingin dan berembun mengalir kedalam evaporator untuk mendinginkan udara yang mengalir melalui sela-sela sirip evaporator, sehingga udara disekitar evaporator tersebut menjadi dingin.
f. Gas refrigerant kembali kekompresor (Triyono, 2010:8).
4. Manifold gauge
[image:38.595.109.516.143.692.2]Manifold gauge adalah alat yang berfungsi untuk mengosongkan atau mengisi refrigerant. Selain untuk mengosongkan dan mengisi refrigerant pada sisitem AC, manifold gauge juga digunakan untuk mendeteksi kerusakan-kerusakan yang terjadi pada sisitem AC. Pemeriksaan refrigerant pada sisitem AC untuk melihat kondisi dan jumlah refrigerant manifol gauge juga masih digunakan.
5. Refrigerant
Refrigerant adalah media yang berbentuk senyawa, yang digunakan dalam siklus panas yang mengalami perubahan fasa dari gas ke cair atau sebaliknya
[image:39.595.132.488.298.567.2](Triyono, 2010:28). Jenis refrigerant cukup banyak, salah satu yang pernah digunakan sebagai fluida kerja pada sistem AC mobil adalah R12. Akan tetapi karena R12 mengandung HFC yang besar andilnya dalam dampak penipisan lapisan ozon, maka saat ini diwajibkan untuk menggunakan refrigerant yang lebih ramah lingkungan, yaitu R134a sebagai pengganti R12. Refrigerant R134a bersifat lebih ramah lingkungan karena tidak mengandung HFC karena pada dasarnya sifat HFC adalah mengurai oksigen atau O3.
Gambar 10. Tabung Refrigerant
Menurut Triyono (2010:28) refrigerant yang ideal harus memiliki sifat-sifat termodinamika sebagai berikut:
a. Titik didihnya rendah. b. Penguapan panasnya tinggi.
c. Dalam bentuk cair kekentalannya rendah. d. Kepadatan dalam bentuk gas tinggi. e. Tidak berbau.
f. Tidak beracun.
26
h. Tidak menimbulkan korosi.
i. Nilai konduktifitas termalnya tinggi.
j. Susunan kimianya stabil, tidak mudah terurai saat mendapatkan tekanan, terurai maupun saat penguapan.
6. Pelumas kompresor
Pelumas kompresor diperlukan untuk melumasi bantalan-bantalan serta
bidang permukaan yang saling bergesekan agar tidak terjadi kerusakan atau
keausan. Pelumas pada kompresor ini ikut bersirkulasi dengan refrigerant dan dapat dijadikan pertanda kebocoran sirkulasi AC apabila oli pelumas kompresor keluar dari sistem sirkulasi AC.
7. Memelihara/servis sistem AC
Agar sistem AC menjadi awet dan tidak mudah rusak maka diperlukan pemeliharaan dan servis pada komponen-komponen AC. Komponen-komponen AC yang harus mendapatkan pemeliharaan dan servis diantaranya adalah:
a. Kompresor
Pemeliharaan kompresor dengan melakukan servis berkala setiap kendaraan
menempuh jarak 60.000 km. Ketika melakukan servis tambahkanlah oli
pelumas sebanyak 40 ml.
b. Kondensor
Cucilah kondensor dengan menggunakan air sampai kotoran-kotoran yang
menempel pada kondensor hilang dan bersih. Betulkan atau luruskan apabila
c. Receiver/dryer
Setiap kendaraan atau mobil yang telah menempuh jarak 40.000 km maka
receiver/dryer harus diganti. d. Expansion Valve
Apabila Expansion Valve terjadi kerusakan maka harus diganti karena pada expansion valve tidak bisa dilakukan perbaikan.
e. Evaporator
Cucilah evaporator hingga bersih sampai kotoran-kotoran yang ada pada evaporator hilang. Apabila sirip-sirip evaporator bengkok luruskan.
f. Blower
Cucilah blower hingga bersih sampai debu-debu yang ada pada blower hilang.
D. Kerangka Berfikir
Modul kompetensi memelihara/servis sistem AC sangat berguna baik bagi pendidik maupun peserta didik. Bagi pendidik modul ini akan mempermudah
dalam penyampaian materi pelajaran dan bagi peserta didik modul dapat
meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam menelaah materi.
Penggunaan modul ini dapat mendorong peserta didik untuk belajar
dengan mengamati dan menelaah setiap sub kompetensi dalam modul, sehingga
dengan seringnya menggunakan modul dalam menelaah materi kompetensi
28
Pada proses pembelajaran menggunakan modul, peserta didik akan aktif
berpartisipasi berpikir dan berupaya mencari permasalahan dan juga jawaban yang
sesuai untuk setiap permasalahan dan dituntut peserta didik sendirilah yang
menjelaskannya dengan menggunakan modul serta latihan mengerjakan soal atau
pertanyaan pada modul. sehingga diharapkan berbagai permasalahan dapat
dipecahkan oleh masing-masing peserta didik dengan bantuan modul.
Gambar 11. Kerangka Berfikir
Sistem pembelajaran yang terjadi dapat menimbulkan ketertarikan dan
motivasi pada peserta didik dalam menelaah serta memahami kompetensi
memelihara/servis sistem AC sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sedangkan pada pembelajaran tanpa penggunaan modul
peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan pendidik, pendidik lebih
aktif dan peserta didik cenderung pasif. Dengan kondisi demikian maka peserta
didik kurang bergairah dalam belajar, sehingga pada akhirnya kurang
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Maendorong peserta didik untuk belajar mandiri Pembelajaran dengan
menggunakan modul.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji melalui serangkaian kegiatan
penelitian (Samsudi, 2009:38). Bertolak dari kerangka berfikir di atas, maka
dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis: Ada peningkatan hasil belajar peserta
didik pada kelas XII TKR SMK Muhammadiyah 2 Boja pada kompetensi
30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen. Menurut
Samsudi (2009:66) metode penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
dirancang/sengaja dan terkontrol dimana peneliti sengaja memodifikasi atau
memanipulasi kondisi/variabel dalam bentuk pemberian perlakuan tertentu untuk
memperoleh atau menentukan peristiwa atau kejadian sesuai dengan yang
dirancang.
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan perlakuan secara langsung
kepada sampel penelitian yaitu dengan memberikan pembelajaran yang
menggunakan modul pada kelas eksperimen dan pembelajaran yang tidak
menggunakan modul pada kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah
desain control group pre test post test yaitu desain eksperimen dengan melihat perbedaan pre test maupun post test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain tersebut dapat dijelaskan melalui table 1.
Tabel 1. control group pre test post test Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
E Y1 X1 Y2
K Y1 X2 Y2
Keterangan :
E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
X1 : Pembelajaran dengan modul
X2 : Pembelajaran tanpa modul
Y1 : Pre test kompetensimemelihara/servis sistem AC
Y2 : Post test kompetensi memelihara/servis sistem AC
(Samsudi, 2009:76).
Tidak Diterima
[image:45.595.142.504.252.721.2]
Diterima
Gambar 12. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian Pretest (XII)
Pembuatan Modul
Penyusunan Instrument
Analisis
Merumuskan Masalah dan Pendekatan Pemilihan dan Studi Masalah
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Posttest
Pembelajaran tanpa Modul Pembelajaran dengan Modul
Hasil dan Pembahasan
32
B. Populasi dan Sampel 5. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:173).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh peserta didik tingkat
XII program studi keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK
Muhammadiyah 2 Boja kabupaten Kendal tahun ajaran 2012/2013, yang
berjumlah 165 peserta didik yang terbagi dalam 5 kelas, yaitu Kelas XII TKR 1
sebanyak 32 peserta didik, kelas XII TKR 2 sebanyak 32 peserta didik, kelas XII
TKR 3 sebanyak 33 peserta didik, kelas XII TKR 4 sebanyak 35 peserta didik,
dan kelas XII TKR 5 sebanyak 33 peserta didik.
6. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2010:174), maka sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari peserta didik
kelas XII program studi keahlian Teknik Kendaraan Ringan di SMK
Muhammadiyah 2 Boja Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2012/2013. Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 65 peserta didik yang terbagi dalam dua kelompok,
yaitu:
1) Kelompok eksperimen : kelas XII TKR 2 sebanyak 32 peserta didik
2) Kelompok kontrol : kelas XII TKR 3 sebanyak 33 peserta didik
Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelompok yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan modul, sedangkan kelompok
kontrol dalam penelitian ini adalah kelompok yang dalam pembelajarannya tanpa
Teknik sampling yang dilakukan adalah teknik purposive sample (sampel bertujuan), yaitu sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan
terntentu (Arikunto, 2010:183). Peneliti mengambil kelas XII TKR 2 dan kelas
XII TKR 3 sebagai sampel penelitian dari lima kelas program studi keahlian
Teknik Kendaraan Ringan yang ada, berdasarkan pertimbangan bahwa dua kelas
tersebut memiliki rata-rata hasil belajar yang hampir sama dan diajar oleh
pendidik yang sama.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2010:161). Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel
yaitu variabel X dan variabel Y.
a. Variabel X (Variabel bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terkait. Jadi variabel bebas adalah variabel yang
mepengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang
menggunakan modul pembelajaran.
b. Variabel Y (Variabel terkait)
Variabel terkait merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terkait dalam
34
D. Langkah-langkah Eksperimen
Agar hasil penelitian bisa maksimal dan berjalan dengan lancar maka
perlu dijelaskan langkah-langkah eksperimen, langkah–langkah eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pembuatan modul pembelajaran.
2. Penyusunan soal tes .
3. Validitas soal tes.
4. Pengujian hasil belajar dengan tes (pree test).
5. Proses belajar mengajar menggunakan modul pembelajaran untuk kelas
eksperimen dan proses belajar mengajar tanpa menggunakan modul
pembelajaran untuk kelas eksperimen.
6. Pengujian hasil belajar dengan tes (post test). 7. Membandingkan hasil pretest dan posttest. 8. Menarik kesimpulan hasil belajar.
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk mencapai tujuan penelitian dibutuhkan data yang berhubungan
dengan obyek untuk mencari jawaban dari permasalahan. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode
tes.
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau
notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Metode ini
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai daftar nama-nama peserta
didik yang akan menjadi sampel dan informasi mengenai nilai rata-rata kelas yang
akan menjadi sampel di SMK Muhammadiyah 2 Boja Kabupaten Kendal.
2. Metode Test
Tes adalah instrumen penelitian yang bersifat mengukur kemampuan
individu, dengan cara individu memeberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan baik secara tertulis, secara lisan, atau secara perbuatan (Samsudi,
2009:103). Metode ini mengungkap data dengan melakukan tes dengan
pertanyaan-pertanyaan atau perintah yang harus dilakukan oleh responden.
Tujuannya untuk mengetahui data yang menunjukkan kemampuan atau hasil
belajar responden pada tahap pengetahuan (kognitif) terhadap kompetensi
memelihara/servis sistem AC. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk tes tersebut yaitu
tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban.
Dalam penyusunan perangkat tes, langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut.
a. Materi yang diteskan dibatasi pada aspek-aspek kognitif (pengetahuan)
36
b. Menyusun jumlah soal sebanyak 50 butir soal pilihan ganda dengan lima
pilihan jawaban. Pilihan soal objektif ini dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1) Dapat mewakili isi dan keluasan materi.
2) Dapat dinilai secara objectif oleh siapapun.
3) Kunci jawaban tersedia secara pasti sehingga mudah dikoreksi.
Setelah soal disusun, dilakukan uji coba terlebih dahulu agar pengukuran
dalam penelitian dapat memberikan hasil yang mencerminkan keadaan yang
diukur. Hal tersebut untuk mengetahui: validitas, reliabilitas, dan tingkat
kesukaran. Alasan yang digunakan tes pilihan ganda yaitu mempermudah
[image:50.595.96.533.300.750.2]pemberian nilai dan tes pilihan ganda tidak bersifat subjectif.
Tabel 2. Kisi-kisi soal uji coba
No INDIKATOR & KISI - KISI NOMOR SOAL
1 Sistem AC
a. Devinisi sistem AC
b. Nama-nama komponen sistem AC
c. Fungsi masing-masing komponen sistem AC d. Cara kerja masing-masing komponen sistem AC
1- 2 3- 4- 5- 6
7- 8- 9- 10- 11- 12- 13- 14 15- 16- 17- 18
2 Rangkaian/siklus sistem AC
a. Peralatan tambahan pada rangkaian sistem AC b. Letak komponen utama maupaun perlengkapan
tambahan pada sistem AC c. Siklus pendinginan sistem AC d. Manifold gauge
e. Cara mengisi refrigerant pada sistem AC
19- 20- 21- 22- 23 24- 25- 26
27- 28- 29- 30 31- 32- 33 34- 35- 36 3 Memelihara/servis sistem AC
a. Pemeliharaan komponen utama sistem AC b. Ciri-ciri siklus pendingin yang tidak normal,
penyebab, dan cara pemecahannya c. Trouble shooting pada sisitem AC
37- 38- 39-40 41- 42- 43- 44- 45
46- 47- 48- 49- 50
F. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Boja Kabupaten
Kendal pada peserta didik kelas XII TKR 4 tahun ajaran 2012/2013. Dimana
peserta didik tersebut sudah memperoleh materi kompetensi memelihara/servis
sistem AC sehingga kelas tersebut dijadikan kelompok uji coba soal. Peserta didik diberi soal sebanyak 50 butir soal kemudian hasilnya akan dianalisis sehingga
diperoleh soal-soal yang valid, reliabel, dan taraf kesukaran yang nantinya akan
digunakan untuk penelitian.
1. Validitas alat ukur
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010:211). Suatu instrumen yang valid
atau sahih mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Rumus yang
digunakan untuk mengetahui kevalidan tiap butir soal adalah rumus point biserial correlation.
r
pbis=
Mp−Mt St
p
q
(Arikunto, 2010:326)
Keterangan :
rpbis = Koefisien korelasi point biserial.
Mp = Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari
korelasinya dengan tes.
38
St = Standar deviasi skor total.
p = Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut.
q = 1−p.
Korelasi diatas 0,30 dipandang sebagai butir tes yang baik. Karena korelasi
rata-rata butir dengan butir lainnya berhubungan dengan korelasi butir dengan
skor total, maka yang memeiliki korelasi tinggi dengan total adalah butir-butir
[image:52.595.114.515.311.565.2]yang terbaik (Surapranata, 2009 : 64).
Tabel 3. Hasil Perhitungan Validitas Soal Instrumen
No Kategori Soal Jumlah Soal Nomor Soal
1. Valid 33 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 14,
15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24,
26, 28, 29, 32, 33, 34, 36, 37, 42,
44, 45, 48.
2. Tidak Valid 17 7, 11, 21, 25, 27, 30, 31, 35, 38, 39,
40, 41, 43, 46, 47, 49, 50.
2. Reliabilitas alat ukur
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010:221). Rumus reliabilitas yang
r
11=
k k−1Vt−Ʃpq Vt
(Arikunto, 2010:231)
Keterangan:
r
11=
reliabilitas instrumen.k = banyaknya butir soal.
Vt = varians total.
P = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi subjek
yang mendapat sekor 1).
P = banyaknya subjek yang sekornya 1 N
q =
proporsi subjek yang mendapat skor 0(q=1−p)
Kemudian r11 yang diperoleh di konsultasikan dengan tabel product
moment. Bila koefesien reliabilitas 0,5 dapat dipakai untuk penelitian
(Surapranata, 2009:114)
3. Tingkat kesukaran soal
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal maka perlu menentukan
besarnya p dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P =
BJS
(Arikunto, 2005:208)
Keterangan :
P = Indeks kesukaran.
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul.
40
Dengan kriteria tingkat kesukaran soal sebagai berikut:
[image:54.595.113.513.250.541.2]p : 0,00 – 0,29 = Butir soal sukar. p : 0,30 – 0,70 = Butir soal sedang. p : 0,71 – 1,00 = Butir soal mudah.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal
No Kategori Jumlah Soal Nomor Soal
1. Mudah 9 5, 7, 10, 27, 28, 38, 45, 47, 50.
2. Sedang 34 1, 2, 3, 4, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 29, 31, 32, 33,
35, 37, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 48, 49.
3. Sukar 7 6, 11, 16, 30, 34, 36, 39.
4. Daya pembeda
Daya pembeda soal merupakan kemampuan soal untuk membedakan
antara peserta didik yang mempunyai kemempuan tinggi dengan peserta didik
yang mempunyai kemampuan rendah. Cara menentukan daya pembeda yaitu
dengan menggunakan rumus:
D =
BAJA
−
BBJB
= P
A−
P
B (Arikunto, 2005:213)Keterangan:
J = Jumlah peserta tes.
JB = Banyak pesrta kelompok bawah.
BA = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.
BB = BA
JA = Banyaknya peserta kelopok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar.
PA = BB
JB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
[image:55.595.109.518.147.578.2]PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Tabel 5. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal
No. Kategori Jumlah Soal Nomor Soal
1. Baik 26 2, 3, 4, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 22, 24,
26, 27, 28, 32, 33, 35, 37, 42, 43, 45, 47, 48,
50.
2. Cukup 1, 5, 6, 7, 9, 16, 20, 23, 29, 38, 40, 41, 44.
3. Jelek 11, 18, 21, 25, 30, 31, 34, 36, 39, 46, 49.
G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar saat menggunakan metode ceramah biasa dengan
menggunakan modul. Untuk tujuan tersebut, maka akan dibandingkan rata-rata
42
�
=
fi xifi (Sudjana, 2005:70)
� = Mean/ nilai rata-rata.
fi = Frekuensi kelas.
xi = tanda kelas interval
2. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data terdistribusi
secara normal atau tidak. Untuk mengetahui distribusi data yang diperoleh
dilakukan uji normalitas dengan rumus Chi-kuadra t.
X
2=
(Oi−Ei)2
Ei k
i=1
(Sudjana, 2005: 273)
keterangan:
X² = Chi-kuadrat.
Oi = Frekuensi pengamatan.
Ei = Frekuensi yang diharapkan.
K = banyaknya kelas interval.
Selanjutnya harga X2data yang diperoleh dibandingkan dengan X 2
tabel
dengan (dk) = k - 1 dan taraf signifikan 0,05. distribusi data yang diuji akan
berdistribusi normal jika X2data < X 2
tabel.
3. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak, sehingga
dapat digunakan untuk menentukan rumus uji hipotesis yang akan digunakan.
F =
Varians TerbesarVarians Terkecil
(Sudjana, 2005:250).
Dengan kriteria pengujiannya: jika
1,2
2 1
v v hitung F F
,α = 5%, maka dapat
dikatakan kedua kelompok mempunyai kesamaan varians
4. Uji Hipotesis Uji dua pihak : Uji t
Sesuai dengan hipotesis, maka teknik analisis yang dapat digunakan adalah
uji t dua pihak untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan
kontrol. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
=
� −�1 2 11 + 1
2
(Sudjana, 2005:239)
Keterangan:
X1 = Rerata kelompok eksperimen.
X2 = Rerata kelompok kontrol.
n1 = Jumlah subjek kelompok eksperimen.
n2 = Jumlah subjek kelompok kontrol.
S = Simpangan
2
=
1−1 12+
2−1 22 1+ 2−2
Pernyataan uji analisis uji t-test (Sudjana, 2005:239) adalah hipotesis
44
5. Uji gain
Menurut Scott (2002:55) menyatakan bahwa untuk melihat besarnya
peningkatan hasil belajar peserta didik digunakan uji gain dengan persamaan
sebagai berikut:
<g> = − � 100%− �
Keterangan:
<g> = faktor gain
<Spre> = skor rata-rata tes awal (%)
<Spost> = skor rata-rata tes akhir (%)
Kriteria faktor gain <g>:
g > 0,7 = tinggi
0,3 < g < 0,7 = sedang
g < 0,3 = rendah
6. Uji signifikansi
Untuk mengetahui sinifikan atau tidaknya peningkatan hasil belajar rumus
yang digunakan adalah:
=
� 1−� 21 2
1+ 2 2
2−2 1
1 2
2
(Sugiyono, 2009:197)
Keterangan:
1
x : nilai rata-rata pre-test kelas eksperimen
2
s1 : simpangan baku pre-test kelas eksperimen
s2 : simpangan baku post-test kelas kontrol
2 1
s : variansi data pre-test kelas eksperimen
2 2
s : variansi data post-test kelas kontrol
Kriteria yang digunakan adalah terdapat peningkatan yang signifikan
apabila harga thitung tidak memenuhi -ttabel < thitung < ttabel dengan derajat
kebebasan untuk tabel distribusi t adalah (n1+ n2 - 2) dengan taraf signifikansi ()
= 5 %.
7. Perhitungan Persentase
Untuk mengetahui persentase jumlah peserta didik yang memenuhi KKM
dari masing-masing kelas dihitung dengan cara sebagai berikut:
% =
� 1−� 2 � 1100%
Keterangan:
� 1 = jumlah peserta didik keseluruhan
46 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi data
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui
penggunaan modul pembelajaran terhadap hasil