• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI MEMELIHARA/SERVIS SISTEM AC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI MEMELIHARA/SERVIS SISTEM AC"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI

MEMELIHARA/SERVIS SISTEM AC

Skripsi

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nama : Samsudduha NIM : 5201408069

Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin Jurusan : Teknik Mesin

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

(2)

ii

PENGESAHAN Sekripsi ini diajukan oleh:

Nama : Samsudduha NIM : 5201408069

Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin, S1

Judul : PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI MEMELIHARA/SERVIS SISTEM AC

Telah dipertahankan didepan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

Panitia Ujian

Ketua : Dr. Muhammad Khumaidi, M.Pd. (...) NIP.196209131991021001

Sekretaris : Wahyudi, S.Pd, M.Eng (...) NIP.198003192005011001

Pembimbing I : Drs. Masugino, M.Pd. (...) NIP.195207211980121001

Pembimbing II : Drs. Supraptono, M.Pd (...) NIP.195508091982031002

Penguji Utama : Hadromi, S.Pd., M.T. (...) NIP.196908071994031004

Penguji Pendamping I : Drs. Masugino, M.Pd. (...) NIP.195207211980121001

Penguji Pendamping II: Drs. Supraptono, M.Pd (...) NIP.195508091982031002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Drs. Muhammad Herlanu, M.Pd NIP.19660215199102001

(3)

iii

Permasalahan yang diungkap dalam skripsi ini adalah apakah penggunaan modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kompetensi memelihara/servis sistem AC dan apakah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang menggunakan modul pembelajaran dengan peserta didik yang tidak menggunakan modul pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang menggunakan modul pembelajaran dengan peserta didik yang tidak menggunakan modul pembelajaran. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen jenis control group pre test-post test. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XII TKR SMK Muhammadiyah 2 Boja. Sampel yang diambil dalam penelitian hanya dua kelas yaitu kelas XII TKR2 sejumlah 32 peserta didik sebagai kelas eksperimen dan peserta didik kelas XII TKR 3 sejumlah 33 peserta didik sebagai kelas kontrol.

Hasil analisis data mendapatkan bahwa penggunaan modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar dibandingkan tanpa menggunakan modul pembelajaran, dan terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang menggunakan modul pembelajaran dengan peserta didik yang yang tidak menggunakan modul pembelajaran. jumlah peserta didik pada kelas eksperimen yang mendapatkan nilai diatas KKM sebesar 65 %. Sedangkan jumlah peserta didik pada kelas kontrol yang mendapatkan nilai diatas KKM hanya 30,3 %. Sehingga dapat dikatakan kelas eksperimen lebih unggul 35,32% dibandingkan kelas kontrol.

Saran : Sebaiknya penelitian tidak hanya dilakukan pada kompetensi tertentu saja, kompetensi yang lain juga juga perlu dilakukan penelitian

agar peserta didik termotivasi dan aktif dalam melakukan proses pembelajaran.

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

1. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S Al-Baqoroh:155)

2. Orang kuat bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi yang disebut orang kuat adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya pada saat marah. (HR. Bukhari dan Muslim)

PERSEMBAHAN:

1. Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih atas cucuran keringat, air mata, darah dan do’a untuk ku.

2. Mas Wawan, terimakasih telah memberikan teladan yang baik, tapi maaf aku tidak setangguh dirimu.

3. A. Yusro, Ari P. dan A. Saefudin yang telah memberikan bantuan ketika mengalami situasi sulit.

(5)

v

rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta kepada para sahabatnya.

Penulis sangat bersyukur karena dengan rahmat dan hidayah-Nya serta partisipasi dari berbagai pihak yang telah banyak membantu baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penggunaan Modul Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi Memelihara/servis Sistem AC”. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo, M. Si., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Muhammad Harlanu, M. Pd., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dalam memperlancar penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. M. Khumaedi, M. Pd., Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Tenik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Masugino, M. Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs, Supraptono, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Hadromi, S.Pd.,M.T., Dosen Penguji yang telah memberikan waktu dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala SMK Muhammadiyah 2 Boja yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

(6)

vi

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala berlipat ganda atas bantuan dan kebaikkannya. Amin.

Semarang,

(7)

vii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5 C. Batasan Masalah ... 5 D. Tujuan Penelitian ... 6 E. Manfaat Penelitian ... 6 1. Manfaat Teoritis ... 6 2. Manfaat Praktis ... 7 F. Penegasan Istilah ... 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 9

A. Tinjauan Belajar ... 9

(8)

viii

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 10

3. Hasil Belajar ... 11

B. Modul Pembelajaran ... 12

1. Pengertian Modul ... 12

2. Fungsi Modul ... 13

3. Karakteristik Modul ... 13

4. Pembelajaran Modul dan Tujuannya ... 14

5. Ciri-ciri Pembelajaran Modul... 15

6. Keuntungan Sistem Belajar Modul ... 16

7. Struktur Modul ... 16

C. Memelihara/servis Sistem AC ... 17

D. Kerangka Berfikir ... 27

E. Hipotesis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Rancangan Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 32

1. Populasi ... 32

2. Sampel ... 32

C. Variabel Penelitian ... 33

D. Langkah-Langkah Eksperimen ... 34

E. Metode Pengumpulan Data ... 34

1. Metode Dokumentasi ... 35

(9)

ix

3. Tingkat Kesukaran Soal ... 39

4. Daya Pembeda ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 41

1. Analisis Deskriptif ... 41

2. Uji Normalitas ... 42

3. Uji Homogenitas ... 42

4. Uji Hipotesis ... 43

5. Uji GainScore ... 44

6. Uji Signifikansi ... 44

7. Perhitungan Persentase ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

1. Deskripsi Data ... 46

2. Uji Persyaratan ... 48

a. Hasil Uji Normalitas Data ... 48

b. Hasil Uji Homogenitas Data ... 49

c. Hasil Uji Perbedaan ... 50

d. Hasil Uji Gain Score ... 51

e. Hasil Uji Signifikansi ... 51

(10)

x B. Pembahasan ... 53 BAB V PENUTUP ... 56 A. Simpulan ... 56 B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 60

(11)

xi

Tabel 2. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 37

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Soal Instrumen ... 39

Tabel 4. Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal ... 41

Tabel 5. Hasil Uji Daya Pembeda Soal ... 42

Tabel 6. Hasil Uji Pretest ... 47

Tabel 7. Hasil Uji Posttest ... 48

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Pretest ... 48

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Posttest ... 58

Tabel 10. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Pretest ... 49

Tabel 11. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Postest ... 50

Tabel 12. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pretest... 51

Tabel 13. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Posttest ... 50

Tabel 14. Hasil Uji Gain Score ... 51

Tabel 15. Hasil Uji Signifikansi ... 51

Tabel 16. Persentase KKM Kelompok Eksperimen ... 52

Tabel 17. Persentase KKM Kelompok Kontrol ... 52

(12)

xii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kompresor ... 17 Gambar 2. Kondensor ... 18 Gambar 3. Dryer/Receifer ... 19

Gambar 4. Ekspansion Valve ... 19

Gambar 5. Evaporator ... 20

Gambar 6. Blower ... 20

Gambar 7. Magnetic Clutch ... 21

Gambar 8. Siklus Pendinginan Sistem AC ... 23

Gambar 9. Manifold Gauge ... 24

Gambar 10. Tabung Refrigerant ... 25

Gambar 11. Kerangka Berfikir ... 28

(13)

xiii

Lampiran 2. Soal Tes Uji Coba ... 62

Lampiran 3. Lembar Jawab ... 76

Lampiran 4. Kunci Jawaban ... 77

Lampiran 5. Analisis Soal Uji Coba ... 78

Lampiran 6. Analisis Butir Soal ... 84

Lampiran 7. Perhitungan Reliabilitas Instrumen ... 85

Lampiran 8. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 86

Lampiran 9. Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 87

Lampiran 10. Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 88

Lampiran 11. Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 89

Lampiran 12. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 90

Lampiran 13. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ... 91

Lampiran 14. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 92

Lampiran 15. Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ... 93

Lampiran 16. Uji Homogenitas Pretest ... 94

Lampiran 17. Uji Homogenitas Posttest ... 95

Lampiran 18. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pretest ... 96

Lampiran 19. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Posttest ... 97

Lampiran 20. Perhitungan Gain Score ... 98

(14)

xiv

Lampiran 22. Modul Pembelajaran ... 100

Lampiran 23. Silabus ... 141

Lampiran 24. RPP Kelas Eksperimen ... 142

Lampiran 25. RPP Kelas Kontrol ... 144

Lampiran 26. Validasi Modul... 146

Lampiran 27. Surat Keterangan Pembimbing ... 149

Lampiran 28. Surat Ijin Penelitian ... 150

Lampiran 29. Surat Selesai Penelitian ... 151

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu bagi kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang kualitas pendidikannya sangat rendah bisa dipastikan kemajuan bangsa tersebut akan berjalan lambat begitu pula sebaliknya, apabila kualitas pendidikan suatu bangsa itu baik maka kemajuan bangsa akan berjalan cepat. Dalam hal ini sekolah sebagai sarana pendidikan memegang peranan penting dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekolah harus memberikan pembelajaran yang baik dan berkualitas kepada peserta didiknya. Apa yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua peserta didik. Upaya peningkatan kualitas pendidikan dilaksanakan antara lain dengan mengusahakan peningkatan kualitas proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar meliputi seluruh aktivitas yang pada intinya menyangkut pemberian materi pelajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan dan pengetahuan yang bermanfaat. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan modul pembelajaran. modul pembelajaran dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dikarenakan memiliki banyak kegunaan.

Menurut Andriani dalam Prastowo (2012:109) kegunaan modul dalam proses pembelajaran antara lain sebagai penyedia informasi dasar, sebagai bahan instruksi atau petunjuk bagi peserta didik, serta sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif. Di samping itu, kegunaan lainnya adalah

(16)

2

menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik serta menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta didik dalam melakukan penilaian sendiri (self assessment).

Proses belajar mengajar di SMK Muhammadiyah 2 Boja Kabupaten Kendal pada kompetensi memelihara/servis sistem AC selama ini belum menggunakan modul pembelajaran. kegiatan belajar mengajarnya masih menggunakan pembelajaran ceramah biasa dengan memanfaatkan alat bantu papan tulis. Menurut Bahri dalam Rois (2010:2) Pembelajaran ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Menurut Harsono dkk. (2009:71) Metode yang sering digunakan pendidik dalam mengajar yakni metode mengajar ceramah, metode ini tergolong metode konvensional karena persiapannya paling sederhana dan mudah, fleksibel tanpa memerlukan persiapan khusus.

Pembelajaran ceramah konvensional tanpa adanya modul yang ada di SMK Muhammadiyah 2 Boja Kabupaten Kendal memiliki beberapa kelemahan, diantaranya peserta didik cenderung menjadi pasif, peserta didik hanya mengandalkan materi yang diberikan dari pendidik saja dan tidak mau mencari materi pelajaran dari sumber lain. Pembelajaran ceramah biasa membuat peserta didik terpaksa mencatat secara terus menerus materi pelajaran yang disampaikan oleh pendidik. Efek negatif dari mencatat yang terlalu berlebihan yaitu peserta didik akan mengalami kelelahan. Pada akhirnya peserta didik malas untuk mencatat materi yang disamapaikan, sehingga kegiatan belajar peserta didik akan terganggu. Selain itu bisa membuat peserta didik menjadi bosan dan menemui titik jenuh karena pembelajaran berjalan monoton.

(17)

Menurut Anam (2009:7) Pembelajaran konvensional (biasa) yang menekankan pada cara belajar duduk, dengar, catat, dan hafal sangat membelenggu kreativitas peserta didik, mereka hanya belajar dengan menerima saja (reception learning) apa yang disampaikan oleh guru, tanpa tahu mengapa seperti itu. Akibat pembelajaran biasa ini adalah apa yang dipelajari kurang berarti, kurang berbekas dalam ingatan (memori) peserta didik.

Ketika proses pembelajaran kompetensi memelihara/servis sistem AC berlangsung yang memegang buku pegangan hanya pendidik saja sedangkan peserta didik tidak menggunakan buku pegangan sama sekali. Ketiadaan buku pegangan pada peserta didik menyebabkan peserta didik tidak mempunyai persiapan sama sekali tentang materi sistem AC yang akan diajarkan, sehingga pesrta didik mengalami kebingungan ketika pendidik menyampaikan materi sistem AC. Buku pegangan yang digunakan oleh pendidik adalah New Step 2, padahal bahasa yang digunakan pada buku new step 2 cukup sulit dipahami apabila disampaikan kepada peserta didik, selain itu buku new step 2 juga tidak diperuntuhkan untuk peserta didik melainkan untuk peserta kursus. Kelemahan lain buku new step 2 adalah gambar-gambar yang disajikan tidak begitu menarik karena gambar disajikan tidak berwarna, dalam buku New Step 2 juga tidak dilengkapi latihan-latihan soal untuk peserta didik sehingga berakibat kurang interaktif apabila dibaca oleh peserta didik. Hal-hal seperti ini lah yang menyulitkan peserta didik untuk memahami materi kompetensi memelihara/servis sistem AC dan berdampak pada hasil belajar peserta didik yang kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik yang selama ini masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sedangkan KKM yang seharusnya dicapai adalah 70,00 pada kompetensi memelihara/servis sistem AC. Hasil belajar peserta didik sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian baik

(18)

4

dari pendidik atau pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan, sebab hasil belajar memberikan gambaran sejauh mana keberhasilan dari proses pendidikan yang telah berlangsung.

Untuk mengatasi permasalahan ini maka diperlukan adanya modul pembelajaran yang diberikan untuk semua peserta didik agar kegiatan belajar peserata didik dapat berjalan dengan baik dan materi bisa terserap secara maksimal. Dengan adanya modul pembelajaran peserta didik akan dilatih untuk belajar secara mandiri tanpa harus menunggu materi yang diberikan oleh pendidik. Didalam modul juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang komunikatif dengan tujuan agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang ada di modul. Tujuan utama penggunaan modul dalam proses belajar mengajar adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal. Penulis meyakini bahwa penggunaan modul pembelajaran sangatlah penting untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar dalam suatu lembaga pendidikan. Penggunaan Modul diharapkan mampu memudahkan peserta didik untuk belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan secara ringkas Penulis memeilih judul “Penggunaan Modul Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi Memelihara/Servis Sistem AC”.

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dari masalah yang telah dijelaskan, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kompetensi memelihara/servis sistem AC?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang menggunakan modul pembelajaran dengan peserta didik yang tidak menggunakan modul pembelajaran?

C. Batasan Masalah

Permasalahan mengenai penggunaan modul pembelajaran kompetensi memelihara/servis sistem AC di SMK sangat kompleks, sehingga diperlukan adanya suatu batasan masalah yang jelas dalam penelitian ini. Adapun permasalahan yang perlu dibatasi adalah:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada peserta didik yang sudah mendapatkan materi kompetensi memelihara/servis sistem AC yaitu, kelas XII Teknik Kendaraan Ringan di SMK Muhammadiyah 2 Boja Kabupaten Kendal Tahun ajaran 2012/2013.

2. Materi yang akan dibahas dan diteskan dibatasi pada aspek-aspek kognitif (pengetahuan) kompetensi memelihara/servis sistem AC yang meliputi antara lain pengertian sistem AC, komponen-komponen sistem AC, cara kerja sistem AC dan cara pemeliharaan sistem AC.

(20)

6

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah penggunaan modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kompetensi memelihara/servis sistem AC?

2. untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang menggunakan modul pembelajaran dengan peserta didik yang tidak menggunakan modul pembelajaran?

E. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah:

a. Manfaat Teoritis

1. Memberikan sumbangsih kepada dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan referensi untuk studi lebih lanjut.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti, mendapatkan pengetahuan tentang perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan modul pembelajaran dan yang tidak menggunakannya pada kompetensi memelihara/servis sistem AC.

(21)

2. Bagi pembaca, memberikan manfaat pengetahuan, manakah pembelajaran yang lebih baik antara pembelajran yang menggunakan modul pembelajaran dengan pembelajaran yang tidak menggunakan modul pembelajaran.

3. Bagi peserta didik, membantu peserta didik dalam memahami materi kompetensi memelihara/servis sistem AC.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dalam pemakaian istilah–istilah yang berkaitan dengan judul skripsi ini, maka perlu adanya penegasan istilah–istilah yang digunakan. Adapun istilah–istilah yang perlu ditegaskan sebagai berikut: 1. Modul

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik (Prastowo, 2012 :104).

2. Kompetensi Memelihara/Servis Sistem AC

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Mulyasa, 2004:37). Kompetensi memelihara/servis sistem AC adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan siskap tentang memelihara/servis sistem AC.

(22)

8

3. Hasil belajar

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik yang ditunjukkan dengan nilai tes kognitif pada akhir pembelajaran, setelah peserta didik memperoleh perlakuan.

(23)

9

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar dapat berlangsung dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, akan tetapi belajar disekolah sifatnya lebih formal, semua komponen dalam proses belajar direncanakan secara sistematis. Menurut Syah (2007:63) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Sedangkan menurut Rifa’i (2009:82) belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Adapun menurut Baharruddin (2010:11) belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap.

Proses belajar pada dasarnya adalah proses komunikasi yang diwujudkan melalui kegiatan penyampaian informasi kepada peserta didik. Informasi yang disampikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran, peserta didik berkedudukan sebagai subyek belajar, sedangkan pendidik berkedudukan sebagai pengendali. Proses komunikasi dalam suatu pembelajaran dapat terjadi antara pendidik dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, dan juga dapat terjadi antara peserta didik dengan sumber belajar lainnya.

(24)

10

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

(1) Faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik.

(2) Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan disekitar peserta didik.

(3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi setrategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran (Syah, 2007:144)

Faktor internal mencakup kondisi fisik, kondisi psikis, emosional, dan kondisi sosial. Oleh karena itu kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki oleh peserta didik akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar. Peserta didik yang mengalami kelemahan dibidang fisik, misalnya dalam membedakan warna akan mengalami kesulitan didalam belajar yang berkaitan dengan membedakan warna contohnya pada pelajaran kelistrikan otomotif karena dalam pelajaran tersebut harus bisa membedakan warna-warna kabel pada rangkaian listrik. Peserta didik yang bermotivasi rendah, misalnya, akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar dan dalam proses belajar. Peserta didik yang sedang mengalami ketegangan emosional, misalnya takut dengan pendidik, akan mengalami kesulitan dalam mempersiapkan diri untuk memulai belajar baru karena selalau teringat oleh perilaku pendidik yang ditakuti. Faktor-faktor internal ini dapat terbentuk akibat dari pertumbuhan, dan pengalaman belajar sebelumnya.

Faktor-faktor eksternal juga sangat mempengaruhi belajar peserta didik dalam belajar. Vaktor eksternal mencakup faktor lingkungan sosial dan faktor

(25)

lingkunan nonsosial. Lingkungan sosial peserta didik yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga peserta didik itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanaya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh peserta didik. Lingkungan nonsosial peserta didik meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan peserta didik. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik.

Faktor pendekatan belajar ikut andil terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Faktor pendekatan belajar menyangkut setrategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk mempelajari dan memahami materi-materi yang telah diberikan oleh pendidik.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i, 2009:85). Hasil belajar sangat tergantung pada situasi dan kondisi belajar. Apabila hasil belajar pesrta didik ingin menjadi baik, maka pendidik perlu membuat situasi dan kondisi yang memungkinkan peserta didik tersebut dapat meraih hasil belajar yang lebih baik. Pendidik harus menggunakan strategi dan metode mengajar yang sesuai untuk peserta didik dan dapat menciptakan situasi belajar menjadi menyenangkan.

(26)

12

Menurut Carroll dalam Wijaya (1992:100) hasil belajar itu sangat bergantung kepada lima faktor, yaitu:

1. Faktor bakat yaitu faktor yang sangat bertalian dengan minat dan perhatian peserta didik dalam belajar.

2. Kualitas pengajaran.

3. Kemampuan memahami pengajaran.

4. Tekun membaca, mendengar, memecahkan masalah, mengerjakan tugas, dan segala pekerjaan lainnya.

5. Penggunaan waktu belajar secara efektif dan efesien.

B. Modul

1. Pengertian Modul

Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta didik mencapai sebuah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas (Nasution, 2009:205). Adapun menurut Walter Dick dan Lou Carry dalam Wena (2009:231) modul diartikan sebagai unit pembelajaran berbentuk cetak. Sedangkan menurut Mulyasa (2009:231) modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.

Pengertian modul yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa modul adalah bahan instruksional mandiri. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul diatur sehingga seolah-olah merupakan bahasa pendidik yang sedang memberikan pengajaran kepada peserta didik. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

(27)

untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

2. Fungsi Modul

Sebagai salah satu bahan ajar, modul memiliki banyak fungsi. Fungsi dari modul berguna baik bagi pendidik maupun peserta didik. Dengan adanya modul akan memepermudah peserta didik untuk belajar dan mempermudah pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran. Diharapkan fungsi dari modul bisa memeperkecil kendala ketika proses belajar mengajar berlangsung.

Prastowo dalam bukunya “Panduan Praktis Membuat Bahan Ajar Inovatif” (2012:107) modul memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Bahan ajar mandiri. Maksudnya, penggunaan modul dalam proses pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.

b. Pengganti fungsi pendidik. Maksudnya modul sebagai bahan ajar yang harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka.

c. Sebagai alat evaluasi. Maksudnya, dengan modul, peserta didik dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.

d. Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Maksudnya, karena modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka modul juga memiliki fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.

3. Karakteristik Modul

Menurut Mulyasa (2009:232) pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Setiap modul harus memberikan informasi dan memberikan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang peserta didik.

b. Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik.

c. Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefesian mungkin.

d. Materi pelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat mengetahui kapan dia memulai dan kapan mengakhiri suatu modul, dan

(28)

14

tidak menimbulkan pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan, atau dipelajarai.

e. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar perserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.

Karakteristik modul yang dikemukakan di atas, kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa belajar bermodul adalah sebuah sistem belajar mandiri/individual, dimana terdapat kejelasan tujuan, mengandung usaha memotivasi peserta didik untuk belajar, fleksibel dan terdapat tes dari tiap-tiap modul atau tiap-tiap sub kompetensi dimana hasil ujian berfungsi sebagai feedback.

4. Pembelajaran Modul dan Tujuannya

Pembelajaran modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Pembelajaran modul lebih menitik beratkan pada peran otonomi belajar peserta didik. dimana peserta didik mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri, menentukan tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajarnya, dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.

Menurut Nasustion (2009:205) Tujuan sistem pembelajaran modul antara lain:

1. Membuka kesempatan bagi peserta didik untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Dianggap bahwa peserta didik tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama dan tidak sedia mempelajari sesuatu pada waktu yang sama.

2. Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk belajar menurut cara masing-masing, oleh sebab mereka menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk

(29)

memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing.

3. Memberi pilihan dari sejumlah besar topik dalam rangka suatu mata pelajaran, mata kuliah, bidang studi atau disiplin bila kita anggap bahwa pelajar tidak mempunyai pola minat yang sama atau motivasi yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.

4. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui modul remidial, ulangan-ulangan atau variasi dalam cara belajar.

5. Ciri-Ciri Pembelajaran Modul

Pembelajaran modul memepunyai ciri tersendiri dibandingkan pembelajaran konvensional atau ceramah biasa, dimana peserta didik pada pembelajaran modul akan dilatih untuk belajar mandiri agar peserta didik tidak tergantung pada pendidik saja. Sementara pada pembelajaran konvensional, peserta didik sangat tergantung pada peranan seorang pendidik, apabila pendidik tidak hadir pada proses belajar maka peserta didik tidak bisa mendapatkan materi pelajaran sama sekali karena peserta didik tidak memiliki sumber belajar yang lain.

Menurut Wijaya (1992:97) ciri-ciri pembelajaran modul adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik dapat belajar secara individual 2. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara khusus.

3. Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik segera dapat diketahuai.

4. Membuka kesempatan kepada peserta didik untuk maju berkelanjutan menurut kemampuannya masing-masing.

5. Modul merupakan paket pelajaran yang bersifat self education. Dengan belajar seperti ini, modul membuka kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara optimal.

6. Modul memiliki daya informasi pengetahuan yang cukup kuat.

7. Modul banyak memeberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berbuat aktif.

8. Modul memiliki kekuatan ulang yang cukup tinggi. Peserta didik mempelajari modul tidak hanya dengan sekali membaca teks dalam lembaran (lembaran tugas, dan lembaran evaluasi)

(30)

16

6. Struktur Modul

Menurut pandangan Vembriarto dalam Prastowo (2012:114) unsur-unsur modul yang sedang dikembangkan di Indonesia meliputi tujuh unsur sebagai berikut:

1. Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik.

Tujuan pengajaran ini dirumuskan dalam bentuk tingkah laku peserta didik. Tiap-tiap rumusan tujuan melukiskan tingkah laku yang diharapkan dari peserta didik setelah menyelesaikan tugas mereka dalam mempelajari modul. 2. Petunjuk untuk pendidik.

Petunjuk untuk pendidik ini berisi keterangan tentang bagaimana pengajaran itu dapat diselenggarakan secara efesien.

3. Lembaran kegiatan peserta didik.

Lembaran ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Materi dalam lembaran kegiatan peserta didik tersebut disusun secara khusus sedemikian rupa, sehingga dengan mempelajari materi tersebut, tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dalam modul dapat tercapai.

4. Lembaran kerja bagi peserta didik.

Materi pelajaran dalam lembar kegiatan disusun sedemikian rupa, sehingga peserta didik dapat secara aktif mengikuti proses belajar. Dalam lembar kegiatan tersebut, kita dapat mencantumkan pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang harus dijawab serta dipecahkan oleh peserta didik. 5. Kunci lembaran kerja.

Materi pada modul tidak saja disusun agar peserta didik senantiasa aktif memecahkan masalah-masalah, melainkan juga dibuat agar peserta didik dapat mengevaluasi hasil belajar mereka sendiri.

6. Lembaran evaluasi.

Perlu kita ketahui bahwa lembaran evaluasi yang berupa tes dan rating scale, evaluasi pendidik terhadap tercapai atau tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul oleh peserta didik, ditentukan oleh hasil tes akhir yang terdapat pada lembaran evaluasi tersebut, dan bukannya oleh jawaban-jawaban peserta didik yang terdapat pada lembar kerja.

7. Kunci lembaran evaluasi.

Dalam hal ini, tes dan rating scale yang tercantum pada lembaran evaluasi disusun oleh penulis modul yang bersangkutan.

Keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan modul harus sesuai dengan aturan yang ada. Kita tidak bisa menyusun modul tanpa mengikuti petunjuk-petunjuk yang sudah ditetapkan. Modul akan digunakan oleh peserta didik atau pendidik sebagai buku pegangan dalam proses pembelajaran disekolah, apabila kita menyusunnya secara asal-asalan maka akan berdampak buruk untuk

(31)

proses pembelajaran di sekolah karena modul akan sulit dipahami apabila dibaca. Modul yang disusun harus mencakup semua unsur-unsur yang telah ditetapkan, karena unsur yang satu akan berhubungan dengan unsur yang lain.

Menurut Nasution (2009:217) dalam garis besarnya penyusunan modul dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas dan spesifik.

2. Urutan tujuan-tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul itu.

3. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul bagi peserta didik.

4. Kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing peserta didik agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan.

5. Menyusun posttest untuk mengukur hasil belajar peserta didik. C. Memelihara/servis Sistem AC

1. Nama dan fungsi komponen sistem AC

AC atau Air Conditioners, adalah suatu rangkaian peralatan atau komponen yang berfungsi untuk mendinginkan udara didalam kabin agar penumpang dapat merasa segar dan nyaman (Triyono, 2010:5). Rangkaian peralatan atau komponen sisitem AC adalah sebagai berikut:

a. Kompresor

kompresor berfungsi untuk memompakan refrigerant yang berbentuk gas agar tekanannya meningkat sehingga mengakibatkan temperaturnya meningkat (Triyono, 2010:6).

(32)

18

Karena adanya peningkatan suhu dan tekanan pada refrigerant maka refrigerant akan mengalir dalam sistem AC. Kompresor menjadi suatu komponen yang sangat vital dalam sisitem AC karena fungsinya yang paling dominan, tanpa adanya kompresor refrigerant tidak akan bersirkulasi.

b. Kondensor

Fungsi kondensor adalah untuk menyerap panas pada refrigerant yang telah dikompresikan oleh kompresor dan mengubah refrigerant yang berbentuk gas menjadi cair (Triyono, 2010:7). Panas yang ada di kondensor akan dialirkan menuju udara sekitar melalui sirip-sirp kondensor. Dalam proses pelepasan panas kondensor akan ditiup kipas kondensor yang berfungsi untuk mempercepat proses pendinginan.

Gambar 2. Kondensor

c. Dryer/receiver

Dryer/receiver berfungsi menampung refrigerant cair untuk sementara, yang untuk selanjutnya mengalirkannya ke evaporator melalui expansion valve (Triyono, 2010:7). Selain menampung refrigerant, Dryer/receifer juga berfungsi

(33)

sebagai filter untuk menyaring uap air dan kotoran yang masuk dalam siklus sistem AC.

Gambar 3. Dryer/receiver

d. Exspansion valve

Expansion valve berfungsi mengabutkan refrigerant kedalam evaporator agar refrigerant cair dapat segera berubah menjadi gas (Triyono, 2010:7). Apabila refrigerant tidak dikabutkan oleh expansion valve sebelum masuk evaporator maka evaporator akan mengalami kesulitan untuk mendinginkan udara yang ada disekitarnya.

Gambar 4. Expansion Valve

e. Evaporator

Dilihat dari bentuk dan konstruksinya, evaporator dan kondensor memiliki kesamaan. Namun dari segi fungsinya, terdapat perbedaan yang mendasar. Pada kondensor, terjadi perubahan wujud refrigerant dari gas menjadi cair, namun sebaliknya, pada evaporator, terjadi perubahan wujud refrigerant dari zat cair

(34)

20

menjadi gas. Menurut Triyono dalam bukunya “Pedoman Praktis Merawat AC Mobil” (2010:7) evaporator adalah komponen yang berfungsi untuk menyerap panas dari udara melalui sirip-sirip pendingin evaporator sehingga udara tersebut menjadi dingin.

Gambar 5. Evaporator

f. Blower

Blower berfungsi untuk meniup atau menghembuskan udara melewati sirip-sirip evaporator sehingga udara dingin yang ada dissekitar evaporator mengalir searah aliran tiupan blower menuju ke ruangan mobil. Konsumsi tenaga yang digunakan adalah 100 – 250 W dengan tiga kecepatan, yaitu kecepatan rendah, sedang dan kecepatan tinggi.

(35)

2. Cara kerja komponen AC

a. Kompresor

Kompresor dibagi menjadi dua bagian yaitu: kompresor dan magnetic clutch.

1. Kompresor

Kompresor digerakkan oleh tali kipas dari puli mesin. Putaran kompresor akan menggerakkan piston dan gerakan piston ini akan menimbulkan tekanan bagi refrigerant yang berbentuk gas sehingga tekanannya meningkat yang dengan sendirinya juga akan meningkatkan temperaturnya.

2. Magnetic clutch

Menurut Triyono (2010:15) Magnetic clutch adalah alat yang digunakan untuk melepas dan menghubungkan kompressor dengan putaran mesin. Peralatan inti pada magnetic clutch terdiri atas tiga macam yaitu stator, rotor dan pressure plate.

Gambar 7. Magnetic Clutch

Cara kerja dari magnetic clutch adalah Puli kompressor selalu berputar oleh perputaran mesin melalui tali kipas pada saat mesin hidup. Dalam posisi switch AC off, kompressor tidak akan berputar, dan kompresor hanya akan

(36)

22

berputar apabila switch AC dalam posisi hidup hal ini disebabkan oleh arus listrik yang mengalir ke stator coil akan mengubah stator coil menjadi magnet listrik yang akan menarik pressure plate dan bidang singgungnya akan bergesekan dan saling melekat dalam satu unit memutar kompresor.

b. Kondensor

Fungsi utama dari kondensor adalah mendinginkan gas refrigerant sehingga terkondnsasi. Mekanisme kondensor agar hal tersebut terjadi yaitu dengan membuat kondensor dalam bentuk yang berliku-liku. Akibatnya, luas permukaan kondensor semakin luas dan mengakibatkan terjadinya pelepasan panas oleh refrigerant (Triyono, 2010:17). Proses pelepasan panas yang terjadi pada kondensor dipercepat dengan laju gerak mobil itu sendiri dan dibantu dengan isapan fan atau kipas. Semakin baik pelepasan panas yang dilakukan oleh kondensor semakin baik pula pendinginan yang dilakukan oleh evaporator.

c. Receifer/Dryer

Refrigerant dari kondensor masuk ke tabung receifer melalui lubang masuk, kemudian melalui dryer, desiccant dan filter refrigerant cair naik dan keluar melalui lubang keluar menuju ke expansion valve.

Dryer, desiccant maupun filter berfungsi untuk mencegah kotoran yang dapat menimbulkan karat maupun pembekuan refrigerant terutama pada expansion valve yang mana akan mengganggu siklus dari refrigerant. Bagian atas dari receifer/dryer disediakan gelas kaca atau sight glass yang berfungsi untuk melihat sirkulasi refrigerant.

(37)

d. Expansion valve

Oleh karena fungsi dari expansion valve ini untuk mengabutkan refrigerant kedalam evaporator, maka lubang keluar pada alat ini berbentuk lubang kecil konstan atau dapat diatur melalui katup yang pengaturannya menggunakan perubahan temperatur yang dideteksi oleh sebuah sensor panas.

e. Evaporator

Perubahan zat cair dari refrigerant menjadi gas yang terjadi pada evaporator akan berakibat terjadinya penyerapan panas pada daerah sekelilingnya, udara yang melewati kisi-kisi evaporator panasnya akan terserap sehingga dengan hembusan blower udara yang keluar keruang kabin mobil akan menjadi dingin. 3. Siklus pendinginan sistem AC

(38)

24

Siklus pendinginan yang terjadi pada sistem AC dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kompresor berputar menekan gas refrigerant agar tekanan dan suhunya naik. b. Gas refrigerant yang bertekanan dan bertemperatur tinggi masuk kedalam

kondenser. Di dalam kondensor, panas refrigerant dilepaskan dan terjadilah pengembunan sehingga refrigerant berubah menjadi zat cair.

c. Cairan refrigerant ditampung oleh receifer untuk disaring sampai evaporator membutuhkan refrigerant.

d. Expansion valve memancarkan refrigerant cair sehingga berbentuk kabut yang bertemperatur dan bertekanan rendah.

e. Gas refrigerant yang dingin dan berembun mengalir kedalam evaporator untuk mendinginkan udara yang mengalir melalui sela-sela sirip evaporator, sehingga udara disekitar evaporator tersebut menjadi dingin.

f. Gas refrigerant kembali kekompresor (Triyono, 2010:8).

4. Manifold gauge

Manifold gauge adalah alat yang berfungsi untuk mengosongkan atau mengisi refrigerant. Selain untuk mengosongkan dan mengisi refrigerant pada sisitem AC, manifold gauge juga digunakan untuk mendeteksi kerusakan-kerusakan yang terjadi pada sisitem AC. Pemeriksaan refrigerant pada sisitem AC untuk melihat kondisi dan jumlah refrigerant manifol gauge juga masih digunakan.

(39)

5. Refrigerant

Refrigerant adalah media yang berbentuk senyawa, yang digunakan dalam siklus panas yang mengalami perubahan fasa dari gas ke cair atau sebaliknya (Triyono, 2010:28). Jenis refrigerant cukup banyak, salah satu yang pernah digunakan sebagai fluida kerja pada sistem AC mobil adalah R12. Akan tetapi karena R12 mengandung HFC yang besar andilnya dalam dampak penipisan lapisan ozon, maka saat ini diwajibkan untuk menggunakan refrigerant yang lebih ramah lingkungan, yaitu R134a sebagai pengganti R12. Refrigerant R134a bersifat lebih ramah lingkungan karena tidak mengandung HFC karena pada dasarnya sifat HFC adalah mengurai oksigen atau O3.

Gambar 10. Tabung Refrigerant

Menurut Triyono (2010:28) refrigerant yang ideal harus memiliki sifat-sifat termodinamika sebagai berikut:

a. Titik didihnya rendah. b. Penguapan panasnya tinggi.

c. Dalam bentuk cair kekentalannya rendah. d. Kepadatan dalam bentuk gas tinggi. e. Tidak berbau.

f. Tidak beracun.

(40)

26

h. Tidak menimbulkan korosi.

i. Nilai konduktifitas termalnya tinggi.

j. Susunan kimianya stabil, tidak mudah terurai saat mendapatkan tekanan, terurai maupun saat penguapan.

6. Pelumas kompresor

Pelumas kompresor diperlukan untuk melumasi bantalan-bantalan serta bidang permukaan yang saling bergesekan agar tidak terjadi kerusakan atau keausan. Pelumas pada kompresor ini ikut bersirkulasi dengan refrigerant dan dapat dijadikan pertanda kebocoran sirkulasi AC apabila oli pelumas kompresor keluar dari sistem sirkulasi AC.

7. Memelihara/servis sistem AC

Agar sistem AC menjadi awet dan tidak mudah rusak maka diperlukan pemeliharaan dan servis pada komponen-komponen AC. Komponen-komponen AC yang harus mendapatkan pemeliharaan dan servis diantaranya adalah:

a. Kompresor

Pemeliharaan kompresor dengan melakukan servis berkala setiap kendaraan menempuh jarak 60.000 km. Ketika melakukan servis tambahkanlah oli pelumas sebanyak 40 ml.

b. Kondensor

Cucilah kondensor dengan menggunakan air sampai kotoran-kotoran yang menempel pada kondensor hilang dan bersih. Betulkan atau luruskan apabila pada sirip-sirip kondensor ada yang bengkok.

(41)

c. Receiver/dryer

Setiap kendaraan atau mobil yang telah menempuh jarak 40.000 km maka receiver/dryer harus diganti.

d. Expansion Valve

Apabila Expansion Valve terjadi kerusakan maka harus diganti karena pada expansion valve tidak bisa dilakukan perbaikan.

e. Evaporator

Cucilah evaporator hingga bersih sampai kotoran-kotoran yang ada pada evaporator hilang. Apabila sirip-sirip evaporator bengkok luruskan.

f. Blower

Cucilah blower hingga bersih sampai debu-debu yang ada pada blower hilang.

D. Kerangka Berfikir

Modul kompetensi memelihara/servis sistem AC sangat berguna baik bagi pendidik maupun peserta didik. Bagi pendidik modul ini akan mempermudah dalam penyampaian materi pelajaran dan bagi peserta didik modul dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam menelaah materi.

Penggunaan modul ini dapat mendorong peserta didik untuk belajar dengan mengamati dan menelaah setiap sub kompetensi dalam modul, sehingga dengan seringnya menggunakan modul dalam menelaah materi kompetensi memelihara/servis sistem AC pada berbagai pokok bahasan atau sub kompetensi akan memperkuat ingatan dan pemahaman peserta didik.

(42)

28

Pada proses pembelajaran menggunakan modul, peserta didik akan aktif berpartisipasi berpikir dan berupaya mencari permasalahan dan juga jawaban yang sesuai untuk setiap permasalahan dan dituntut peserta didik sendirilah yang menjelaskannya dengan menggunakan modul serta latihan mengerjakan soal atau pertanyaan pada modul. sehingga diharapkan berbagai permasalahan dapat dipecahkan oleh masing-masing peserta didik dengan bantuan modul.

Gambar 11. Kerangka Berfikir

Sistem pembelajaran yang terjadi dapat menimbulkan ketertarikan dan motivasi pada peserta didik dalam menelaah serta memahami kompetensi memelihara/servis sistem AC sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sedangkan pada pembelajaran tanpa penggunaan modul peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan pendidik, pendidik lebih aktif dan peserta didik cenderung pasif. Dengan kondisi demikian maka peserta didik kurang bergairah dalam belajar, sehingga pada akhirnya kurang meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Maendorong peserta didik untuk belajar mandiri Pembelajaran dengan

menggunakan modul.

Menimbulkan aktifitas dan kretifitas peserta didik. Meningkatkan hasil belajar.

(43)

E. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji melalui serangkaian kegiatan penelitian (Samsudi, 2009:38). Bertolak dari kerangka berfikir di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis: Ada peningkatan hasil belajar peserta didik pada kelas XII TKR SMK Muhammadiyah 2 Boja pada kompetensi memelihara/servis sistem AC sebelum dan sesudah menggunakan modul pembelajaran.

(44)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen. Menurut Samsudi (2009:66) metode penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dirancang/sengaja dan terkontrol dimana peneliti sengaja memodifikasi atau memanipulasi kondisi/variabel dalam bentuk pemberian perlakuan tertentu untuk memperoleh atau menentukan peristiwa atau kejadian sesuai dengan yang dirancang.

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan perlakuan secara langsung kepada sampel penelitian yaitu dengan memberikan pembelajaran yang menggunakan modul pada kelas eksperimen dan pembelajaran yang tidak menggunakan modul pada kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah desain control group pre test post test yaitu desain eksperimen dengan melihat perbedaan pre test maupun post test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain tersebut dapat dijelaskan melalui table 1.

Tabel 1. control group pre test post test Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

E Y1 X1 Y2 K Y1 X2 Y2 Keterangan : E : Kelas Eksperimen K : Kelas Kontrol 30

(45)

X1 : Pembelajaran dengan modul

X2 : Pembelajaran tanpa modul

Y1 : Pre test kompetensimemelihara/servis sistem AC

Y2 : Post test kompetensi memelihara/servis sistem AC

(Samsudi, 2009:76).

Tidak Diterima

Diterima

Gambar 12. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian Pretest (XII)

Pembuatan Modul

Penyusunan Instrument

Analisis

Merumuskan Masalah dan Pendekatan Pemilihan dan Studi Masalah

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Posttest

Pembelajaran tanpa Modul

Pembelajaran dengan Modul

Hasil dan Pembahasan

(46)

32

B. Populasi dan Sampel 5. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:173). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh peserta didik tingkat XII program studi keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK Muhammadiyah 2 Boja kabupaten Kendal tahun ajaran 2012/2013, yang berjumlah 165 peserta didik yang terbagi dalam 5 kelas, yaitu Kelas XII TKR 1 sebanyak 32 peserta didik, kelas XII TKR 2 sebanyak 32 peserta didik, kelas XII TKR 3 sebanyak 33 peserta didik, kelas XII TKR 4 sebanyak 35 peserta didik, dan kelas XII TKR 5 sebanyak 33 peserta didik.

6. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174), maka sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari peserta didik kelas XII program studi keahlian Teknik Kendaraan Ringan di SMK Muhammadiyah 2 Boja Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 65 peserta didik yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu:

1) Kelompok eksperimen : kelas XII TKR 2 sebanyak 32 peserta didik 2) Kelompok kontrol : kelas XII TKR 3 sebanyak 33 peserta didik

Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelompok yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan modul, sedangkan kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah kelompok yang dalam pembelajarannya tanpa menggunakan modul.

(47)

Teknik sampling yang dilakukan adalah teknik purposive sample (sampel bertujuan), yaitu sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan terntentu (Arikunto, 2010:183). Peneliti mengambil kelas XII TKR 2 dan kelas XII TKR 3 sebagai sampel penelitian dari lima kelas program studi keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang ada, berdasarkan pertimbangan bahwa dua kelas tersebut memiliki rata-rata hasil belajar yang hampir sama dan diajar oleh pendidik yang sama.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010:161). Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel X dan variabel Y.

a. Variabel X (Variabel bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terkait. Jadi variabel bebas adalah variabel yang mepengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan modul pembelajaran.

b. Variabel Y (Variabel terkait)

Variabel terkait merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terkait dalam penelitian ini adalah hasil belajar kompetensi memelihara/servis sistem AC.

(48)

34

D. Langkah-langkah Eksperimen

Agar hasil penelitian bisa maksimal dan berjalan dengan lancar maka perlu dijelaskan langkah-langkah eksperimen, langkah–langkah eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pembuatan modul pembelajaran. 2. Penyusunan soal tes .

3. Validitas soal tes.

4. Pengujian hasil belajar dengan tes (pree test).

5. Proses belajar mengajar menggunakan modul pembelajaran untuk kelas eksperimen dan proses belajar mengajar tanpa menggunakan modul pembelajaran untuk kelas eksperimen.

6. Pengujian hasil belajar dengan tes (post test). 7. Membandingkan hasil pretest dan posttest. 8. Menarik kesimpulan hasil belajar.

E. Metode Pengumpulan Data

Untuk mencapai tujuan penelitian dibutuhkan data yang berhubungan dengan obyek untuk mencari jawaban dari permasalahan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode tes.

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

(49)

notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai daftar nama-nama peserta didik yang akan menjadi sampel dan informasi mengenai nilai rata-rata kelas yang akan menjadi sampel di SMK Muhammadiyah 2 Boja Kabupaten Kendal.

2. Metode Test

Tes adalah instrumen penelitian yang bersifat mengukur kemampuan individu, dengan cara individu memeberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan baik secara tertulis, secara lisan, atau secara perbuatan (Samsudi, 2009:103). Metode ini mengungkap data dengan melakukan tes dengan pertanyaan-pertanyaan atau perintah yang harus dilakukan oleh responden. Tujuannya untuk mengetahui data yang menunjukkan kemampuan atau hasil belajar responden pada tahap pengetahuan (kognitif) terhadap kompetensi memelihara/servis sistem AC. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk tes tersebut yaitu tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban.

Dalam penyusunan perangkat tes, langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut.

a. Materi yang diteskan dibatasi pada aspek-aspek kognitif (pengetahuan) kompetensi memelihara/servis sistem AC yang meliputi pemahaman bagian-bagian atau komponen sistem AC, cara pemeriksaan komponen, gambar komponen dan rangkaiannya, serta analisis kerusakannya.

(50)

36

b. Menyusun jumlah soal sebanyak 50 butir soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Pilihan soal objektif ini dengan pertimbangan sebagai berikut:

1) Dapat mewakili isi dan keluasan materi. 2) Dapat dinilai secara objectif oleh siapapun.

3) Kunci jawaban tersedia secara pasti sehingga mudah dikoreksi.

Setelah soal disusun, dilakukan uji coba terlebih dahulu agar pengukuran dalam penelitian dapat memberikan hasil yang mencerminkan keadaan yang diukur. Hal tersebut untuk mengetahui: validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran. Alasan yang digunakan tes pilihan ganda yaitu mempermudah pemberian nilai dan tes pilihan ganda tidak bersifat subjectif.

Tabel 2. Kisi-kisi soal uji coba

No INDIKATOR & KISI - KISI NOMOR SOAL 1 Sistem AC

a. Devinisi sistem AC

b. Nama-nama komponen sistem AC

c. Fungsi masing-masing komponen sistem AC d. Cara kerja masing-masing komponen sistem AC

1- 2 3- 4- 5- 6

7- 8- 9- 10- 11- 12- 13- 14 15- 16- 17- 18

2 Rangkaian/siklus sistem AC

a. Peralatan tambahan pada rangkaian sistem AC b. Letak komponen utama maupaun perlengkapan

tambahan pada sistem AC c. Siklus pendinginan sistem AC d. Manifold gauge

e. Cara mengisi refrigerant pada sistem AC

19- 20- 21- 22- 23 24- 25- 26 27- 28- 29- 30 31- 32- 33 34- 35- 36 3 Memelihara/servis sistem AC

a. Pemeliharaan komponen utama sistem AC b. Ciri-ciri siklus pendingin yang tidak normal,

penyebab, dan cara pemecahannya c. Trouble shooting pada sisitem AC

37- 38- 39-40 41- 42- 43- 44- 45 46- 47- 48- 49- 50

(51)

F. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Boja Kabupaten Kendal pada peserta didik kelas XII TKR 4 tahun ajaran 2012/2013. Dimana peserta didik tersebut sudah memperoleh materi kompetensi memelihara/servis sistem AC sehingga kelas tersebut dijadikan kelompok uji coba soal. Peserta didik diberi soal sebanyak 50 butir soal kemudian hasilnya akan dianalisis sehingga diperoleh soal-soal yang valid, reliabel, dan taraf kesukaran yang nantinya akan digunakan untuk penelitian.

1. Validitas alat ukur

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010:211). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Rumus yang digunakan untuk mengetahui kevalidan tiap butir soal adalah rumus point biserial correlation.

r

pbis

=

Mp−Mt St p q

(Arikunto, 2010:326) Keterangan :

rpbis = Koefisien korelasi point biserial.

Mp = Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes.

(52)

38

St = Standar deviasi skor total.

p = Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut. q = 1 − p.

Korelasi diatas 0,30 dipandang sebagai butir tes yang baik. Karena korelasi rata-rata butir dengan butir lainnya berhubungan dengan korelasi butir dengan skor total, maka yang memeiliki korelasi tinggi dengan total adalah butir-butir yang terbaik (Surapranata, 2009 : 64).

Tabel 3. Hasil Perhitungan Validitas Soal Instrumen No Kategori Soal Jumlah Soal Nomor Soal

1. Valid 33 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 28, 29, 32, 33, 34, 36, 37, 42, 44, 45, 48. 2. Tidak Valid 17 7, 11, 21, 25, 27, 30, 31, 35, 38, 39, 40, 41, 43, 46, 47, 49, 50.

2. Reliabilitas alat ukur

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010:221). Rumus reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabilitas dengan rumus K-R 20,yaitu :

(53)

r

11

=

k k−1

Vt− Ʃpq Vt

(Arikunto, 2010:231) Keterangan:

r

11

=

reliabilitas instrumen.

k = banyaknya butir soal. Vt = varians total.

P = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi subjek yang mendapat sekor 1).

P = banyaknya subjek yang sekornya 1

N

q =

proporsi subjek yang mendapat skor 0

(q=1−p)

Kemudian r11 yang diperoleh di konsultasikan dengan tabel product

moment. Bila koefesien reliabilitas 0,5 dapat dipakai untuk penelitian (Surapranata, 2009:114)

3. Tingkat kesukaran soal

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal maka perlu menentukan besarnya p dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

B

JS

(Arikunto, 2005:208)

Keterangan :

P = Indeks kesukaran.

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul. JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.

(54)

40

Dengan kriteria tingkat kesukaran soal sebagai berikut: p : 0,00 – 0,29 = Butir soal sukar.

p : 0,30 – 0,70 = Butir soal sedang. p : 0,71 – 1,00 = Butir soal mudah.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal No Kategori Jumlah Soal Nomor Soal

1. Mudah 9 5, 7, 10, 27, 28, 38, 45, 47, 50. 2. Sedang 34 1, 2, 3, 4, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 29, 31, 32, 33, 35, 37, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 48, 49. 3. Sukar 7 6, 11, 16, 30, 34, 36, 39. 4. Daya pembeda

Daya pembeda soal merupakan kemampuan soal untuk membedakan antara peserta didik yang mempunyai kemempuan tinggi dengan peserta didik yang mempunyai kemampuan rendah. Cara menentukan daya pembeda yaitu dengan menggunakan rumus:

D =

BA JA

BB

JB

= P

A

− P

B (Arikunto, 2005:213)

Keterangan:

J = Jumlah peserta tes.

(55)

JB = Banyak pesrta kelompok bawah.

BA = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar. BB = BA

JA = Banyaknya peserta kelopok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar. PA = BB

JB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. Tabel 5. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal

No. Kategori Jumlah Soal Nomor Soal

1. Baik 26 2, 3, 4, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 22, 24, 26, 27, 28, 32, 33, 35, 37, 42, 43, 45, 47, 48,

50.

2. Cukup 1, 5, 6, 7, 9, 16, 20, 23, 29, 38, 40, 41, 44.

3. Jelek 11, 18, 21, 25, 30, 31, 34, 36, 39, 46, 49.

G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar saat menggunakan metode ceramah biasa dengan menggunakan modul. Untuk tujuan tersebut, maka akan dibandingkan rata-rata hasil belajar dari kedua kelas tersebut dengan menggunakan rumus:

(56)

42

𝑋 = fi xi

fi (Sudjana, 2005:70)

𝑋 = Mean/ nilai rata-rata. fi = Frekuensi kelas. xi = tanda kelas interval 2. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Untuk mengetahui distribusi data yang diperoleh dilakukan uji normalitas dengan rumus Chi-kuadrat.

X2

=

(Oi−Ei)2 Ei k i=1

(Sudjana, 2005: 273) keterangan: X² = Chi-kuadrat. Oi = Frekuensi pengamatan. Ei = Frekuensi yang diharapkan. K = banyaknya kelas interval.

Selanjutnya harga X2data yang diperoleh dibandingkan dengan X2tabel dengan (dk) = k - 1 dan taraf signifikan 0,05. distribusi data yang diuji akan berdistribusi normal jika X2data < X2tabel.

3. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan rumus uji hipotesis yang akan digunakan. Rumus yang digunakan untuk uji homogenitas adalah:

Gambar

Gambar 1. Kompresor
Gambar 2. Kondensor  c.  Dryer/receiver
Gambar 5. Evaporator
Gambar 8. Siklus Pendinginan Sistem AC
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Sederhana Pascakualifikasi tanggal 8 November 2013 Pekerjaan Pengadaan Sound System pada Setdakab Lampung Barat Tahun

Pernikahan Gadis Pantai tersebut juga membuat orang-orang sekitar kampung nelayan merasa senang dan bangga, karena seorang gadis dari kampung nelayannya

[r]

Pada hari ini Senin tanggal Dua Belas bulan Juni tahun Dua Ribu Tujuh Belas , sesuai dengan jadwal yang termuat pada Portal LPSE http://lpse.ketapangkab.go.id/eproc/ POKJA

The following FLUENT simulations show the air circulation area on coffee plantation based on the level of plants roughness and diamond ladder graph cropping

memiliki makna sebuah proses untuk memesan benda ataupun tempat kepada orang lain Oleh karena itu dibuatlah sebuah sistem informasi reservasi secara online yang