• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9

LANDASAN TEORI

2.1

Manajemen Operasional

2.1.1 Pengertian dari Manajemen Operasional

Menurut J.Heizer dan B.Render (2011:5) manajemen operasional adalah bentuk pengelolaan secara menyeluruh dan optimal pada masalah tenaga kerja, barang-barang seperti mesin, peralatan, bahan-bahan mentah, atau produk apa saja yang sekiranya bisa dijadikan sebuah produk barang dan jasa yang biasa dijualbelikan.

Sebagaimana dikehatui bahwa keputusan adalah hal yang terpenting bagi seseorang agar bisa bersikap tegas dan tepat, demi lancarnya manajemen operasional yang tengah dijalankan. Oleh karena itu, manjemen operasional sangat erat kaitannya dengan pengambilan keputusan seorang pemimpin operasional.

Dalam persoalan manajemen operasional, ada struktur kepengurusan yang mesti dibentuk, tetapi bukan hanya dibentuk, melainkan mesti juga dilaksanakan sebagaimana fungsi dari masing-masing tugasnya. Pimpinan tertinggi dalam sistem manajemen operasional adalah manajer operasional. Mereka-mereka ini yang menjadi tiang atau pilar-pilar dalam berjalannya manajemen operasional. Tugas dari seorang manajer adalah melakukan dan memetakan fungsi-fungsi manajemen sesuai dengan tugasnya, misalnya membuat konsep dalam hal perencanaan, pembentukan staf, pengorganisasian, serta memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengendalikan manajemen operasional secara keseluruhan.

Sepenuhnya, manajer itu mesti berorientasi pada pengarahan baik dalam hal pengeluaran atau output dari jumlah, kualitas barang, harga yang terus dikontrol, serta waktu yang tepat dalam memanjakan konsumen, sesuai dengan permintaan para konsumen, maka rasanya pas, jika para manajer operasional memanjakan konsumen selayaknya adalah raja.

Dalam dunia manajemen operasional, para pemegang keputusan, manajer operasional juga memiliki tanggung jawab yang tidak sedikit. Di antaranya sebagai manajer mestilah mempunyai pikiran luas sehingga konsepnya mesti menghasilkan

(2)

barang dan jasa. Mengenai pengambilan keputusan sebagai bentuk operasi dan sistem transformasi yang akan dilakukan. Namun sebelum mengambil sebuah keputusan itu, kita terlebih dulu tidak terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan, tapi terlebih dulu kita mengkajinya dalam langkah pengambilan keputusan lewat fungsi operasi.

Dari fungsi operasi juga ada bagian yang mesti dijabarkan dalam pengembangannya, seperti harus disiapkan adanya proses produksi dan operasi, ada juga jasa penunjang pelayanan produksi, yang melingkupi perencanaan serta pengendalaian dan kontrol yang ekstra. Begitulah fitrah yang harus ada pada pola manajemen operasional.

Jika kita melihat dari segi ruang lingkup manajemen operasional, akan mengarah pada kriteria yang memang wajib dilaksanakan. Ambil contoh, kita membuat perancangan desain sistem produksi dan operasi itu sendiri. Kita tentu harus melakukan seleksi dari perencanaan suatu desain produk tersebut, seleksi yang meliputi mengenai perancangan dalam peralatan, memilih lokasi dan site perusahaan serta unit produksi. Selain itu, kita juga mesti menyiapkan rancangan sebagai tata letak dan arus kerja nanti, juga membuat rancangan tugas pekerjaan. langkah terakhir, menyusun strategi dalam memproduksi serta pemilihan kapasitas yang baik.

Sementara itu, adanya penyusunan rencana produk dan operasi dalam manajemen operasional, pengendalian persediaan atau dalam hal penambahan bahan, upgrade mesin yang ada, pengendalian mutu baik ditingkat barang dan jasa juga meliputi manajemen sumber daya manusia. Itulah yang disebut sebagai pengorganisasian sistem produksi pada manajemen operasional.

Manajemen operasional juga meliputi langkah-langkah dalam pengambilan keputusan sebagaimana telah disebut di awal. Jika melihatnya dari segi pengambilan keputusan, sedikitnya ada empat langkah dalam pengambilan keputusan dalam manajemen operasional, yaitu pengambilan keputusan dari peristiwa yang pasti, dari peristiwa yang mengandung risiko, dari peristiwa yang belum pasti, dan peristiwa yang lahir dari pertentangan-pertentangan dari keadaan lain. Selain itu, ada juga proses yang disebut lewat keputusan, yakni mengenai proses fisik sebuah produk maupun dari fasilitas yang dipakai. Juga dari sisi kapasitas yang melingkupi

(3)

keputusan dalam menghasilkan jumlah, beserta pemilihan tempat dan waktu yang tepat.

2.2 Forecasting

2.2.1 Pengertian Forecasting

Metode peramalan akan membantu dalam mengadakan pendekatan analisa terhadap tingkah laku atau pola dari data yang lalu, sehingga dapat memberikan cara pemikiran, pengerjaan dan pemecahan yang sistematis dan pragmantis, serta memberikan tingkat keyakinan yang lebih besar atas ketepatan hasil ramalan yang dibuat.

Peramalan (forecasting) menurut Santoso (2009:8), peramalan adalah kegiatan yang bersifat teratur, berupaya memprediski masa depan dengan tidak hanya menggunakan metode ilmiah, namun juga mempertimbangkan hal-hal yang bersifat kualitatif.

Peramalan (forecasting) menurut Heizer dan Render (2014:162), adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data di masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan bentuk model matematis. Bisa juga merupakan prediksi intusi yang bersifat subjektif atau bisa juga dengan menggunakan model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer.

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Salah satu jenis peramalan adalah peramalan permintaan. Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang diharapkan akan terealisasi untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang .Nasution.( 2005:12).

Peramalan atau forecasting adalah suatu proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Forecasting yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen.

(4)

2.2.2 Jenis – Jenis Forecasting

Menurut Render dan Heizer (2014:113) pada jenis peramalan dapat dibedakan menjadi beberapa tipe. Dilihat dari perencanaan operasi di masa depan, maka peramalan dibagi menjadi 3 macam yaitu:

a. Peramalan ekonomi (economic forecast) menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan dan indikator perencanaan lainnya.

b. Peramalan teknologi (technological forecast) mempehatikan tingkat kemajuan tehnologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.

c. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan.

Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang dicakupnya. Menurut Taylor (2008:56) dalam hubungannya dengan horizon waktu peramalan terbagi atas beberapa kategori, yaitu:

a. Ramalan jangka pendek (short-range forecast) mencakup masa depan yang dekat (immediate future) dan memperhatikan kegiatan harian suatu perusahaan bisnis, seperti permintaan harian atau kebutuhan sumber daya harian.

b. Ramalan jangka menengah (medium-range forecast) mencakup jangka waktu satu atau dua bulan sampai satu tahun. Ramalan jangka waktu ini umumnya lebih berkaitan dengan rencana produksi tahunan dan akan mencerminkan hal-hal seperti puncak dan lembah dalam suatu permintaan dan kebutuhan untuk menjamin adanya tambahan untuk sumber daya untuk tahun berikutnya.

c. Ramalan jangka panjang (long-range forecast) mencakup periode yang lebih lama dari satu atau dua tahun. Ramalan ini berkaitan dengan usaha manajemen untuk merencanakan produk baru untuk pasar yang berubah, membangun fasilitas baru, atau menjamin adanya pembiayaan jangka panjang.

(5)

2.2.3 Metode Peramalan

Menurut Render dan Heizer (2014:128) dalam melakukan peramalan diperlukan perhitungan yang akurat sehingga diperlukan peramalan yang tepat. Dalam penelitian ini akan digunakan metode peramalan kuantitatif.

Peramalan kuantitatif, yaitu peramalan yang menggunakan satu atau lebih model matematis dengan data masa lalu dan variabel sebab akibat untuk meramalkan permintaan. Ada lima metode peramalan kuantitatif, yaitu metode pendekatan naif, metode rata-rata bergerak, metode penghalusan eksponential, penghalusan tren, dan regresi linear.

Pada dasarnya metode peramalan kuantitatif ini dibedakan menjadi dua:

1) Metode peramalan berdasarkan seri waktu (Time Series) Model ini melihat pada apa yang terjadi selama periode waktu menggunakan seri data masa lalu untuk membuat ramalan.

2) Metode kausal (Causal Metods) atau metode korelasi Metode kausal, bergabung menjadi variable atau hubungan yang bisa mempengaruhi jumlah yang sedang diramal.

Metode peramalan time series terdiri dari:

1) Pendekatan Naif

Pendekatan ini adalah teknik peramalan yang mengasumsikan permintaan di periode mendatang sama dengan permintaan terkini. Metode ini merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya, pendekatan ini memberikan titik awal untuk perbandingan dengan model lain yang lebih canggih.

2) Rata-rata bergerak (Moving Average)

Bermanfaat jika mengasumsikan bahwa permintaan pasar tetap stabil sepanjang waktu. Metode rata-rata bergerak dibagi menjadi dua metode yaitu:

a) Rata-rata bergerak sederhana (Single Moving Average)

Metode ini digunakan untuk melakukan peramalan hal-hal yang bersifat random, artinya tidak ada gejala trend naik maupun turun, musiman dan sebagainya, melainkan sulit diketahui polanya.

(6)

Metode ini mempunyai dua sifat khusus yaitu untuk membuat peramalan memerlukan data histories selama jangka waktu tertentu, semakin panjang waktu moving average akan menghasilkan moving average yang semakin halus. Secara matematis moving average: dimana n adalah jumlah dalam rata-rata bergerak, misalnya tiga, lempat, atau lima bulan secara berurutan. Kelemahan metode moving average antara lain perlu data histories, semua data diberi weigh sama, tidak bisa mengikuti perubahan yang terjadi.

b) Rata-rata bergerak tertimbang (Weight Moving Average)

Apabila ada tren atau pola terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktik ini membuat teknik peramalan lebih tanggap terhadap perubahan karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih berat. Rata-rata bergerak dengan pembobotan dapat digambarkan secara matematis sebagai:

Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkan mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang mana yang digunakan, membutuhkan pengalaman.

c) Penghalusan eksponential (Exponential Smoothing)

Penghalusan eksponential adalah teknik peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan dimana data diberi bobot oleh sebuah fungsi eksponential. Penghalusan eksponential merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih, namun masih mudah digunakan.

Pendekatan penghalusan eksponential mudah digunakan, dan telah berhasil diterapkan pada hampir setiap jenis bisnis. Walaupun demikian, nilai yang tepat untuk konstanta penghalus, dapat membuat diferensiasi antara peramalan yang akurat dan yang tidak akurat. Nilai yang tinggi dipilih saat rata-rata cenderung berubah. Nilai yang rendah digunakan saat rata-rata cenderung stabil. Tujuan pemilihan suatu nilai untuk konstanta penghalus adalah untuk mendapatkan peramalan yang paling akurat.

(7)

Adalah metode peramalan time-series yang menyesuaikan sebuah garis tren pada sekumpulan data masa lalu dan kemudian diproyeksikan dalam garis untuk meramalkan masa depan untuk peramalan jangka pendek atau jangka panjang. Kalau hal yang diteliti menunjukkan gejala kenaikan maka tren yang kita miliki menunjukkan rata-rata pertumbuhan, sering disebut trend positif, tetapi hal yang kita teliti menunjukkan gejala yang semakin berkurang maka tren yang kita miliki menunjukkan rata-rata penurunan atau disebut juga tren negatif

Keakuratan keseluruhan dari setiap model peramalan dapat dijelaskan dengan membandingkan nilai yang diramal dengan nilai actual atau nilai yang sedang diamati. Kesalahan peramalan mengatakan seberapa baik kinerja suatu model dibandingkan dengan model itu sendiri dengan menggunakan data masa lalu.

Ada beberapa perhitunngan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan (forecast error) total. Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, juga untuk mengawasi peramalan, untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Cara untuk mengevaluasi teknik peramalan menurut Render dan Heizer (2011) ada 3:

1) Deviasi rata-rata absolute atau Mean Absolute Deviation (MAD)Adalah mengukur kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model.

2) Kesalahan rata-rata kuadrat atau Mean Squared Error (MSE)

Merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE adalah rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati.

3) Kesalahan persen rata-rata absolute atau Mean Absolute Percent Error (MAPE)

Merupakan rata-rata diferensiasi absolut antara nilai peramalan dan aktual, yang dinyatakan sebagai presentase nilai aktual. MAPE dihitung sebagai rata-rata diferensiasi absolut antara nilai yang diramal dan aktual, dinyatakan sebagai presentase nilai aktual.

Keputusan kita dalam memilih suatu teknik peramalan sebagian tergantung pada apakah teknik-teknik tersebut menghasilkan kesalahan yang bisa dianggap kecil atau tidak.

(8)

2.3 Persediaan (Inventory)

2.3.1 Jenis – Jenis persediaan

Max Muller (2003,121) menjelaskan bahwa setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik khusus tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas:

a. Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti baja, kayu, dan komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumbersumber alam atau dibeli dari supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

d. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

e. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

2.3.2 Tujuan Persediaan

Pengendalian persediaan sangatlah penting karena yang menentukan kelancaran produksi. Pengendalian persediaan yang dijalankan memiliki tujuan-tujuan tertentu, yaitu untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang optimal sehingga diperoleh penghematan-penghematan untuk persediaan tersebut. menurut Agus Ristono (2009:1) Pengelolaan persediaan adalah kegiatan dalam memperkirakan jumlah persediaan (bahan baku/penolong) yang tepat, dengan jumlah

(9)

yang tidak terlalu besar dan tidak pula kurang atau sedikit dibandingkan dengan kebutuhan atau permintaan. Tujuan dari pengelolaan persediaan yaitu

1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat.

2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi.

3. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.

4. Menjaga agar pembeli secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat mengakibatkan ongkos menjadi besar.

5. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar-besaran, karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.

2.3.3 Pengertian EOQ

Menurut John J.Wild, K R.Subramanyam dan Robert F Halsey (2004:265) EOQ (Economic Order Quantity) adalah suatu model yang menyangkut tentang pengadaan atau persediaan bahan baku pada suatu perusahaan. Setiap perusahaan industri pasti memerlukan bahan baku demi kelancaran proses bisnisnya, bahan baku tersebut diperoleh dari supplier dengan suatu perhitungan tertentu. Dengan menggunakan perhitungan yang ekonomis tentunya suatu perusahaan dapat menentukan secara teratur bagaimana dan berapa jumlah material yang harus disediakan. Ketidakteraturan penjadwalan akan memberikan dampak pada biaya persediaan karena menumpuknya persediaan di gudang. Dengan demikian pengelolahan atau pengaturan bahan baku merupakan salah satu hal penting dan dapat memberikan keuntungan pada perusahaan.

Economic Order Quantity pertama kali dikembangkan oleh F. W. Haris pada tahun 1915 dengan mengembangkan formula kuantitas pesanan ekonomis. Render dan Heizer (2014:65).

EOQ merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengoptimalkan pembelian bahan baku yang dapat menekan biaya-biaya persediaan sehingga efisiensi persediaan bahan dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik.Penggunaan

(10)

metode EOQ dapat membantu suatu perusahaan dalam menentukan jumlah unit yang dipesan agar tercapai biaya pemesanan dan biaya persediaan seminimal mungkin.

Biaya penyimpanan meliputi biaya sewa gudang, biaya listrik, pajak, asuransi, dan lain-lain.Sedangkan biaya pemesanan dapat meliputi biaya antar barang dari tempat pemesanan ke gudang, biaya pemeriksaaan, biaya penanganan material, dan lain-lain. Dalam model EOQ, biaya ini dihitung secara tahunan.

Komponen lain yang termasuk dalam model EOQ adalah titik pemesanan kembali (reorder point). Reorder point adalah suatu titik (sejumlah item tertentu) di mana perusahaan harus memesan kembali. Reorder Point bergantung pada lead time, yaitu waktu yang diperlukan perusahaan untuk memenuhi pemesanan. Jadi, model EOQ juga harus dapat menjawab pertanyaan berapa banyak dan kapan item yang harus dipesan agar tercapai nilai yang ekonomis.

Secara umum model perhitungan (rumus) EOQ adalah sebagai berikut.

RUMUS EOQ

Q =

Sumber: Heizer, J., & Render, B. (2014), Operations Managmeent

Sustainability and Supply halaman 77

Dimana:

Q= Jumlah pembelian yang paling optimal S = biaya persiapan/pemesanan setiap kali pesan D = kebutuhan bahan selama satu periode H = biaya penyimpanan per unit

Asumsi dasar dalam penggunaan model EOQ

Model EOQ digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pembelian bahan dalam rangka usaha pengadaan bahan baku. Penggunaan model ini harus dilandasi

(11)

asumsi tertentu, karena belum tentu sebuah perusahaan langsung dapat menerapkan EOQ untuk pengadaan bahan.

Model EOQ dapat diterapkan bila memenuhi asumsi berikut ini:

1. Permintaan akan produk konstan, seragam, diketahui dan mudah didapat 2. Harga per unit produk konstan

3. Biaya penyimpanan per unit per tahun konstan 4. Biaya pemesanan per pesanan konstan

5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima konstan 6. Tidak terjadi kekurangan bahan atau back orders

Gambar 2.1 Grafik EOQ (Economic Order Quantity)

2.4 Production Planning

Perencanaan produksi dimaksudkan untuk menentukan orientasi pasar, jenis produk serta rencana penjualan perusahaan, Gaspersz (2005:24). Perencanaan produksi didasarkan pada hasil peramalan yang mempertimbangkan tingkat persediaan sehingga dihasilkan rencana produksi pada tingkat family produksi.

2.4.1 Pengertian Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi adalah menyesuaikan permintaan (demand) yang berasal dari peramalan dengan seluruh kemampuan yang ada, Gaspersz(2005:45). Ini disebabkan kemampuan yang terbatas, sehingga tidak dapat begitu saja mengikuti ramalan permintaan. Hal ini disebabkan oleh:

(12)

b. Adanya ongkos yang timbul setiap kali mengubah tingkat produksi atau jika membuat persediaan.

Perencanaan merupakan suatu fungsi dari manajemen, yang mana dalam perencanaan ditentukan usaha dan tindakan-tindakan yang perlu diambil pimpinan perusahaan serta mempertimbangkan masalah yang akan timbul pada masa yang akan datang. Barang yang akan direncanakan untuk masa yang akan datang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Barang itu harus diproduksi pada masa itu.

2. Barang tersebut harus dapat dikerjakan oleh pabrik.

3. Barang tersebut harus dapat memenuhi keinginan pembeli sesuai dengan peramalan baik mengenai harga, kuantitas dan waktu yang diperlukan.

Prosedur penyusunan perencanaan produksi antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain sangatlah bervariasi, tetapi pada umumnya terdiri dari lima langkah, yaitu:

1. Menetapkan unit pengukuran. Peramalan penjualan pada umumnya disusun dalam nilai uang, sedangkan rencana produksi disusun dalam nilai unit produksi. Karena itu diperlukan faktor konversi yang sesuai untuk mengkonversikan nilai uang tersebut ke dalam unit produk.

2. Menetapkan horison perencanaan. Horison perencanaan menunjukan panjangnya waktu yang direncanakan untuk melakukan produksi sehingga diperlukan pula perencanaan mengenai material, kapasitas produksi serta fasilitas produksi yang sesuai dengan rencana produksi.

3. Menentukan siklus pemeriksaan pelaksanaan perencanaan produksi. Peninjauan ini diperlukan karena sistem produksi yang berjalan adalah suatu sistem yang mudah berubah sebagai akibat adanya perkembangan di berbagai bidang.

4. Mendokumentasikan perencanaan sebagai prosedur yang formal. Rencana produksi harus tersusun secara formal, memiliki tahapan tertentu serta prosedur dokumentasi dalam bentuk yang mudah dimengerti.

(13)

5. Menetapkan pertanggung jawaban yang jelas pada setiap bagian. Bagian pemasaran bertanggung jawab atas peramalan permintaan, bagian produksi bertanggung jawab atas penyusunan jadwal produksi dan bagian keuangan bertanggung jawab terhadap kebutuhan modal.

Umumnya hambatan yang akan terjadi pada penyusunan rencana produksi berupa kegagalan manajemen dalam memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan dalam penyusunan rencana produksi, adanya kesulitan dalam mengkonversikan nilai ke dalam unit produksi serta kurangnya perhatian terhadap masalah persediaan dan peramalan. Bila hambatan ini belum bisa diatasi maka perencanaan produksi manufaktur aktifitas berikutnya tidak dapat dilakukan secara efektif. Secara garis besarnya, dalam melakukan perencanaan produksi ada beberapa langkah dalam perencanaan produksi setelah diperoleh hasil peramalan, yaitu:

a. Input hasil peramalan.

b. Ubah seluruh variabel menjadi satu satuan ukuran. Menentukan apakah rencana produksi akan dibuat dalam satuan ukuran unit produksi atau berdasarkan jam orang yang tersedia untuk melakukan produksi.

c. Tentukan kebijaksanaan perusahaan dan pilih salah satu atau beberapa model perencanaan. Ada banyak model perencanaan yang bisa digunakan (metode murni, metode campuran, metode transportasi dan lain-lain).

d. Tentukan model mana yang akan dipakai sesuai dengan kriteria. Periode perencanaan produksi adalah suatu susunan waktu dimana perusahaan menginginkan untuk melaksanakan rencana produksi. Panjang susunan waktu perencanaan adalah tergantung pada ketepatan untuk meramalkan keadaan pasar dan kemampuan untuk melakukan penyelesaian terhadap perubahan pasar.

2.4.2 Perencanaan Produksi Agregat

Menurut Nasution (2006:66) perencanaan agregat adalah hasil perencanaan untuk tenaga kerja dan tingkat produksi yang dituangkan dalam fasilitas perencanaan agregat. Keputusan perencanaan dibuat untuk meminimasi ongkos total guna memenuhi ramalan permintaan Pada dasarnya output yang dihasilkan dari perencanaan produksi agregat adalah sebagai berikut:

(14)

a. Kecepatan produksi setiap periode. Menyatakan jumlah produk agregat yang dibuat pada periode perencanaan.

b. Jumlah tingkat persediaan. Satuan produk berupa barang siap jual yang disimpan per periode.

c. Jumlah back order (penundaan waktu penyerahan). Bila semua kapasitas yang ada tidak dapat memenuhi semua pesanan pada waktu yang dijanjikan, sehingga sebagian pesanan ditunda waktu penyerahannya.

d. Jumlah tenaga kerja. Dalam hal ini tenaga kerja langsung yang digunakan untuk menghasilkan sejumlah produk (yang menentukan banyaknya produk yang dibuat).

e. Alokasi pemanfaatan waktu kerja. Berupa jam kerja biasa dan jam kerja lembur.

f. Jumlah pesanan sub kontrak. Bila kapasitas pabrik termasuk lembur tidak mampu melayani pesanan, maka diserahkan pada perusahaan lain yang sejenis dan apabila biaya lembur lebih besar daripada biaya sub kontrak.

Berikut ini merupakan langkah – langkah dalam pelaksanaan dalam rencana produksi agregat:

a. Tentukan batasan perencanaan produksi yang akan dilakukan. Cari informasi mengenai data yang dibutuhkan.

b. Tentukan standar satuan yang akan digunakan dalam perencanaan produksi.

c. Tentukan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kurun perencanaan dengan kriteria ongkos minimum.

d. Rencana jumlah produksi dalam agregat.

e. Jika item > 1, lakukan proses disagregasi sesuai dengan faktor konversi.

Tujuan perencanaan produksi yaitu untuk:

1. Mengatur strategi produksi

(15)

b) Memproduksi pada kegiatan konstan

2. Menentukan kebutuhan sumber daya yang meliputi: tenaga kerja, material, fasilitas, peralatan dan dana.

3. Menjadi langkah awal bagi seluruh kegiatan produksi.

2.4.3 Strategi Perencanaan Agregat

Menurut Johnston N (2003:48) Strategi perencaaan agregat dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

-Strategi Campuran ( Mixed Strategy )

Walupun setiap lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan permintaan dapat menghasilkan sebuah jadwal agregat yang efektif, beberapa kombinasi diantara pilihan kapasitas dan pilihan permintaan mungkinakan lebih baik

Kebanyakan pengusaha manufaktur berasumsi bahwa penggunaan pilihan permintaan telah diteliti secara menyeluruh oleh bagian pemasaran dan pilihan-pilihan yang layak itu digabungkan dengan prediksi permintaan. Manajer operasi lalu membuat rencana agregat berdasarkan pada prediksi itu. Bagaimanapun, dengan menggunakan lima pilihan kapasitas dalam otoritasnya, manager operasi masih memiliki banyak kemungkinan rencana. Rencana ini dapat terdiri dari :

-Strategi Perburuan (Chase Strategy)

Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi setiap periode yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut. Strategi ini dapat terpenuhi dengan berbagai jalan. Sebagai contoh, manager operasi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja dengan merekrut atau menghentikan karyawan , atau dapat memvariasikan produks idengan waktu lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu,atau subkontrak.

- Strategi Penjadwalan Bertingkat (Level Strategy).

Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap samadari periode ke periode. Perusahaan seperti Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan yang seragam dan mungkin membiarkan persediaan barang jadi naik atau turun untuk menopang perbedaan permintaan dan produksi atau menemukan

(16)

pekerjaan alternatif bagi karyawan. Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik ketika permintaan stabil.

2.4.4 Metode Perencanaan Agregat

Menurut Johnston N (2003:87) banyak metode yang telah dikembangkan untuk perencanaan agregatini tetapi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Dengan pendekatan Optimasi : – progamma linier

– aturan HMMS (Linier Decision Rule) – search Decision Rule, dll

b. Dengan pendekatan Heuristik : – metode grafik

– metode koefisien manajemen – metode parametric, dll

Tidak semua metode ini akan dijelaskan pada karya tulis ini. Namun pada prinsipnya semua metode yang ada akan menghasilkan kecepatan produksi pada periode perencanaan yang dibuat, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta tingkat persediaan yang terjadi.

1 . Metode grafik dan diagram (Graphical and Charting Techniques)

Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami dan digunakan. Pada dasarnya, rencana ini menggunakan beberapa variable secara bersamaan agar perencana dapat membandingkan permintaan yang diproyeksikan dengan kapasitas yang ada.

Pendekatan yang digunakan adalah “ trial and error “ yang tidak menjamin terciptanya rencana produksi yang optimal, tetapi penghitungan yang dibutuhkan hanya sedikit dan dapat dilakukan oleh staf yang palingdasar pekerjaannya (karyawan administrasi).

Tahapan dalam metode ini adalah:

A. Tentukan permintaan pada tiap periode

B. Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu lembur, dan tindakan subkontrak untuk tiap periode

(17)

C. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan biaya pemberhentian karyawan serta biaya penahanan persediaan

D. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para pekerja dan tingkatan persediaan.

E. Kembangkan rencana alternative dan amati biaya totalnya.

2. Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan

Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak dikembangkan diantaranya:

A. A.Metode Transportasi Dalam Program Linear Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai masalah alokasi kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan, maka rencana agregat dapat dirumuskan dalam format program linear.

B. B. Linear Decision Rule merupakan model perencanaan agregat yang berupaya

untuk mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu.

(18)

2.5 Kerangka Penelitian

Ketidakmampuan CV. Armindo Inti Perkasa dalam memenuhi

permintaan konsumen

Mengumpulkan data melalui studi pustaka, wawancara, observasi, dan literatur serta

meminta data penjualan 3 tahun terahkir guna menghitung forecast dan

aggregate planning

Memilih metode

Forecast dengan MSE (Mean Square Error)

paling kecil dan menghitung EOQ

Menghitung aggregate

planning, Forecast menggunakan

metode: Naïve Method,

Moving Average, Weighted Moving Averages, Exponential Smoothing, Exponential Smoothing with trend,and Linear Regression Menentukan seasonal factor dan kemudian menghitung aggregate planning Membuat demand forecasting untuk

periode mendatang agar dapat memenuhi permintaan konsumen

Membuat aggregate

planning yang dapat

memenuhi permintaan konsumen dengan cost seminimal mungkin

Kesimpulan dan

Saran

Analisa terhadap Persediaan bahan mentah dan produksi CV. Armindo Inti perkasa

Menghitung kebutuhan bahan baku CV. Armindo Inti perkasa

selama 3 tahun terahkir

Literatur yang digunakan:Demand

forecasting in the fashion industry : A Review, The Application

of Product-group Seasonal Indexes to Individual Products,Theory of Inventory Management Based on Demand Forecasting, Aggregate Planning in manufacturing Company: Linear Programming Approach

Gambar

Gambar 2.1 Grafik EOQ (Economic Order Quantity)

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi interpersonal yang dipergunakan antara guru BK dengan siswa dalam menangani masalah siswa yang membolos sekolah merupakan komunikasi yang efektif bagi kedua belah

Interaksi antara panjang pipa dengan laju lair udara dan interaksi laju alir udara dengan laju alir air serta interaksi panjang pipa dengan laju alir mempunyai nilai yang

pelat baja karbon rendah yang tidak digalvanisasi sangat cepat terjadi korosi sedangkan pelat baja karbon rendah yang digalvanisasi pada variasi waktu diperoleh waktu optimum 30

menghubungkan pelajaran yang lalu dengan yang akan dipelajari. Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa agar serius mengikuti pelajaran, dan menanyakan apakah

Berdasarkan data hasil penelitian dari ketiga partisipan terlihat bahwa faktor yang berperan dalam proses terbentuknya harga diri pada mantan pecandu narkoba yang bekerja di

Ilmu Pragmatik membantu untuk menemukan cara pengajaran bahasa asing yang menghasilkan pembelajar bahasa asing yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan

Cakupan data dasar dari hasil SP2010 adalah jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin, berikut parameter- parameter turunannya seperti kepadatan penduduk,

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan serologi sifilis dan HIV pada ABK dan TKBM Kantor