INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURE DEVELOPMENT
(CCDP-IFAD)
LAPORAN PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTAN PROYEK
CCDP-IFAD
OLEH
MUKHTAR YAHYA, SE
KABUPATEN MERAUKE
2013
LAPORAN PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTAN PROYEK CCDP-IFAD
MUKHTAR YAHYA, SE
KONSULTAN PEMASARAN DAN VALUE CHAIN
KABUPATEN MERAUKE
LATAR BELAKANG
Kabupaten Merauke merupakan salah satu kabupaten di Indonesia Timur yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar untuk dikembangkan dan belum dimanfaatkan secara optimal. Komoditas ikan yang dihasilkan diantaranya adalah ikan kakap putih, kakap China, udang, gastor dll. Dalam situasi krisis global, usaha perikanan sebenarnya secara keseluruhan dapat membuka kesempatan usaha yang baru bagi masyarakat yang berada di wilayah pesisir untuk mengolah hasil-hasil produk kelautan dan perikanan.
Disinilah peranan pasar sangat penting terhadap produk-produk yang ada. Adapun fungsi utama pasar, antara lain :
1. fungsi distribusi, pasar berperan sebagai penyalur barang dan jasa dari produsen ke konsumen melalui transaksi jual beli
2. fungsi pembentukan harga, dipasar penjual yang melakukan permintaan atas barang yang dibutuhkan
3. fungsi promosi, pasar juga dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dari produsen ke calon konsumennya.
Sedangkan faktor-faktor yang menunjang terjadinya pasar, yaitu: keinginan, daya beli, dan tingkah laku dalam pembelian. Karena itu maka membuka akses pasar adalah salah satu cara untuk mengembangkan usaha, karena bila tidak ada pasar maka usaha sangat terhambat perkembangannya.
Peranan
pasar sangat penting , meliputi ;
mengetahui informasi mengenai harga, komoditas, kualitas, kuantitas serta kontinyuitas / kesinambungan produk. Kelangkaan informasi ini begitu rupa sehingga umumnya masyarakat hanya menghasilkan produk-produk yang serupa sehingga akhirnya membuat kelebihan pemasokan dan kejatuhan harga serta produk yang diciptakan menjadi tidak kompetitif.Usaha perikanan memiliki diversifikasi usaha yang cukup luas baik di bidang usaha penangkapan ikan, pengolahan, dan pemasaran produk perikanan. Terciptanya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di daerah yang
memiliki ciri-ciri berbasis sumberdaya lokal (resource-based), memiliki pasar yang jelas, dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan kapasitas sumberdaya (environmental-based), dimiliki dan dilaksanakan serta berdampak bagi masyarakat lokal (local society-based), dan dengan menggunakan teknologi maju tepat guna dan tepat sasaran yang berasal dari proses pengkajian dan penelitian (scientificbased). Dalam hal membangun pasar, pemasar yang baik menyadari bahwa mereka tidak dapat berjalan sendiri, mereka harus menjalin hubungan pelanggan bekerja sama dengan mitra pemasaran di dalam dan di luar daerah agar dapat menghasilkan nilai unggul yang kompetitif bagi pelanggan. Selain mampu melaksanakan manajemen hubungan pelanggan yang baik, juga harus mampu melaksanakan manajemen hubungan kemitraan yang baik dengan pihak-pihak terkait supaya akses pasar berkembang untuk meningkatkan nilai tambah produk.
Mata pencaharian sebagai nelayan adalah mata pencaharian yang sangat bergantung pada cuaca dan kondisi laut. Pada kondisi cuaca buruk, nelayan semakin sulit mendapatkan penghasilan yang memuaskan. Beban paling berat akan ditanggung rumah tangga nelayan, yaitu istri nelayan atau kaum perempuan pesisir, karena pendapatan suami mereka berkurang ataupun tidak sama sekali sehingga perempuan pesisir juga para nelayan harus berusaha keras untuk beralih profesi lain selama menunggu waktu yang memungkinkan untuk melaut. Menggantungkan diri seratus persen dari penghasilan di laut, jelas kurang membawa kesejahteraan. Karena saat ini laut sudah tidak lagi menyediakan ikan , udang, atau sumberdaya laut lainnya yang berlimpah akibat kondisi alam, cuaca, atau pun ulah serakahnya manusia dan faktor-faktor lainnya. Disisi lain kemerosotan ekonomi juga semakin mendera kehidupan para nelayan dan masyarakat yang berada diwilayah pesisir. Oleh sebab itu perlu adanya terobosan baru untuk membangkitkan kembali kehidupan nelayan dengan jalan melakukan pembinaan melalui kelompok-kelompok nelayan yang sudah terbentuk secara kontinyu dan terarah untuk meningkatkan kehidupan nelayan. Penambahan pendapatan melalui usaha sampingan sangat perlu dilakukan sebagai salah satu harapan baru untuk meningkatkan taraf hidup nelayan supaya tidak lagi menggantungkan
kehidupannya seratus persen dari hasil tangkapan dilaut. Membuka pikiran dan mencari alternatif untuk mengubah kehidupan ini dengan memanfaatkan potensi yang ada dilingkungan guna menciptakan kegiatan yang mengarah pada menghasilkan pendapatan.
Pengembangan mata pencaharian alternatif dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa sumberdaya pesisir secara umum dan perikanan tangkap secara khusus telah banyak mengalami tekanan dan degradasi. Pengembangan mata pencaharian alternatif bagi nelayan adalah suatu keharusan. Pengembangan mata pencaharian alternatif ini diarahkan untuk mengalihkan profesi nelayan atau sebagai tambahan pendapatan. Dengan kata lain, program diversifikasi pendapatan nelayan harus dikembangkan dan dapat diarahkan bukan saja untuk nelayan tetapi juga untuk anggota keluarganya, teristimewa istri atau perempuan nelayan yang memang besar potensinya.
1. SITUASI ANALISIS
Konsultan pemasaran masyarakast pesisir mulai terlibat dalam proyek CCDP-IFAD sejak acara Bimbingan Teknis yang dilaksanakan pada Tanggal 26-28 September 2013 di Hotel IBIS Menteng Jakarta. Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan Monev Support Training yang dilaksanakan pada tanggal 16-18 Oktober 2013 di Hotel Jayakarta, dalam rangka peningkatan pemahaman dan kapasitas di bidang monitoring dan evaluasi, khususnya bidang RIMS survey, Annual Outcome dan Market Survey.
Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, pengangkatan konsultan pemasaran untuk Kabupaten Merauke tergolong terlambat. Konsultan pemasaran berangkat ke Merauke pada Tanggal 20 Oktober 2013, kemudian langsung melakukan komunikasi dan koordinasi dengan Satker PIU, konsultan pemberdayaan, TPD dan penyuluh masing-masing desa target 2013. Konsultan aktif menggali informasi mengenai perkembangan proyek CCDP-IFAD di Kabupaten Merauke, khususnya perkembangan seputar kelompok masyarakat (POKMAS). Bentuk strategi koordinasi dan komunikasi dengan tim adalah berupa pertemuan langsung di kantor PIU, kadang kala konsultan berkunjung ke rumah tim.
Situasi yang di temukan di Kabupaten Merauke selama belum masuknya konsultan pemasaran memang mengalami beberapa masalah yang membuat kegiatan kurang berjalan secara maksimal. Setelah masuknya konsultan ikut bekerjasama dengan TPD dan Penyuluh, mulai ada pemahaman arah program ke depan. Hal ini bukan hanya karena kehadiran konsultan semata, namun rjalin baik antara PIU, TPD, penyuluh, dan konsultan. Pihak PIU Dinas Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Merauke sangat memahami akan tujuan dari program ini untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang belum berjalan.
Pada saat konsultan pemasaran bergabung, pokmas di masing-masing Kampung target 2013 telah terbentuk dan disahkan melalui SK pengukuhan kelompok. Namun penyaluran dana BLM saat itu belum terlaksana, sehingga konsultan bekerjasama dengan TPD dan penyuluh untuk melengkapi segala berkas-berkas administrasi agar penyaluran dana BLM segera diwujudkan.
Target awal konsultan pemasaran setelah tiba di Merauke adalah: 1. Penguasaan kondisi wilayah desa target CCDP-IFAD, terutama letak
geografis dan aksesbilitas.
2. Mencari informasi mengenai gambaran umum desa target 2013 di Kabupaten Merauke.
3. Percepatan akselerasi penyaluran dana BLM dan pembangunan pondok informasi.
4. Pelaksanaan kegiatan Pelatihan Market Awereness di 9 desa di 3 distrik Kabupaten Merauke, mendampingi tim IPB dalam rangka Annual Outcome Survey dan Market Study, serta pelaksanaan kegiatan Pengembangan Alternative Income Generating dan Jaringan Pemasaran. 5. Membuat jadwal kegiatan bersama kegiatan untuk bulan November dan
Desember.
6. Melakukan koordinasi dengan PIU untuk perencanaan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang belum terlaksana.
Peran strategis yang sering dilakukan oleh konsultan dalam mengakselerasi kegiatan-kegiatan di lapangan adalah dengan seringnya melakukan pertemuan tidak resmi baik dengan PIU, TPD dan penyuluh. Hal
ini sangat membantu untuk percepatan implementasi kegiatan dilapangan, seperti pembukaan rekening, penilaian proposal, penyamaan persepsi dalam berbagai bentuk kegiatan program.
Pencapaian implementasi kegiatan di Kabupaten Merauke hingga bulan Desember kurang lebih sudah ada 74 %, masih tergolong rendah dikarenakan kurang koordinasi di tingkat PIU, dan keterlambatan kedatangan konsultan pemasaran. Masih tersisa tiga kegiatan yang kesemuanya akan dilaksanakan pada bulan Desember 2013 ini.
Namun demikian, Konsultan, PIU, TPD dan penyuluh masih memiliki optimisme untuk dapat menyelesaikan proyek ini sesuai dengan target yang telah ditentukan. Secara teknis, kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan kegiatan di lapangan adalah kondisi geografis antar kampung yang berjauhan, aksesibilitas yang relatif sulit, keterbatasan signal seluler untuk komunikasi maupun akses internet.
Hal-hal yang perlu diantisipasi
oleh konsultan pemasaran di Kabupaten Merauke yaknicuaca buruk, adanya keterlibatan partai politik
dari kelompok masyarakat, serta pergantian pengelola kegiatan sehingga
kurangnya kesamaan dalam persepsi.
No Kegiatan Status Pelaksanaan
Keterangan A.PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1
PembentukanKelembagaan PIU SudahDilakukan
2
RekruitmenTPD/Fasilitator SudahDilakukan
3
Pembentukan KomitePesisir (DOB) SudahDilakukan
4
Sosialisasi Desa di 6Desa SudahDilakukan
5
Penilaian Desa BerbasisMasyarakat di 9 Desa BelumDilakukan 9-15 Desember
6
Pertemuan Desa di 9Desa SudahDilakukan
7
Pelatihan Pokmas di 9Desa Sisa 6 Desa 10-19 Desember
8
Inventory Sumberdayadi 9 Desa SudahDilakukan
9
Pelatihan2. PERKEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI KEGIATAN CCDP-IFAD KABUPATEN
MERAUKE
2.1.
PEMBENTUKAN KELOMPOK MASYARAKAT
Tim CCD-IFAD melakukan sosialisasi dan pertemuan desa yang melibatkan masyarakat dan beberapa perangkat desa sehingga masyarakat termotivasi untuk membentuk suatu kelompok usaha yang bergerak bidang perikanan, seperti nelayan
10
Pembangunan Pondok
Informasi di 9 Desa Dalam Proses
Rekening Bank untuk 3 Pokmas per desa telah dibuat,
Penyusunan Proposal Kegiatan, Penyusunan Jadwal
Pelaksanaan Pembangunan (Minggu pertama Desember)
11
Detailed Village Co-Management Plan di 9 Desa Belum Dilakukan 10-19 Desember12
Workshop Coastal Marine Resources Management Sudah Dilakukan13
Fasilitasi P3MP Sudah Dilakukan14
Pelatihan Sistem Monev BelumDilakukan 20-23 Desember
15
Penyaluran BLM di 3Desa SudahDilakukan
Masih di rekening kelompok masyarakat, akan segera dibelanjakan, dikawal TPD B. PEMBANGUNAN EKONOMI BERBASIS KELAUTAN DAN PERIKANAN
16
Pelatihan Pemasaran di9 Desa SudahDilakukan
17
Pengembangan AIG danJaringan Pasar SudahDilakukan C. PENGELOLAAN PROYEK
18
SinkronisasiPerencanaan DilakukanSudah
19
Pertemuan Tim Teknis3 Kali DilakukanSudah D. STUDIES
20
Baseline RIMS Sudah Dilakukan21
Annual OutcomeSurvey SudahDilakukan22
Market Study SudahDilakukan23
Village Profiling SudahDilakukan E. PROSENTASE SERAPAN DANA : 74 %tangkap, dan pengolahan hasil perikanan. Mei-Juni 2013 dibentuklah kelompok nelayan dengan jumlah anggota sekitar 10-20 orang yang terdiri dari ketua kelompok, sekretaris kelompok, bendahara kelompok dan anggota kelompok. Kelompok dibentuk berdasarkan keinginan langsung dari masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan.
Seiring berjalannya waktu awal Tahun 2013 proyek CCD-IFAD mendapatkan titik terang dimana perencanaan yang sudah dilakukan dapat diterima dan di realisaikan oleh pihak Pusat, desa target tahap pertama dilakukan pada 3 desa dengan kecamatan distrik yang berbeda-beda : Kelurahan Samkai distrik Merauke, Kampung Kuler distrik Naukenjerai dan Kampung Okaba distrik Okaba.
Tahap pertama PIU merekrut 3 orang TPD yang ditempatkan pada masing-masing Kampung/kelurahan, TPD bertugas penuh waktu dilapangan dan satu minggu di kantor PIU untuk menyelesaikan laporan bulanan. Setelah diterimanya TPD sebagai tenaga pendamping dengan SK yang ditentukan oleh pihak PIU, TPD langsung mempersiapkan diri untuk terjun kelapangan. Hal mendasar yang TPD lakukan pada saat pertama dilokasi adalah melaporkan kegiatan ini kepada Kepala kampung setempat sekaligus mensosialisasikan bahwa kegiatan CCD-IFAD sudah mulai berjalan dan melakukan pembentukan Kelompok Kerja Desa (VWG) dengan penyuluh, bapak kepala kampung dan beberapa masyarakat setempat.
Pada bulan-bulan selanjutnya TPD melakukan identifikasi kelompok, dimana kelompok yang ada sudah di bentuk sejak Tahun 2013 dengan jumlah anggota sebanyak 10 orang / kelompok. Seleksi dilakukan pada pertengahan tahun dimana di kelurahan Samkai dan Kampung Okaba terdapat enam kelompok masyarakat yang diusulkan yaitu dua kelompok usaha pengolahan, dua kelompok usaha penangkapan dan satu kelompok pengelolaan sumberdaya dan satu kelompok Infrastruktur. Sedangkan kampung Kuler hanya terdapat lima kelompok masyarakat yaitu sebagai berikut ; satu kelompok Prasarana, satu kelompok Pengelolaan sumberdaya dan tiga kelompok usaha.
Selanjutnya adalah melakukan verifikasi ulang terhadap kelompok yang sudah diseleksi dengan melengkapi berkas, seperti foto copy KTP para anggota. Pokmas tersebut kemudian diarahkan untuk mempersiapkan proposal pengajuan bantuan, sesuai dengan dinginkan oleh kelompok dalam membantu menunjang pengembangan kegiatan usaha dan kemajuan peningkatan penghasilan para
anggota kelompok. Pembuatan proposal dilakukan bersama-sama dengan anggota kelompok sehingga proposal yang ajukan berdasarkan atas kemauan dan keinginan para anggota kelompok yang di setujui oleh ketua kelompok. Setelah proposal kelompok disetujui dan ditandatangani oleh ketua kelompok dan penyuluh maupun TPD proposal kelompok diajukan kesekretariat PIU untuk di verifikasi tentang keinginan / kebutuhan yang diusulkan. Setelah diterima, dikeluarkan SK kelompok penerima BLM, selanjutkan masing-masing kelompok dibuatkan rekening bank.
2.2 ANNUAL OUTCOME SURVEY DAN MARKET STUDY
Pelaksanaan Annual Outcome Survey dilakukan oleh tim Universitas IPB yang terdiri dari Ir. Andi Affandi MMA, Muhammad Qustam Sahibuddin, S.Pi dan Nurheryanto, S.Pi pada tanggal 08-14 November 2013 di Kelurahan Samkai dan desa tetangga (dusun Payum) di distrik Merauke, sedangkan di Kampung Kuler dan kampung tetangga (Kampung Tomeraw) di distrik Naukenjerai.
Sedangkan pelaksanaan workshop pengembangan produk perikanan dan jaringan pemasran oleh tim Universitas IPB sudah dilakukan pada tanggal 02 Desember 2013 serta Market Study sudah dilaksanakan juga pada tanggal 03 Desember 2012 yang dimulai dengan presentasi awal di sekretariat PIU Merauke.
2.3 PENJELASAN DAN MONITORING STATUS PENCAIRAN BLM
Bantuan Langsung Masyarakat atau BLM merupakan dana bantuan sosial yang diberikan kepada kelompok masyarakat / pokmas. BLM disalurkan melalui rekening bank masing-masing pokmas dalam bentuk bantuan pengembangan usaha kelautan dan perikanan serta bantuan sarana dan prasarana pesisir. Dana BLM adalah dana publik yang diberikan sebagai bantuan sosial dari pemerintah kepada masyarakat dengan maksud bahwa penggunaan dana BLM hanya dapat dimanfaatkan bagi kepentingan perbaikan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai dana yang berasal dari pinjaman hutang luar negeri dan harus dibayar kembali oleh seluruh rakyat Indonesia. Pada satu sisi hal ini berarti bahwa seluruh pihak berhak memperoleh informasi tentang status keberadaan dan pemanfaatan dana tersebut, dan pada sisi lain masyarakat yang dipercaya mengelola dana tersebut juga harus menjunjung tinggi transparansi dan akuntabilitas, terutama kepada pemerintah, termasuk pemerintah kota / kabupaten.
Dana BLM harus dimanfaatkan bagi kepentingan perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin setempat. Tujuan penyaluran dana BLM, antara lain: (1)
Membuka akses masyarakat miskin ke sumber dana yang dapat dipergunakan untuk menanggulangi persoalan kemiskinan diwilayahnya; (2) Menumbuh kembangkan proses pembelajaran bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui kegiatan‐kegiatan sesuai komponen kegiatan CCDP-IFAD; (3) Tumbuhnya rasa kebersamaan dimasyarakat kelurahan / kampung; (4) Tumbuhnya rasa kepemilikan yang besar terhadap program melalui kegiatan‐kegiatan yang dilaksanakannya serta membangkitkan potensi swadaya masyarakat baik berupa materi, tenaga maupun pikiran.
Pencairan tahap pertama dana BLM di Kabupaten Merauke belum dilakukan hingga Bulan Desember 2013. Dana BLM tersebut masih terdapat di rekening kelompok masyarakat, hingga menunggu penyelesaian administrasi. Saat ini TPD, Penyuluh, PIU, dan Konsultan bekerjasama dalam pengawalan pemakaian dana yang telah dicairkan. Secara ringkas tahapan-tahapan penyaluran dana BLM di Kabupaten Merauke, adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Pembentukan dan pengesahan pokmas penerima BLM Kabupaten
Merauke disahkan langsung oleh kepala dinas Kelautan Dan Perikanan, sesuai dengan nomor persuratan yang berlaku didinas.
Tahap 2: Setiap kelompok masyarakat yang akan melakukan penawaran proposal,
sebelumnya dilakukan pelatihan peningkatan kapasitas /
skill untuk membuat proposal. Masing-masing pokmas mengusulkan proposal rencana usaha bersama, yang selanjutnya akan diseleksi dan diverifikasi, kemudian penetapan proposal.
Tahap 3: Penandatanganan berita acara serah terima barang antara PIU dan
pokmas.
Tahap 4: Pembukaan rekening bank masing-masing pokmas. Mitra kerja yang
dirangkul Kabupaten Merauke adalah BRI dan Bank Papua.
Tahap 5: Masing-masing pokmas mengajukan usulan pencairan dana BLM tahap
pertama.