• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL PJBL DAN DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN KREATIVITAS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL PJBL DAN DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN KREATIVITAS SISWA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN : 978–602–60606–3–1

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL PJBL DAN

DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN

KREATIVITAS SISWA

Rosalinda Stheylani Sakbana1*, Widha Sunarno2, Sri Budiawanti3

1 Mahasiswa Pascasarjana (Universitas Sebelas Maret, stheylani@student.uns.ac.id) 2 Dosen Pendidikan Fisika (Universitas Sebelas Maret, widhasunarno@fkip.uns.ac.id)

3 Dosen Pendidikan Fisika (Universitas Sebelas Maret, awanty77@gmail.com)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana interaksi pengaruh pembelajaran fisika menggunakan PjBL dan Discovery Learning dengan kreativitas terhadap hasil belajar siswa serta mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan teknik analisis data non parametrik uji Kruskal Wallis. Instrumen yang digunakan berupa soal sebanyak 22 butir soal pilihan ganda dengan lima option jawaban. Sedangkan kreativitas siswa dengan menggunakan angket utuk ranah afektif dan pada ranah psikomotorik diambil dari penilaian hasil project siswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah kelas XMIA1 dan XMIA2 di SMA Negeri 1 Amarasi Timur, di mana XMIA1 dijadikan sebagai kelas eksperimen 1 dan XMIA2 sebagai kelas eksperimen II. Pada kelas eksperimen I diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model PjBL sedangkan pada kelas eksperimen II diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah, di mana tingkat kreativitas tinggi memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah.

Kata Kunci: discovery learning; pjbl; kreativitas; hasil belajar kognitif

ABSTRACT

This study aims to determine the differences in student learning outcomes who have high and low creativity and how the interaction of the effects of learning physics using PjBL and Discovery Learning with creativity on student learning outcomes. This research is an experimental research with non-parametric data analysis techniques Kruskal Wallis test. The instrument used was in the form of 22 multiple choice questions with five answer options. Meanwhile, students' creativity using a questionnaire for the affective domain and in the psychomotor domain was taken from the assessment of student project results. The samples used in this study were XMIA1 and XMIA2 classes at SMA Negeri 1 Amarasi Timur, where XMIA1 was used as experimental class 1 and XMIA2 as experimental class II. In the experimental class I was given learning treatment using the PjBL model while in the experimental class II was given learning treatment using the Discovery Learning model. The results showed that there were differences in learning outcomes between students who had high and low creativity, where high levels of creativity had a significant difference in effect on learning outcomes compared to students who had low creativity.

Keywords: discovery learning; pjbl; creativity; cognitive learning outcomes

PENDAHULUAN

Pendidikan diperlukan dalam membentuk kepribadian, perilaku dan moral serta pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Perkembangan teknologi pada abad-21 atau yang dikenal dengan revolusi 4.0 berdampak pada semua aspek kehidupan manusia termasuk ke dalam aspek pendidikan. Sistem belajar mengajar pada abad-21 memberikan tantangan baru dalam dunia pendidikan yakni membuat

perubahan pada pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai fokus utama. Menghadapi abad-21, pemerintah mengambil langkah dengan menerapkan K-13 pada sekolah-sekolah. Permendikbud No. 21 Tahun 2016 mengenai Standar Isi Pendidikan Dasar Menengah pada muatan fisika, butir (1) yakni “mengembangkan sikap rasa ingin tahu, jujur, tanggung jawab, logis, kritis, analitis, dan

(2)

kreatif melalui pembelajaran fisika”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa salah satu kompetensi yang harus dicapai ialah kreativitas, sehingga perlu adanya pengembangan pada kreativitas siswa.

Pada kenyataannya, secara umum salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan ialah terjadinya penurunan tingkat kelulusan sejak tahun 2011-2019. Berdasarkan KemDikBud pada tahun 2015/2016 nilai rata-rata hasil UN ialah 65.78, kemudian tahun 2016/2017 mengalami penurunan menjadi 57.29, hal ini berlangsung hingga tahun ajaran 2018/2019 di mana nilai rata-rata UN mengalami penurunan menjadi 51.76, sedangkan pada tahun ajaran 2019/2020 nilai rata-rata UN ialah 53. Masalah yang dihadapi ini, diperlukan penanggulangan. Guru adalah pemeran utama dan menjadi salah satu faktor penentu yang dapat memberikan pengaruh pada keberhasilan siswa sehingga guru perlu meningkatkan kualitas pembelajaran. hal ini sejalan dengan pendapat Mulyasa (2013) yaitu kualitas guru ditinjau dari dua hasil yaitu segi hasil dan proses”.

Terdapat beberapa model pembelajaran yang merujuk pada kurikulum 2013 yaitu: discovery learning, inquiry, project based learning, dan Pembelajaran berbasis masalah. model-model pembelajaran ini mengarah pada peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Model discovery learning ialah model pembelajaran yang menuntut agar siswa mendapatkan persepsi melalui rangkaian petunjuk pembelajaran dan fakta-fakta lain (Sani, 2014) sedangkan Kouchak (2012) mengatakan model discovery learning sebagai rancangan dari kegiatan pembelajaran yang mana materi ajar yang disajikan menunjukkan cara berpikir yang tidak terpisah dari proses pembelajaran itu sendiri sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam kelas. Model pembelajaran lain yang dapat diterapkan dengan merujuk pada kurikulum 2013 ialah model project based learning. Baran (2010) mengatakan bahwa project based learning ialah pembelajaran dengan pendekatan yang bertujuan merangsang keaktifan belajar siswa. Hosnan (2014) mengartikan project based learning sebagai tata cara proses belajar yang diawali dengan masalah lalu siswa menggabungkan dan mengintegrasikan apa yang dipahami dengan berdasarkan pada pengalaman langsung. Maka dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan pada peserta

didik untuk mengembangkan kreativitasnya. Liliana (2009) juga mengatakan bahwa kreativitas siswa dapat terbentuk saat siswa aktif melakukan percobaan.

Berdasarkan kajian pendahuluan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana interaksi pengaruh pembelajaran fisika menggunakan PjBL dan Discovery Learning dengan kreativitas terhadap hasil belajar siswa serta mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah.

METODEPENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 09 Januari 2020 sampai dengan 30 Januari 2020 di SMA Negeri 1 Amarasi Timur yang beralamat di Jln. Jurusan Pakubaun, Kec. Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah keseluruhan dari populasi yaitu siswa kelas XMIA1 dan XMIA2

SMA Negeri 1 Amarasi Timur, tahun pelajaran 2019-2020. Karena sampel yang digunakan ialah keseluruhan dari populasi maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik analisis non parametrik uji Kruskall Wallis dan uji lanjut post hoc (Mann-Whitney U).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian eksperimen. Penelitian ini menggunakan dua kelas yang mana keduanya dijadikan sebagai kelas eksperimen. Kelas yang digunakan ialah kelas XMIA1 dan kelas XMIA2. Untuk kelas

eksperimen I diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model PjBL sedangkan pada kelas eksperimen II diberikan perlakuan pembelajaran dengan model discovery learning. instrumen test yang digunakan ialah berupa soal pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa sedangkan untuk mengetahui kreativitas siswa dengan menggunakan angket. Tahap penelitian dimulai dengan memberikan perlakuan pada kedua kelas eksperimen kemudian diberikan postest untuk melihat bagaimana hasil belajar kognitif siswa setelah itu diberikan angket yang sesuai dengan indikator kreativitas untuk melihat krativitas siswa. Setelah itu data yang telah terkumpul diolah dan hasilnya dianalisis secara kuantitatif. Tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda yang disusun dengan instrumen yang meliputi C1-C5 yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,

(3)

dan mengevaluasi dengan tingkat kesukaran soal mudah,sedang dan sukar. Sedangkan pada angket untuk ranah afektif disusun berdasarkan komponen yang dijabarkan oleh Torrance yaitu fluensi (kelancaran), keluwesan berpikir, dan elaborasi.

HASILDANPEMBAHASAN

Pada bagian ini dijelaskan mengenai hasil belajar kognitif siswa dan kreativitas siswa untuk melihat bagaimana pengaruh kedua model pembelajaran, apakah terdapat pengaruh perbedaan yang signifikan atau tidak. Berikut disajikan data kreativitas siswa pada tabel 1.

Tabel 1.Deskripsi Data Kreativitas Siswa Aspek Afektif Min Max Mean S.D

Rendah 62 87 75 6.73

Tinggi 67 90 79 5.36

Aspek Psikomotorik

Rendah 78 89 79 4.08

Tinggi 73 90 83 3.38

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki kreativitas rendah mendapatkan nilai rata-rata untuk hasil belajar pada aspek afektif dan psikomotorik masing-masing sebesar 75 dan 79. Sedangkan untuk siswa dengan kreativitas tinggi pada aspek afektif dan psikomotorik mendapatkan nilai sebesar 79 dan 83.

Tabel 2.Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif Model N Min Max Mean S.D Modus PjBL 31 55 86 73 10.2 77.3 D.L 31 64 86 76 6.7 82

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai mean pada pembelajaran menggunakan model PjBL ialah sebesar 73, sedangkan pada pembelajaran dengan model discovery learning ialah sebesar 76. Berikut adalah histogram nilai hasil belajar kognitif.

Gambar 1.Histogram Hasil Belajar Kognitif

Setelah diperoleh deskripsi data kreativitas dan hasil belajar kognitif siswa selanjutnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas pada hasil belajar siswa ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil belajar berdistribusi normal dan homogen. Hasilnya disajikan pada tabel 3 dan 4.

Tabel 3.Rangkuman Uji Normalitas

Tinjauan Sig. Kesimpulan

Model PjBL 0.055 Normal

Discovery Learning 0.817 Normal Kreativitas *PjBL 1.129 Normal Kreativitas *D.L 0.173 Normal

Tabel 4.Rangkuman Uji Homogenitas Tinjauan Sig. Test Kesimpulan Model PjBL dan Discovery Learning 0.050 Uji Lavene Homogen Kreativitas 0.211 Uji Lavene Homogen

Dari rangkuman tabel 3 dan 4 dapat dilihat bahwa data hasil belajar pada kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kreativitas siswa adalah sama atau homogen.

Analisis data hasil belajar siswa keudian diolah dengan menggunakan program SPSS 18. Yaitu dengan Uji Kruskal Wallis. Ringkasan data hasil belajar siswa disajikan dalam Tabel 5 berikut.

Tabel 5.Ringkasan Hasil Uji Kruskal Wallis Yang Diuji Sig. Hasil Uji Model Pembelajaran 0.004 Berpengaruh Kreativitas 0.019 Berpengaruh Model *Kreativitas 0.155 Tidak Berpengaruh

Selanjutnya pada variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap model pembelajaran dengan hasil belajar, serta kreativitas tinggi dan rendah terhadap hasil belajar dapat dilakukan uji lanjut post hoc ( Uji Mann Whitney U).

Tabel 6.Deskripsi Uji Lanjut Mann-whitney U Model Mean Rank Sum of Ranks Mann-Whitney U Z PjBL 29.39 911.00 415.000 -.936 D.L 33.61 1042.00

(4)

Tabel 7.Deskripsi Uji Lanjut Mann-whitney U Kreativitas Tinggi dan Rendah

Model Mean Rank Sum of Ranks Mann-Whitney U Z PjBL 36.85 1142.50 315.000 -2.342 D.L 26.15 810.50

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji Kruskal Wallis dengan bantuan software SPSS 18. diperoleh p-value 0.004 < (nilai signifikansi 5%, ) artinya terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran menggunakan model PjBL dan discovery learning terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata hasil belajar pada kelas yang diberi perlakuan dengan menggunakan model discovery learning lebih tinggi dari model PjBL. Pada pembelajaran dengan model discovery learning siswa diberikan kebebasan penuh untuk mengembangkan kegiatan berpikir, di mana siswa menemukan sendiri dan mengalami secara langsung sehingga pengetahuannya melekat dalam diri siswa. Hal ini sejalan dengan Castronova (2002) yang menyatakan “pembelajaran discovery menuntut siswa untuk membangun sendiri pengetahuan dengan terlibat dalam kegiatan secara nyata”. Ini menunjukkan bahwa siswa dapat membuat keputusan berdasarkan kriteria yang digunakan yaitu, kualitas, efektivitas, efisiensi dna konsistensi (Lorin: 2010). Selain itu juga dalam proses pembelajaran dimulai dengan memberikan materi yang menarik dan berkaitan dengan masalah di sekitar siswa, ini didukung dengan In am at all (2017) yang mengatakan bahwa pembelajaran yang menitikberatkan masalah dan pengetahuan eksplorasi dapat memberikan efek positif.

Sedangkan pada pembelajaran dengan model PjBL, siswa secara berkelompok melakukan percobaan. Pada pembelajaran dengan model PjBL lebih ditekankan pada keterlibatan siswa untuk mengalami dan membuktikan hasil percobaan. Berdasarkan pengamatan saat penelitian, terlihat siswa tidak yakin dengan hasil percobaannya sehingga cenderung membandingkan hasil kerjanya dengan kelompok lain. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model discovery learning lebih baik daripada model PjBL terhadap hasil belajar siswa pada materi momentum dan impuls.

Hasil analisis uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai probabilitas sebesar 0.019 sehingga nilai sig.> taraf signifikansi ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap hasil belajar siswa. Nilai rata-rata siswa yang memiliki kreativitas tinggi ialah 81 dan nilai rata-rata siswa yang memiliki kreativitas rendah ialah 77. Pada penelitian ini terlihat bahwa terdapat pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi dapat menghasilkan ide-ide baru melalui ingatan atau konsep-konsep yang dimiliki sehingga dapat tercipta sesuatu yang baru yang sesuai dengan konsep fisika. Siswa dengan kreativitas tinggi memiliki keinginan untuk melakukan percobaan dan melakukan hal-hal yang baru sedangkan siswa yang memiliki kreativitas rendah cenderung pasif, melalui perbedaan ini juga berdampak pada penguasaan materi pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dari siswa yang memiliki kreativitas rendah. Ini sejalan dengan penelitian Laura dkk (2012) yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan kreativitas tinggi dan rendah berpengaruh terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Hal ini juga didukung oleh data penelitian yaitu data angket kreativitas siswa dan data penunjang lainnya yaitu hasil proyek dari siswa. Jadi dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis menggunakan bantuan software SPSS 18. memperlihatkan bahwa nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0.155, yang memiliki arti bahwa nilai signifikansi > taraf signifikansi 5% ( ) maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat interaksi antara model Project Based Learning dan discovery learning dengan kreativitas siswa tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penggunaan model discovery learning

dalam pembelajaran, didapatkan hasil belajar kognitif yang lebih baik dibandingkan modul PjBL. Hal ini dapat dilihat pada nilai mean hasil belajar dengan model discovery learning= 76 sedangkan nilai mean pada pembelajaran dengan

(5)

PjBL= 73 dengan hasil sig.= 0.004. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan saintifik disertai model PjBL dan discovery learning memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.

2. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi mendapatkan mean hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Berdasarkan perhitungan uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah. Hal ini berarti tingkat kreativitas tinggi memberikan perbedaam pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah 3. Tidak terdapat interaksi antara model PjBL

dan discovery learning dengan kreativitas siswa, artinya bahwa kedua model pembelajaran ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Baran, Stanley J. 2010. Pengantar Komunikasi Massa: Literasi Media dan Budaya. Jakarta: Salemba Humanika.

Castronova, J. A. (2002). Discovery Learning for the 21st Century: Article Manuscript. Odum Library, 1(1), 1–9. Retrieved from http://hdl.handle.net/10428/1257

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 2016. Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdikbud, Jakarta

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia.

In’am, A., & Siti, H. 2017. Learning Geometry through Discovery Learning Using a Scientific Approach. International Journal of Instruction, 10 (1): 55-79.

Liliana, A.W. (2009). Gambaran Kelekatan Remaja Akhir Putri Dengan Ibu. Skripsi, Depok: Fakultas Psikologi Universitas Gunadharma.

Lorin W Anderson dan David R. Krathwohl (2010). Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sani, RA. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

3. Kompleks Belakang khusus untuk asrama tempat tinggal pasien, terdiri atas 2 asrama yaitu asrama pria dan asrama wanita yang saling terpisah oleh tembok tinggi serta

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk melihat kecendrungan penyakit yang ditimbulkan akibat pola hidup yang tidak sehat pada masyarakat tertinggal dan pesisir desa-desa

Pada penelitian ini akan menggabungkan kemampuan jaringan neural dan sistem fuzzy yang disebut neuro-fuzzy untuk melakukan proses peramalan data time series dengan data

Namun sebelum menjadikan buku ini sebagai bahan latihan tambahan, perlu dilakukan analisis agar dapat diketahui apakah buku ini sesuai dengan materi pembelajaran Bahasa

(1) DPRD mengirimkan Berita Acara Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) mengenai pasangan calon terpilih Gubernur dan Wakil Gubernur beserta berkas pemilihan

Kenyataannya dalam mengembangkan pembelajaran di sekolah guru belum memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, perangkat pembelajaran yang digunakan guru baik

Upaya pencegahan dilakukan melalui kebijakan berupa Keputusan Presiden No.88 tahun 2002 menetapkan pembentukan Gugus Tugas Rencana aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan

Perlakuan konsentrasi ekstrak lidah buaya berpengaruh sangat nyata terhadap vitamin C pada 4, 8, 12, dan 16 HSP, dan uji organoleptik pada warna dan tekstur, Konsentrasi