• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang sudah dilakukan berpengaruh terhadap volume penjualan yang terjadi Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang sudah dilakukan berpengaruh terhadap volume penjualan yang terjadi Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Informasi mengenai tempat penelitian dan jadwal penelitian perlu diketahui agar dapat dijadikan petunjuk dimana dan bilamana penelitian akan dilakukan. Obyek yang akan diteliti penulis dalam penelitian ini adalah PT Mayora Indah Tbk, sebuah perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang memproduksi biskuit, permen, kopi dll. Subyek penelitian yang dilakukan penulis adalah pengaruh promosi yang sudah dilakukan oleh perusahaan terhadap penjualan yang terjadi. Promosi yang dibahas hanya dibatasi pada biaya promosi dan volume penjualan per semester. Perusahaan ingin mengetahui apakah promosi yang sudah dilakukan berpengaruh terhadap volume penjualan yang terjadi. 3.1.1 Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan

PT Mayora Indah Tbk ("Perseroan") didirikan berdasarkan Akta No 204 tanggal 17 Februari, 1977 dari Poppy Savitri Parmanto, SH, pengganti dari Ridwan Suselo, SH, Notaris di Jakarta. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah melakukan usaha di bidang industri, perdagangan, juga agen/perwakilan. Saat ini perusahaan menjalankan industri makanan, permen dan biskuit. Perusahaan menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri.

Perusahaan berkedudukan di Gedung Mayora, Jln.Tomang Raya No 21-23, Jakarta, sedangkan pabrik Mayora berlokasi di Tangerang dan Bekasi.

(2)

Perusahaan memiliki kepemilikan langsung dan tidak langsung pada anak perusahaan: PT Sinar Pangan Barat, PT Sinar Pangan Timur, Mayora Nederland BV, PT Torabika Eka Semesta dan PT Kakao Mas Gemilang.

Sejak pertama kali didirikan pada tahun 1977, PT Mayora Indah Tbk telah menjadi salah satu industri penting di Indonesia di bidang makanan. Sebagai hasil dari pertumbuhan negara di bidang ekonomi dan pergeseran pola sosial konsumtif terhadap produk yang lebih praktis, PT Mayora menawarkan pertumbuhan pesat selama bertahun-tahun.

Sampai saat ini, PT Mayora Indah Tbk dibagi menjadi 6 divisi : 1. Biskuit : Roma, Better, Slai O Lai dan Danisa

2. Permen : Kopiko, Kis, Tamarin dan Plonk 3. Wafer : Beng Beng, Astor dan Roma 4. Coklat : Choki Choki dan Danisa 5. Health Food : Energen

6. Kopi : Torabika

Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat, PT Mayora Indah Tbk go public melalui Penawaran Umum Perdana (IPO) pada tahun 1990. Sebuah langkah sukses yang jelas dalam perwujudan pabrik di Tangerang, Bekasi dan Surabaya, yang mempekerjakan 5.300 pekerja.

Didukung dengan jaringan distribusi yang kuat dan luas, produk PT Mayora Indah Tbk tersedia di seluruh Indonesia dan beberapa negara luar negeri seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Singapura, Hong Kong,

(3)

Arab Saudi, Australia, Afrika, Amerika dan Italia. Berikut adalah grafik penjualan PT Mayora Indah Tbk :

Grafik 3.3.1 Penjualan PT Mayora Indah Tbk Tahun 2004 – 2009

PT Mayora Indah Tbk ("Mayora") kini menjadi salah satu perusahaan terbesar pada industri makanan dan minuman Nasional yang pada tahun 2010 diestimasi oleh Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) bernilai Rp 260 Triliun1. Kinerja Mayora terbilang mengagumkan dengan prestasi penjualan yang meningkat hingga 180% dalam lima tahun terakhir (2005-2009). Bahkan jika dibandingkan dengan dua perusahaan raksasa lainnya yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Unilever Indonesia Tbk pada grafik 3.3.2. pertumbuhan Penjualan Mayora masih jauh lebih tinggi. Penjualan Mayora masih tumbuh dengan pesat hingga saat ini. Diprediksi

(4)

penjualan Mayora pada tahun 2010 menembus kisaran 7 trilliun Rupiah, dimana Pencapaian Penjualan hingga bulan September 2010, mencapai 5,2 Trilliun Rupiah2, berikut grafik pertumbuhan penjualan Mayora, Indofood dan Unilever :

Grafik 3.3.2 Pertumbuhan Penjualan Mayora, Indofood, dan Unilever (2005-2009)

Mayora, adalah sebagian kecil dari kisah sukses Perusahaan Nasional yang mampu tetap eksis bahkan tumbuh dengan lompatan kuantum melewati beberapa siklus Perekonomian. Hampir seluruh pertumbuhan penjualan Mayora dihasilkan dari Pertumbuhan Organik Perusahaan baik melalui produk yang sudah eksis maupun ekstensifikasi atas brand yang sudah mapan di pasaran. Kuatnya kompetensi Mayora untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan strategi penawaran harga yang tepat, didukung jaringan distribusi yang tersebar 2Laporan keuangan PT Mayora Indah Tbk, September 2010

(5)

baik di lingkup domestik maupun internasional serta dukungan promosi baik

above the line maupun bellow the line yang komprehensip menjadi kunci bagi

Mayora menghasilkan kinerja yang mengagumkam hingga saat ini.

Kinerja Mayora yang luar biasa dapat dianalisa dari Strategi Bauran Pemasarannya (Marketing Mix). Pada Landasan Teori di Bab II, (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan di pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Berbagai kemungkinan ini dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok variabel, yang disebut “empat P” : Product (produk), Price (harga), Place (tempat) dan Promotion (promosi).

a. Produk Mayora

(6)

Mayora dikenal memiliki jajaran produk berkualitas tinggi yang sangat digemari masyarakat. Merek-merek kuat seperti Beng-Beng, Choki-Choki, Biskuit Roma, dan Astor sangat unggul pada kategori wafer dan biskuit, sementara Kopiko menjadi peraih market share terbesar untuk kategori permen34, Energen Sereal menjadi pemimpin pasar di kategori minuman sereal sedangkan Torabika bersaing ketat dengan group Kapal Api dan Group ABC pada kategori kopi Instan. Kehandalan Produk Mayora juga diakui Dunia Internasional dimana untuk Kopiko merajai pasar permen kopi global5 sementara Torabika telah berhasil menembus pasar Timur Tengah dan Asia.

Menurut Hendi Irawan, Direktur Pelaksana Frontier6 produk-produk Mayora amat inovatif serta didukung oleh Riset dan Pengembangan ( R&D) yang bagus sehingga mudah diterima oleh masyarakat. Mayora juga melengkapi Pabrik Pengolahan bahan bakunya dengan perkebunan yang tersebar di 9 lokasi yaitu Tangerang, Cibitung, Medan dan Surabaya hingga Thailand. Sehingga mempunyai kekuatan yang besar untuk mengamankan pasokan bahan bakunya serta tidak kesulitan jika harus meningkatkan kapasitas produksi dalam tempo singkat jika terdapat lonjakan permintaan konsumen.

3Sumber : Kontan.co.id, 03 Desember 2010 4Sumber : Swa.co.id, 19 Desember 2009 5Sumber : Swa.co.id, 19 Desember 2009 6Sumber : Swa.co.id, 9 Maret 2000

(7)

b. Harga Jual Produk

Mayora berada pada industri makanan dan minuman olahan dengan karakteristik konsentrasi industri yang diisi beberapa pemain skala besar baik pemain lokal maupun perusahaan multinasional yang berekspansi ke pasar Indonesia. Soal harga, pemain di bisnis makanan-minuman tidak bisa mengambil margin yang mencolok dari pemain lain. Umumnya konsumen sensitif terhadap harga, sehingga mereka sebisa mungkin mengurangi risiko ketidaktertarikan konsumen dari sisi harga. Kalau ingin mengambil posisi harga yang berbeda, harus diimbangi dengan strategi kemasan dan isi produk yang benar-benar berbeda, agar konsumen bisa memaklumi bahwa perbedaan harga tersebut memang pantas.

Harga merupakan salah satu faktor penting dalam merebut pasar. Harga yang ekonomis akan mampu menyediakan kebutuhan konsumen di semua kalangan. Namun menurut pihak Torabika salah satu lini produk terlaris Mayora, taktik banting harga bukanlah cara yang tepat. Mereka meyakini tidak ada satu pun merek yang dibangun dari harga. Harga bukanlah hal yang menjadi pertimbangan untuk memenangi persaingan.

Tetapi tentu saja harus tetap masuk dalam consumer buying price. Jadi walaupun harganya tidak terlalu murah, tapi juga tidak lebih tinggi dari batas daya

(8)

beli konsumen. Ekuitas sebuah produk makin meningkat dengan memposisikan harga yang tidak murah.7

c. Place (Tempat)

Place (tempat) didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan perusahaan

yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. Di Industri makanan dan Minuman Indonesia kehandalan jalur distribusi menjadi sangat vital dimana produk yang di produksi harus mampu mencapai konsumen yang tersebar di ribuan pulau baik pulau utama (Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan Papua) maupun pulau-pulau berukuran kecil (Lombok, Bali, Batam, dll) di sekitarnya. Begitu vitalnya peran jalur distribusi sehingga terdapat hipotesa mengapa pemain asing juga tidak mudah untuk menggempur pasar dan merebut

market share pemain domestik karena rumitnya jalur distribusi yang diperkirakan

mencapai 2,4 juta toko/outlet yang tersebar di seluruh Indonesia8.

Begitu pentingnya jalur distribusi karena tiap produsen harus mengejar volume berhubung margin yang tidak besar. Saking fundamentalnya saluran distribusi, grup-grup besar tidak hanya mengandalkan kekuatan sendiri, hampir seluruh pemain akan menggandeng pihak ketiga, khususnya distributor yang kuat pada wilayah tertentu. Hal yang sama pun dilakukan oleh Grup Mayora. Mayora sebenarnya telah memiliki perusahaan distributor sendiri yaitu PT Inbisco Niaga. Namun Mayora masih bekerjasama dengan pihak ketiga sebagi subdistributor. 7Sumber :http://gadingmahendradata.wordpress.com, 12 Februari 2010

(9)

Saat ini Mayora memiliki sekitar 200 subdistributor dengan 2000 tenaga penjualan. Menurut Ongkie Tedjasurya, Direktur Pengelola Mayora, yang dikutip dari Majalah Swa, bahwa dengan kemampuan distribusi yang dimiliki saat ini Mayora hanya mampu memenuhi 10% dari 2,4 juta toko di Indonesia. Ongkie juga meyakini bahwa sangat penting untuk menampilkan Iklan yang mampu menarik para pedagang grosir dan ritel untuk datang membeli ke Mayora.

d. Promotion (Promosi)

Ongkie Tedjasurya, Direktur Pengelola Mayora mengatakan bahwa iklan adalah penyulut api, pembuka jalan bagi pemasaran produk. “Promosi sangat

penting untuk membantu membangun merek”.

Mayora adalah salah satu perusahaan yang percaya pada efektivitas kekuatan promosi. Bahkan disaat krisis sekalipun. Jika di runut kembali pada situasi krisis yang hampir menyeret Mayora pada kemunduran drastis pada tahun 1997 – 2001. Menurut Direktur Keuangan Mayora, Hendra Lesmana, Mayora tetap mengeluarkan biaya promosi bahkan disaat perusahaan mengalami kerugian pada situasi saat itu. Sepanjang tahun 2000, Mayora menghabiskan Rp 49 miliar untuk promosi dan naik lagi menjadi Rp 52 miliar tahun berikutnya. Pada tahun 2002, angka itu mencapai Rp 75 miliar. Hasilnya, penjualan Mayora sebesar Rp 998 miliar pada 2002 atau naik 19,2% dibanding tahun sebelumnya, Rp 833 miliar9. Hingga saat ini Mayora tetap konsisten mengeluarkan biaya promosi dikisaran 5 hingga 10% dari nilai Penjualan Perusahaan pada tahun 9Sumber : Swa.co.id, 23 Juni 2003

(10)

sebelumnya. Berikut adalah gambar above the line dan below the line yang dilakukan Mayora untuk memasarkan produknya :

Gambar 3.3.2 Promosi Above The Line (ATL) dan Bellow The Line (BTL)

Mayora melakukan strategi promosinya melalui promosi above the line melalui media Televisi, Surat Kabar, Radio dan Billboard, sedangkan promosi bellow the

line dilakukan melalui sampling ke sekolah-sekolah, pusat perbelanjaan dan pusat

keramaian, Event-event terkait juga dimanfaatkan untuk mempromosikan Produk melalui Sales Promotion Girl (SPG).

Mayora melalui Direktur Pengelolanya Ongkie Tedjakusuma meyakini bahwa suksesnya produk harus didukung Promosi yang terintegrasi. Promosi harus dilakukan berkesinambungan. Ongkie menyatakan bahwa ketika sudah diputuskan mempromosikan produk untuk branding, jangan dihentikan di tengah

(11)

jalan. Dia merinci, jika telah mengeluarkan Rp 1 miliar untuk promosi, tapi kemudian dihentikan di tengah jalan, sesungguhnya lebih baik promosi tersebut tidak dilakukan sama sekali. Karena Rp 1 miliar itu akan hilang sia-sia jika tidak disambung dengan promosi di tahun-tahun berikutnya. Kalau dilanjutkan, lama-kelamaan brand akan besar.

Sumber : Company Report PT Mayora Indah TBK Grafik 3.1 Trading Volume PT Mayora Indah TBK

3.2 Desain Penelitian

Metode penelitian menurut Sugiyono (2009) dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Deskriptif (Descriptive Research

(12)

Method) Menurut Sugiyono (2005), dalam bukunya “Metode Penelitian Bisnis”, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable lain.

Metode penelitian deskriptif penulis lakukan guna untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar variabel yang diselidiki. Pada penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk menganalisis pengaruh promosi terhadap volume penjualan PT Mayora Indah Tbk.

3.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2007) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Jadi hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empirik.

a. Hipotesis penelitian

Terdapat pengaruh positif dan signifikan pengaruh promosi terhadap volume penjualan PT Mayora Indah Tbk.

b. Hipotesis Statistik

(13)

Ho : (rxy = 0)

Tidak ada pengaruh promosi terhadap volume penjualan PT Mayora Indah Tbk.

Ha : (rxy≠ 0)

Ada pengaruh promosi terhadap volume penjualan PT Mayora Indah Tbk.

3.4 Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

3.4.1 Variabel

Menurut Sugiyono, (2007) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :

1. Variabel Independen (X), variabel ini sering disebut sebagai variabel

stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut

variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam SEM (Structural Equation Modelling/Pemodelan Persamaan Struktural, variabel dependen disebut

sebagai variabel eksogen. (Prof. DR. Sugiyono:2007). Dalam Penelitian ini, terdapat biaya promosi sebagai variabel X.

(14)

2. Variabel Dependen (Y), sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam SEM (Structural

Equation Modelling/Pemodelan Persamaan Struktural, variabel dependen disebut sebagai variabel indogen. (Prof. DR. Sugiyono:2007). Dalam Penelitian ini, volume penjualan dalam Rupiah sebagai variabel Y.

3.4.2 Skala Pengukuran

Untuk skala pengukuran digunakan Skala Rasio. Menurut Chriswan Sungkono (2008) yang dikutip dari Douglas A.Lind, William G. Marchal, Samuel A. Wathen, hampir semua data kuantitatif dicatat pada tingkat /skala pengukuran rasio. Tingkat rasio (rasio level) merupakan tingkat pengukuran ”tertinggi”. Tingkat pengukuran ini mempunyai semua karakteristik yang dimiliki tingkat interval, namun perlu ditambahkan, titik 0 mempunyai arti dan rasio dua bilangan juga mempunyai arti. Contoh skala pengukuran rasio adalah upah, unit produksi, berat, perubahan harga saham, jarak antara kantor cabang dan ketinggian. Skala rasio memiliki jarak kategori yang tidak sama karena tidak dibuat dalam rentang interval. Data Penjualan dan Biaya promosi PT Mayora Indah Tbk yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai angka mutlak dengan rentang interval yang tidak sama sehingga paling tepat menggunakan skala rasio. (Prof. J. Supranto, M.A., A.P.U dan DR. H. Nandan Limakrisna, Ir. M.M., C.Q.M : 2009)

(15)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan / Metode Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis yang ada di perusahaan dan buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas didalam penelitian ini. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari data-data pendukung penelitian ini.

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, maka digunakan data perusahaan sebagai instrumen utama dalam menghubungkan bahan-bahan kepustakaan serta mempelajari buku-buku, literatur, berita media, serta pencarian melalui situs internet.

b. Internet

Penelurusan melalui website untuk mengetahui data perusahaan dan produk-produk yang diproduksi dan disukai konsumen, serta data lain yang berkaitan dengan PT Mayora Indah Tbk.

3.6 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

(16)

(Dr.Nur Indriantoro, M.Sc., Akuntan dan Drs.Bambang Supomo, M Si., Akuntan : Metodologi Penelitian Bisnis : 1999). Jenis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Menurut Sugiyono (2007) mendefinisikan data kuantitatif sebagai data yang bertentuk angka.

3.7 Metode Analisis Data

Statistik deskriptif mencakup kepada bagaimana menata atau mengorganisasi data, menyajikan dan menganalisis data. Menata, menyajikan, dan menganalisis data dapat dilakukan misalnya dengan menentukan nilai rata-rata hitung dan persen /proposisi. Cara lain untuk menggambarkan data adalah membuat tabel, distribusi frekuensi, dan diagram atau grafik (Sugiyono : 2006). Data yang digunakan dalam penghitungan ini diambil dari data keuangan PT Mayora Indah Tbk tahun 2007-2010 yang dibagi kedalam 7 (tujuh) semester. Untuk mengetahui pengaruh promosi PT Mayora Indah Tbk terhadap volume penjualan akan dilakukan dengan menggunakan metode dibawah.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana 3.7.1 Analisis Regresi Sederhana

Menurut Sugiyono (2007), Analisis regresi digunakan oleh peneliti apabila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variable dependen, bila ada satu variable independen sebagai predictor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).

(17)

Dalam analisis regresi, dikenal dua jenis variable yaitu :

 Variable respon disebut juga variable dependent yaitu variable yang keberadaannya dipengaruhi oleh variable lainnya dan dinotasikan dengan Y. yang menjadi variabel Dependen adalah volume penjualan yang didapatkan perusahaan selama 7 semester.

 Variable predictor disebut juga variable independent yaitu variable yang bebas (tidak dipengaruhi oleh variable lainnya) dan dinotasikan dengan X. yang menjadi variabel Independen adalah biaya promosi yang sudah dikeluarkan perusahaan.

Regresi linier dengan satu variable dependent diistilahkan dengan regresi linier sederhana, dengan model persamaan seperti dibawah ini (Ir. M. Iqbal Hasan, M.M, 2003:220) :

Y

 a  bx

Dimana :

x = variable independent (variabel bebas) y = variable dependent (variabel terikat) a = konstanta

b = koefisien arah dari regresi

3.7.2 Uji Hipotesis dengan Uji t

Uji t di gunakan untuk menguji signifikansi angka konstanta dan variable dependent (promosi). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% = 0,95%,

(18)

sehingga tingkat presisi atau batas kesalahan sebesar (α) = 5% = 0,05. Berikut adalah rumus uji t (Singgih Santoso, 2000:251) :

t

n

 2

r

1

 r

2 Dimana : t = signifikansi korelasi n = jumlah data r2= koefisien regresi Dasar Pengambilan Keputusan:

 Jika nilai t hitung lebih besar daripada t tabel maka Ho ditolak artinya koefisien regresi signifikan.

 Jika nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel maka Ho diterima artinya koefisien regresi tidak signifikan.

Hipotesis Penelitian Skripsi yang Penulis buat berbunyi sebagai berikut :

 Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya promosi terhadap variabel volume penjualan PT Mayora Indah Tbk.

 Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya promosi terhadap variabel volume penjualan PT Mayora Indah Tbk.

(19)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk.

Berikut adalah data laporan keuangan PT Mayora Indah Tbk (dalam juta Rupiah), selama tahun 2007 sampai dengan 2010. Data keuangan ini dibagi lagi menjadi 7 semester. Data tersebut akan dihitung dengan menggunakan metode analisis regresi sederhana. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan SPSS 14.0.

Tabel. 4.1 Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk.

Data Laporan Keuangan PT Mayora Tahun 2007 – 2010 (Juta Rupiah)

Semester Penjualan Promosi

Semester 1 (Desember 2007) 1.318.814 123.310 Semester 2 (Juni 2007) 1.509.625 113.015 Semester 3 (Juni 2008) 1.859.224 113.775 Semester 4 (Desember 2008) 2.048.449 91.602 Semester 5 (Juni 2009) 2.401.181 151.057 Semester 6 (Desember 2009) 2.375.994 120.449 Semester 7 (Juni 2010) 3.312.862 273.101

(20)

Sumber : Laporan keuangan PT Mayora Indah Tbk.

Input seluruh data penjualan dan promosi PT Mayora dari semester 1 tahun 2007 sampai semester 1 2010 pada kolom Data View. Data yang dimasukkan dalam juta Rupiah. Seperti dalam tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Data View SPSS

sumber : analisa data SPSS

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Dalam skripsi ini data yang diolah adalah data penjualan PT Mayora Indah Tbk selama periode 2007-2010 yang dibagi menjadi 7 semester.

Tabel 4.3

Rata-rata variabel X dan Y Descriptive Statistics 2118021 665215.296 7 140901.29 60898.210 7 penjualan promosi Mean Std. Deviation N

(21)

sumber : output data SPSS

 dari 7 semester, didapatkan rata-rata penjualan sebesar Rp. 2.118.021 dan standard deviasi sebesar 665.215,296

 dari 7 semester, didapatkan rata-rata biaya promosi yang dikeluarkan sebesar Rp.140.901,29 dan standard deviasi sebesar 60898,210

4.1.2 Analisis dengan Regresi Sederhana

Berikut dilakukan analisis dengan regresi sederhana. Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variable X terhadap variable Y. Selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini.

Tabel 4.4 Variables Entered/Removed Variables Entered/Removedb promosia . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method All requested variables entered. a.

Dependent Variable: penjualan b.

sumber : output data SPSS

Variabel independen masuk. Yaitu promosi, dengan variabel terikat, penjualan.

(22)

Tabel 4.5 Model Summary Model Summaryb .811a .657 .589 426707.065 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), promosi

a.

Dependent Variable: penjualan b.

sumber : output data SPSS

 Nilai R = 0.811 sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara biaya promosi dan volume penjualan memiliki interval korelasi yang sangat kuat.

 Adjusted R2

= 0.589 menunjukkan bahwa 0.589 atau 58.9 % variasi penjualan yang didapatkan PT Mayora didapatkan karena promosi yang sudah dilakukan dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Tabel 4.6 Coefficients Coefficientsa 870373.8 434125.4 2.005 .101 8.855 2.861 .811 3.095 .027 (Constant) promosi Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: penjualan a.

Dari tabel di atas dapat diketahui nilai persamaan regresi sebagai berikut : Y = 870373.8 + 8.855 X

(23)

Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Konstanta 870373.8 menyatakan bahwa jika tidak ada biaya promosi, maka Volume Penjualan (dalam Rupiah) adalah Rp 870.373.800.000

Koefisien regresi sebesar 8.855 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) Rp.1,- biaya promosi akan meningkatkan penjualan sebesar Rp 8,855

4.1.3 Uji Hipotesis dengan Uji t

Uji t di gunakan untuk menguji signifikansi angka konstanta dan variable dependent (promosi), dimana tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%, sehingga tingkat presisi atau batas kesalahan (α)=5%, dari tabel 4.6 terlihat bahwa t hitung adalah 3,095.

Statistik t Hitung

- Dari table output diatas terlihat bahwa t hitung adalah 3,095 Statistik Tabel (t Tabel)

- Tingkat signifikansi (α) = 5%

- df (derajat kebebasan) = (jumlah data-2 atau 7-2 = 5)

- Uji dilakukan dua sisi untuk t table dua sisi, didapat angka 2,571

Dasar Pengambilan Keputusan:

 Jika nilai t hitung lebih besar daripada t tabel maka Ho ditolak artinya koefisien regresi signifikan.

 Jika nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel maka Ho diterima artinya koefisien regresi tidak signifikan.

(24)

Keputusan :

 Karena nilai t hitung > nilai t table (3,095 > 2,571) maka Ho ditolak,

Artinya adalah ada pengaruh yang signifikan antara biaya promosi yang dikeluarkan perusahaan dengan volume penjualan yang didapatkan PT Mayora Indah Tbk.

Gambar

Grafik 3.3.1 Penjualan PT Mayora Indah Tbk Tahun 2004 – 2009
Grafik 3.3.2 Pertumbuhan Penjualan Mayora, Indofood, dan Unilever (2005- (2005-2009)
Gambar 3.3.1 Mayora dan Kategori Produknya
Gambar 3.3.2 Promosi Above The Line (ATL) dan Bellow The Line (BTL)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji t pada penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh (Mirawati , 2013 ) menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap

Berdasarkan analisis SWOT telah diketahui posisi pengembangan perikanan budidaya ikan nila di kolam air tenang di Kecamatan Sinjai borong terletak pada Kuadran III yang

Hal tersebut terjadi karena lokasi pegerakan yang diteliti oleh Kridijantoro berbeda dengan penelitian yang sekarang, kemudian pada saat itu salah satu pohon pakan

Minyak kelapa yang digunakan untuk menggoreng dapat mengalami reaksi oksidasi yang disebabkan oleh suhu tinggi (±175-180ºC) mengakibatkan kerusakan dengan menghasilkan

Renstra Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018-2023 disusun dengan maksud untuk menjabarkan RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan, terutama

Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif, Untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam

Pencitraan publik sebagai upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam menggaet atau menarik minat bagi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam program

Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan sebagian besar responden (81 %) adalah berjumlah kurang dari 5 orang. Dengan melihat pada data demografi responden dapat dikatakan