• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peristiwa kebakaran merupakan bencana yang tidak diinginkan yang dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan kerap terjadi di hampir setiap wilayah Indonesia. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kasusnya cenderung meningkat setiap tahun dan menimbulkan kerugian hingga ratusan milyar. Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik DIY, tercatat selama tahun 2015 terjadi kebakaran bukan lahan sebanyak 335 kali dengan jumlah kerugian mencapai 20.576.550.000 juta rupiah, yang 97 diantaranya terjadi di kabupaten Bantul dengan kerugian mencapai 2.044.500.000 juta rupiah. Masih tingginya kasus kebakaran yang terjadi setiap tahunnya mengindikasikan bahwa kebakaran merupakan masalah serius bagi kehidupan manusia (Badan Pusat Statistik, 2016).

Kendala umum yang sering dialami pada saat terjadi kebakaran adalah kesulitan dalam upaya-upaya penanganannya di lapangan seperti penyelamatan pemadamannya diantaranya keterbatasan jumlah air dan sumber air di lokasi kebakaran, tidak tersedianya fasilitas-fasilitas pemadaman kebakaran di lingkungan dan pada bangunan, serta respon dari unit pemadam kebakaran yang kadang terlambat tiba di lokasi dikarenakan jauhnya jarak tempuh dan kondisi lalu lintas. Mobilitas unit pemadam kebakaran sangat bergantung pada akses ke lokasi kebakaran, jenis dan kompleksitas bangunan. Lokasi pemadaman yang berada di permukiman padat dengan jalan yang sempit akan menyulitkan upaya pemadaman. Demikian juga pada bangunan yang cukup kompleks dan bertingkat, meski lokasi mudah dijangkau tetapi karena keterbatasan peralatan pemadam kebakaran, sehingga mengalami kesulitan dalam mengatasi pemadamannya (Hadi, 2014).

Pengelolaan bencana kebakaran juga bukan sekedar menyediakan alat pemadam atau melakukan latihan peran kebakaran, namun diperlukan suatu program yang terencana dalam suatu sistem manajemen kebakaran yang merupakan upaya terpadu untuk mengelola risiko kebakaran mulai dari perecanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan tindak lanjutnya (Ramli, 2010). Upaya untuk

(2)

mencegah terjadinya kebakaran diperlukan sarana proteksi kebakaran yang memadai dan melalui manajemen penanggulangan kebakaran (Napitupulu, 2015). Selanjutnya untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung dan lingkungan yang aman bagi manusia dan harta benda, khususnya dari bahaya kebakaran, sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan kesejahteraan sosial, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan.

Kebakaran merupakan salah satu bencana yang mungkin terjadi di rumah sakit, dimana akibat yang ditimbulkannya akan berdampak buruk sangat luas dan menyeluruh bagi pelayanan, operasional, sarana dan prasarana pendukung lainnya, yang di dalamnya juga terdapat pasien, keluarga, pekerja dan pengunjung lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2016). Berangkat dari tingginya risiko kebakaran di rumah sakit, pemerintah dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit mewajibkan setiap rumah sakit untuk menyelenggarakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) yang salah satunya berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Keselamatan masyarakat yang berada di dalam bangunan dan lingkungannya harus menjadi pertimbangan utama khususnya terhadap bahaya kebakaran, agar dapat melakukan kegiatan, dan meningkatkan produktivitas serta meningkatkan kualitas hidupnya. Selain itu untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari pihak rumah sakit, Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dalam standar akreditasi rumah sakit versi 2012 edisi 1, menetapkan pengamanan kebakaran di sebuah rumah sakit menjadi salah satu elemen penilaian untuk kelompok standar manajemen rumah sakit. Oleh karena itu setiap rumah sakit dalam tahap persiapan maupun sudah mendapatkan akreditasi rumah sakit harus merencanakan dan melaksanakan program untuk memastikan bahwa seluruh penghuni di rumah sakit aman dari kebakaran, asap atau kedaruratan lainnya. Perencanaan meliputi pencegahan, deteksi dini, penghentian/pemadaman (suppression), meredakan dan jalur evakuasi aman (safe exit) dari fasilitas sebagai respon terhadap kedaruratan akibat kebakaran atau bukan kebakaran. Untuk

(3)

mencegah adanya instalasi sistem proteksi kebakaran yang kurang memenuhi syarat, Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Kementerian Kesehatan tahun 2012 mengeluarkan Pedoman Teknis Prasarana

Rumah Sakit Sistem Proteksi Kebakaran Aktif.Pedoman teknis tersebut diharapkan

dapat menjadi acuan bagi para petugas rumah sakit dalam menangani pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

Sumber utama penyebab kebakaran di rumah sakit yakni, penggunaan peralatan listrik, sambungan pendek arus listrik, penggunaan tabung gas bertekanan, menggunakan berbagai macam bahan kimia baik cair maupun padat yang bersifat mudah terbakar (Hesnal, 2009). Risiko kebakaran yang terjadi di rumah sakit mempunyai peringkat tertinggi dibandingkan dengan tempat-tempat lain. Dalam hal evakuasi, di rumah sakit terdapat kelompok rentan atau pasien yang dalam kondisi lemah sehingga tidak dapat menyelamatkan dirinya dari bahaya kebakaran, diantaranya pasien bayi, anak, kelompok usia lanjut, pasien yang tidak bisa bangun, tidak sadar, tidak bisa berjalan serta pasien yang ada di ICU dan kamar bedah sehingga memerlukan alat bantu kesehatan (oksigen, Ventilator-Dependent dan lain-lain), selain itu rumah sakit menggunakan peralatan yang tergolong mahal, sehingga jika terjadi kebakaran akan menimbulkan kerugian materi yang sangat besar (Departemen Kesehatan RI, 2012).

Beberapa kasus kebakaran yang melanda berbagai rumah sakit diantaranya : (1) Terbakarnya rumah sakit pemerintah di Johor, Malaysia (kompas.com. Selasa, 25 Oktober 2016). Dalam peristiwa ini enam pasien tewas. Selain itu, pasien lainnya dan 10 pegawai rumah sakit terluka akibat kebakaran yang terjadi di rumah sakit tersebut. Sekitar 500 orang dievakuasi dari rumah sakit Sultanah Aminah di Johor Bahru, selatan negara bagian Johor, setelah api membakar lantai dua rumah sakit, di mana unit perawatan intensif (ICU) berada. (2) Kebakaran di rumah sakit jiwa Zaitun, Meulaboh, Aceh Barat (detik.com. Minggu 06 Nov 2016). Kebakaran disebabkan karena salah satu pasien membakar sebuah botol plastik. Botol plastik tersebut kemudian dilemparkan ke gudang yang di dalamnya terdapat kasur-kasur bekas, tidak ada korban jiwa akibat peristiwa ini. Namun akibat kebakaran ini,

(4)

seluruh pasien tidak bisa lagi tinggal di rumah sakit dalam waktu yang tidak bisa ditentukan.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan merupakan salah satu rumah sakit besar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah mendapatkan akreditasi. Rumah sakit umum milik daerah kabupaten Bantul ini termasuk salah satu rumah sakit yang berisiko mengalami kebakaran. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan dan aktivitas di dalamnya yang sangat kompleks. Terhitung setiap tahunnya sebanyak 191.307 pasien berkunjung, jumlah ini lebih banyak dibanding rata-rata rumah sakit tipikal di wilayah Jawa sebanyak 117.179 kunjungan. Rumah sakit ini yang memiliki 15 jenis ruangan perawatan dengan jumlah kapasitas sebanyak 286 tempat tidur, jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan rumah sakit pada umumnya di Yogyakarta yang tersedia rata-rata 50 tempat tidur inap. (find the best, 2016).

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di RSUD Panembahan Senopati pada tanggal 27 dan 31 Oktober 2016, diketahui bahwa terdapat beberapa hal yang berpotensi mengakibatkan kebakaran, seperti pemakaian beberapa macam bahan kimia yang berisiko meledak dan terbakar, penggunaan mesin genset sebagai tenaga listrik cadangan, penempatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang tidak sesuai, terdapat box listrik dengan kapasitas tinggi, pemasangan instalansi kabel listrik di area rumah sakit yang dapat menimbulkan percikan api, penggunaan daya listrik yang sangat besar, penggunaan dan penyimpanan tabung gas bertekanan tinggi, serta penggunaan kompor dan tabung gas LPG di dapur rumah sakit. Kasus kebakaran yang pernah terjadi di RSUD Panembahan Senopati seperti yang tercantum dalam laporan tim K3 rumah sakit, yaitu pada tanggal 5 Mei 2015. Sebuah kipas angin terbakar dan meluas hingga ikut membakar flafon dan merusak dinding. Kebakaran yang terjadi di depan poli anak tersebut diduga berasal dari gangguan arus listrik. Kebakaran tersebut tidak menimbulkan korban jiwa, dan hanya menelan kerugian materi.

Berdasarkan berbagai fakta-fakta yang ada, sudah seharusnya sebuah rumah sakit besar dan telah terakreditasi seperti RSUD Panembahan Senopati memiliki kesiapsiagaan dalam sistem proteksi penanggulangan bencana kebakaran.

(5)

Diperlukan suatu sistem proteksi kebakaran yang dapat mencegah dan menanggulangi kebakaran yang keberadaannya harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Analisis Risiko Kebakaran Ditinjau Dari Sistem Proteksi Kebakaran Aktif di RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul”.

B. Perumusan Masalah

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati merupakan salah satu rumah sakit besar yang sudah cukup lama berdiri di Yogyakarta. Ketersediaan sistem proteksi kebakaran yang memadai serta sesuai dengan standar merupakan salah satu cara pencegahan yang efektif untuk menghindari dan meminimalisasi terjadi kebakaran serta mencegah jatuhnya korban jiwa, dimana di setiap lantai terdapat aktivitas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang didukung dengan berbagai macam sarana yang berpotensi menyebabkan kebakaran. Kemudian dengan kemungkinan risiko tersebut bagaimana rumah sakit menyikapi hal tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar risiko kebakaran ditinjau dari sistem proteksi kebakaran aktif di RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Menganalisis risiko kebakaran ditinjau dari sistem proteksi kebakaran aktif di RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kesesuaian sistem proteksi kebakaran aktif di RSUD Panembahan Senopati dengan pedoman teknis prasarana rumah sakit, sistem proteksi kebakaran aktif, Kementerian Kesehatan RI tahun 2012.

b. Untuk menilai risiko kebakaran di RSUD Panembahan Senopati dan selanjutnya dibuatkan program pengendalian yang efektif untuk meminimalkan tingkat risiko tersebut.

(6)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya dalam bidang proteksi kebakaran aktif pada bangunan rumah sakit.

b. Untuk ilmu pengetahuan, memberikan sumbangan informasi terhadap penelitian lebih lanjut mengenai kebakaran. Terutama bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai kesesuaian sistem proteksi kebakaran aktif yang ada RSUD Panembahan Senopati.

b. Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai tingkat risiko kebakaran yang bisa ditimbulkan ditinjau dari sistem yang ada.

c. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak terkait untuk memperbaiki sistem proteksi kebakaran aktif yang belum sesuai dengan peraturan dan standar yang telah ditentukan.

d. Sebagai bahan rekomendasi untuk meminimalkan tingkat risiko dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

E. Keaslian Penelitian

1. Kurniawan (2014), meneliti tentang Gambaran Manajemen dan Sistem Proteksi Kebakaran di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta. Persamaan dalam penelitian ini adalah variabel yang digunakan, sedangkan perbedaannya terletak pada metode yang digunakan, dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang diolah dengan menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka).

2. Hadi (2014), meneliti tentang Analisis Ketersediaan Sarana Dan Sarana Penanggulangan Kebakaran Di Kota Luwuk. Persamaan dalam penelitian ini adalah menganalisis mengenai penanggulangan kebakaran, sedangkan

(7)

perbedaannya dalam penelitian ini, pengolahan dan analisis data menggunakan teknik analisis spasial wilayah penelitian dengan penggunaan alat analisis aplikasi Sistem Infomasi Geografi (SIG).

3. Steven (2011), meneliti tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Penanganan Pra Bencana Kebakaran Di Tingkat Komunitas. Persamaan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan perbedaannya yaitu subjek dan objek penelitian.

Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa penelitian yang akan dilakukan berbeda dan memiliki kebaruan dengan beberapa penelitian serupa yang dilakukan sebelumnya, oleh karena itu penelitian ini dianggap asli dan layak untuk diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis dan perbandingan dalam metode biaya-volume-laba cukup efektif dan eifisien dalam proyeksi penjualan, laba maupun biaya pada periode tahun

hubungan laju perpindahan panas reheater terlihat linier naik meskipun pada skala yang lebih kecil, sedangkan pada grafik hubungan laju perpindahan panas masuk

Pernikahan akan terjadi bila masing-masing pasangan merasa sudah saling cocok, melengkapi, menghormati, dapat menerima. Meskipun demikian pernikahan tidak semulus seperti yang

Pada akhirnya kondisi tersebut berdampak pada anak-anak, yaitu anak tumbuh dan berkembang dengan kurang memiliki jiwa sosial terutama sikap toleransi terhadap

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persentase larutan kapur sirih terbaik untuk bahan perendaman pada pembuatan keripik talas ketan adalah 20% dan lama

Menurut Porter (1998), analisis Value Chain memandang perusahaan sebagai salah satu bagian dari rantai nilai produk sebagai alat untuk mengidentifikasi cara-cara menciptakan

 Gedung Merdeka, termasuk dalam bangunan penting bagi ilmu pengetahuan, yaitu bangunan yang menjadi obyek. penelitian bidang-bidang ilmu pengetahuan lainya

3.1 Proses perumusan konsep didasari dengan latar belakang kota Surakarta yang dijadikan pusat dari pengembangan pariwisata Solo Raya karena memiliki potensi