• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang :

bahwa dalam rangka persidangan Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa ke XXX di New York, dipandang perlu untuk memberikan petunjuk-petunjuk pengarahan bagi Delegasl Pemerintah Indonesia ke Sidang tersebut, yang akan berlangsung dari tanggal 16 September hingga 16 Desember 1975.

Mengingat :

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.

M E N G I N S T R U K S I K A N. Kepada :

Menteri Luar Negeri / Ketua Delegasi Pemerintah Republik Indonesia. Untuk :

PERTAMA :

Mempergunakan petunjuk-petunjuk pengarahan sebagaimana terlampir pada Instruksi Presiden ini sebagal landasan dan pedoman dalam menghadapi masalah-masalah yang dibahas pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke XXX di New York.

KEDUA :

Memberikan laporan kepada Presiden tentang perkembangan Sidang selama berlangsungnya Sidang tersebut.

KETIGA :

Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Presiden. KEEMPAT :

Instruksi Presiden ini berlaku selama Delegasi Pemerintah Republik Indonesia menghadapi Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke XXX di New York.

KELIMA :

Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 24 September 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd.

(2)

S O E H A R T O JENDERAL TNI

LAMPIRAN

INSTRUKSI PRESIDEN RI. NOMOR 15 TAHUN 1975.

PETUNJUK PENGARAHAN BAGI DELEGASI PEMERINTAH RI KE SIDANG MAJELIS UMUM PBB KEXXX DI NEW YORK,

16 SEPTEMBER - 16 DESEMBER 1975. I. PENDAHULUAN.

1. Sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pemerintah Republik Indonesia telah memutuskan mengirimkan Delegasi untuk menghadiri dan ikut serta da-lam sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke XXX yang diselenggarakan di New York, mulai tanggal 16 September hingga 16 Desember 1975.

2. Dalam masa persidangan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun ini, kehadiran dan ikut sertanya Indonesia ditandai oleh beberapa perkembangan keadaan seperti :

a. Di Indonesia :

Pembinaan stabilitas politik dan ekonomi nasional, yang terus diusahakan hingga tahun kedua pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun ke II, berjalan dengan baik dan semakin mantap, serta memberikan landasan yang lebih kokoh bagi pelaksanaan rencana Pembangunan Lima Tahun ke II untuk tahun-tahun berikutnya.

b. Di kawasan Asia Tenggara :

Kerjasama dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara dalam rangka ASEAN, semakin bertambah mantap. Proses pemasyarakatan ASEAN dikalangan berbagai lingkungan kegiatan masyarakat negara-negara anggota,

(3)

telah berjalan lebih lancar. c, Di dunia internasional :

1) Perkembangan terakhir di Indo China telah menimbulkan situasi baru yang mendorong berbagai negara untuk mengadakan penyesuaian sikap politik di kawasan tersebut, yang pengaruhnya terasa diwilayah-wilayah sekitarnya. 2) Pendekatan-pendekatan yang terus berlangsung antara negara-negara blok Barat dan blok Timur (soviet) telah mencapai kemajuan-kemajuan baru, yang dikukuhkan pada pertemuan puncak 35 negara di Helsinki akhir bulan Juli dan permulaan bulan Agustus 1975.

3) Semakin meningkatnya pertentangan serta persaingan antara Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina, yang pengaruhnya terasa di forum-forum internasional dan lain-lain bagian dunia.

4) Usaha-usaha pemulihan perdamaian dan stabilitas di beberapa daerah krisis seperti di Timur Tengah, Cyprus dan Afrika Selatan, serta daerah-daerah lain, masih belum mendatangkan hasil seperti yang diharapkan.

5) Di bidang dekolonisasi, beberapa wilayah bekas jajahan Portugal ,di Afrika dan beberapa wilayah bekas jajahan lainnya telah atau akan segera mendapatkan kemerdekaannya : Di Angola, kemerdekaan yang telah berada diambang pintu, disuramkan prospeknya dengan pecahnya pertentangan bersenjata antara kelompok-kelompok yang berada dibawah pengaruh kepentingan-kepentingan luar/asing

d. Di bidang ekonomi internasional.

1) Dalam usaha pengembangan hubungan ekonomi antar bangsa, selama ini masih terdapat berbagai pembatas yang menghambat proses pembangunan ekonomi di hampir semua negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, seperti inflasi yang sangat tinggi dan resesi di negara-negara industri.

Dalam wujudnya, pembatas-pembatas sebagai diatas menimbulkan berbagai hambatan baik disektor ekspor bahan-bahan mentah, pembiayaan pembangunan, ataupun disektor pengembangan industri.

2) Tanpa mengabaikan sebab-sebah timbulnya hambatan-hambatan sebagai diatas dan hasil-hasil positif yang dapat dicapai Negara-negara yang sedang berkembang dalam keadaan tersebut, kenyataan dewasa ini menunjukkan mulai timbulnya penilaian kembali dan keraguan terutama dikalangan negara yang sedang berkembang terhadap strategi Pembangunan Internasional ke II dan Orde Ekonomi Dunia, yang berlaku dewasa ini.

(4)

lebih memperluas dimensi masalah pembangunan, dan semakin mempertebal keyakinan banyak negara untuk segera mengambil tindakan secara terpadu untuk memperbaharui tata susunan ekonomi dan sosial diantara bangsa-bangsa didunla.

4) Dalam kerangka itu pulalah, Deklarasi dan Program Aksi PBB tentang Orde Ekonomi Internasional Baru dan Piagam PBB tentang Hak dan Kewajiban Negara dibidang Ekonomi yang ditcetuskan beberapa waktu yang lalu, dewasa ini diusahakan perwujudan dan pelaksanaannya.

3. Peranan Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa dan keputusan Pemerintah untuk mengirim Delegasi ke Sidang Majelis Umum PBB ke-XXX ini, tidak pula terlepas dari pelaksanaan Sapta Krida Kabinet Pembangunan, Peranan yang dilakukan Indonesia dalam gelanggang internasional, erat hubungannya dengan Krida Pertama yang menyangkut pemeliharaan dan peningkatan stabilitas politik, terutama aspek politik luar negeri, yang akan mempengaruhi langsung atau tidak langsung stabilitas politik dan stabilitas keamanan dalam negeri.

Dan dalam rangka mengusahakan ketahanan nasional dan Untuk kelancaran pembangunan itulah, Pemerintah Indonesia memandang penting arti perlunya keamanan dan stabilitas politik di dunia pada umumnya dan di Asia Tenggara khususnya.

4. Indonesia ikut merasa bertanggung jawab untuk menciptakan perdamaian dunia yang adil dan berperikemanusiaan sebagaimana diamanatkan Undang-Un-dang Dasar 1945. Garis-garis Besar Haluan Negara menentukan pula bahwa dalam melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif, Indonesia perlu meningkatkan peranan dalam membantu bangsa-bangsa yang sedang mem-perjuangkan kemerdekaannya, mengemhangkan kerjasama dengan semua negara untuk maksud-maksud damai, serta mendorong kerjasama yang harmonis antara semua negara, baik yang telah maju maupun yang sedang berkembang.

5. Atas dasar pertimbangan mengenai berbagai permasalahan itulah Pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengirimkan Delegasi ke Sidang Majelis Umum ke-XXX ini, dengan harapan untuk dapat ikut menyumbangkan pikiran bagi kesejahteraan Ummat manusia di dunia pada umumnya dan rakyat Indonesia khususnya.

II. UMUM

Didalam menghadapi berbagai masalah yang mungkin timbul dan dibicarakan selama masa persidangan, kepada Delegasl diharapkan agar mempergunakan segala kesempatan untuk terus memperjuangkan dan membela kepentingan

(5)

nasional, serta waspada terhadap setiap gejala yang dapat menghambat pe-laksanaan pembangunan serta mengganggu stabilitas sosial, politik ataupun ekonomi nasional yang mungkin timbul baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan berpedoman pada hal-hal sebagai berikut :

1. Kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam tahun-tahun belakangan ini telah membawa bangsa Indonesia lebih jauh lagi kearah perkembangan yang penuh arti bagi kehidupan kesejahteraan dan kesentausaan bangsa serta perdamaian dunia. Hal itu mempertebal kepercayaan pada diri sendiri dan selayaknya dapat lebih memantapkan pembawaan peranan kita di dunia, Internasional.

2. Keyakinan pada kebenaran politik non-blok, yang bersumber pada politik luar negeri yang bebas dan aktif yang diabdikan pada kepentingan nasional, khususnya pembangunan ekonomi, menjadi dasar kerjasama didalam dan dengan kelompok negara-negara non-blok. Dengan sendirinya sejauh dan selama kerjasama itu bersifat konstruktif dan tidak merugikan kepentingan nasional.

3. Agar kerjasama yang erat dan saling menguntungkan dengan sesama negara ASEAN diforum PBB selama ini, terus dipelihara dan dlperkembangkan lebih lanjut.

4. Kerjasama dengan Kelompok Asia-Afrika, Kelompok 77 dan kelompok-kelom-pok lainnya yang mempunyai persamaan kepentingan dan melakukan usaha-usaha yang seiring dengan Pemerintah Republik Indonesia, hendaknya tetap dipelihara dan ditingkatkan tanpa mengorbankan kepentingan nasional.

III. KHUSUS

A. MASALAH-MASALAII POLITIK INTERNASIONAL. 1 . INDO-CHINA.

Indonesia menyambut baik berakhirnya pertumpahan darah di Indo China dan mengulurkan tangan persahabatan kepada pemerintah-pemerintah yang sekarang berkuasa di Vietnam Selatan dan Cambodia. Indonesia berpendapat, bahwa untuk menjaga kestabilan politik dan memungkinkan kerjasama yang harmonis antara negara di Asia Tenggara, hubungan antara negara-negara di wilayah tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip Dasasila Bandung.

2. PEREDAAN KETEGANGAN (DETENTE).

Indonesia menyambut baik kemajuan-kemajuan yang telah tercapai dalam pendekatan-pendekatan antara negara-negara dari blok Barat dan dari blok Timur (Soviet) seperti dituangkan dalam Deklarasi Konperensi mengenai Keamanan dan Kerjasama Eropa di Helsinki, dan mengharapkan hal itu akan

(6)

mempunyai pengaruh baik bagi usaha-usaha penyelesaian berbagai masalah di bagian-bagian dunia lalnnya.

3. TIMUR TENGAH.

Indonesia mendukung perjuangan serta tuntutan-tuntutan yang sah (legitimate) dari bangsa-bangsa Arab, dan tetap berpendapat bahwa penyelesaian masalah Timur Tengah harus didasarkan pada dua prinsip :

a. Penarikan mundur Israel segera dan tanpa syarat dari seluruh wilayah Arab yang didudukinya sejak tanggal 5 Juni 1967 dan.

b. Pelaksanaan seluruh hak-hak nasional rakyat Palestina, termasuk hak untuk kembali ke tanah airnya dan hak untuk menentukan nasibnya sendiri.

4. DEKOLONISASI.

Berdasarkan politik bebas dan aktif anti kolonialisme dan lmperialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, Indonesia mendukung penuh perjuangan-perjuangan kemerdekaan nasional dan melawan segala bentuk diskriminasi rasial, dan menyokong setiap usaha mempercepat proses dekolonisasi.

Indonesia menentang segala bentuk campur tangan asing dalam soal-soal lntern yang merupakan hak kedaulatan bangsa-bangsa yang baru saja atau akan segera mendapatkan kemerdekaannya.

Dalam hubungan masalah Timor Portugis, dasar sikap Indonesia adalah bahwa hak rakyat Timor Portugis sebagai keseluruhan untuk menentukan nasib politiknya sendiri secara bebas dan teratur, harus dijamin.

5. KOREA.

Masalah Korea adalah masalah yang menjadi hak dan wewenang rakyat Korea sendiri.

Tanpa mengabaikan perlunya pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di Korea dan wilayah-wilayah sekitarnya, Indonesia berpendapat perlunya diberikan kebebasan kepada rakyat Korea untuk menentukan kehendak sendiri tanpa campur tangan asing.

6. CYPPUS.

Sehubungan dengan adanya perbedaan sikap mengenai masalah Cyprus antara negara-negara non-blok pada umumnya, disatu pihak, dan negara-negara Arab dilain pihak, pada dasarnya Indonesia mengambil sikap sebagai berikut :

a. mendukung resolusi-resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Dewan Keamanan, yang menyerukan dihormatinya kemerdekaan, kedaulatan, integritas wilayah dan status non-alignment Republik Cyprus.

b. dukungan sebagai di atas diberikan tanpa mengurangi keprihatinan terhadap penderitaan masyarakat Cyprus keturunan Turki selama ini.

c. mengharapkan hasil-hasil yang positif bagi penyelesaian masalah Cyprus dari kontak-kontak langsung antara wakil-wakil masyarakat keturunan Turki dan keturunan Yunani.

(7)

Indonesia mendukung sepenuhnya usaha-usaha kearah pelaksanaan deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang pembentukan Samudera Hindia sebagai wilayah damai, dan menyesaikan segala tindakan yang berlawanan dengan kepentingan tercapainya tujuan tersebut atau menghambat pelaksanaannya. Indonesia mendukung penyelenggaraan konperensi antara negara-negara pantai dan pedalaman untuk mencapai persesuaian pendapat/pandangan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pembentukan Samudera Hindia sebagai wilayah Damai,

8. PERLUCUTAN SENJATA DAN WILAYAH BEBAS NUKLIR.

Indonesia mendukung perlucutan senjata secara umum dan menyeluruh dan pelarangan percobaan (senjata) nuklir dimanapun juga.

Atas dasar itu pula, Indonesia mendukung diselenggarakannya konperensi perlucutan senjata sedunia dengan persiapan yang cukup dan partisipasi dari semua negara nuklir maupun non-nuklir, guna membendung arus pengembangan persenjataan baik konvensionil maupun modern, terutama persenjataan nuklir.

Di dalam masalah ini, Indonesia berpendapat bahwa seyogyanyalah pengeluaran-pengeluaran untuk tujuan-tujuan militer dikurangi sehingga dana-dana yang tersisihkan dapat dipergunakan untuk tujuan-tujuan pembangunan, khususnya untuk membantu negara-negara berkembang.

Khusus mengenai pembentukan wilayah-wilayah bebas nuklir, Indonesia mendukung gagasan tersebut dengan menekankan pentingnya persetujuan dan persesuaian antara negara-negara yang terletak diwilayah yang bersangkutan, baik mengenai pembentukan ataupun pengaturannya.

B. MASALAH-MASALAH EKONOMI SOSIAL. 1. ORDE EKONOMI INTERNASIONAL BARU.

a. Keputusan politik apapun yang diambil oleh Sidang Khusus ke VII Majelis Umum PBB yang baru lalu, jelas masih akan memerlukan pengarahan lebih terperinci pada sidang ke XXX Majelis Umum PBB ini agar dapat dijadikan landasan bagi pelaksanaan lebih lenjut oleh Badan-badan yang berwenang. b. Berdasarkan hal-hal diatas dan sejalan dengan tugas Delegasi ke Sidang Khusus ke VII yang baru lalu, kepada Delegasi ke Sidang ke XXX Majelis Umum PBB ini diharapkan agar dapat memperjuangkan pengolahan lebih lanjut masalah-masalah yang telah mendapatkan keputusan politik selama Sidang khusus ke VII diatas.

c. Untuk keperluan ini, Delegasi hendaknya mempergunakan hasil-hasil perumusan Panitia Perumus Orde Ekonomi Internasional Baru.

d. Mengenai gagasan untuk mengadakan perobahan terhadap strategi Pembangunan Internasional ke II Indonesia dapat menyetujuinya dengan

(8)

catatan bahwa segala sesuatunya hendaknya dilakukan dalam rangka Deklarasi dan Program Aksi mengenai pembentukan Orde Ekonomi Internasional Baru dan Piagam mengenai Hak dan Kewajiban Negara dibidang Ekonomi.

e. Dalam hubungan ini pula, Delegasi hendaknya dapat ikut mengusahakan diambilnya keputusan-keputusan yang mampu membantu kelancaran pembahasan-pembahasan dalam Sidang UNCTAD ke IV di Nairobi bulan Mei 1976 yang akan datang, sehingga sidang tersebut nantinya dapat menghasilkan langkah lanjut yang konkrit dibidang perdagangan internasional bagi tercapainya Orde Ekonomi Internasional Baru.

2.U N I D O.

Dari Deklarasi Lima mengenai pengembangan industri yang perlu diperhatikan sepenuhnya dan diperjuangkan oleh Delegasi, yaitu :

a. agar status UNIDO ditingkatkan menjadi suatu Spesialized Agency,

b. agar sedapat mungkiri bagian dari pada negara-negara berkembang dalam produksi dunia di bidang industri dapat diperbesar dari 8% sekarang ini menjadi sekurang-kurangnya 20% dalam tahun 2000.

c. agar dicapai pengaturan pelimpahan teknologi ke negara-negara sedang berkembang, dengan memperhatikan sepenuhnya kepentingan pengembangan industri negara-negara tersebut.

3. PENYEMPURNAAN STRUKTUR ORGANISASI PBB.

Apabila penelitian dan masalah penyempurnaan struktur organisasi PBB akan dibicarakan kemungkinannya dalam suatu komisi Antar Pemerintah (Intergovernmental Commission), Delegasi hendaknya memperjuangkan agar : a. dalam keanggotaan Komisi terdapat keseimbangan yang mencerminkan kepentingan-kepentingan negara-negara sedang berkembang.

b. sebagai negara berpenduduk besar dan mempunyai kedudukan penting, baik ekonomis maupun politis di wilayah Asia Timur dan Tenggara, Indonesia dapat menjadi anggota Komisi tersebut.

IV. LAIN - LAIN.

1. Dalam usaha menggalang kerjasama dengan sesama negara berkembang, hendaknya Delegasi dapat sejauh mungkln menghindarkan diri dari sikap, tuntutan dan tindakan yang bersifat ekstrim.

(9)

Umum ke XXX, penyelesaiannya diserahkan kepada kebijaksanaan Ketua Delegasi, dan dilakukan sesuai dengan garis kebijaksanaan yeng ditempuh Pemerintah.

3. Dalam hal-hal yang prinsipiil, Delegasi hendaknya selalu berhubungan dengan Menteri Luar Negeri/Ketua Delegasi untuk mendapatkan instruksi selanjutnya. 4. Selambat-lambatnya dalam waktu satu bulan setelah selesai Sidang Majelis Umurn Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-XXX, Delegasi hendaknya telah menyelesaikan laporan yang menyeluruh dari hasil-hasil Sidang untuk diserahkan kepada Presiden.

Jakarta, 24 September 1975. ttd.

S O E H A R T O JENDERAL TNI

Referensi

Dokumen terkait

sample Data Survey fase Data foto tanaman Pencarian band optimal EVI Uji Statistik NDVI Analisa NDVI Shp sawah Analisa NDWI Persebaran Fase tumbuh padi Resize citra dengan

Penulisan skripsi yang berjudul, Implementasi Undang-Undang No 32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Analisis Pelanggaran Pidana Dalam Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati

Bahwa dengan adanya utang yang tidak bisa kelihatan secara sumir, maka hak untuk menuntut/menggugat para Termohon Kasasi (dahulu para Pemohon) tersebut seharusnya

Struktur perekonomian Kabupaten Subang pada tahun 2014 ini didominasi oleh kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, kategori Perdagangan Besar dan Eceran;

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan institusional, free cash flow , struktur aset dan kebijakan dividen

Setelah dianalisis, data pada tabel 4.4 menggambarkan seseorang yang masih terbayang masa lalu atau tidak bisa melupakan masa lalu yang sudah terjadi. Makna

Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II, kegiatan pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik, dimana hasil observasi kemampuan membaca permulaan

Pada kesempatan ini, penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Jumlah kredit yang disalurkan terhadap ROA pada kelompok Bank Persero Periode 2009-2011”.. Penulis