• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA 2017"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

L

LAPORAN KINERJA 2017

BADAN STANDARDISASI NASIONAL

Badan Standardisasi Nasional

Gedung BPPT I Lt 9 - 14

Jl. MH. Thamrin No.8,

Kebon Sirih, Jakarta Pusat

Telp +62 21 - 3927422 Fax +62 21 3927527

(2)

i

LAPORAN KINERJA

BADAN STANDARDISASI NASIONAL

TAHUN 2017

BADAN STANDARDISASI NASIONAL

(3)

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul i Daftar Isi ii Nilai-Nilai BSN iv Kata Pengantar v

Pernyataan Hasil Reviu Laporan Kinerja BSN 2017 vii

Ringkasan Eksekutif viii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 2

B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi 3

C. Mandat dan Peran Strategis 7

D. Sistematika Laporan 9

BAB II

STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN

A. Kondisi Umum 11

B. Tujuan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 14 C. Arah Kebijakan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 15

D. Arah Kebijakan Nasional 17

BAB III

PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Perencanaan Strategis 19

B. Rencana Kerja dan Anggaran 25

(4)

iii

D. Pengukuran Kinerja 27

BAB IV

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Indikator Kinerja Utama 34

B. Realisasi Anggaran 82

BAB V

PENUTUP

Penutup 86 Lampiran: 1) Perjanjian Kinerja

(5)

iv

NILAI-NILAI BSN

1. INTEGRITAS

Kemampuan untuk mewujudkan hal yang telah disanggupi karena SDM BSN menyadari bahwa kelangsungan hidup jangka panjang BSN ditentukan oleh kemampuan

personelnya dalam

mewujudkan apa saja yang mereka sanggupi bagi berbagai pemangku kepentingan. 2. KEJUJURAN Kemampuan untuk mengatakan sesuatu sebagaimana adanya karena kejujuran merupakan fondasi dalam

menjalankan bisnis di bidang penyediaan informasi (trustworthy

healing information) pada era teknologi informasi ini.

3. KECEPATAN

Kemampuan untuk merespon dengan cepat setiap perubahan karena kecepatan menjadi faktor penentu kelangsungan hidup dan pertumbuhan institusi.

4. KETERBUKAAN

Kemampuan untuk menerima hal baru dan/atau yang berbeda karena lingkungan kompetitif menuntut personel BSN untuk melakukan

improvement berkelanjutan terhadap proses yang

digunakan untuk

menyediakan layanan bagi

customer.

Keterbukaan atas hal yang baru merupakan prasyarat untuk melakukan improvement berkelanjutan. 5. TEAMWORK Kemampuan untuk

mencapai tujuan bersama melalui kerjasama karena masing-masing SDM BSN menyadari sebagai makhluk sosial akan mampu mewujudkan karya-karya besar melalui kerjasama.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Prof. Dr. Ir. Bambang Prasetya M.Sc

Kepala Badan Standardisasi Nasional

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Kinerja Badan Standardisasi Nasional Tahun 2017 dapat disusun dengan baik. Laporan Kinerja ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi BSN pada Tahun Anggaran 2017.

Laporan Kinerja BSN Tahun 2017 ini merupakan laporan akuntabilitas tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 yang menggambarkan sejumlah capaian kinerja tahun 2017 dibandingkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan tahun 2017 beserta analisisnya. Berbagai kebijakan dan upaya diambil sebagai langkah demi mewujudkan visi BSN yaitu “Terwujudnya infrastruktur mutu nasional yang handal untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa” terutama untuk melindungi pasar domestik, memperkuat penetrasi produk nasional terhadap pasar di luar negeri, serta mampu menjamin keselamatan, keamanan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan.

Penyusunan Laporan Kinerja BSN mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan

(7)
(8)
(9)

viii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Badan Standardisasi Nasional (BSN) Tahun 2017 menjabarkan capaian 7 (tujuh) Sasaran Strategis (SS) yang diukur dengan 21 (dua puluh satu) Indikator Kinerja Utama (IKU).

Pada tahun 2017, secara keseluruhan rata-rata capaian kinerja BSN sebesar 99,63% dari 21 (dua puluh satu) IKU. Sebanyak 13 (tiga belas) IKU capaiannya telah mencapai target dan 8 (delapan) IKU lainnya masih di bawah target. Delapan IKU yang belum mencapai target tersebut adalah Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-SNI; Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI; Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI; Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-SNI; Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi; Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN; Nilai kepatuhan layanan publik; dan Jumlah peraturan perundang-undangan di bidang SPK.

Dari delapan IKU yang belum mencapai target tersebut, terdapat 3 (tiga) IKU yang sampai Laporan Kinerja ini disusun belum dapat dinilai ketercapaiannya pada tahun 2017 dikarenaka nilai dari KemenPANRB dan Ombudsman belum keluar. Capaian yang dilaporkan untuk ketiga IKU ini adalah capaian tahun 2016. Ketiga IKU tersebut yaitu Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi; Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN; dan Nilai kepatuhan layanan publik.

Berikut disajikan tabel capaian IKU BSN tahun 2017 menurut Sasaran Strategis:

No. Sasaran

Strategis IKU Target Realisasi % Capaian

Stakeholder Perspective 1. Terwujudnya

daya saing produk berstandar

Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang

telah ber-SNI 5% 2% 40%

Persentase pertumbuhan penjualan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri

5% 5,2% 104%

(10)

ix

No. Sasaran

Strategis IKU Target Realisasi % Capaian

Customer Perspective 2. Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan Persentase pertumbuhan

Produk Unggulan Nasional yang telah ber-SNI

10% 13,6% 136%

(toleransi 120%)

Persentase produk ber-SNI di

pasar retail 3% 25% 833,3% (toleransi 120%) Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI 5% 2,56% 51,2%

Pertumbuhan jumlah industri yang memperoleh edukasi (pembinaan) penerapan SNI

1000 industri 1315 Industri 131,5% (toleransi 120%) Rata-rata capaian SS 2 102,8%

Internal Process Perspective 3. Meningkatnya

kapasitas dan kualitas

pengembangan SNI

Persentase SNI yang

dimanfaatkan 20% 35% (toleransi 120%)175%

Jumlah SNI yang ditetapkan 500 SNI 539 SNI 107,8%

Rata-rata capaian SS 3 113,9% 4. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian

Persentase ketersediaan ruang lingkup Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang terakreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku

kepentingan

10% 13,9% 139%

(toleransi 120%)

Jumlah LPK diakreditasi 1652 LPK 1823 LPK 110,4% Persentase skema akreditasi

Komite Akreditasi nasional (KAN) yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA)

45% 55% 122,2%

(toleransi 120%)

Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI 65% 61% 93,9% Rata-rata capaian SS 4 111,05% 5. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran

Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional

90 Kemampuan pengukuran 94 Kemampuan pengukuran 104,4% Rata-rata capaian SS 5 104,4% 6. Meningkatnya budaya mutu

Tingkat persepsi masyarakat

terhadap produk ber-SNI 80 skor 79,3 skor 99,13%

(11)

x

No. Sasaran

Strategis IKU Target Realisasi % Capaian

Learning and Growth Perspective 7. Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional

Opini BPK atas laporan keuangan

WTP (opini)

WTP

(opini) 100% Tingkat pelaksanaan Reformasi

Birokrasi

*) hasil penilaian dari KemenPANRB untuk tahun 2017 belum keluar

80 (nilai)

71,79 (nilai) (th 2016)

89,74%

Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN

*) hasil penilaian dari KemenPANRB untuk tahun 2017 belum keluar

73 (BB) nilai

64,87 BB

(th 2016) 88,86%

Indeks kompetensi dan integritas

SDM > 95% 99% 104%

Nilai kepatuhan layanan publik

*) tahun 2017 BSN tidak dilakukan penilaian oleh Ombudsman karena sudah dalam zona hijau

105 (nilai) 104 (nilai)

(th 2016) 99%

Persentase ketersediaan sarana dan prasarana untuk

pelaksanaan tugas BSN sesuai dengan UU 20 tahun 2017

100% 100% 100%

Jumlah peraturan perundang-undangan di bidang SPK 3 Dokumen 3 Dokumen 77% Rata-rata capaian SS 7 94,12%

Rata-rata Capaian BSN Tahun 2017 99,63%

Langkah-langkah kedepan yang harus dilakukan oleh BSN dalam upaya memperbaiki kinerja dan menghadapi tantangan kedepan, antara lain:

a) Meningkatkan sosialisasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian terutama dalam hal sertifikasi SNI kepada masyarakat melalui berbagai media publikasi, terutama yang berbasis Information Technology (IT). b) Meningkatkan bimbingan untuk industri khususnya UMK di bidang

standardisasi dan penilaian kesesuaian dengan melibatkan pemerintah daerah terkait dalam mendukung penyusunan SNI sesuai potensi/kebutuhan daerah dan dapat mendukung penerapan SNI di UMK. c) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara BSN dengan pihak-pihak

terkait dan sinergi dalam kegiatan penyusunan, penerapan, dan pengawasan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia

(12)

1 Pada tahun 2017, realisasi anggaran Badan Standardisasi Nasional adalah sebesar Rp.156.444.731.851,‐ atau 94,53% dari pagu

Rp.165.504.554.000,‐.

BAB I

(13)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu alasan penting ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian adalah adanya keyakinan bahwa standardisasi dan penilaian kesesuaian menjadi pilar yang strategis untuk meningkatkan daya saing terutama dalam melindungi pasar domestik, memperkuat penetrasi produk nasional terhadap pasar luar negeri, turut serta memberikan jaminan kepada masyarakat dalam hal keselamatan, keamanan, kesehatan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Sejalan dengan hal tersebut, Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, sebagai upaya untuk mewujudkan kemandirian dalam bidang ekonomi, Presiden berkomitmen untuk mengembangkan kapasitas perdagangan nasional yang dilakukan antara lain melalui implementasi dan pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara konsisten untuk mendorong daya saing produk nasional dalam rangka penguasaan pasar domestik dan penetrasi pasar internasional serta melindungi pasar domestik dari barang-barang berstandar rendah.

Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) memiliki tanggung jawab besar untuk melaksanakan amanah tersebut. Maka dari itu melalui Rencana Strategis BSN Tahun 2015-2019, BSN telah berkomitmen untuk mewujudkan infrastruktur mutu nasional yang handal untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa. Dalam mengupayakan komitmen tersebut, BSN melaksanakan prinsip-prinsip

good governance sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor

28 Tahun 1999, dimana salah satunya adalah azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan Laporan Kinerja (LKj).

Laporan Kinerja disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban BSN dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2017 dalam rangka melaksanakan misi dan mencapai visi BSN, serta

(14)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 3 sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit kerja di lingkungan BSN, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan bagi pemangku kepentingan demi perbaikan kinerja BSN. Dasar penyusunan LKj BSN Tahun 2017 adalah :

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian;

6. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

8. Peraturan Kepala BSN Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah di Lingkungan Badan Standardisasi Nasional.

B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

Badan Standardisasi Nasional dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 1997 yang diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non-Departemen, dengan tugas pokok BSN adalah mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi di Indonesia. Kemudian Keputusan Presiden tersebut diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

(15)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 4 Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian.

Badan Standardisasi Nasional melaksanakan tugas pemerintahan di bidang standardisasi, akreditasi dan penilaian kesesuaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, BSN menyelenggarakan fungsi:

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang standardisasi nasional;

b. Pengkoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BSN;

c. Pelancaran dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidangstandardisasi nasional;

d. Penyelenggaraan kegiatan kerjasama dalam negeri dan internasional di bidang standardisasi;

e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga

.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi yang telah ditetapkan, dilakukan pembagian tugas dan kewenangan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 965/BSN-1/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala BSN Nomor 4 Tahun 2013 tentang perubahan kedua atas Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN/HL.35/05/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional, struktur organisasi BSN seperti pada Gambar pada Lampiran 1.

Badan Standardisasi Nasional dipimpin oleh Kepala. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala BSN dibantu oleh 1 (satu) Sekretaris Utama dan 3 (tiga) Deputi, yaitu : Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi, Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi, dan Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi.

1. Sekretariat Utama; mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian administrasi, dan sumber daya di lingkungan BSN

2. Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi; mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengembangan standar, penelitian dan pengembangan standardisasi, dan kerjasama standardisasi.

(16)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 5 3. Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi; bertugas mempunyai

tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang penerapan standar dan akreditasi.

4. Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi; mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang informasi dan dokumentasi serta pendidikan dan pemasyarakatan standardisasi.

Gambar 1.1 Struktur Organisasi BSN Tahun 2017

Sampai dengan 31 Desember 2017 BSN memiliki personel sebanyak 391 (tiga ratus sembilan puluh satu) orang. Gambaran mengenai komposisi pegawai BSN sebagaimana ditunjukkan pada grafik di bawah ini.

(17)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 6

Tabel 1.1 Komposisi Pegawai BSN 2017

Gambar 1.2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Unit Kerja Eselon I

Gambar 1.3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Unit Kerja < S1 Jenjang Pendidikan S1 S2 S3 Jumlah Orang

1. Kepala BSN - - - 1 1 2. Sekretariat Utama 37 61 17 1 116 3. Kedeputian PKS 3 64 23 - 90 4. Kedeputian PSA 6 83 18 1 108 5. Kedeputian IPS 13 48 15 1 77 Jumlah 59 256 73 4 391

(18)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 7

C. Mandat dan Peran Strategis

Dalam menghadapi era globalisasi, beberapa negara sepakat untuk membentuk organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization, WTO). Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Pembentukan WTO melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The

World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan

Dunia). Untuk mengurangi hambatan teknis dalam perdagangan, WTO mengatur penurunan tarif secara bertahap dan instrumen non-tarif. Adapun instrumen non-tarif ini diatur antara lain melalui perjanjian Hambatan Teknis dalam Perdagangan (Technical Barriers to Trade, TBT) dan perjanjian Sanitary

and Phytosanitary (SPS). Perjanjian TBT disusun untuk menjamin agar standar,

regulasi teknis, dan prosedur penilaian kesesuaian tidak menimbulkan hambatan teknis yang tidak perlu dalam perdagangan. Perjanjian SPS disusun untuk mengatur perlindungan terhadap kehidupan dan kesehatan manusia, hewan, dan tanaman.

Implikasi dari pelaksanaan UU tersebut di atas, Indonesia tentunya harus siap dengan keadaan dimana tidak ada lagi pembatasan lalu lintas perdagangan antar negara melalui tarif. Pemberlakuan standar merupakan salah satu instrumen yang memungkinkan pembatasan tersebut. Tahun 2015 merupakan momentum awal mulai diberlakukannnya mekanisme tersebut dalam lingkup regional ASEAN dengan diimplementasikannya ASEAN

Economic Community (AEC) atau lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi

Asean (MEA). ASEAN sebagai masyarakat ekonomi dengan basis produksi dan pasar tunggal semestinya menjadi langkah strategis utama bagi Indonesia, untuk melangkah dan merebut pasar global yang lebih luas.

Ketentuan Umum Standar dan Kesesuaian (Common Rules of Standards

and Conformance), sebagai salah satu pilar utama yang diperlukan untuk

dapat mewujudkan aliran barang secara bebas di pasar ASEAN, harus digunakan sebagai basis pengembangan Infrastruktur Mutu Nasional. Dengan ketersediaan infrastruktur mutu yang memadai, Indonesia akan mampu memenuhi kewajibannya untuk melindungi kepentingan bangsa dan negara serta mendorong daya saing nasional di kancah AEC dan aliansi ekonomi regional dan internasional lainnya.

Kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian juga diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk nasional di pasar domestik. Kepercayaan masyarakat dibangun dengan memberikan keyakinan bahwa hanya produk yang telah memenuhi SNI yang mampu memberikan jaminan mutu yang sesuai, mampu melindungi keselamatan, keamanan, kesehatan serta menjamin fungsi lingkungan hidup. Kepercayaan

(19)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 8 masyarakat tersebut dibuktikan melalui kesadaran atau keinginan masyarakat untuk membeli produk bertanda SNI. Masyarakat sadar bahwa produk yang memenuhi persyaratan SNI memiliki nilai tambah dibandingkan dengan produk yang tidak memenuhi persyaratan SNI.

Beberapa kendala yang masih dihadapi dalam kaitannya dengan implementasi standardisasi dan penilaian kesesuaian, antara lain:

1. Kurangnya kesadaran pelaku usaha terhadap standar. Hal ini tampak dari sebagian besar SNI diterapkan oleh pelaku usaha sebagai respon dari pemberlakuan regulasi SNI secara wajib.

2. Kurangnya kesadaran dan kepercayaan konsumen tentang pentingnya standar untuk melindungi kepentingannya. Konsumen kalangan menengah keatas akan memilih barang karena merek (telah lolos uji standar tertentu, baik SNI maupun non SNI), sedangkan bagi kalangan bawah dengan kemampuan finansial terbatas akan memilih barang karena pertimbangan harga yang murah);

3. Kurang tepatnya kebijakan dalam penerapan standar. Hal ini tampak dari titik berat program penerapan standar dilakukan melalui pemberlakuan SNI secara wajib dan belum mencakup pemberian informasi dan insentif kepada pelaku usaha untuk dapat memanfaatkan pasar yang lebih besar, padahal SNI hanya dapat diberlakukan secara wajib dengan alasan perlindungan kepentingan publik dan lingkungan, serta hanya berlaku di wilayah teritorial Republik Indonesia;

4. Masih perlunya koordinasi antar intansi K/L dalam program pembinaan untuk mendorong penerapan standar bagi pelaku usaha, terutama UMK untuk mendorong produk UKM yang telah ber-SNI di desa masuk ke pasar retail modern dan mendorong produk UKM yang telah memenuhi SNI dapat memperluas distribusinya ke luar negeri.

5. Masih perlunya koordinasi antar instansi pemerintahan dalam rangka penerapan produk - produk ber-SNI terutama SNI Wajib.

6. Masih lemahnya penegakan hukum bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan praktek penerapan standar, sehingga dapat merugikan pelaku usaha yang sungguh-sungguh telah menerapkan standar;

7. Kurangnya infrastruktur mutu baik lembaga sertifikasi produk, laboratorium penguji dan laboratorium kalibrasi yang terdistribusi secara merata di wilayah Indonesia, sehingga menyulitkan pelaku usaha dalam proses pengujian dan sertifikasi dan berdampak biaya tinggi.

(20)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 9

D. Sistematika Laporan

Sistematika penyajian Laporan Kinerja BSN Tahun 2017 adalah sebagai berikut:

1. Ringkasan Eksekutif

Bagian ini menguraikan secara singkat tentang tujuan dan sasaran yang akan dicapai beserta hasil capaian, kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan sasaran, langkah-langkah yang diambil, serta langkah antisipatifnya.

2. Bab I Pendahuluan

Bagian ini menguraikan tentang tugas, fungsi dan struktur organisasi, peran strategis BSN, dan sistematika laporan.

3. Bab II Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

Bagian ini menguraikan tentang kondisi umum, tujuan dan arah kebijakan.

4. Bab III Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Bagian ini menguraikan tentang rencana strategis dan penetapan/perjanjian kinerja BSN Tahun 2017.

5. Bab IV Akuntabilitas Kinerja

Bagian ini menguraikan tentang pengukuran, sasaran dan akuntabilitas pencapaian kinerja serta realisasi anggaran BSN Tahun 2017.

6. Bab V Penutup

Bagian ini menguraikan tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, permasalahan dan kendala, serta strategi pemecahannya untuk tahun mendatang.

(21)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 10

BAB II

STANDARDISASI DAN

PENILAIAN KESESUAIAN

(22)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 11

BAB II

STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN

A.

Kondisi Umum

Infrastruktur mutu nasional, yang diatur dalam Undang – Undang Nomor 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian meliputi Standardisasi, Akreditasi, dan Penilaian Kesesuian. BSN sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia perlu memastikan bahwa pelaksanaan perencanaan SNI, perumusan SNI, penetapan SNI, penerapan dan pemberlakuan SNI, pemeliharaan SNI, pengujian, inspeksi, sertifikasi, akreditasi, pengelolaan standar nasional satuan ukuran, pengendalian tanda SNI, dan sistem informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BSN menetapkan SNI, berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga pemerintah lainnya, mengkoordinasikan fungsi dan kegiatan perumusan SNI dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian, dengan prinsip-prinsip perumusan SNI sebagaimana yang diatur dalam Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 01:2015 yaitu prinsip transparansi dan keterbukaan, konsensus dan tidak memihak, efektif dan relevan, koheren dan dimensi pengembangan. Perumusan SNI juga harus harmonis dengan kaidah-kaidah yang berlaku di badan standar tingkat Internasional, seperti ISO, IEC, dan Codex Alimentarius. BSN diberikan amanah oleh UU Nomor 20 tahun 2014 untuk mengelola seluruh Komite Teknis ke BSN yang berjumlah 146 Komtek dari 20 K/L terkait.

Indonesia saat ini telah menetapkan 11.670 SNI dengan rincian 9.791 SNI aktif dan 1.191 telah diabolisi/tidak berlaku yang mencakup berbagai standar produk, sistem, proses, maupun metode pengujian. Diantara 9.791 SNI yang masih aktif, sebanyak 205 SNI diantaranya diberlakukan secara wajib. Penerapan SNI dilakukan oleh pelaku usaha/industri/personel dengan 12.501 Pelaku industri/organisasi pemegang SPPT SNI. Sertifikat diberikan apabila telah dinyatakan memenuhi SNI oleh lembaga sertifikasi. Sampai saat ini lebih dari 63.000 penerap yang meliputi produk, sistem manajemen, HACCP, ekolabel, personel, legalitas kayu, dan pangan organik. Selain itu BSN juga ditugaskan untuk membina role model UKM bersertifikasi SNI sebanyak 10.000 UKM hingga tahun 2025 untuk mendorong daya saing 52 juta UKM Indonesia, hingga saat ini BSN telah membina 464 role model UKM.

(23)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 12 Sesuai Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 2001 tentang Komite Akreditasi Nasional, untuk melaksanakan tugas BSN di bidang akreditasi, pemerintah membentuk Komite Akreditasi Nasional (KAN). KAN bertanggung jawab melakukan akreditasi terhadap lembaga penilaian kesesuaian (LPK), antara lain laboratorium, lembaga sertifikasi produk, lembaga sertifikasi sistem manajemen, lembaga sertifikasi personel (termasuk profesi), lembaga inspeksi, serta lembaga penilaian kesesuaian lainnya yang terkait dengan kegiatan kerjasama akreditasi internasional dalam lingkup International Laboratory

Accreditation Cooperation (ILAC) dan International Accreditation Forum (IAF).

LPK dapat berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non-pemerintah dengan persyaratan kompetensi tertentu. Persyaratan kompetensi tersebut harus harmonis dengan persyaratan internasional (dalam forum ILAC dan IAF). KAN dapat mengembangkan sistem akreditasi LPK yang diperlukan dan mengupayakan pengakuan internasional melalui ILAC dan IAF. Untuk mendukung fungsi akreditasi KAN, BSN telah berhasil membuat 49 skema akreditasi.

Penerapan SNI didukung oleh sekitar 1.823 LPK dengan rincian 1.474 laboratorium, 13 penyelenggara uji profisiensi, 80 lembaga inspeksi, dan 256 lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasonal. Hasil uji, kalibrasi, dan sertifikasi oleh lembaga penilaian kesesuaian yang diakreditasi oleh KAN tersebut, pada saat ini telah diakui di tingkat regional maupun internasional melalui perjanjian saling pengakuan antara KAN dengan badan-badan akreditasi negara lain, anggota Asia Pacific Laboratory Accreditation

Cooperation (APLAC), Pacific Accreditation Cooperation (PAC), International Laboratory Accrediitation Cooperation (ILAC), dan International Accreditation Forum (IAF).

Dalam pengembangan standar nasional, Indonesia telah menjadi anggota the International Organization for Standardization (ISO), International

Electrotechnical Committee (IEC), CODEX Alimentarius Commission (CAC), dan International Telecommunication Union (ITU). Keanggotaan Indonesia di dalam

organisasi pengembangan standar internasional tersebut, tentunya harus dapat dimanfaatkan sebagai basis pengembangan SNI dan basis untuk memperoleh informasi tentang pengembangan standardisasi di negara-negara lain. Partisipasi dalam organisasi standardisasi internasional tersebut dapat memperjuangkan kepentingan Indonesia dalam mendukung ekonomi nasional.

Dalam pengelolaan standar nasional satuan ukuran (SNSU), BSN berkoordinasi dengan lembaga yang berada di dalam koordinasi Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, antara lain Pusat Penelitian Metrologi LIPI dan Pusat Teknologi Kedokteran dan Metrologi Radiasi BATAN, yang baru mencakup besaran fisik, sedangkan untuk pengukuran kimia baru pada tahap

(24)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 13 pengembangan oleh Pusat Penelitian Kimia LIPI dan belum memulai proses untuk memperoleh pengakuan internasional. Kebutuhan acuan pengukuran selalu berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan proses produksi. Ke depan, pengelolaan SNSU perlu memperluas cakupan untuk pengukuran mikrobiologi, alat kesehatan, biomedis, in-vitro diagnostik, laboratorium obat, pengukuran nano, dan berbagai pengukuran lain yang dibutuhkan sesuai perkembangan teknologi. Mikrobiologi dan alat kesehatan akan dikembangkan oleh BSN berdasarkan amanat dalam RPJMN 2015-2019

Di dalam pengelolaan teknis ilmiah Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU), Indonesia telah menjadi anggota Convention du Metre, telah berpartisipasi dalam Committe Interational des Poids et Mesures (CIPM)

Multilateral Recognition Arrangement, dan telah memperoleh pengakuan

terhadap 362 kemampuan teknis pengelolaan dan diseminasi SNSU yang diakui di seluruh dunia serta dipublikasikan di dalam basis data acuan pengukuran dunia, Appendix C of CIPM MRA (www.bipm.org/kcdb/apendixC). Namun, saat ini jumlah kemampuan kalibrasi dan pengukuran Indonesia berada sangat jauh di bawah China, Korea, dan bahkan di bawah negara-negara yang baru menjadi anggota Konvensi Meter pada decade 1990–2000an. Untuk itu sedang dilakukan penataan kelembagaan melalui re-organisasi BSN untuk mengintegrasikan pengelolaan Standardisasi, Akreditasi dan SNSU

Pada prinsipnya penerapan SNI bersifat sukarela, namun untuk kepentingan keselamatan, kesehatan, keamanan dan perlindungan fungsi lingkungan hidup, instansi Pemerintah (regulator) yang berwenang dapat memberlakukan SNI secara wajib. Dalam pemberlakuan SNI wajib, masih terdapat kelemahan dalam pengawasan dan penegakan hukum sehingga di pasar masih banyak dijumpai produk-produk domestik maupun produk impor yang tidak memenuhi persyaratan tersebut. Pemerintah diharapkan dapat mengimplementasikan Good Regulatory Practices (GRP) secara efektif untuk memastikan pemenuhan minimal yang ditetapkan di dalam regulasi teknis berbasis SNI. Untuk penyiapan pelaku usaha dalam menerapkan SNI, diperlukan pembinaan melalui bimbingan penerapan SNI dan pemberian insentif sertifikasi pada pelaku usaha terutama UKM.

Peran serta masyarakat dalam standardisasi dan penilaian kesesuaian tidak hanya sebagai konsumen yang pasif, namun bisa dimulai dari proses perencanaan standar sampai dengan penerapan dan pengawasan. Peran tersebut dapat ditingkatkan melalui upaya pemasyarakatan pada seluruh pemangku kepentingan melalui berbagai media, termasuk penggunaan teknologi informasi dan didukung dengan dokumentasi standar yang memadai. Peningkatkan budaya standar diperlukan untuk pencapaian tujuan dan sasaran pengembangan standardisasi nasional yang sangat bergantung pada

(25)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 14 kesadaran seluruh pihak. Lebih lanjut pola hubungan/keterkaitan antar aktivitas standardisasi dan penilaian kesesuaian dan kelembagaan yang mendukungnya baik di tingkat nasional maupun internasional yang tercakup dalam Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian sesuai Undang-undang Nomor 20 tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Pola Hubungan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

B. Tujuan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian di Indonesia diatur dalam Undang–Undang Nomor 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian yang mencakup Metrologi Teknik, Standar, Pengujian, dan Mutu. Konsep tersebut mengacu pada konsep internasional tentang Measurement,

Standard, Testing and Quality Management (MSTQ) Infrastructure, yang

bertujuan untuk:

1. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup;

2. Membantu kelancaran perdagangan;

3. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.

Standardisasi dan penilaian kesesuaian merupakan salah satu instrumen yang diharapkan mampu meningkatkan daya saing nasional. Hal ini menjadi salah satu alasan ditetapkannya UU Nomor 20 Tahun 2014 tersebut. Dalam

(26)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 15 konteks standardisasi dan penilaian kesesuaian, peningkatan daya saing nasional dilakukan melalui upaya :

1. Peningkatan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional, persaingan usaha yang sehat dan transparan dalam perdagangan, kepastian usaha, dan kemampuan pelaku usaha, serta kemampuan inovasi teknologi;

2. Peningkatan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya, serta negara, baik dari aspek keselamatan, keamanan, kesehatan, maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan 3. Peningkatan kepastian, kelancaran, dan efisiensi transaksi perdagangan

barang dan/atau jasa di dalam negeri dan luar negeri meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup.

C. Arah Kebijakan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

Sejalan dengan dasar hukum penetapan standardisasi nasional serta tantangan yang dihadapi serta mempertimbangkan rencana pembangunan jangka panjang nasional 2015-2025 yang menjadi basis pembangunan ekonomi Indonesia sampai dengan tahun 2025, tujuan Standardisasi Nasional 2015-2025 adalah “mewujudkan sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa”.

Sebagai ukuran tercapainya tujuan standardisasi nasional dalam kurun waktu 10 tahun mendatang, pengembangan standardisasi nasional 2015-2025 diarahkan untuk mencapai sasaran pokok untuk masing-masing tujuan sebagai berikut:

1. Terwujudnya sistem standardisasi nasional untuk melindungi keselamatan, keamanan, dan kesehatan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup; 2. Terwujudnya sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan kepercayaan

terhadap produk nasional di pasar domestik;

3. Terwujudnya sistem standarisasi nasional untuk membuka akses produk nasional ke pasar global;

4. Terwujudnya sistem standardisasi nasional sebagai platform sistem inovasi nasional;

5. Terwujudnya sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan keunggulan kompetitif produk nasional.

(27)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 16

Gambar 2.2. Tahapan dan Skala Prioritas Pencapaian Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025

(28)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 17

D. Arah Kebijakan Nasional

Sesuai Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017, BSN bertugas untuk mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi nasional, terus-menerus mengupayakan penguatan infrastruktur mutu tersebut dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Infrastruktur mutu tersebut terdiri dari tiga pilar yakni: (1) standardisasi; (2) penilaian kesesuaian; dan (3) metrologi untuk mendukung penerapan SNI.

Prioritas Pembangunan bidang Standardisasi ditujukan untuk mendukung produk nasional dalam menghadapi proses globalisasi. Standardisasi nasional diupayakan dapat meningkatkan pengembangan harmonisasi SNI terhadap standar internasional, sebagai bagian strategi memperlancar perdagangan produk-produk Indonesia di pasar internasional. Dalam mengembangkan standar dan penilaian kesesuaian untuk mengurangi hambatan perdagangan tersebut, Indonesia berperan aktif juga dalam organisasi di tingkat regional ASEAN, pasifik serta internasional.

(29)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 18

BAB III

PERENCANAAN STRATEGIS

DAN PERJANJIAN KINERJA

(30)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 19

BAB III

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Dalam upaya untuk memperkuat peran BSN dalam melaksanakan tugas di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia, BSN telah menetapkan visi dan misi sebagaimana tertuang dalam RENSTRA BSN tahun 2015-2019. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, BSN telah menetapkan kinerja organisasi dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard (BSC), agar pengelolaan kinerja BSN dapat dilakukan secara terukur dan terstruktur dengan penekanan pada empat perspektif yang berimbang dan di “cascading” (diturunkan) dari tingkat organisasi sampai sampai dengan tingkat staf (Sasaran Kinerja Pegawai, SKP). Hal tersebut dilakukan dalam rangka mendukung penguatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN dan pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang lebih baik. Adapun upaya perbaikan yang telah dilaksanakan antara lain sebagai berikut:

1. Melakukan reviu Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan memetakan peta strategi dan indikator kinerja dengan 7 (tujuh) Sasaran Strategis (SS) dan 21 (dua puluh satu) Indikator Kinerja Utama (IKU).

2. Penandatanganan Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2017, yang merupakan kontrak kinerja yang disusun secara berjenjang mulai dari tingkat Lembaga, Eselon I dengan Kepala BSN, Eselon II dengan Eselon I, Eselon III dengan Eselon II, dan Eselon IV dengan Eselon III.

3. Memperkuat sistem monitoring capaian kinerja BSN, termasuk didalamnya sistem pengumpulan data kinerja berbasis Informasi dan Teknologi (aplikasi SIPP, http://sipp.bsn.go.id/ )

4. Cascading Sasaran Strategis dan indikator kinerja sampai level staf (SKP, Sasaran Kinerja Pegawai)

5. Penerapan sistem penilaian kinerja individu/pegawai berbasis Informasi dan Teknologi (aplikasi SIMPEG, http://simpeg.bsn.go.id/kinerja ).

A. Perencanaan Strategis

Badan Standardisasi Nasional bertanggung jawab dalam menjalankan sebagian urusan pemerintahan di bidang standardisasi secara nasional. Dalam kurun waktu 2015-2019 dengan berorientasi kepada hasil yang ingin dicapai selama 5 (lima) tahun dan memperhitungkan potensi, peluang, serta kendala

(31)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 20 yang ada maupun tantangan yang mungkin terjadi, BSN diharapkan menjadi lembaga yang terdepan dalam mengupayakan tujuan standardisasi nasional.

Untuk merealisasikan dan mewujudkan tujuan standardisasi nasional maka Kepala BSN menetapkan visi berikut:

VISI

“Terwujudnya infrastruktur mutu nasional yang handal untuk

meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa”

Dalam upaya mewujudkan infrastruktur mutu nasional yang handal, BSN bertugas mengkoordinasikan elemen infrastruktur mutu yang meliputi standar, penilaian kesesuaian (pengujian, inspeksi, kalibrasi, dan sertifikasi) dan metrologi menjadi suatu sistem yang terpadu, harmonis, kompeten, dan diakui di tingkat internasional dengan memegang teguh kaidah-kaidah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memperhatikan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder).

Daya saing berarti bahwa apabila SNI tersebut diimplementasikan oleh pelaku usaha atau organisasi, akan memberikan nilai yang lebih tinggi. Dalam skala yang lebih luas, akan memberikan dampak yang lebih baik bagi perekonomian nasional. Sedangkan kualitas hidup bangsa memiliki makna bahwa standar dan penilaian kesesuaian akan mampu menjamin keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat serta pelindungan fungsi lingkungan hidup.

Untuk mewujudkan visi standardisasi dan penilaian kesesuian tersebut, maka misi yang diemban oleh BSN adalah :

MISI

1. Mengembangkan kebijakan standardisasi dan penilaian

kesesuaian berbasis iptek dan sistem internasional.

2. Meningkatkan penerapan standardisasi dan penilaian kesesuaian.

3. Meningkatkan budaya standar di masyarakat.

4. Mengembangkan sistem pengendalian dan evaluasi pelaksanaan standardisasi dan penilaian kesesuaian.

(32)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 21 Adapun tujuan dan sasaran pembangunan standardisasi dan penilaian kesesuaian tahun 2015-2019 yang telah beberapa kali disempurnakan adalah sebagai berikut :

TUJUAN

1. Mewujudkan sistem pengembangan SNI yang efektif dan efisien

mendukung daya saing dan kualitas hidup bangsa.

2. Mewujudkan sistem penerapan standar, penilaian kesesuaian, dan ketelusuran pengukuran yang efektif dan efisien mendukung daya saing dan kualitas hidup bangsa.

3. Mewujudkan peningkatan budaya mutu, kompetensi, dan efektivitas sistem informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian.

4. Mewujudkan tata kelola yang efektif, efisien, dan akuntabel.

SASARAN STRATEGIS

Stakeholder Perspective

SS 1. Terwujudnya daya saing produk berstandar, dengan IKU: 1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan

Nasional yang telah ber-SNI

2. Persentase pertumbuhan penjualaan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri

Customer Perspective

SS 2.Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan, dengan IKU:

3. Persentase pertumbuhan Produk Unggulan Nasional yang telah ber-SNI

4. Persentase produk ber-SNI di pasar retail

5. Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI

6. Pertumbuhan jumlah industri yang memperoleh edukasi (pembinaan) penerapan SNI

Internal Process Perspective

SS 3. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI, dengan IKU:

7. Persentase SNI yang dimanfaatkan 8. Jumlah SNI yang ditetapkan

SS 4. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian, dengan IKU:

(33)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 22 9. Persentase ketersediaan ruang lingkup Lembaga

Penilaian Kesesuaian (LPK) yang terakreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan

10. Jumlah LPK diakreditasi

11. Persentase skema akreeditasi Komite Akreditasi nasional (KAN) yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) 12. Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan

persyaratan SNI

SS 5. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran, dengan IKU:

13. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional

SS 6. Meningkatnya budaya mutu, dengan IKU:

14. Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-SNI

Learning and Growth Perspective

SS 7. Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional, dengan IKU:

15. Opini BPK atas laporan keuangan

16. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi 17. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN 18. Indeks kompetensi dan integritas SDM 19. Nilai kepatuhan layanan publik

20. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas BSN sesuai dengan UU 20 tahun 2017

21. Jumlah peraturan perundangan-undangan di bidang SPK

Berdasarkan Sasaran Strategis tersebut, BSN menetapkan 4 (empat) arah kebijakan sebagai berikut:

KEBIJAKAN

1. Meningkatkan kualitas SNI sesuai dengan kebutuhan

pasar.

2. Meningkatkan kualitas sistem dan infrastruktur penerapan standar dan penilaian kesesuaian.

3. Membangun budaya standar.

(34)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 23

PETA STRATEGIS

Dalam pendekatan Balanced Scorecard (BSC), BSN telah memetakan 7 (tujuh) sasaran strategis menjadi 4 (empat) perspective, yaitu :

1. Stakeholder perspective

2. Customer perspective

3. Internal process perspective 4. Learning and growth perspective

(35)
(36)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 25

B. Rencana Kerja dan Anggaran

Dengan memperhatikan RKP 2017 dan berpedoman pada Renstra BSN 2015-2019, BSN menyusun Rencana Kerja (Renja) yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang meliputi kegiatan pokok serta kegiatan pendukung untuk mencapai sasaran program, dan dirinci menurut indikator keluaran, sasaran keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran tahun berikutnya, pagu anggaran, serta cara pelaksanaannya. Dari Renja yang telah disusun dan pagu anggaran yang telah ditetapkan, BSN menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang memuat informasi kinerja yang meliputi program, kegiatan dan sasaran kinerja, serta rincian anggaran. Informasi pendanaan dalam RKA memuat informasi Rincian Anggaran, antara lain:

output, komponen input, jenis belanja, dan kelompok belanja.

Pada tahun 2017, BSN mendapatkan total pagu anggaran sebesar Rp.184.522.097.000,-. Kemudian mengalami beberapa kali perubahan sehingga anggaran BSN tahun 2017 terakhir menjadi Rp.165.504.554.000, yang digunakan untuk melaksanakan 2 (dua) program dengan rincian alokasi anggaran sebagai berikut:

1. Program Pengembangan Standardisasi Nasional sebesar Rp.73.437.329.000,- 2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BSN

sebesar Rp.92.067.225.000,-

Rincian alokasi anggaran berdasarkan program dan kegiatan disajikan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Alokasi Anggaran BSN Tahun 2017 Berdasarkan Program dan Kegiatan

KODE PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN 2017 (Rp)

084 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 165.504.554.000

084.01.01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya BSN 92.067.225.000

3549 Peningkatan Pelayanan Hukum, Organisasi dan

Humas BSN 10.633.570.000

3550 Peningkatan Perencanaan, Keuangan dan Tata

Usaha BSN 80.291.455.000

3551 Peningkatan Penyelenggaraan Pengawasan

Internal BSN 1.142.200.000

084.01.06 Program Pengembangan Standardisasi Nasional 73.437.329.000

3553 Pengembangan Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

1.455.053.000 3554 Peningkatan Akreditasi Laboratorium dan

(37)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 26

KODE PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN 2017 (Rp)

3555 Peningkatan Akreditasi Lembaga Sertifikasi 6.337.307.000 3556 Peningkatan Informasi dan Dokumentasi

Standardisasi 8.227.943.000

3557 Kerjasama Standardisasi 6.069.666.000

3558 Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi 13.891.424.000 3559 Penelitian dan Pengembangan Standardisasi 3.195.301.000

3560 Perumusan Standar 7.935.048.000

3561 Peningkatan Penerapan Standar 8.563.849.000

C. Perjanjian Kinerja

Perjanjian kinerja BSN tahun 2017 yang dijabarkan ke dalam IKU BSN sebagaimana Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Perjanjian Kinerja BSN Tahun 2017

No. Sasaran Strategis IKU Target

Stakeholder Perspective

SS 1 Terwujudnya daya

saing produk berstandar

1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-SNI

5%

2. Persentase pertumbuhan penjualaan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri 5% Customer Perspective SS 2 Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan

3. Persentase pertumbuhan Produk Unggulan Nasional yang telah ber-SNI

10% 4. Persentase produk ber-SNI di pasar

retail 3%

5. Persentase pertumbuhan industri

/organisasi yang menerapkan SNI 5% 6. Pertumbuhan jumlah industri yang

memperoleh edukasi (pembinaan) penerapan SNI

1000 Industri

Internal Process Perspective

(38)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 27

No. Sasaran Strategis IKU Target

kapasitas dan kualitas

pengembangan SNI

8. Jumlah SNI yang ditetapkan 500 SNI

SS 4 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian

9. Persentase ketersediaan ruang lingkup Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang terakreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan

10%

10. Jumlah LPK diakreditasi 1652 LPK 11. Persentase skema akreeditasi Komite

Akreditasi nasional (KAN) yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA)

45%

12. Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI

65% SS 5 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran

13. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional

90 Kemampuan

Pengukuran

SS 6 Meningkatnya

budaya mutu 14. Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-SNI 80 skor Learning and Growth Perspective

SS 7 Meningkatnya

kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional

15. Opini BPK atas laporan keuangan WTP (Opini) 16. Tingkat pelaksanaan Reformasi

Birokrasi

80 (Nilai) 17. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja

BSN

73 (BB) Nilai 18. Indeks kompetensi dan integritas SDM > 95% 19. Nilai kepatuhan layanan publik 105 (Nilai) 20. Persentase ketersediaan sarana dan

prasarana untuk pelaksanaan tugas BSN sesuai dengan UU 20 tahun 2017

100%

21. Jumlah peraturan perundang-undangan di bidang SPK

3 Dokumen

D. Pengukuran Kinerja

Dalam rangka mengukur capaian indikator kinerja BSN Tahun 2017, BSN berpedoman kepada Keputusan Kepala BSN Nomor 16A/KEP/BSN/2/2017

(39)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 28 tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 28A/KEP/BSN/2/2015 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Badan Standardisasi Nasional. Pengukuran capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagaimana Tabel 3.3 di bawah ini.

(40)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 29

Tabel 3.3 Tata Cara Pengukuran IKU BSN

SASARAN INDIKATOR KINERJA PENJELASAN / PERHITUNGAN TARGET SUMBER DATA

2017 SATUAN Stakeholder Perspectives 1 Terwujudnya daya saing produk berstandar 1 Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional (PUN) yang telah

ber-SNI Xn = Jumlah nilai (Rp) ekspor PUN ber-SNI

periode/tahun berjalan

Xn-0 = Jumlah nilai (Rp) ekspor PUN ber-SNI

periode/tahun sebelumnya

5 % Laporan hasil survey atas ekspor PUN yang ber-SNI.

PJ : Deputi PKS (Puslitbang)

2 Persentase pertumbuhan penjualan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri

Xn = Jumlah nilai (Rp) penjualan produk

ber-SNI di pasar retail periode/tahun berjalan Xn-0 = Jumlah nilai (Rp) penjualan produk ber-SNI di pasar retail periode/tahun sebelumnya

5 % Laporan hasil survey penjualan produk ber-SNI di pasar retail. PJ : Deputi PKS (Puslitbang) Customer Perspectives 2 Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan 3 Persentase Pertumbuhan Produk Unggulan Nasional yang telah ber-SNI

Xn = Jumlah Produk Unggulan Nasional yang

ber-SNI periode/tahun berjalan

Xn-0 = Jumlah Produk Unggulan Nasional yang ber-SNI periode/tahun sebelumnya

10 % Laporan hasil identifikasi PUN yang telah ber-SNI. PALS : Data produk Ber-SNI

PPS dan Pusido: Data SNI dalam SISNI Puslitbang : Survey PJ : Deputi PKS (Puslitbang)

4 Persentase produk ber-SNI di pasar retail

X = Jumlah jenis produk ber-SNI di pasar retail

Y = Jumlah jenis produk yang beredar di

3 % Laporan hasil identifikasi produk ber-SNI di pasar retail.

PALS: Data produk/ merk ber-SNI

(41)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 30

SASARAN INDIKATOR KINERJA PENJELASAN / PERHITUNGAN TARGET SUMBER DATA

2017 SATUAN

pasar retail Puslitbang : Survey PJ : Deputi PKS (Puslitbang)

5 Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI

Xn = Jumlah industri/organisasi yang

menerapkan SNI periode/tahun berjalan Xn-0 = Jumlah industri/organisasi yang menerapkan SNI periode/tahun sebelumnya

5 % Laporan hasil identifikasi industri/organisasi yang telah menerapkan SNI PJ : Deputi PSA (PSPS) 6 Pertumbuhan jumlah industri

yang memperoleh edukasi (pembinaan) penerapan SNI

Jumlah industri/organisasi yang mendapatkan insentif, konsultansi atau diklat BSN terkait penerapan SNI pada akhir tahun ke-n

1000 Industri Data dari Pusdikmas PJ : Dep IPS (Pusdikmas)

Internal Process Perspectives 3 Meningkatnya

kapasitas dan kualitas pengembanga n SNI

7 Persentase SNI yang dimanfaatkan

X = Jumlah SNI yang dimanfaatkan Y= Jumlah SNI yang aktif

20 % Data SNI yang dimanfaatkan oleh

stakeholder

berdasarkan

permintaan SNI melalui Pusido, Pusdikmas, PALLI, PALS

PJ : Deputi PKS (Puslitbang)

8 Jumlah SNI yang ditetapkan Jumlah SNI yang telah ditetapkan 500 SNI Data dari Komite teknis, BSN (PPS, HOH, Pusido) PJ : Deputi PKS (PPS) 4 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan 9 Persentase ketersediaan ruang lingkup Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang terakreditasi untuk memenuhi kebutuhan

X = Jumlah ruang lingkup LPK yang terakreditasi

Y = Jumlah kebutuhan ruang lingkup LPK

10 % Laporan/data ruang lingkup Lembaga Sertifikasi (LS) dan data SNI yang memerlukan sertifikasi (PSPS, PALS)

(42)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 31

SASARAN INDIKATOR KINERJA PENJELASAN / PERHITUNGAN TARGET SUMBER DATA

2017 SATUAN

penilaian

kesesuaian pemangku kepentingan untuk sertifikasi produk PJ : Deputi PSA (PSPS)

10 Jumlah LPK diakreditasi Jumlah Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang diakreditasi oleh KAN pada akhir tahun anggaran

1652 LPK Data LPK yang telah diakreditasi oleh KAN (kumulatif)

PJ : Deputi PSA (PALLI, PALS)

11 Persentase skema akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang diakui di tingkat

internasional (MRA/MLA) X = Jumlah skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat Internasional (MLA/MRA) Y = Jumlah lingkup skema akreditasi yang tersedia di tingkat Internasional

45 % Data skema akreditasi KAN yang diakui dalam MRA dan MLA

PJ : Deputi PSA (PALLI, PALS)

12 Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan

persyaratan SNI X = Jumlah produk bertanda SNI di pasar yang dimonitor dan sesuai dengan persyaratan SNI

Y= Jumlah produk bertanda SNI di pasar yang dimonitor

65 % Laporan/data uji petik SNI PJ : Deputi PSA (PSPS) 5 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran 13 Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional

Jumlah kemampuan pengukuran yang telah diases sesuai dengan skema

International Committee for Weights and Measures (CIPM) MRA

90 Kemampuan Pengukuran

Data jumlah CMC (entry) dari NMI dan DI yang telah diases oleh KAN sesuai dengan skema CIPM MRA (kumulatif)

PJ : Deputi PSA (PALLI)

6 Meningkatnya budaya mutu

14 Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-SNI

Indeks persepsi masyarakat terhadap produk ber-SNI dengan skala likert 1-5

80 Skor Survei oleh lembaga survei terpercaya. PJ : Deputi IPS (Pusdikmas)

(43)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 32

SASARAN INDIKATOR KINERJA PENJELASAN / PERHITUNGAN TARGET SUMBER DATA

2017 SATUAN 7 Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional

15 Opini BPK atas laporan

keuangan Pernyataan pemeriksa dalam hal ini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas hasil pemeriksaan terhadap laporan keuangan BSN pada tahun (n-1)

WTP Opini Data dari BPK

16 Tingkat pelaksanaan

Reformasi Birokrasi Hasil penilaian pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN yang dilakukan oleh Tim Evaluator KemenPANRB

80 Nilai Data dari KemenPANRB

17 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN

Hasil penilaian pelaksanaan akuntabilitas kinerja BSN yang dilakukan oleh Tim Evaluator KemenPANRB

73 (BB)

Nilai Data dari KemenPANRB

18 Indeks kompetensi dan integritas SDM

X = Jml ASN dengan nilai prestasi kerja lebih dari cukup tanpa ada unsur perilaku kerja yg bernilai cukup

Y = Jml ASN BSN

> 95 % Data HOH

19 Nilai kepatuhan layanan publik

Penilaian kepatuhan terhadap layanan publik yang dilakukan oleh Ombudsman RI. (skala 1-110 menyesuaikan aturan

ombudsman)

105 Nilai Data dari Ombudsman 20 Persentase ketersediaan

sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas BSN sesuai dengan UU 20 tahun 2014

X = Jumlah sarana dan prasarana yang dapat tersedia

Y = Jumlah sarana dan prasarana yang dibutuhkan

100 % Data dari Biro PKT PJ : Settama (Biro PKT) 21 Jumlah peraturan

perundang – undangan di bidang SPK

Peraturan Perundang-Undangan di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SPK) yang ditetapkan

3 Dokumen Data dari Biro HOH PJ : Settama (Biro HOH)

(44)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 33

BAB IV

AKUNTABILITAS

KINERJA

(45)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 34

BAB IV

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Indikator Kinerja Utama

BSN melakukan reviu capaian penetapan kinerja secara berkala setiap triwulan. Reviu tersebut merupakan evaluasi/penelaahan terhadap perjanjian kinerja 2017 pada suatu satuan kerja sebagai langkah untuk segera melakukan perbaikan bila tidak sesuai target serta perbaikan pengelolaan kinerja di masa mendatang sesuai dengan kaidah sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala BSN Nomor 4 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi serta Pelaporan Kinerja pada Badan Standardisasi Nasional, sehingga diharapkan pencapaian kinerja dapat disempurnakan dan benar-benar mampu mendongkrak kinerja serta lebih selaras dengan sasaran strategis BSN. Evaluasi perjanjian kinerja tersebut dilaksanakan pada semua unit Eselon I dan unit Eselon II di lingkungan BSN.

Pelaksanaan evaluasi dan analisis kinerja dilakukan melalui pengukuran kinerja dengan menggunakan formulir pengukuran kinerja sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi BSN. Pengukuran kinerja yang dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang didasarkan pada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah disepakati dalam Penetapan Kinerja BSN tahun 2017. Secara ringkas capaian kinerja BSN tahun 2017 sebagaimana Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Capaian Kinerja BSN Tahun 2017

No. Strategis Sasaran IKU Target Realisasi Capaian %

Stakeholder Perspective

1 Terwujudnya daya saing produk berstandar 1. Persentase pertumbuhan

ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-SNI

(46)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 35

No. Strategis Sasaran IKU Target Realisasi Capaian %

2. Persentase pertumbuhan penjualan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri

5% 5,2% 104%

Customer Perspective

2 Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan

3. Persentase pertumbuhan Produk Unggulan Nasional yang telah ber-SNI

10% 13,6% 136%

4. Persentase produk ber-SNI di pasar retail 3% 25% 833% 5. Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI 5% 2,56% 51,2%

6. Pertumbuhan jumlah industri yang memperoleh edukasi (pembinaan) penerapan SNI

1000 industri

1315 Industri

131%

Internal Process Perspective

3 Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI

7. Persentase SNI yang dimanfaatkan

20% 35% 175%

8. Jumlah SNI yang ditetapkan 500 SNI 539 SNI 107,8% 4 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem

penerapan standar dan penilaian kesesuaian 9. Persentase ketersediaan ruang lingkup Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang terakreditasi untuk memenuhi

kebutuhan pemangku

kepentingan

10% 13,9% 139%

10. Jumlah LPK diakreditasi 1652 LPK 1823 LPK 110% 11. Persentase skema akreeditasi

Komite Akreditasi nasional (KAN) yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA)

45% 55% 122%

12. Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI

65% 61% 94%

5 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran

(47)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 36

No. Strategis Sasaran IKU Target Realisasi Capaian %

13. Jumlah kemampuan

pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional 90 Kemampuan pengukuran 94 Kemampuan pengukuran 104%

6 Meningkatnya budaya mutu

14. Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-SNI

80 skor 79,3 skor 99,13% Learning and Growth Perspective

7 Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional

15. Opini BPK atas laporan keuangan

WTP (opini) WTP (opini) 100% 16. Tingkat pelaksanaan Reformasi

Birokrasi

80 (nilai) 71,79 (nilai)

(th 2016) 89,74% 17. Tingkat kualitas akuntabilitas

kinerja BSN

73 (BB) nilai 64,87 BB

(th 2016) 88,86% 18. Indeks kompetensi dan

integritas SDM

> 95% 99% 104% 19. Nilai kepatuhan layanan publik 105 (nilai) 104

(th 2016)

99% 20. Persentase ketersediaan

sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas BSN sesuai dengan UU 20 tahun 2017

100% 100% 100%

21. Jumlah peraturan perundang-undangan di bidang SPK

3 Dokumen 3 Dokumen 77%

SASARAN

STRATEGIS

1

Terwujudnya daya saing produk berstandar

Sesuai visi dan misi Presiden RI yang dituangkan dalam Program Nawa Cita, Presiden berjanji untuk melakukan aksi Berdikari dalam Bidang Ekonomi. Dalam Program Aksi ke-15 dinyatakan bahwa Presiden berkomitmen untuk mengembangkan kapasitas perdagangan nasional, pada butir ke-4, melalui “Implementasi dan pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara konsisten untuk mendorong daya saing produk nasional dalam rangka penguasaan pasar domestik dan penetrasi pasar internasional serta melindungi pasar domestik dari barang-barang berstandar rendah”.

(48)

Laporan Kinerja BSN tahun 2017 37 Dari rencana aksi tersebut, diyakini bahwa penerapan SNI akan mampu meningkatkan daya saing produk nasional agar mampu bersaing di pasar internasional dan mampu melindungi masyarakat dari produk yang membahayakan keselamatan, kesehatan, dan keamanan penggunanya, serta meningkatkan daya saing produk domestik di pasarnya sendiri.

Dengan demikian Sasaran Strategis (SS) terwujudnya daya saing produk berstandar ini sangat relevan dengan keinginan Pemerintah. Untuk implementasi ini disusun 2 (dua) indikator untuk mengukur peran standardisasi dan penilaian kesesuaian (SPK) dalam meningkatkan daya saing produk nasional, yaitu Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-SNI; dan Persentase pertumbuhan penjualan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri.

Rata-rata capaian indikator kinerja pada Sasaran Strategis ini adalah sebesar 72%, dikarenakan capaian indikator kinerja persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-SNI tidak mencapai target. Berikut disampaikan rincian capaian indikator kinerja Sasaran Strategis 1.

Indikator 1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan

Nasional yang telah ber-SNI

Tabel 4.2 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 1

No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d 2019

2015 2016 Target Realisasi % Target % Capaian

1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-SNI

% IKU baru IKU baru 5 2 40% 15 13,33%

Persentase ekspor Produk Unggulan Nasional (PUN) ber SNI dihitung dari nilai ekspor dan kuantiti ekspor tahun 2015-2016. Pertumbuhan nilai ekspor sebesar 2% tidak memenuhi target tahun 2017 sebesar 5%, namun pertumbuhan kuantiti ekspor tumbuh 14%.

Gambar

Gambar 1.1 Struktur Organisasi BSN Tahun 2017
Gambar 1.2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Unit Kerja Eselon I
Gambar 2.1. Pola Hubungan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
Gambar 2.3. Strategi Pengembangan Standardisasi Nasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pembuktian menunjukkan pengaruh yang signifikan budaya kerja terhadap prestasi kerja pada dinas pendapatan daerah kota Palembang. Hasil ini sesuai dengan

Definisi Bioinformatika menurut Fredj Tekaia dari Institut Pasteur [TEKAIA2004] adalah: &#34;metode matematika, statistik dan komputasi yang bertujuan untuk

Dibutuhkan suatu media dalam hal ini adalah aplikasi pada multi platform smartphone, yaitu smartphone berbasis sistem operasi Android, BlackBerry, dan Symbian yang

Berdasarkan analisis dari hasil dan pembahasan penelitian, didapatkan hasil yang tidak bermakna secara statistik (p=0.5) pada kejadian komplikasi pada proses penyembuhan

Kinerja keuagan perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk dengan menggunakan metode EVA (Economic Value Added) dikatakan bahwa dari tahun 2011 sampai tahun 2015 bernilai

Prosedur Penelitian (Satu Pendekatan Praktek) Edisi Revisi XI.. instrument penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrument dan kualitas pengumpulan data

Agar kepercayaan dan kenyamanan pelanggan TV kabel terjaga maka sistem informasi iuran TV kabel berbasis web merupakan suatu solusi untuk permasalahan yang ada pada

Secara lebih lengkap, sekolah dan guru IPA mengharapkan adanya transfer informasi dan pemahaman dari tim PKM terkait dengan (1) Konsep dasar literasi sains dan (2)