• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh WAWAN SETIAWAN NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh WAWAN SETIAWAN NIM"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

DIAMETER BATANG BAWAH YANG BERBEDA

Oleh

WAWAN SETIAWAN

NIM. 070500091

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

PERBANDINGAN PERSENTASE KEBERHASILAN OKULASI

TANAMAN KARET (Hevea brasilliensis L. ) DENGAN UKURAN

DIAMETER BATANG BAWAH YANG BERBEDA

Oleh

WAWAN SETIAWAN

NIM. 070500091

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : PERBANDINAN PERSENTASE KEBERHASILAN

OKULASI TANAMAN KARET

(

Hevea

brasilliensis

L)

DENGAN UKURAN DIAMETER BATANG BAWAH YANG BERBEDA

Nama : Wawan Setiawan

NIM : 070 500 091

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Hutan

Menyetujui,

Mengesahkan,

Direktur

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Wartomo, MP NIP. 19631028 198803 1 003

Lulus ujian pada tanggal 16 Juni 2010

Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin, MP NIP.19650706 200112 1 001 Dosen Penguji Rusli Anwar SP, M. Si NIP. 19701101 200501 1 003

(4)

ABSTRAK

WAWAN SETIAWAN, Perbandingan Persentase Keberhasilan Okulasi Tanaman Karet

(

Hevea brasilliensis

L)

Dengan Diameter Batang Bawah Yang Berbeda (dibawah bimbingan Syarifuddin).

Tanaman karet sendiri mulai dikenal di Indonesia sejak jaman penjajahan belanda. Awalnya, karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman baru untuk dikoleksi. Selanjutnya karet dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan tersebar di beberapa daerah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran batang bawah yang berbeda. Tempat penelitian di areal Persemaian Politeknik Negeri Samarinda dan dilaksanakan kurang lebih tiga bulan, terhitung dari tanggal 31 Agustus sampai 30 September 2009 meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyus unan laporan.

Dari perlakuan yang digunakan batang bawah yang berbeda, hasil penelitian dengan perbandingan persentase keberhasilan okulasi tanaman karet

(

Hevea brasilliensis L

)

dengan diameter batang bawah yang berbeda didapat hasil dengan diameter batang bawah 2 cm (P2) 80 % dan batang bawah 1 cm (P1 )33 %.

(5)

RIWAYAT HIDUP

WAWAN SETIAWAN, lahir pada tanggal 6 Maret 1988 di Senyiur, Kalimantan Timur, anak ke dua dari dua bersaudara dari pasangan. Ibramsyah dan Nafsiah.

Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 001 Senyiur Lulus pada tanggal 12 Juni 2001, kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama Kesatuan (SMP Kesatuan) Senyiur dan lulus pada tanggal 25 Juni 2004. Pada tanggal 20 Juli 2004 melanjutkan ke Sekolah ke SMA Pembangunan dan lulus pada tanggal 17 Juli 2007. Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2007 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Hutan.

Pada tanggal 13 Maret sampai dengan tanggal 13 Mei 2010 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Budiduta Agromakmur. Kecamatan Loakulu Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR LAMPIRAN... iv

I. PENDAHULUAN... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

A. Sejarah Tanaman Karet... 3

B. Taksonomi Dan Morfologi... 4

C. Syarat Tumbuh... 9

D. Pembibitan Tanaman Karet... 10

E. Perbanyakan Tanaman Karet... 14

F. Jenis-Jenis Okulasi... 17

III. METODE PENELITIAN... 18

A. Tempat dan Waktu... 18

B. Alat dan Bahan... 18

C. Rancangan Penelitian... 18

D. Prosedur Penelitian... 19

E. Pengolahan Data ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 23

A. Hasil... 23

B. Pembahasan... 25

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 27

A. Kesimpulan... 27

B. Saran... 27

DAFTAR PUSTAKA... 28

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Pengambilan Data ... 30

2. Hasil perhitungan data-data... 31

3. Pelaksanaan Okulasi... 32

4. Pembungkusan Mata Entris... 32

5. Pelepasan Kertas Setelah 2 Minggu Pelaksanaan Okulasi... 33

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

(9)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya maka karya ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tidak lupa kita haturkan salawat dan salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi baik secara moril maupun materil.

2. Ir. Budi Winarni, M.Si selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan dan dosen pembimbing yang telah membantu dan memberi petunjuk dalam pembuatan dan penyusunan Karya Ilmiah ini.

3. Bapak Ir. Syarifuddin. MP selaku dosen pembibing. 4. Bapak Rusli Anwar SP, M. Si selaku dosen penguji.

5. Seluruh staf dosen dan teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah banyak memberikan masukkan baik itu di dalam proses belajar mengajar maupun di luar jam perkuliahan.

6. Rekan-rekan mahasiswa yang membantu di dalam penyusunan Karya Ilmiah yaitu, Muliyani, Dedy, Darson, Irwan, Sareh dan seluruh mahasiswa Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang memberi motivasi kepada penulis.

Penyusunan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan bagi penulis untuk menyelesaikan Studi Diploma III di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Penulis berharap agar Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis Kampus Sei Keledang, Juni 2010

(10)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak berabad-abad yang lalu karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya yakni Brazil, Amerika Serikat akan tetapi meskipun telah dikenali penggunaannya oleh Colombus dalam pelayarannya ke Amerika Selatan pada akhir abad ke-15 dan oleh penjajah-penjajah berikutnya pada awal abad ke-16, sampai saat ini tanaman karet belum mendapat perhatian orang-orang Eropa.

Setelah De La Condamine me ngirim contoh bahan elastis yang aneh yaitu Caoutchue dari Perancis pada tahun 1876, Hendry A, Wichan memasukkan biji karet yang lain dari Amerika Selatan ke Ceylon ( Srilanka) Malaya dan beberapa bibit kekebun percobaan pertanian di bogor sangat memuaskan.

Penggunaan karet saat ini semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pembangunan. Karet merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan seiring dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk mendapatkan tanaman karet yang memiliki produktivitas tinggi penggunaan bibit tidak boleh sembarangan, produtivitas tinggi hanya bisa diperoleh dari bibit dengan klon unggul yang telah di rekomendasikan sesuai propinsi dan iklimnya. Oleh karena itu perbanyakan bibit dengan okulasi dan penggunaan bibit unggul di harapkan mampu mencapai kebutuhan tanaman karet di pasaran ( Setiawan dan Andoko, (2007) ).

(11)

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan batang bawah dengan ukuran diameter yang berbeda pada okulasi bibit tanaman karet

(12)

II . TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Tanaman Karet

Tanaman karet di Indonesia pernah mencapai puncaknya pada periode sebelum perang dunia dua hingga tahun 1956. pada masa itu, Indonesia menjadi penghasil karet terbesar didunia. Komoditi ini pernah begitu diandalkan sebagai penopang perekonomian Negara. Tanaman karet sendiri mulai dikenal di Indonesia sejak jaman penjajahan belanda. Awalnya, karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman baru untuk dikoleksi. Selanjutnya karet dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan tersebar di beberapa daerah

(Setyamidjaja, 1993).

Indonesia merupakan Negara agraris, artinya pertanian mememegang peranan penting dari keseluruham perekonomian nasional. Hal ini dapat di lihat dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian (Mubyarto, 1994).

Salah satu aspek yang paling penting dalam pembangunan pertanian adalah bagaimana caranya meningkatkan secara kontinue produksi usaha tani yang senantiasa menguntungkan, sehingga kesejateran petani maupun masyarakat luas terus meningkat ( Soekrtawi, 1989).

Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai komoditas tinggi. Apabila dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasuk devisa Negara. Telah banyak usaha pemerintah untuk meningkatkan

(13)

produksi sub sektor perkebunan, diantaranya adalah intensifikasi, ektensifikasi, deversivikasi dan rehabilitasi (Sutedjo, 1989).

B. Taksonomi dan Morfologi

1. Taksonomi tanaman karet

Menurut Tim Penulis PS ( 1999). Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman karet di klasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotiledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Species : Hevea brasilliensis L. 2. Morfologi tanaman karet

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya lurus dan mempunyai percabangan tinggi diatasnya. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.

a. Daun Karet

Karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai anak daun mencapai 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak

(14)

daun membentuk ellips, memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan gundul serta tidak tajam.

b. Bunga Karet

Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit, panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut vilt, ukur anya sedikit lebih besar dari ya ng jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahai dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah.

c. Buah Karet

Buah karet memiliki ruang yang jelas. Masing- masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang, garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak, maka akan pecah sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami.

d. Biji Karet

Biji karet terdapat dalam ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras, warna coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Biji yang sering menjadi mainan anak-anak ini sebenarnya berbahaya karena mengandung racun.

(15)

e. Akar Karet

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. (Setyamidjaja, 1993).

f. Klon tanaman karet

Menurut Setyamidjaja (1993), klon adalah “keturunan” yang diperoleh dengan cara perbanyakan vegetatif suatu tanaman sehingga ciri – ciri dari tanaman tersebut merupakan ciri – ciri dari tanaman induknya.

Ciri – ciri suatu klon kadang –kadang berubah. Perubahan ini disebabkan oleh pengaruh keadaan lingkungan tempat tanaman itu tumbuh, seperti jenis tanah, kesuburan tanah, tinggi tempat, iklim, kekurangan unsur hara tertentu, lindungan dan lain sebagainya. Untuk dapat menunjukkan adanya perbedaan satu klon dengan klon lainnya memerlukan deskripsi yang jelas tentang ciri – ciri klon tersebut.

Menurut Woelan dkk. (2006), klon anjuran komersial terdiri dari : 1. Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB

217, PB 260.

2. Klon penghasil lateks – kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, IRR 118. 3. Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, 1RR 78.

(16)

Adapun jenis klon entris batang atas dan entris batang bawah :

Deskripsi klon karet PB 260 untuk entris batang atas adalah sebagai berikut:

1. Helaian daun berwarna hijau tua, kilauannya kusam, teksturnya halus, kekakuannya kaku, bentuknya bulat telur, pinggir daun agak bergelombang, penampang memanjang lurus, penampang melintang berbentuk huruf V, posisi helaian daun terpisah-bersinggungan, simetris daun pinggirnya simeteris, ukuran daun 2,4 ; 1 dan ujung daun sedang. 2. Anak tangkai daun posisinya agak terkulai, bentuknya lurus,

panjangnya agak panjang dengan sudut sempit (=60°).

3. Tangkai daun posisinya mendatar, bentuknya lurus, panjangnya sedang, ukuran kaki sedang dan bentuk kaki rata.

4. Payung daun berbentuk kerucut, besarnya sedang, kerapatan permukaannya tertutup dan jarak antar payung sedang.

5. Mata mempunyai letak mata yang rata dan bekas tangkai daun juga rata.

6. Kulit batang mempunyai corak kulit gabus berbentuk jala terputus-putus dan warna kulit gabus coklat.

7. Warna lateks putih kekuningan.

8. Produksi rata-rata umur 1 – 15 tahun adalah 53,83 g/p/s.

Menurut Woelan dkk. (2006), klon anjuran PB 260 merupakan klon rawan angin dengan faktor lingkungan menjadi pembatas yaitu daerah angin dengan kecepatan 30 – 50 km / jam.

(17)

Deskripsi klon karet AVROS 2037 untuk entris batang bawah adalah sebagai berikut:

1. Helaian daun berwarna hijau kekuning-kuningan, suram, tipis, tidak kaku, bentuknya elips sampai agak oval, panjang 2,5 x lebar, pinggir daun sedikit bergelombang tak teratur, ujung daun lebar dan garis tepinya agak melengkung dengan akar dan pendek, penampang melintang rata, penampang memanjang agak cembung sedikit, letak daun agak sedikit terkulai, helaian daun bersinggungan sampai tumpang tindih, dan tengah di bawah ke dua daun pinggir

2. Anak tangkai daun bentuknya lurus, pendek, gemuk, arahnya terhadap tangakai daun terjungkit (ke atas) membentuk sudut sedang (± 60º) 3. Payung daun berbentuk kerucut, besarnya sedang, tangkai daun agak

jarang, jarak antar payung sedang

4. Mata letaknya dalam lekukan, bekas pangkal tangkai daun kecil dan rata

5. Kulit batang warna coklat tua, celah-celah berupa jala dan sempit sekali, lentisel sedikit dan halus

(18)

C. Syarat Tumbuh

1. Iklim

Tana man karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15 º LS dan 15 º LU. Bila tanaman diluar zona tersebut, pertumbuhanya agak lambat sehingga memulai produksi lebih lambat.

a. Curah hujan

Curah hujan tahunan yang cocok untuk tanaman karet tidak kurang dari 2000 mm/tahun, optimal antara 2500-4000 mm/ tahun yang terbagi dalam 100-150 hari hujan, pembagian hujan dan waktu jatuhnya hujan rata-rata setahunya mempengaruhi produksi, daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan iklim di Indonesia yang cocok untuk tanaman karet adalah daerah-daerah Indonesia bagian barat, yaitu sumatra, jawa dan kalimatan sebab iklimya lebih basah.

b. Tinggi tempat

Tanaman karet tumbuh optimal di daerah dataran rendah, yakni ketinggian sampai 200 mdpl. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhan makin lambat dan produksi lebih rendah. Ketingian lebih dari 600 mdpl tidak cocok lagi untuk tanaman karet.

c. Angin

Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada musim- musim tertentu dapat menyebabkan

(19)

kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin kencang

2. Tanah

Menurut Setyadmidjaja (1993), tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah pulkanik maupun pulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Dengan kandungan pH 3,8-8,0 , sedangkan pH tanah dibawah 3,0 atau diatas 8,0 menyebabkan pertumbuhan tanaman yang terhambat. sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanman karet adalah sebagai berikut :

a. Solum cukup dalam, sampai 100 m atau lebih, tidak terdapat batu-batuan.

b. Aerasi dan drainase baik

c. Remah, porus dan dapat menahan air d. Tekstur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir

e. Tidak bergambut dan jika ada tidak lebih tebal dari 30 cm f. Kandungan unsur hara cukup dan tidak kekurangan unsur mikro. g. Kemiringan tidak lebih dari 16 %

h. pH 4,5-6,5

i. Permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm

D. Pembibitan Tanaman Karet

1. Pengumpulan Biji

Untuk mengumpulkan biji, terlebih dahulu kebun harus di bersihkan dari gulma. Penyiangan gulma bisa dilakukan secara mekanis maupun secara

(20)

kimiawi, paling lambat 1 bulan sebelum biji berjatuhan. Dua hari sebelum pengumpulan biji yang sebenarnya dilakukan, pengumpul harus me lakukan pemungutan biji pendahuluan. Hal ini dianggap perlu karena biji hasil pungutan pendahuluan tidak bisa diketahui dengan pasti sejak kapan biji itu jatuh. Biji hasil pungutan pendahuluan jangan dipakai sebagai bibit. Pengumpulan biji dalam satu areal paling lambat dua hari sekali. Biji dari setiap pengumpulan ditakar lalu diserahkan kepada petugas yang menampung keseluruhan biji. Setelah biji terkumpul, dilakukan pengambilan contoh menurut kesegaranya.

2. Seleksi Biji

Menurut Tim Penulis PS ( 1999). Pemilihan biji yang baik berdasarkan atas penilaian kemurnian klon, ukuran biji dari masing- masing klon, kementalan kesegaran biji dan daya kecambah biji. Cara yang paling sederhana dan paling tua, yang dianggap baik untuk menilai biji karet adalah dengan cara membelah. Pelaksanan penilain kesegaran ini cukup dengan mengambil contoh 100 biji karet dari setiap 200 biji lalu dipecah dengan palu atau batu.

Penilaian kesegaran ditentukan atas dasar warna penampakan dan keadan belahan biji seperti dibawah ini :

a. Biji yang baik adalah biji yang tampak mengkilat kulit luarnya.

b. Belahan biji karet yang masih berwarna putih murni sampai kekuningkuningan dinilai baik.

(21)

c. Sedangkan belahan yang sudah berwarna kekuningan berminyak atau kuning kecoklatan sampai hitam dan keriput dinilai kurang baik atau jelek.

Dari kereteria diatas disimpulkan, biji yang baik adalah biji yang persentase baiknya mencapai minimum 80 % sedangakan kurang dari 80 % merupakan biji yang jelek. persentase baik merupakan biji yang memiliki kesegaran dan bisa dipertanggung jawabkan.

3. Persemaian Tanaman Karet a. Persemaian Lapangan

1) Syarat lokasi persemaian

Lokasi persemaian lapangan harus datar hingga populasi tanaman persatuan luas bisa lebih banyak. Tanah yang dipilih yaitu subur, bukan tanah bekas terserang penyakit, dan kebersihan arealnya harus diperhatikan. Tekstur remah, gembur, berhumus, dan kadar bahan organiknya tinggi. Dekat dengan rencana peremajaan tanaman dan sumber air. Luasannya cukup

2) Pengolahan lahan persemaian

Sebaiknya pengolahan dilakukan dengan traktor. Tanah bagian atas jangan sampai terbalik dengan bagian bawahnya.

Setelah tanah bersih dan rata dibuat selokan pembuangan air yang terdiri dari selokan primer dan sekunder. Selokan primer lebih besar dan lebih dala m dari pada selokan sekunder dangan ukuran 40 – 50 cm lebarnya dan dalamnya 30 – 40 cm. Sedangkan selokan sekunder lebarnya 30 cm dan dalamnya 25 cm.

(22)

3) Penanaman kecambah

Kecamabah ditanam dengan tombak lurus kedalam tanah, lalu tanahnya ditekan agar rapat kembali. Akar tombak yang tumbuh panjang sebaiknya dibuat lubang terlebih dahulu.

Jarak tanam untuk keperluan bibit setum tinggi 60 x 90 cm sedangkan untuk setum rendah 60 x 60 cm.

b. Persemaian Kantong Plastik/Polybag 1) Syarat persemaian

Lokasi harus dekat dengan air, dekat dengan lokasi peremajaan tanaman. Kalau perlu kantong plastik diletakkan diareal peremajaan.

Media tanam harus menggunakan tanah subur dan humus yang diambil dari ketebalan 0 – 15 cm, tanah tidak boleh dicampur dengan pasir, pupuk kandang dan lain – lain. Tanah hendaknya bertekstur galuh berat dan berstruktur sempurna.

2) Pengisian tanah kepolybag dan peletakan dilokasi pembibitan

Tanah dimasukan kedalam polybag yang berukuran 25 x 56 cm yang menampung media seberat 9 kg. Bagian kantong bawah polybag di lubangi.

Setelah polybag terisi diletakan ditempat teduh tetapi tidak gelap dan terkena sinar matahari pagi dan sore. Sebelum polybag diletakan tanah harus di gali dengan kedalaman 20 cm, setelah polybag diletakan tanah diuruk kembali hingga hanya 5 cm polybag yang muncul kepermukaan.

(23)

Jarak polybag antar barisan 30 cm dalam barisan 20 cm dan setiap dua baris polybag dibuat jalan selebar 75 cm. (Tim Penulis PS. 1999).

E. Perbanyakan Tanaman

1. Perkembangbiakan secara vegetatif

Pembiakan ve getatif adalah sel tertentu atau tubuh sel mengadakan pembelahan dari tubuh induknya dan berkembang menjadi individu baru tanpa menjalani reaksi lebih jauh. Selanjutnya pembiakan vegetatif pada dunia tumbuhan dapat terjadi secara alami dan buatan.

a. Pembiakan vegetatif alami

1) Dengan pembelahan, oleh golongan bakteri.

2) Dengan permentasi, terutama oleh algae yang bersel banyak dan berbentuk kaloi.

3) Dengan pertunasan, oleh tumbuhan berumpun seperti bambu, pisang dsb.

4) Dengan akar tongkat ( rhizoma ) ,dilakukan oleh banyak jenis rumput- rumputan.

5) Dengan umbi, separti kentang dengan umbi batang dan bawang merah dengan umbi lapis.

b. Pembiakan vegetatif buatan

1) Dengan mencangkok, yaitu mengusahakan tumbuhan akar baru pada bagian cabang atau ranting dari bagian tanaman yang di cangkok.

(24)

2) Stek, yaitu pemisahan bagian tanaman untuk memperoleh individu baru.

3) Dengan okulasi, yaitu memindahkan seiris kulit batang atau cabang bermata tunas baru dari satu tanaman ketanaman yang lain dalam satu family.

4) Dengan sambung, yaitu usaha untuk memudahkan dua jenis tanaman yang masing- masing memiliki keunggulan.

Pembiakan vegetatif secara buatan mempunyai beberapa kebaikan dan kelamahan yaitu:

1. Kebaikan dari pembiakan vegetatif

a) Dapat tersedia bahan tanaman setiap saat dan tidak tergantung pada biji. b) Sifat- sifat yang terdapat pada induknya akan tetap terdapat pada tanaman

baru walaupun induknya berasal dari hasil persilangan.

c) Dapat memperpendek periode panen, sehingga cepat menghasilkan tanaman baru.

2. Kelemahan dari pembiakan vegetatif

a) Perakaran tanaman yang dihasilkan tidak sekuat yang dihasilkan dari biji. b) Memerlukan media yang selalu lembad dan basah sehingga perlu

penyiraman yang teratur.

c) Kurang tahan terhadap serangan penyakit, terutama pada bagian perlakuan pembiakan vegetatif tersebut.

Pembiakan vegetatif dengan cara stek umumnya digunakan untuk menanggulangi tanaman- tanaman yang sulit diperbanyak dengan cara biji, serta

(25)

untuk melestarikan klon tanaman yang unggul dan juga untuk memudahkan dan mempercepat perbanyakan tanaman. Adapun macam- macam istilah stek dari organ vegetatif yang digunakan adalah :

1. Stek batang/stek kayu

Dikatakan demikian karena umumnya tanaman yang dikembangkan dengan stek batang adalah tanaman berkayu.

2. Stek daun

Banyak diterapkan pada tanaman hias, terutama yang sekulen, daunnya berdaging tebal dan kandungan airnya tinggi serta berwarna hijau segar.

3. Stek akar

Tanaman yang dapat distek akarnya adalah tanaman yang berbentuk pohon, semak, tanaman pemanjat, tanaman menahun dan tanaman dataran tinggi. 4. Stek mata tunas/okulasi

Dikatakan demikian karena yang digunakan sebagai bahan stek hanya mempunyai satu mata tunas.

5. Stek pucuk

Stek pucuk diambil dari pucuk-pucuk batang yang masih muda dan masih dalam masa pertumbuhan.

(26)

F. Jenis- Jenis Okulasi 1. Jenis okulasi

Menurut Setiawan (2007), okulasi dibagi dua macam yaitu : a. Okulasi coklat

Okulasi coklat dilakukan pada awal musim hujan dengan batang bawah berumur 9-18 bulan di pembibitan, sehingga batang sudah berwarna coklat dengan diameter sudah labih dari 1,5 cm. Batang atasnya berasal dari kebun, batang atas berwarna hijau kecoklatan, berbatang lurus, dan beberapa mata tunas dalam keadaan tidur.

b. Okulasi hijau

Okulasi hijau dilakukan pada batang bawah berusia 5-8 bulan di pembibitan, sehingga masih berwarna hijau dengan diameter 1-1,5 cm. Batang atasnya berumur 1-3 bulan setelah pemangkasan dan berwarna hijau.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi bibit karet 1. Okulasi batang bawah batang atas tidak dalam stadium pertumbuhan 2. Okulasi tidak tepat dilakukan (musim)

3. Alat-alat yang digunakan kurang steril

4. Mata entris (bawah / atas), yang kurang sehat 5. Lingkungan (hama dan penyakit)

(27)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Tempat penelitian dilaksanakan di areal Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus sampai 30 September 2009 meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam pene litian ini yaitu: gergaji entris, pisau okulasi untuk membuat jendela okulasi, kamera, parang dan gunting stek.

Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini ya itu: tali rapia untuk mengikat bungkus okulasi, polybag ukuran 25x30 cm sebagai tempat media tanam, batang bawah diameter 1 cm dan 2 cm, varietas Avros 2037, dan mata entris dengan varietas PB 260. tana h topsoil, kain lap basah/tisu untuk membersihkan batang yang akan diokulasi.

C. Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan dua perlakuan dan 15 kali ulangan yaitu : P1 : Perlakuan ukuran batang bawah diameter 1 cm

(28)

D. Prosedur Penelitian

1. Persiapan media tanam a. Persiapan media tanam

Media tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah topsoil, yang di bersihkan dengan pengayakan guna memisahkan dari serasah dedaunan, ranting dan akar.

b. Pengisian polybag

Tanah yang sudah dibersihkan dari serasah, ranting dan akar kemudian dimasukan kedalam polybag dengan kapasitas seberat 5 Kg c. Persipan batang bawah tanaman karet

Batang bawah untuk okulasi diambil dari bibit cabutan yang berbeda (batang bawah umur 12 bulan dengan diameter 1 cm) dan (batang bawah umur 20 bulan dengan diameter 2 cm), yang berlokasi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

d. Persiapan mata tunas untuk okulasi

Mata tunas yang diambil sesuai dengan lebar entris, untuk mata tunas diambil dari cabang-cabang yang mata tunasnya diambil dari ketiak daun yang diambil dari tanaman karet ya ng berlokasi di Kebun Percontoha n Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. .

e. Penanaman

Penanaman bibit karet kedalam polybag dilakukan setelah polybag dan bibit cabutan sudah diambil sesuai dengan diameter yang diperlukan dalam penelitian yaitu batang bawah diameter 1 cm dan batang bawah

(29)

diameter 2 cm, kemudian bibit tersebut di masukkan kedalam polybag yang sudah di siapkan terlebih dahulu. Kemudian buat lubang tanam didalam polybag menggunakan kayu tugal dan bibit siap ditanam.

f. Pemeliharaan

Bibit batang bawah setelah di pindah dari cabutan di pelihara selama ± 1 bulan dengan perlakuan :

1. Penyiraman

Penyiraman bib it dilakukan dua kali sehari pagi dan sore hari. Bila hujan turun dan membasahi bibit maka tidak dilakukan penyiraman. 2. Penyiangan

Dalam penelitian ini penyiangan gulma dilakukan secara manual disekitar dan di dalam polybag dengan interval dua minggu sekali.

3. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada bibit tanaman karet dilakukan dengan menggunakan pestisida Dhiten dengan kandungan mankozeb adalah untuk mengatasi penyakit bibit tanaman karet, apabila penyakit ringan pemberantasannya dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Namun jika serangannya berat bibit yang terserang penyakit disingkirkan dan dimusnahkan.

2. Pelaksanaan okulasi

a) Bibit batang bawah yang sehat dengan masing- masing ukuran diameter 1 cm sebanyak 15 tanaman yang berukuran 2 cm sebanyak 15 tanaman.

(30)

b) Disiapkan batang bawah yang akan di okulasi di bersihkan dari kotoran yang menempel dengan menggunakan kain lap.

c) Kemudian membuat jendela okulasi berjarak 10 cm dari permukaan tanah dengan panjang 5 cm dan lebar sepertiga bagian batang.

d) Sementara menunggu getah jendela okulasi kering ambil mata tunas beserta perisainya dari kayu okulasi sertakan sedikit kayu untuk menutupi mata tunas agar mata tunasnya tidak rusak.

e) Diratakan bagian tepi perisai sehingga bagiannya sama dengan jendela okulasi agar perisai bisa menempel dengan rapat.

f) Dikeluarkan lapisan kayu dari perisai dengan cara menahan bagian punggung dengan jari dan pisau menahan bagian dalamnya.

g) Selanjutnya tempelkan perisai kejendela okulasi kemudian tutup dengan punggung perisai lalu dibalut dengan tali rapia dengan arah dari atas kebawah dan di ulangi beberapa kali sampai ikatan benar-benar kuat. h) Selanjutnya bibit yang telah diokulasi ditempatkan di lokasi yang teduh. i) Bibit yang telah di okulasi diberi nomor atau lebel di polybagnya j) Setiap dua hari sekali bibit okulasi disiram dengan air

(31)

E. Pengolahan Data

Keberhasilan okulasi dengan melihat pertumbuhan mata tunas dimulai 1 minggu sampai 3 minggu. Adapun yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pertumbuhan mata tunas pada tanaman karet yang berukuran diameter 1cm dan 2 cm yang diokulasi setelah 3 minggu. Okulasi yang berhasil dapat dilihat apabila perisai di toreh dengan pisau perisai berwarna hijau, dan okulasi yang gagal (mati) akan berwarna coklat. Kemudian diambil rata-rata pertumbuhannya menggunakan rataan hitung menurut Nugroho (1985) untuk mengetahui parameter yang diamati dari penelitian ini adalah dengan menggunakan rataan hitung sederhana. x = n x ? X 100 % x = rata-rata hitung n = banyaknya data x = variasi yang diteliti

(32)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Persentase tumbuh

Berdasarkan hasil perbandingan persentase keberhasilan okulasi tanaman karet (Hevea brasilliensis L) dengan diameter batang bawah yang berbeda dapat di lihat pada tabel 1 :

Tabel 1. Persentase tumbuh okulasi tanaman karet (Hevea brasilliensis L):

Perbedaan pertumbuhan persentase keberhasilan okulasi tanaman karet (Hevea brasilliensis L) dengan diameter batang bawah yang berbeda dapat dilihat dengan jelas seperti pada gambar seperti berikut :

33 73 80 20 0 20 40 60 80 Jumlah dan persentase tumbuh P1 P2 PERLAKUAN Persentase Tumbuh (%) hidup okulasi karet (%) mati okulasi karet

Gambar 1. Diagram Persentase tumbuh okulasi tanaman karet (Hevea brasilliensis L).

Perlakuan ? okulasi yang di tanam (batang) Persentase hidup okulasi karet (%) Persentase mati okulasi karet (%) P1 15 33 73 P2 15 80 20

(33)

Dari tabel 1 diatas dapat dilihat persentase keberhasilan okulasi tanaman karet (Hevea brasilliensis L) dengan diameter batang bawah yang berbeda yang tertinggi adalah pada perlakuan P2 (batang okulasi diameter 2 cm) yaitu dengan persentase 80 %, kemudian perlakuan P1 (batang okulasi diameter 1 cm) denga n persentase tumbuh 33 %

(34)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan untuk mengetahui perbandingan persentase keberhasilan okulasi (coklat), tanaman karet (Hevea brasilliensis L) dengan ukuran diameter 2 cm yang terbaik ditunjukkan oleh P2 (80%) karena ukuran diameter

batangnya besar (2 cm), memiliki kambium yang banyak, dan mempunyai mata entris okulasi yang besar. Selain ukuran dan syarat lain yang disebutkan, mungkin juga karena cepat pulihnya luka bekas irisan sehingga memudahkan untuk menyatunya okulasi. Selain itu dalam pelaksanaan okulasi sudah mengikuti persyaratan dalam okulasi dengan ciri-ciri batang bawah berwarna kecoklatan, berbatang lurus dengan diameter batang bawah (umur 9-18 bulan). pertumbuhan terbaik ditunjukan oleh P2 (80%), karena bentuk diameter batang besar (2 cm),

sehingga memudahkan dalam pembentukan jendela atau perisai.

Persentase pertumbuhan di definisikan sebagai pertambahan bobot dan ukuran suatu organisme yang tidak dapat balik (Harjadi, 2002). Tersedianya unsur hara yang cukup pada saat yang tepat dalam fase vegetatif dapat menunjang laju pembentukan sel-sel baru serta sistem perakaran. Sel-sel baru terbentuk karena adanya aktivitas pembelahan sel, perpanjangan sel dan deferensiasi sel

(Harjadi, 2002).

Dengan demikian adanya peningkatan proses fotosintesa, memacu persentase pertumbuhan tanaman pada tingkat pemula, mengurangi cepat busuknya hasil selama pengangkutan dan penyimpanan, menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama penyakit dan kekeringan, (Suriatna, 1992).

(35)

Menurut Epstein (1972) dalam Gardener, dkk, (1991), bahwa tanah sebagai tempat tumbuh tanaman harus mempunyai kandungan hara yang cukup. (Anna, dkk,1985 ), yang menyatakan bahwa tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dapat memacu pertumbuhan tanaman.

Apabila unsur hara yang ada dalam tanah memadai bagi pertumbuhan tanaman, maka tanaman akan lebih banyak menyerap unsur hara yang ada di dalam tanah tersebut.

Menurut Anonim (2009), dalam satu bulan pertumbuhan daun tanaman karet bisa mencapai 2-3 helai daun. Tapi selain itu pertumbuhan jumlah daun bisa disebabkan oleh kurangnya unsur hara yang ditambahkan ke tanah.

(36)

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Persentase keberhasilan okulasi tanaman karet (Hevea brasilliensis L) menggunakan batang bawah dengan ukuran diameter 2 cm dapat menunjukkan persentase hidup bibit tanaman karet (Hevea Brasilliensis L) sampai dengan umur 3 bulan.

2. Keberhasilan penggunaan batang bawah dengan ukuran diameter 2 cm diduga disebabkan oleh faktor umur, diameter (besar), mata entris, tahan terhadap penyakit dan waktu pelaksanaan mengikuti prosedur dalam melakukan okulasi

B. Saran

Untuk pertumbuhan bibit tanaman karet (Hevea brasilliensis L) sebagai okulasi sebaiknya menggunakan batang bawah dengan diameter 2 cm karena menunjukkan persentase hidup bibit lebih tinggi.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Petunjuk Tehnik Budidaya Karet. Http/www. Pustaka-deptan. Go.id/publikasi/wt276058.pdf

Harjadi, 2002. Pengantar Agonomi. Jakarta

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta

Nugroho. 1985. Dasar-dasar statistik. Penebar Swadaya. Jakarta

Setyadmidjaja. 1993. Karet Budidaya Dan Pengolaha nnya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Setiawan, D, H, dan Andoko, A. 2007. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jaga Karsa. Jakarta.

Soekrtawi. 1989. Prinsip Dasar Manajemen Pasar Hasil Pertanaian Rajawali. Jakarta.

Suriatna. S. 1992. Pupuk dan Pemup ukan. PT, Melton Putra. Jakarta.

Sutedjo. 1989. Hama Tanaman Keras Dan Cara Pemberantasanya.Bina Aksara. Jakarta.

Tim penulis PS. 1999. Karet. Strategi Pemasaran Tahun 2000. Budidaya Dan Pengolahan.

Woelan. Dkk. 2006. Budidaya Tanaman Karet dan Pengolahan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

(38)
(39)

Lampiran 1. Pengambilan Data

Perlakuan P1 Perlakuan P2

(okulasi batang bawah diameter 1 cm) (okulasi batang bawah diameter 2 cm) No tanaman Keterangan (H or M) No tanaman Keterangan (H or M)

P1.1 H P2.1 M P1.2 M P2.2 H P1.3 M P2.3 H P1.4 H P2.4 H P1.5 M P2.5 H P1.6 H P2.6 M P1.7 H P2.7 H P1.8 M P2.8 H P1.9 H P2.9 H P1.10 M P2.10 H P111 M P2.11 H P1.12 M P2.12 M P1.13 M P2.13 H P1.14 M P2.14 H P1.15 M P2.15 H % Hidup 33 % % Hidup 80 % Keterangan : M : Mati H : Hidup

(40)

Lampiran 2. Hasil penghitungan data -data

P1... ?

Dik : Perlakuan P1 yang hidup 5 sedangkan untuk yang mati 10

Dit : Berapa persentase hidup ? Jawab : x = n x ? X 100 % x = rata-rata hitung n = banyaknya data x = variasi yang diteliti

? = jumlah x = 100% 33% 15 5 ? x P2... ?

Dik : Perlakuan P2 yang hidup 12 sedangkan untuk yang mati 3

Dit : Berapa persentase hidup ? Jawab : x = 100% 80% 15 12 ? x

(41)

Lampiran 3. Pelaksanaan okulasi dan pembungkusan mata entris

Gambar. 3 Pelaksanaan okulasi

(42)

Lampiran 4. Pelepasan kertas setelah 2 minngu pelakanaan

okulasi dan mata entris yang tumbuh setelah okulasi

Gambar. 5 . Pelepasan kertas setelah 2 minggu pelakanaan okulasi

Gambar

Gambar 1.  Diagram  Persentase tumbuh okulasi tanaman karet (Hevea   brasilliensis L)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dihasilkan 5 ( lima ) indikator spesifik yang digunakan sebagai parameter yang dapat langsung diukur sebagai bagian dari penilaian indikator stratejik yaitu Noble gas

Simpulan dari penelitian ini adalah: (1) terdapat pengaruh penggunaan model PBL terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa, yakni kelas eksperimen memperoleh

Dari hasil penelitian diperoleh lilin batik biron yang mempunyai kualitas terbaik untuk kain katun adalah dengan formula 1 bagian kote, 5 bagian parafin, dan 4 bagian

Upaya pemberdayaan kader PKK dalam membantu pendataan kepemilikan akta kelahiran di Kelurahan Kidul Dalem membuahkan hasil meskipun tidak dapat dipastikan jumlah

Penyusunan perencanaan strategis SI/TI sesuai portofolio SI/TI yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan dalam perencanaan strategis periode mendatang sehingga dapat

Hasil pada parameter jumlah cluster dan jumlah bunga memiliki nilai kemiripan yaitu 53,34 dengan 7 pohon memiliki kemiripan dengan pohon induk Arumanis-143 dan 7

Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang proses pembelajarannya menggunakan e- learning dan pembelajaran

Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Submit an Article (https://ejournal3.und User Username Password Remember me Login Keywords Aktivitas Komersial