• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. semua barang yang berwujud dapat disebut sebagai inventory, tergantung dari sifat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. semua barang yang berwujud dapat disebut sebagai inventory, tergantung dari sifat"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Inventory dan Klasifikasinya

Inventory adalah semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual kembali atau dikomsumsikan dalam siklus operasi normal, semua barang yang berwujud dapat disebut sebagai inventory, tergantung dari sifat dan jenis usaha perusahaan.

Menurut Koher,Eric L.A.2010. Inventory adalah :" Bahan baku dan penolong, barang jadi dan barang dalam proses produksi dana barang-barang yang tersedia, yang dimiliki dalam tempat penyimpanan atau konsinyasikan kepada pihak lain pada akhir periode".

Di antara pengertian diatas maka inventory dapat diklasifikasikan oleh perusahaan, apabila jenis perusahaan yang membeli barang akan dijual lagi, maka klasifikasi hanya ada satu macam saja yaitu persedian barang dagangan. Sedangkan

(2)

bila jenis perusahaan adalah fabrikasi yaitu perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, maka klasifikasi inventory dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Persediaan bahan baku b. Persediaan dalam proses c. Persediaan barang jadi.

Setelah diperhatikan definisi inventory diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan bahan baku adalah barang-barang berwujud yang dimiliki untuk diproses menjadi barang jadi. Persediaan barang penolong atau pembantu adalah bahan-bahan yang diperlukan untuk menghasilkan produk akhir, tapi tidak secara langsung ikut serta dalam hasil produk akhir. Persediaan barang dagangan adalah barang-barang yang dibeli dan dimiliki oleh perusahaan dagang untuk dijual kembali.

Salah satu perlunya inventory dilaksanakan dengan baik yaitu untuk mengetahui secara pasti harga pokok dari barang-barang dagangan yang terjual. Di samping itu untuk menjamin lancarnya arus lintas barang maka perlu diadakan pencatatan terhadap segala penerimaan barang yang berasal dari supplier, barang yang dipesan oleh langganan, barang yang terjual, barang yang dikembalikan oleh langganan dan penyesuaian-penyesuaian (adjusment) terhadap barang. Atas dasar pencatatan tersebut nantinya dapat diketahui barang mana yang banyak tertimbun

(3)

(over stock) dan barang mana yang harus dipesan kembali kepada supplier karena persediannya sudah menipis, apabila terjadi pemesanan barang kepada supplier, maka pemesanan ini perlu pula dicatat untuk mendapatkan informasi tentang inventory yang lengkap, bila segala transaksi di atas tidak dicatat dengan baik maka akan menemui kesulitan untuk mengetahui keadaan inventory secara pasti pada suatu saat misalnya kesulitan untuk mengetahui berapa jumlah persedian barang yang ada dan yang sudah dipasarkan serta jumlah barang yang sudah dipesan oleh langganan (Quantity Committed) dan berapa jumlah barang yang dipesan kepada supplier(Quantity Sold) dan informasi penting lainnya.

2.2 Identifikasi Material Menggunakan Analisis Klasifikasi ABC

Klasifikasi ABC – atau sering juga disebut sebagai analisis ABC merupakan klasifikasi dari suatu kelompok material dalam susunan menurun berdasarkan biaya penggunaan material itu per periode waktu (harga per unit dikalikan volume penggunaan dari material itu selama periode tertentu). Periode waktu yang umum digunakan adalah satu tahun. Analisis ABC juga dapat ditetapkan menggunakan kriteria lain, bukan semata mata berdasarkan kriteria biaya, tergantung pada faktor penting apa yang menentukan material tersebut.

Klasifikasi ABC umum dipergunakan dalam pengendalian inventory (inventory control). Beberapa contoh penerapan seperti ; pengendalian inventory material di pabrik, inventori produk akhir pada gudang barang jadi, inventory obat –

(4)

obatan pada apotek, inventory suku cadang pada bengkel atau toko, inventory produk pada supermarket atau toko serba ada , dan lain – lain .

Pada dasarnya terdapat sejumlah faktor yang menentukan kepentingan suatu material, yaitu :

a) Nilai total uang dari material. b) Biaya per unit dari material.

c) Kelangkaan atau kesulitan memperoleh material.

d) Ketersediaan sumber daya, tenaga kerja, dan fasilitas yang dibutuhkan untuk membuat material.

e) Panjang dan variasi waktu tunggu (lead time) dari material, sejak pemesanan material itu pertama kali sampai kedatangannya.

f) Ruang yang dibutuhkan untuk menyimpan material itu.

g) Biaya kehabisan stock atau persediaan (stockout cost) dari material itu. Kepekaan material terhadap perubahan desain.

2.3 Penggunaan Klasifikasi ABC

Penggunaan Analisis ABC adalah untuk menetapkan :

a) Frekuensi perhitungan inventori (cycle inventory), dimana material –material kelas A harus diuji lebih sering dalam hal akurasi catatan inventory dibandingkan material–material kelas B atau C.

b) Prioritas rekayasa (engineering), dimana material – material kelas A dan B memberikan petunjuk pada bagian Rekayasa dalam peningkatan program

(5)

reduksi biaya ketika mencari material –material tertentu yang perlu difokuskan.

c) Prioritas pembelian (perolehan), dimana aktivitas pembelian seharusnya difokuskan pada bahan – bahan baku bernilai tinggi (high usage). Fokus pada material – material kelas A untuk pemasokan (sourcing) dan negoisasi.

d) Keamanan : meskipun nilai biaya per unit merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan nilai penggunaan (usage value), namun analisis ABC boleh digunakan sebagai indikator dari material –material mana (kelas A dan B) yang seharusnya aman disimpan dalam ruangan terkunci untuk mencegah kehilangan, kerusakan, atau pencurian.

e) Sistem pengisian kembali (replenishment systems), dimana klasifikasi ABC akan membantu mengidentifikasi metode pengendalian yang digunakan. Akan lebih ekonomis apabila mengendalikan material –material kelas C dengan simple two - bin system of replenishment (synonim ; bin reserve system or visual review system) dan metode –metode yang lebih canggih untuk material – material kelas A dan B.

f) Keputusan investasi : karena material – material kelas A menggambarkan investasi yang lebih besar dalam inventory, maka perlu lebih berhati – hati dalam membuat keputusan tentang kuantitas pesanan dan stock pengaman material – material kelas A dibandingkan terhadap material – material kelas B dan C.

(6)

Seyogyanya implentasi JIT pada bagian pembelian diterapkan pertama kali dalam pembelian material – material kelas A, kemudian material kelas B, dan pada akhirnya pada material – material kelas C.

2.4 Pengelompokkan Material ke Dalam Kelas ABC.

Terdapat sejumlah prosedur untuk mengelompokkan material – material inventory kedalam kelas A, B dan C, antara lain :

a) Tentukan penggunaan volume per periode waktu ( biasanya per tahun ) dari material – material yang ingin diklasifikasikan.

b) Gandakan (kalikan ) volume penggunaan per periode waktu (per tahun) dari setiap material dengan biaya per unitnya guna memperoleh nilai total penggunaan biaya per periode waktu (per tahun) untuk setiap material itu. c) Jumlahkan nilai total penggunaan biaya dari semua material inventory itu

untuk memperoleh nilai total penggunaan biaya agregat (keseluruhan).

d) Bagi nilai total penggunaan biaya dari setiap biaya inventory itu dengan nilai total penggunaan biaya agregat, untuk menentukan persentase nilai total penggunaan biaya dari setiap material inventory itu.

e) Daftarkan material – material itu dalam rank persentase nilai total penggunaan biaya dengan urutan menurun dari terbesar sampai terkecil.

f) Klasifikasikan material – material inventory itu ke dalam kelas A, B dan C dengan kriteria 20% dari jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas A.

(7)

30% dari jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas B, dan 50% jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas C.

2.5 Warehouse Racking system

Salah satu bagian penting yang tidak dapat lepas dari sistem pergudangan adalah rak. Memang tidak semua gudang menggunakan rak sebagai media penyimpanan mereka. Penggunaan rak ini disesuaikan dengan karakteristik produk yang ada di dalam gudang tersebut. Logistik menyebutnya sebagai sebuah racking system. Di era modern logistik, racking system sudah dikembangkan tidak hanya sebagai media penyimpanan saja, melainkan dianggap sebagai sebuah entity yang terintegrasi dengan sistem. Kebanyakan ERP sistem modern sudah mengembangkan sistem mereka terintegrasi dengan racking system. SAP, Syteline, dan Microsoft Dynamic AX (Axapta) merupakan beberapa ERP system yang sudah mengakomodir modul untuk racking system.

Secara umum, klasifikasi rack dibedakan menurut tipe barang dan beratnya. Kedua hal ini merupakan syarat mutlak sebagai pertimbangan dalam pemilihan penggunaan rak. Racking system modern juga sudah menggunakan knock-down model, yang lebih banyak memberikan keuntungan, terutama dari segi fleksibilitas. Knock-down adalah tipe yang dapat dibongkar pasang. Hal ini memudahkan user untuk mengatur tinggi baris dalam rak, dan juga kemungkinan untuk memindahkan lokasi dari satu gudang ke gudang lain.

(8)

Secara umum, knock-down model terdiri dari 2 bagian utama, yaitu frame set dan beam. Frame merupakan kaki dari rak. Untuk system knock-down, frame set terdiri dari dua buah kaki yang disebut sebagai upright post. Kedua kaki ini kemudian dihubungkan dengan beberapa center support sehingga terbentuklah sebuah frame set yang kokoh. Dalam penggunaannya, 2 buah frame set dihubungkan dengan 2 buah beam, didepan dan dibelakang untuk membentuk sebuah kolom demikian seterusnya sehingga menjadi sebuah racking system dalam sebuah warehouse. Penggunaan racking system model ini biasanya digunakan untuk tipe barang medium dan heavy duty.

Berdasarkan berat barangnya, racking system biasanya dibedakan menjadi:

a) Light-duty shelving

b) Mid-duty shelving

c) Heavy-duty racking

Ketiganya mempunyai karakteristik penggunaan yang berbeda, terutama dari segi berat barang per area-nya. Light-duty shelving biasanya digunakan untuk menyimpan barang-barang yang sangat ringan. Racking system ini biasanya tidak pernah menggunakan pallet mengingat berat barang yang sangat ringan dan biasanya juga mempunya dimensi yang kecil. Rak ini biasanya menggunakan papan multiply sebagai alas untuk meletakkan barang. Tipe barang yang biasa disimpan di racking system model ini adalah obat-obatan dan komponen elektronik. Mid-duty digunakan untuk karakteristik barang yang dengan berat medium. Ada dua macam jenis

(9)

mid-duty, yaitu up mid duty dan down mid-duty. Perbedaan keduanya adalah dilihat dari kecenderungan berat dari barang tersebut. Up adalah tipe rack dengan kecenderungan ke arah yang lebih berat, sedangkan down ke arah yang lebih ringan. Model dari racking system keduanya sudah berbeda. tipe down lebih condong ke arah light, dengan menggunakan papan, sedangkan tipe up lebih menyerupai heavy-duty, tanpa menggunakan papan, melainkan menggunakan pallet sebagai gantinya. Model up ini biasanya tidak terlalu tinggi dan masih dapat dijangkau dengan menggunakan tangan biasa atau dengan tangga, tanpa perlu menggunakan forklift. Tipe heavy-duty adalah tipe rak yang mutlak harus menggunakan pallet dalam aplikasinya. Tinggi dari tipe rak ini biasanya hampir mencapai 5 hingga 6 meter. Untuk menjangkaunya diperlukan forklift dengan jangkauan 6 meter atau dengan menggunakan order picker tools. Racking system model ini biasanya banyak digunakan di perusahaan manufacture dengan tipe assembly.

Menurut mekanisme kerjanya, racking system dapat digolongkan menjadi:

2.5.1 Mezzanine rack

(10)

Mezzanine rack adalah salah satu tipe rak yang sering digunakan di sistem pergudangan modern, terutama di bagian finished product mereka. Mezzanine rack adalah tipe rak yang tidak mempunyi batasan area dalam skala kecil. Karena fleksibilitasnya dalam pengaturan dimensi per area-nya, tipe ini sangat cocok digunakan untuk menyimpan barang-barang yang mempunyai dimensi yang besar dengan varian dimensi yang beragam. Salah satu jenis barang yang cocok disimpan dengan mezzanine rack adalah sepeda jadi.

2.5.2 Drawer rack

Gambar 2.2 : Contoh Drawer Rack

Drawer rack adalah salah satu tipe rak yang mempunyai slot drawer menyerupai laci, sehingga memudahkan user untuk mengambil barang. Tipe ini termasuk tipe light-duty, biasanya digunakan untuk menyimpan komponen elektronik.

(11)

2.5.3 Cantilever Rack

Gambar 2.3 : Contoh Cantilever Rack

Cantilever rack adalah tipe rak heavy duty dengan model menyerupai huruf T atau huruf Y. Rak ini biasanya digunakan untuk menyimpan produk pipa dan turunannya.

2.5.4 PalletRack

Gambar 2.4: Contoh Pallet Rack

Pallet rack adalah tipe rak yang paling sering digunakan, terutama untuk perusahaan manufacture. Tipe ini cocok untuk perusahaan assembly dengan jumlah komponen yang banyak. Model ini menggunakan pallet standar untuk meletakkan barang.

(12)

2.5.5 Drive-In Rack

Gambar 2.5: Contoh Drive In Rack

Drive-in rack adalah turunan dari jenis pallet rack. Drive-in rack membutuhkan pallet dengan desain khusus yang mempunyai lobang di bagian bawah untuk dapat dimasukkan ke dalam raknya. Jalur keluar masuk barang rak model ini berbeda dengan tipe pallet rak. Untuk mengambil atau memasukkan barang, forklift akan melewati kedua buah kaki frame-set menuju ke dalam drive-in rack.

Pemilihan penggunaan rak dalam sistem pergudangan harus disesuaikan dengan karakteristik barang yang akan disimpan. Hal ini mutlak harus diperhitungkan saat melakukan desain layout pergudangan. Beberapa pertimbangan penting yang terkait dengan pemilihan racking system dan desain layout adalah:

a) Tipe barang

b) Dimensi dan berat barang c) Luas gudang

(13)

2.5.6 Unit load dan Peralatan Penyusunnya

Unit load: satu item tunggal, atau sejumlah item tertentu yang disusun dan disatukan sehingga muatan tersebut dapat disimpan, diambil, dan dipindahkan antar dua lokasi sebagai massa tunggal. (Tanchoco). Pengaruh ukuran - ukuran unit load terhadap system penanganan material. Unit load yang besar mungkin membutuhkan peralatan yang lebih besar dan lebih berat, yang lebih lebar, dan kapasitas lantai yang lebih besar. Selain itu unit load yang besar juga meningkatkan work in process yang disimpan karena pallet atau container harus menunggu penuh sebelum dipindahkan. Namun, keuntungan utamanya adalah pemindahan yang lebih sedikit.

Peralatan penyusun unit load : a) Pallet

b) Container c) Skid d) Palletizers

e) Strapping and Wrapping Equipment a) Pallet

Pallet adalah sebuah alat berupa permukaan mendatar dan rata yang digunakan sebagai landasan untuk merakit, menyimpan, dan memindahkan barang sebagai satu satuan muatan.

(14)

Jenis Pallet

Berdasarkan desainnya: block pallet (four way entry) dan stringer pallet (two way entry)

Gambar 2.6 : Block Design Pallet

(15)

Dilihat dari bahan pembuatnya, pallet biasanya dibedakan menjadi pallet kayu, pallet plastik, dan pallet partikel. Pallet kayu merupakan pallet yang terbuat dari kayu. Jenis pallet ini paling banyak digunakan di Indonesia. Keuntungannya adalah mudah didapat, mudah maintain, dan harga relatif murah. harga pallet kayu murah karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kayu yang cukup besar di dunia ini. Jadi untuk mendapatkan material mentah kayu sangatlah mudah. Hal ini yang menjadi salah satu alasan mengapa pallet kayu begitu populer di Indonesia. Pallet kayu mempunyai kelemahan mudah rusak dan mudah terkena rayap. Rayap adalah salah satu musuh besar seorang logistik! Pallet plastik sudah lumayan banyak digunakan di Indonesia. Sesuai dengan namanya, pallet plastik terbuat dari plastik.

Perbedaan yang mendasar selain bahannya, bila dibandingkan dengan pallet kayu adalah pada bagian atasnya. Pallet kayu umumnya pada bagian atas terbuat dari papan yang disusun melintang dan terdapat jarak diantara papan-papan tersebut. Sedangkan pallet plastik normalnya mempunyai permukaan bagian atas yang flat, tanpa ada rongga. Harga pallet plastik relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan plastik kayu, namun pallet jenis ini tidak mudah rusak dan boleh dikatakan anti rayap. Pallet plastik yang baik juga cenderung lebih berat bila dibandingkan dengan pallet kayu. Kelemahan pallet plastik yang paling mendasar adalah susah untuk di repair. Jenis terakhir yang juga sudah mulai populer adalah pallet partikel.

Pallet partikel terbuat dari partikel kayu. Orang Jawa menyebutnya dengan istilah 'grajen'. Jenis ini mulai digunakan di Jepang dan China karena cost juga relatif murah. Kelemahan mendasar dari pallet ini adalah mudah rusak, terutama bila

(16)

terkena air, dan tidak dapat diperbaiki. Jenis lain yang sering digunakan, terutama di Eropa adalah kardus. Di Indonesia, penggunaan pallet jenis ini kurang begitu populer.

Ukuran Pallet

ISO sudah mematenkan beberapa ukuran yang menjadi standar internasional. Di Eropa misalnya, pallet di standarkan dalam ukuran 1200 x 1000 mm. Sedangkan untuk Asia, standar ukuran pallet adalah 1100 x 1100 mm Ukuran Asia dan Eropa ini menjadi ukuran yang lazim digunakan juga di Indonesia.

Sewa atau Beli

Di era modern logistik, orang sudah mulai memilih untuk menyewa pallet. Apalagi dengan melihat kondisi ekonomi dunia sekarang yang terlihat gunjang-gunjing. Orang lebih memilih untuk menyewa pallet yang dihitung per hari per unit, daripada harus membeli pallet baru yang harganya berubah mengikuti pasar. Sudah mulai banyak perusahaan menyediakan rental pallet. Hal ini memberikan keuntungan bagi perusahaan dari segi biaya. Perusahaan tidak perlu mengeluarkan investasi yang besar untuk membeli sebuah pallet. Belum lagi biaya operasional untuk repair dan maintenance. Hampir sama seperti sistem outsourcing. Namun untuk kasus ini, yang di outsource adalah pallet, bukan manusia.

(17)

2.6 Forklift

Forklift atau yang juga sering disebut sebagai lift truck adalah salah satu material handling yang paling banyak digunakan di dunia logistik. Tujuan utama dari penggunaan forklift adalah untuk transportasi dan mengangkat. Sejarah forklift pertama kali diawali pada tahun 1906. Pennsylvania Railroad memperkenalkan sebuah battery platform truck untuk memindahkan barang. Perkembangan selanjutnya banyak terjadi pada saat perang dunia I. Konon menurut sejarah, dunia logistik sangat dipengaruhi oleh adanya perang.

Forklift modern sekarang sudah berbeda jauh dengan sejarah awal forklift yang ada. Forklift modern benar-benar difokuskan untuk kedua hal utama, yaitu transportasi dan mengangkat. Bagian-bagian utama dari sebuah forklift adalah:

2.6.1 Fork

Adalah bagian utama dari sebuah forklift yang berfungsi sebagai penopang untuk membawa dan mengangkat barang. Fork berbentuk dua buah besi lurus dengan panjang rata-rata 2.5 m. Posisi peletakan barang di atas pallet masuk ke dalam fork juga menentukan beban maksimal yang dapat diangkat oleh sebuah forklift.

2.6.2 Carriage

Carriage merupakan bagian dari forklift yang berfungsi sebagai penghubung antara mast dan fork. Ditempat inilah fork melekat. Carriage juga berfungsi sebagai sandaran dan pengaman bagi barang-barang dalam pallet untuk transportasi atau pengangkatan.

(18)

2.6.3 Mast

Mast adalah bagian utama terkait dengan fungsi kerja sebuah fork dalam forklift. Mast adalah satu bagian yang berupa dua buah besi tebal yang terkait dengan hydrolic system dari sebuah forklift. Mast ini berfungsi untuk lifting dan tilting.

2.6.4 Overhead Guard

Overhead guard merupakan pelindung bagi seorang forklift driver. Fungsi pelindungan ini terkait dengan safety user dari kemungkinan terjadinya barang yang jatuh saat diangkat atau diturunkan, juga sebagai pelindung dari panas dan hujan.

2.6.5 Counterweight

Counterweight merupakan bagian penyeimbang beban dari sebuah forklift. Letaknya berlawanan dengan posisi fork.

2.7 Kapasitas Gudang

Pengertian kapasitas gudang adalah jumlah output maksimum yang dapat disimpan oleh suatu fasilitas selama periode / selang waktu tertentu yang biasanya dinyatakan dalam unit produk yang dihasilkan per satuan waktu.

2.7.1 Perencanaan vs Pengendalian Kapasitas

Perencanaan kapasitas adalah proses penentuan jumlah tenaga kerja, mesin, dan fasilitas fisik lainnya yang diperlukan untuk mencapai sasaran keluaran tertentu. Pengendalian kapasitas adalah proses pemantauan keluaran semua fasilitas dan membandingkannya dengan rencana untuk menentukan tindakan.

(19)

2.7.2 Penentuan Lebar Aisle / Jalan pada Gudang Finished Goods

Aisle adalah jalur lintasan yang digunakan untuk material handling, gerakan perpindahan orang, finished goods product handling, pembuangan scrap dan limbah insdustri lainnya, pemindahan peralatan produksi baik untuk pergantian baru maupun untuk perawatan dan kondisi darurat. Pembahasan yang akan dilakukan hanya untuk menentukan aisle yang berfungsi sebagai finished goods product handling.

Cara untuk menentukan lebar aisle berdasarkan alat angkut / alat transportasi di finished goods ( diambil dari buku: Facilities Planning : James A. Tompkins & John A. White; penerbit John Wiley & Sons; 1984) :

Tabel 2.1 : Penentuan Lebar Aisle

Type of flow Lebar aisle (feet) Tractor 12 Forklift 3 ton 11 Forklift 2 ton 10 Forklift 1 ton 9

Narrow aisle truck (truck untuk gang sempit) 6

Manual platform truck 5

Personnel 3

Personnel with doors opening into the aisle from 1 side 6

(20)

Note :

1 feet = 0.3 m

Jika jalurnya dua arah, maka lebar aisle = penjumlahan lebar gang yang dibutuhkan untuk type of flow nya. Misal :

1 jalur dua arah forklift 3 ton, maka lebar aisle yang dibutuhkan = 11 ft + 11 ft = 22 ft

2.7.3 Gate untuk area receiving dan shipping

Gate untuk area receiving dan shipping menjadi satu dengan panjang 3m dan tinggi 2,7m.

2.7.4 Prinsip – Prinsip Flow Barang di Gudang Finished Goods

a) Penerimaan & Penanganan

b) Pemeriksaan dokumen

1. PO & Surat Jalan apabila barang berupa product yang disubcont di tempat lain

2. BPBG (Bukti Penerimaan Barang Gudang) apabila product diserah terima dari produksi ke gudang.

3. Barang yang belum diperiksa disimpan di “TRANSIT AREA”

(21)

5. Penyelesaian Administrasi, apabila memakai SAP bisa menggunakan transaksi:

1. MIGO dan print STPB (Surat tanda Penerimaan Barang) untuk diserahkan ke supplier sebagai bukti penerimaan barang

2. Pemindahan bin product dari bin 100 (produksi) ke bin 010 (gudang finished goods) sebagai bukti bahwa barang hasil produksi sudah masuk gudang

c) Proses Handling yang benar

d) Penyimpanan

1. Penentuan jumlah unit per kelompok berdasarkan standar packing di SAP

2. Pemberian identitas bin.

3. Penyimpanan di bin secara sistematis (1 pallet 1 product) 4. Penyimpanan berdasarkan prinsip FIFO

5. Pemeriksaan kembali untuk barang yang telah disimpan dalam masa tertentu (Re inspection).

6. Membuat layout penyimpanan barang (Layout Gudang)

7. Klasifikasi penyimpanan dilakukan per kelompok besar, kemudian per kelompok kecil dst.

(22)

1. Nama barang 2. Kode barang 3. Isi / box 4. Tanggal produksi 5. Pass QC e) Pengeluaran Barang

1. Pengeluaran barang dilakukan apabila ada permintaan jadwal pengiriman dari PPIC

2. Barang dikeluarkan dengan Surat Jalan SAP yang memuat data tanggal pengiriman, jumlah barang, jenis barang, rute transportasi, dan indentitas mobil pengiriman

3. Surat Jalan harus ditandatangani oleh Kepala Gudang sebagai tanggung jawab telah mengeluarkan barang.

f) Pengendalian / Pengontrolan

1. Dilakukan oleh pihak Internal (dilakukan sendiri) dan External (pihak lain yang independen)

2. Stock opname (apabila terjadi selisih antara SAP dan aktual barang, maka lakukan adjustment yang bisa dipertanggungjawabkan)

Gambar

Gambar 2.1 : Contoh Mezzanine Rack
Gambar 2.2 : Contoh Drawer Rack
Gambar 2.3 : Contoh Cantilever Rack
Gambar 2.5: Contoh Drive In Rack
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan penelitian sekarang penelitian pada dua bank yaitu bank konvensional dan bank syari’ah, jika Z-Score dirata-rata jumlah Z-Score menunjukkan hasil yang sama yaitu

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis,

Kualitas perairan di Sungai Musi bagian hilir di kelompokkan menjadi tiga kelompok besar, Kelompok pertama ; tercemar berat mulai dari stasiun Musi Kramasan, Muara Ogan,

Sedangkan pembahasan yang dipilih peneliti lebih fokus pengenalan hewan peliharaan dengan media buku interaktif yang berjudul “Perancangan Buku Interaktif Pengenalan

Berdasar pada beberapa kajian yang telah dilakukan, artikel ini lebih menitikberatkan peranan puri dan elitenya dalam politik di masa kontemporer dengan mengusung

Banyaknya konten berita citizen journalis yang diunggah di instagram @infodenpasar menjadi perhatian peneliti apakah konten berita ini dapat diterima oleh khalayak

Simpulan Penelitian: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada volume dan konsentrasi sperma antara kelompok perokok dan bukan perokok di Klinik Permata Hati

Aspek-aspek Indikator empiris yang digunakan dalam mengungkap kepercayaan diri dengan menggunakan skala kepercayaan diri terdiri dari cinta diri, pemahaman diri, tujuan hidup