• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kegiatan pelatihan bagi para fasilitator atau ToT untuk tingkat SD/MI dan SMP/MTs telah usai bulan Maret lalu. Namun bagi seluruh peserta, kegiatan tersebut memberikan banyak sekali manfaat dan tak terlupakan.

Hal itu juga berlaku bagi Drs. Bambang Eko Wibowo, M.Si., Kepala Sekolah SMPN 9 Tangerang, salah satu sekolah favorit di kota tersebut. Bambang merasa sangat percaya diri ketika pertama kali tiba di Fame Hotel Serpong, tempat pelaksanaan Pelatihan Fasda USAID PRIORITAS Tingkat SMP/MTs bulan Maret lalu. Ia yakin bahwa pengalaman pelatihan kali ini tidak akan berbeda jauh dengan pelatihan-pelatihan lain yang pernah ia ikuti. Semua pernah ia dengar, bahan pelatihan hanya akan masuk ke dalam flash disk tanpa akan dibuka lagi, dan tidak akan ada dampak nyata.

Ternyata ia salah.

Hal baru yang paling berkesan baginya adalah saat menerima pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS. Bambang baru menyadari bahwa dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS), Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS), atau Rencana Kerja Tahunan (RKT) akan jauh lebih baik jika didasarkan pada Evaluasi Diri Sekolah atau EDS dari masing-masing guru. Selama ini, sekolah yang dipimpinnya hanya membuat perencanaan itu setiap kali ditagih oleh Dinas Pendidikan. Proses yang dilalui pun tidak berdasarkan masukan terperinci dari guru-guru semua mata pelajaran.

“Itu kemarin benar-benar kayak orang pusing minum obat. Terus langsung pleng,” aku Bambang saat menceritakan betapa sederhananya pengetahuan atau pemahaman baru yang ia peroleh dari pelatihan USAID PRIORITAS. Menurut

Edisi 3/ April - Juni 2013

WEWARAH PRIORITAS

Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik di Provinsi Banten

Pelatihan Yang Membuka Mata

Atas: Suasana saat mengerjakan tugas kelompok

dalam Pelatihan Fasilitator Daerah USAID PRIORITAS Banten.

Di bulan Maret 2013 lalu, tim USAID PRIORITAS Banten menyelenggarakan dua kali Pelatihan Fasilitator Daerah USAID PRIORITAS di Hotel Fame Serpong, Tangerang. Pelatihan pertama ditujukan untuk fasilitator tingkat SD dan MI, dan pelatihan kedua untuk tingkat SMP dan MTs.

Para fasilitator ini dipilih melalui proses seleksi yang melibatkan staf Dinas Pendidikan, Kantor Kemenag, dan LPTK, yang diselengga-rakan bulan Februari 2013 lalu. Sebanyak total 60 orang fasilitator untuk tingkat SD/MI dan 59 untuk tingkat SMP/MTs terpilih dan mengikuti pelatihan yang masing-masing tingkatnya berlangsung selama 7 hari.

Para fasilitator daerah itu terdiri dari guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, staf dinas, dan dosen dari LPTK. Dalam pelatihan yang berdurasi total hampir 70 jam, mereka memperoleh materi pelatihan meliputi metode pembelajaran yang mengutamakan aktivitas siswa di kelas, manajemen berbasis sekolah, dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan.

Para fasilitator ini nantinya melatih Endah Yulia, seorang fasilitator daerah, tengah mempraktekkan metode

pembelajaran PAKEM kepada murid-murid di SDN Sukasari 4 Kota Tangerang.

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan

Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

(2)

(dari hal. 1)

Hal itu Bambang utarakan saat pertemuan koordinasi distrik Tangerang tanggal 27 Maret 2013 lalu di hadapan para wakil dari Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama, dan Bappeda Kota Tangerang.

Langkah Bambang tak berhenti sampai di situ. Ia bersama Kepala Sekolah SMPN 5 Tangerang, Mulyono Sobar, S.Pd., menginisiasi lokakarya penyusunan EDS untuk semua SMP negeri di wilayah Kota Tangerang pada tanggal 14 Mei lalu.

Kegiatan ini dilanjutkan tanggal dengan lokakarya penyusunan RKS, RKAT, dan RKAS pada tanggal 20, 21, dan 22 Mei 2013 lalu. Sambutan dari 24 SMP Negeri di Kota Tangerang sangat positif dengan mengirimkan wakilnya ke acara tersebut.

Inisiatif rekan-rekan Tangerang memang sangat antusias. Antusiasme mereka bahkan menular ke daerah lain seperti misalnya Kabupaten Lebak.

(Kom)

Bambang Eko Wibowo, M.Si., Kepala Sekolah SMPN 9 Tangerang, diapit oleh Mulyono Sobar S.Pd., Kepsek SMPN 5 Tangerang, dan Ahmad Prasetyo, Provincial Governance Management & Whole School Development Specialist, saat memberikan testimoni mengenai Pelatihan USAID PRIORITAS di hadapan perwakilan Dinas Pendidikan, Kemenag, dan Bappeda Kota Tangerang dalam sebuah acara.

Untuk menjadi seorang dosen yang mengajar di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) tentu dibutuhkan seseorang yang mumpuni dalam ilmu pengetahuan. Hal itu sangat nyata menilik diskusi yang terjadi dalam Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah untuk Dosen LPTK Provinsi Banten yang telah dilaksanakan pada tanggal 20 sampai 22 Juni 2013 lalu. Sejumlah 60 orang dosen partisipan terlibat adu argumentasi hangat m e n g e n a i b a ny a k h a l t e r k a i t i s u manajemen berbasis sekolah.

“Sebenarnya, materinya bukan hal

yang baru, tapi berdiskusi seperti ini, kami belum pernah,” ujar Siti Aisyah S.Pd., M.Hum., seorang dosen dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten.

Bu Ais, ia biasa disapa, lebih jauh menambahkan bahwa metode pemberian materi lewat diskusi seperti pelatihan ini sangat bisa diaplikasikan di kampus. Namun yang perlu jadi catatan adalah diskusi perlu dibatasi agar perdebatan jangan sampai terlalu melebar dari isu awal. “Kami di sini pasti punya persepsi yang sedikit berbeda satu sama lain,” jelasnya.

Kiri: Dosen-dosen dari Untirta, IAIN, dan beberapa perguruan tinggi lain tengah mengerjakan tugas kelompok dalam Pelatihan MBS untuk Dosen LPTK Banten.

Dosen Bahasa Inggris ini percaya bahwa pelatihan ini sangat berguna baginya dan rekan-rekan dosen lain. “Tadi teman-teman sangat bersemangat mengikuti diskusi, dan mereka tanya, habis ini kita ngapain lagi?” Ia juga menambahkan bahwa d i s k u s i s e p e r t i i n i m e n g h ap u s k a n pertanyaan-pertanyaan yang biasanya timbul setelah menerima pengetahuan baru. Metode diskusi ini menuntaskan rasa ingin tahu para peserta.

Metode pelatihan dengan diskusi kelompok seperti ini juga disambut dengan antusias oleh Evi Afiati, S.Pd., M.Pd., dosen di bidang Psikologi Pendidikan di Untirta. “Diskusi kelompok seperti ini membuat peserta lebih partisipatif dan tidak mudah jenuh,” pujinya. “Ini bagus sekali. Saya mau kalau sering-sering ikut pelatihan seperti ini,” ujarnya lebih jauh sambil tertawa.

(Kom)

Materi Lama, Pengalaman Baru

(3)

Banyak Pelajaran Bisa Dipetik

Para peserta acara study visit yang sebagian besar terdiri dari guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah dari Kabupaten Serang dan Pandeglang pada awalnya memang sempat kaget melihat bangunan sekolah yang dikunjungi tidaklah megah atau hebat. Namun, mereka tidak butuh waktu lama untuk bisa mengenali kelebihan sekolah-sekolah tersebut.

Di SDN Ciater, misalnya. Para peserta disambut di dalam kelas yang penuh dengan karya siswa yang dipajang di dinding, dan siswa yang antusias menanggapi setiap pertanyaan yang dilontarkan guru. Para siswa itu juga memiliki absen mandiri. Absen mandiri itu adalah jam buatan tangan yang menunjukkan kedatangan mereka setiap hari. Setiap siswa wajib mengatur letak jarum jam sesuai kedatangan mereka pada hari itu. Ini dibuat untuk melatih sikap disiplin dan kejujuran siswa.

Tidak hanya bertemu dengan tenaga pengajar dan siswa dari keempat sekolah di atas, para peserta juga bertemu dengan mitra lain seperti Komite Sekolah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang, wakil dari Kementerian Agama, dan beberapa pejabat lain. Di sana, para peserta banyak mengajukan pertanyaan yang intinya mencari tahu lebih dalam mengenai pengalaman dalam mengaplikasikan pola pembelajaran, manajemen sekolah, dan penggalangan partisipasi publik yang lebih baik.

Kepala Sekolah MTs AL-Khairiyah Kepandean, Ciruas, Serang, Edi Suhedi mengakui sejumlah kemajuan yang ditemukannya di sekolah tempat kunjungan. “Komite Sekolah di MTs Kasomalang bagus sekali,” ujarnya. Edi menambahkan bahwa komite itu berpartisipasi penuh dalam setiap upaya kemajuan sekolah. Mereka bahkan berperan seperti layaknya PR dan marketing bagi sekolah tersebut. “Kami di sini (Ciruas) belum bisa seperti itu.”

Edi bertekad untuk mulai melibatkan peran komite sekolah dalam pertemuan-pertemuan dengan pihak dinas pendidikan atau kantor kemenag. Selama ini, menurutnya, komite sekolah mereka agak “mandek”, dan Edi telah mencoba memperbaiki kondisi dengan merombak kepengurusan komite sekolah, termasuk menunjuk ketua baru. “Belum setahun ini mulai

bekerja,” ujarnya.

Edi mengharapkan dam-pak perubahan komite sekolah ini mulai terasa sejak tahun ajaran mendatang yang akan dimulai pertengahan Juli 2013. “Insya Allah (komite) yang ini bisa bekerja-sama lebih baik.”

Study Visit ke Ciater

Setelah mengikuti Pelatihan USAID PRIORITAS untuk tingkat SD/MI dan SMP/MTs, para Fasilitator Daerah di Kabupaten Pandeglang dan Serang, mengikuti kunjungan kerja untuk belajar ke daerah Kabupaten Subang, Jawa Barat, pada tanggal 28 Mei lalu. Daerah ini dipilih karena lama menjadi mitra DBE, dan menunjukkan sejumlah perkembangan positif di beberapa sekolahnya. Sekitar 100 orang fasda dan undangan mengikuti acara tersebut.

Di Kecamatan Ciater, Kabupa-ten Subang, para peserta acara kunjung kerja ini bertandang ke 4 sekolah, yaitu SDN Ciater, SDN Girimekar, SMPN 2 Jalan Cagak, dan MTs Kasomalang Subang. Keempat sekolah dan madra-sah itu dinilai telah mengaplikasikan berbagai praktik yang baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi para anak didik.

Kiri Atas: Interaksi guru dan murid di MTs Kasomalang, Ciater, Subang. Di sekolah ini, metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau CTL telah diaplikasikan sejak lama.

Kiri Tengah: Kerja kelompok di dalam kelas. Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa dituntut untuk memberikan masukan secara aktif.

Kiri Bawah: Siswa menilai hasil kerja dari kelompok lain di kelasnya. Kegiatan ini membantu siswa untuk mempelajari kelebihan dan kekurangan rekan-rekannya.

Kanan Atas: Edi Suhedi, S.Pd, Kepala Sekolah MTs Al-Khairiyah Kepandean, Ciruas, Kabupaten Serang. Ia mengagumi peran Komite Sekolah di MTs Kasomalang yang ia kunjungi.

(4)

Kabupaten Lebak di Provinsi Banten termasuk daerah yang terting-gal. Hal itu sangat disadari oleh para pemangku kepentingan di kabupaten penghasil kelapa sawit ini.

Ketertinggalan itu ditengarai berhubungan erat dengan pengem-bangan SDM warganya, terutama terkait dengan pendidikan dasar. Haji O'ong Syahroni, anggota Komisi B DPRD Kabupaten Lebak menyatakan bahwa sebenarnya alokasi dana untuk pendidikan dari APBD sebesar dua puluh persen sebenarnya bisa sangat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan di daerahnya.

“Tapi alokasinya harus benar-benar digunakan untuk pendidikan, jangan termasuk untuk bidang lain seperti kebudayaan,” Haji O'ong seraya menambahkan bahwa kebudayaan (dan kesenian) membutuhkan dana yang tidak sedikit. Ia juga menekankan bahwa p e n d i d i k a n i t u s a n g a t p e n t i n g ,

karenanya, dana untuk peningkatan kualitas pendidikan juga harus terjamin.

Program USAID PRIORITAS harus dimanfaatkan untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan Kabupaten Lebak,” tegasnya. Hal itu ia sampaikan dalam sambutan saat acara USAID PRIORITAS District Meeting di Kabupa-ten Lebak tanggal 18 April lalu. Hal ini juga diamini oleh wakil dari Bappeda Kabupa-ten Lebak, Muttakin yang menyatakan bahwa bantuan dari USAID PRIORITAS harus dimanfaatkan secara optimal.

Muttakin juga menyampaikan bahwa Dinas Pendidikan membutuhkan dukungan penyusunan rencana strategis (renstra) baru, oleh karenanya hal ini bisa dikerjasamakan dengan USAID PRIORI-TAS. Renstra baru ini dibutuhkan mengingat karena Renstra yang lama (2008-2013) akan segera berakhir.

(Kom)

Kabupaten Lebak Sambut Positif USAID PRIORITAS

Atas: Kegiatan pembelajaran di sebuah MTsN di Lebak

Bawah: H. O’Ong Syahroni saat menyampaikan pandangannya dalam acara District Review beberapa waktu

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, H. Asep Komar Hidayat, M.Pd., mengingatkan perlunya mengubah pola pikir dan pola tindak guru.

“ B a g a i m a n a c a r a ny a a n a k dimandirikan. Bagaimana caranya mereka diberi kompetensi sesuai kebutuhannya,” Haji Asep menekankan poin utama dalam uraiannya.

Ia melihat bahwa keberadaan USAID PRIORITAS di Kabupaten Lebak merupakan momentum positif untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar demi generasi yang lebih kompetitif dan maju.

“Amerika saja menaruh perha-tian pada kualitas pendidikan kita,” ia

mengingatkan. “Jadi kita harus mem-punyai komitmen bersama untuk meningkatkan kualitas warga kita.”

Di Kabupaten Lebak, USAID PRIORITAS telah melatih 25 orang fasilitator daerah dan 5 fasilitator nasional untuk tingkat SD/MI dan SMP/MTs. Mereka bertanggungjawab untuk mengadakan pelatihan di tingkat sekolah nantinya.

Pelatihan di Lebak telah dimulai di akhir bulan Juni 2013 dengan MTsN Model Pasir Sukarayat sebagai pelopor-nya. Pelatihan itu dihadiri oleh total 25 guru MTsN Model dan 7 guru undangan dari MTs lain di kota Rangkasbitung. Kegiatan tersebut akan diikuti dengan rangkaian pelatihan lain yang terus

berlangsung sampai dengan bulan Oktober mendatang.

Hal ini persis sesuai dengan keinginan Kadinkes H. Asep yang mengatakan, “anak-anak kita kalau tidak disiapkan untuk berkompetisi, kita tidak akan maju.” (Kom)

Atas: H. Asep Komar Hidayat, M.Pd.,

mengingatkan perlunya perubahan pelayanan dalam bidang pendidikan.

Pelayanan Harus Berubah Demi Kemajuan

(5)

Memperbaiki kinerja sebuah sekolah yang telah lama terpuruk memang bukan tugas yang mudah. Hal itu dirasakan oleh Ahmad Firdaus, M.Si, yang diserahi tugas untuk mengembangkan MTsN Model Pasir Sukarayat, Rangkasbitung. Sebagai mantan guru di madrasah tersebut, Ahmad sejak awal tahun 2012 dipercaya oleh Kantor Kemenag Provinsi Banten untuk menata ulang madrasah dan mengembalikannya sebagai madrasah model.

Sejumlah inisiatif segera dilaksanakan oleh Pak Daus, begitu ia biasa disapa. Rangkaian perbaikan, mudah diduga, diawali dengan renovasi gedung. Dalam waktu 7 bulan, bangunan fisik telah direnovasi untuk mendukung proses pembelajaran yang kondusif. Beberapa gebrakan dalam bidang manajemen lantas diterapkan oleh Ahmad Firdaus dan jajarannya mengikuti usainya proses renovasi, mulai dari pembentukan kelas unggulan, pengarsipan data sekolah yang lebih baik, sampai dengan yang terbaru, penilaian guru oleh murid kelas IX.

Kebijakan ini akan mulai diterapkan di MTSN Model Pasir Sukarayat akhir tahun ajaran 2013 ini. Murid-murid kelas IX yang

akan meneruskan ke jenjang SMU/MA, diminta untuk mengisi formulir berisi penilaian m e re k a a t a s k i n e r j a p a r a g u r u , s t a f adminisitrasi sekolah, penjaga sekolah, sampai dengan satpam.

Ahmad menjelaskan bahwa selama ini, penilaian kompetensi dan kinerja guru merupakan proses yang tidak mudah, karena penilaian yang dilakukan oleh aksesor resmi selalu hanya berdasarkan pengamatan sesaat, dan tidak bisa setiap tahun dilaksanakan. Dengan cara ini, penilaian bisa dilakukan setiap tahun, dan “kami jadi punya data tertulis mengenai kinerja guru di kelas,” ujarnya.

Beberapa guru menyambut baik inisiatif pelibatan siswa dalam menilai kinerja mereka. “Moga-moga baguslah (penilaiannya),” komentar salah seorang guru. Buat mereka saat ini, hal yang terpenting adalah anak didik mereka mencatat hasil baik dalam ujian kenaikan kelas (UKK).

(Kom)

Siswa Jadi Asesor

Ahmad Firdaus, M.Si., berniat untuk menerapkan sistem penilaian guru dan karyawan madrasahnya ber-dasarkan masukan dari para murid di kelas IX.

“Dengan begini, kami

jadi punya data tertulis

mengenai kinerja guru

di kelas,” Ahmad Firdaus,

KepSek MTsN Model

Rangkasbitung.

Hari Sabtu, pukul 11 siang, di SDN Tegal Jetak, Kecamatan Ciruas, Kabupaten S e r a n g , B a n t e n . S u a s a n a t a m p a k MENARIK. Banyak siswa SD, namun mereka semua duduk diam membaca. Ada beberapa murid membaca di saung dekat lapangan, ada sebagian lagi di dalam ruangan perpustakaan, dengan seorang guru berdiri mengawasi. Tapi mereka bukan tengah ujian.

Mereka sedang mengikuti pelajar-an membaca. SD Negeri ini sejak tahun 2010 lalu telah melaksanakan kelas membaca secara teratur bagi siswanya.

Seluruh siswa dari kelas I sampai kelas VI s e c a r a b e r g a n t i a n m e n d a p a t k a n kesempatan membaca selama setengah jam dengan diawasi oleh wali kelasnya. Selama waktu tersebut, murid-murid boleh membaca apa saja buku yang mereka mau. Mereka boleh membaca fiksi, non-fiksi, apapun.

Tidak hanya itu. Siswa yang tengah mengikuti pelajaran di kelas pun, diperbolehkan minta ijin untuk ke perpustakaan untuk mencari referensi. Perpustakaan selalu terbuka bagi para siswa saat jam sekolah, apalagi saat

istirahat.

Perpustakaan ini awalnya didiri-kan menggunadidiri-kan dana bantuan dari pemerintah provinsi. Dari situ, terkumpul cukup dana untuk membangun sebuah ruangan sederhana berukuruan 8x9 m2, beserta sejumlah buku bacaan dan pelajaran. Jumlah buku yang terbatas setiap t a h u n b e r t a m b a h b a n y a k b e r k a t sumbangan dari berbagai pihak, terutama murid yang melanjutkan ke jenjang SMP.

Guru-guru SDN Tegal Jetak juga turut berpartisipasi membidani kelahiran (bersambung ke hal. 6)

(6)

Pengetahuan baru memang bernilai tinggi, terlebih apabila pengetahuan itu dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Hal ini yang juga terjadi di SD Negeri 2 Bojong, Kabupaten Pande-glang, Banten.

Sepulangnya dari Pelatihan Fasilitator Daerah USAID PRIORITAS untuk tingkat SD/MI awal bulan April lalu, Ela Nurlaelasari, S.Pd., yang juga seorang guru Matematika kelas VI di SDN 2 Bojong, berhasrat untuk segera mengaplikasikan pengetahuan baru yang ia peroleh.

Dalam pelatihan yang memakan waktu tujuh hari tersebut, Ela memper-oleh berbagai hal baru, dari metode pembelajaran, manajemen sekolah, sampai cara menggalang partisipasi

masyarakat untuk memajukan pendidik-an di sekolah.

Gayung rupanya bersambut. Rekan-rekan sejawat Ela di SDN 2 Bojong antusias untuk menyaksikan apa saja yang diperolehnya selama pelatihan di Serpong. Kepala Sekolah E. Khuzaenah pun sepakat untuk segera mencoba mengaplikasikan hasil pelatihan. Singkat kata, para guru dikumpulkan dan sepakat untuk melihat dan menyaksikan Ela mengajar dengan pendekatan siswa yang aktif di kelas.

Setelah beberapa hari, rekan-rekan Ela mulai mencoba memberikan pelajaran seperti itu, termasuk Afiah, S.Pd., yang mengajar Matematika untuk kelas I. Di dalam kelas, tempat duduk murid dibuat berkelompok, 5 sampai 6 siswa per kelompok. Di kelas, interaksi guru-siswa diusahakan agar bersuasana menyenangkan. Siswa menggunakan alat

Kiri: Ibu Afiah, S.Pd, membantu siswa dalam

mengerjakan tugas kelompok.

Kiri Bawah: para siswa kelas I SDN Bojong

2 Pandeglang tengah mengerjakan tugas kelompok mata pelajaran Matematika.

dan media belajar sederhana. Siswa dimin-ta untuk bekerja dalam kelompok.

M a s i n g - m a s i n g ke l o m p o k menempelkan hasil karyanya di dinding kelas. Masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan karyanya, yang a k a n d i n i l a i o l e h ke l o m p o k l a i n . Perbedaan positif segera tampak.

“Saya sudah dua kali mengajar seperti ini, dan hasilnya murid-murid saya senang sekali,” ujar Afiah. Beberapa murid mengaku lebih mudah dan lebih cepat memahami pelajaran.

Pe m b a r u a n d a l a m b i d a n g metode pembelajaran telah dilakukan oleh Ela dan kawan-kawan di SDN 2 Bojong, Pandeglang. Semoga mereka juga bisa melakukan pembaharuan dalam bidang manajemen dan tata kelola ber-basis sekolah dalam waktu dekat.

(UH/Kom)

Berbagi Ilmu di P

andegla

ng

(sambungan dari hal. 5)

perpustakaan ini. Saat pertama berdiri, para gurulah yang membuat katalog, kartu indeks, dan melakukan pencatatan peminjaman. Belakangan baru dibuat jadwal kunjungan per kelas, dan penugasan petugas khusus perpustakaan.

“Saya senang sekali membaca buku yang ada di perpustakaan, karena banyak buku yang gambarnya bagus, ceritanya seru, juga banyak pengetahuan yang belum saya tahu. Terus kalau di buku pelajaran tidak ada, bisa cari di perpus-takaan untuk cari jawabannya,” ujar Silvi Nuraeni, seorang murid panjang lebar.

Sementara para guru kompak

menyatakan bahwa kegiatan ini membuat siswa lebih senang dan terbiasa membaca buku, serta membantu siswa untuk lebih memperluas pengetahuan, terutama yang tidak ada dalam buku pelajaran.

Teruslah membaca, adik-adik! Luda Sofiah, Guru SDN Tegal Jetak Ciruas, Kab. Serang

Kanan: Pembelajaran di halaman kelas untuk mengantisipasi kebosanan.

(7)

Provinsi Banten berdiri pada saat bangsa Indonesia memasuki era reformasi, yaitu pada 4 Oktober 2000. Atas usulan tokoh masyarakat dan akademisi, keberadaan Provinsi Banten perlu diperkuat dengan peran serta perguruan tinggi. Hal ini berarti menambah jumlah perguruan tinggi selain Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Banten, yang sekarang menjadi IAIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten.

Upaya tokoh dan akademisi Banten diawali dengan mengubah status Universitas Sultan Agung Tirtayasa menjadi universitas negeri pada tahun 2001. Bersama dengan IAIN SMH, Untirta diharapkan untuk bekerjasama membangun pendidikan di Banten, baik yang berada di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementerian Agama.

Menurut Drs. H. Suherman, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untirta dan Dr. Naf'an Tarihoran, M.Hum., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN SMH, gagasan kerjasama dua perguruan tinggi negeri untuk pengembangan dan pembangunan pendidikan di provinsi muda ini, direspon positif oleh banyak tokoh pendiri dan akademisi. Namun, gagasan tersebut sampai Banten menginjak usia 13 tahun belum juga terwujud. Masing-masing perguruan tinggi memang telah berperan besar dalam proses pembangunan pendidikan di provinsi ini, tetapi baik dari sisi program maupun implementasinya belum dikerjakan secara bersama-sama.

Pada tahun 2012, Banten terpilih sebagai provinsi mitra program USAID PRIORITAS. Beberapa program penting USAID PRIORITAS adalah bekerjasama dengan LPTK untuk meningkatkan kapasitas dan melaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi guru pra dan dalam jabatan, serta membantu kabupaten/kota untuk meningkatkan kualitas tata kelola dan manajemen pendidikan.

Program USAID PRIORITAS, menurut Muizuddin, M.A., dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN dan Dr. Hepsi Nindiasari, M.Pd., dosen FKIP Untirta, telah mempersatukan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab akademisi untuk bersama-sama mengembangkan mutu pendidikan khususnya di Provinsi Banten.

Hal ini tampak nyata melihat 25 dosen FKIP Untirta dan 25 dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN SMH Banten yang datang mengikuti Pelatihan bersama di Hotel

Mahadria Serang yang diselenggarakan pada tanggal 20-22 Juni 2013 lalu. cara tersebut juga dihadiri wakil dari perguruan tinggi anggota konsorsium di Provinsi Banten, yaitu FKIP UNM Pandeglang, FKIP Universitas Muhammadiyah Tangerang, STKIP Setia Budi Lebak, FKIP Unbaja, dan STIT Serang. Acara tersebut terfokus pada modul Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Fasilitator pelatihan adalah dosen dari kedua LPTK yang telah mengikuti pelatihan fasilitator (ToT) baik di tingkat nasional maupun provinsi. Para peserta duduk bersama dalam satu ruangan dan berdiskusi serta saling melengkapi potensi dan kekurangan yang terfokus pada peningkatan kualitas pendidikan dasar di Provinsi Banten.

Dr. H. Asnawi Syarbini, M.PA., sebagai peserta dari utusan FKIP Untirta, mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan momen yang sangat baik untuk provinsi Banten, karena selain menambah wawasan tentang praktik yang baik dalam peningkatan mutu pendidikan, juga menyadarkan para akademisi tentang pentingnya kebersamaan dalam membangun pendidikan. Sementara M. Rifqi Rijal, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) berharap program seperti ini terus dikembangkan agar berkontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan dasar di Banten.

John Pahamzah, penanggung jawab program USAID PRIORITAS di LPTK Banten menyatakan, setelah workshop MBS, peserta akan akan diundang kembali untuk mengikuti workshop pembelajaran dan praktik pendampingan yang baik di sekolah/madrasah. Melalui implementasi program USAID PRIORITAS yang melibatkan LPTK di provinsi Banten ini, warga Banten bisa berharap untuk mengejar ketertinggalan dan mengembangkan model-model pendidikan relevan dengan kebutuhan peserta didik menghadapi masa depan yang lebih produktif, kreatif, inovatif, dan kompetitif.

Syihabuddin, TTO USAID PRIORITAS Banten

Kerja Sama Itu Akhirnya Terwujud Juga

Naf ’an Tarihoran, M.Hum, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN SMH, memberikan sambutan disaksikan oleh Drs. Suherman, M.Pd., Dekan FKIP Untirta dan Rifki Rosyad, PC USAID PRIORITAS Banten

(8)

Semenjak bulan Mei 2013 lalu, serangkaian kegiatan diseminasi atau replikasi telah dilaksanakan di beberapa daerah di Banten, terutama di Cilegon, Lebak, dan Tangerang.

Kegiatan diseminasi ini adalah upaya mitra USAID PRIORITAS dalam pemerintahan, seperti dinas pendidikan atau kantor kemenag setempat, untuk menyebarkan metode pelatihan atau fasilitasi metode pembelajaran atau manajemen berbasis sekolah di sekolah-sekolah asuhan mereka. Sementara itu, USAID PRIORITAS membantu kegiatan ini dalam hal penyediaan fasilitator dan sertifikat.

Rangkaian diseminasi di Provinsi Banten dimulai di Kota Tangerang yang diselenggarakan bulan Mei 2013 lalu. Lokakarya pertama yang diselenggarakan adalah untuk pembuatan RKT, RKS, dan

RKAS berdasarkan EDS bagi SD Negeri di Kota Tangerang. Setiap sekolah dibantu membuat Evaluasi Diri Sekolah (EDS) yang benar, sehingga dapat dimanfaatkan dalam menyusun Rencana Kerja Tahunan, Ren-cana Kerja Sekolah, dan RenRen-cana Kegiatan dan Anggaran Sekolah.

Dari situ bak bola yang terus bergulir, rangkaian kegiatan berjalan seakan tak ada hentinya.

Setelah Kota Tangerang, Kabupa-ten Lebak tak mau kalah. Total ada 29 kegiatan pelatihan yang telah direncanakan di Kabupaten Lebak sampai dengan bulan Oktober 2013 mendatang. Sementara di Kota Cilegon yang telah lama aktif melaksa-nakan pelatihan sejak akhir program DBE lalu, untuk tahun ini berencana untuk menyelenggarakan 3 pelatihan di bulan Juli dan Agustus.

(Kom)

Geliat Kegiatan Diseminasi di Daerah Mitra

Keterangan Gambar (1) Ahmad Prasetyo, WSD Specialist USAID PRIORITAS Banten

menjelaskan mengenai formulir yang harus diisi kepada peserta Diseminasi MBS SMPN Kota Tangerang; (2) Para peserta diseminasi PAKEM di SDN 01 Kebon Besar Batuceper, Tangerang; (3) Suasana diseminasi MBS di SDN 03 Neglasari, Tangerang; (4) Para peserta diseminasi PAKEM di SDN Pinang 01 Kota Tangerang, riuh-rendah dan seru; (5) Suasana diseminasi bagi Kepala Sekolah dan guru SD se-Kecamatan Cipondoh, Tangerang. Acara ini bahkan dihadiri oleh perwakilan dari sebuah sekolah swasta; (6) Peserta diseminasi di MTsN Model Pasir Sukarayat, Rangkasbitung, Lebak tengah memamerkan hasil karya kelompoknya; (7) Diseminasi PAKEM dan MBS untuk tingkat SMP di Cilegon dilaksanakan di SMPIT Raudhatul Jannah awal Juli 2013.

1

2

3

4

5

6

7

4

Newsletter WEWARAH PRIORITAS diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Banten sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi laman kami www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi daring forum sekolah. Alamat redaksi: Kompleks Ciceri Indah Blok M No.7, Sumur Pecung, Serang, Banten 42118. Telp: (0254) 202777, Faks: 0254 224725. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui surel nhermanu@prioritas.or.id. Naskah ditulis dalam format .doc atau .docx dengan

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian setelah mekanik sistem pengukur kedalaman selesai dibuat, maka dilakukan proses kalibrasi sensor rotary encoder, untuk mengetahui respon rotary encoder terhadap

Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan (SIMWAS) adalah terciptanya suatu Sistem Informasi Pengawasan yang terintegrasi antara sistem perencanaan,

Bank Kustodian akan menerbitkan dan mengirimkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki

Secara lebih khusus, mengenai pembatasan ekspor energy dan raw materials oleh Indonesia dianggap berdampak negative terhadap pasar raw material dan energy domestik

Peserta mampu membuat Rencana Usaha yang realistis dengan mengukur Kemampuan Diri dan Kemampuan Usaha.. Peserta memahami Visi, Misi, & Goal

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep diri dan pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual pada remaja yang pada dasarnya

Penelitian ini masuk kedalam studi kepustakaan (Library Research). Hasil dari penelitian ini adalah, 1) Wakaf konten youtube ini sebagai salah satu instrumen

banyak permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan karakter di Indonesia. Permasalahan tersebut tidak akan terjadi jika setiap guru mampu menghayati kompetensi