• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1 -

Triwulan III

2018

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KAJIAN

FISKAL

REGIONAL

-Penyusun:

Penanggung Jawab : Usdek R. | Ketua Tim : Purwadhi A.|Editor : Arief R. | Design Grafis : Rintok J. | Anggota : Setyo Juri | Tiyar | Padlansyah | Lili M. |

(3)
(4)

ii

Halaman Judul... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Grafik... iii

Daftar Tabel... iv

Daftar Gambar... v

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 1

A. Produk Domestik Regional Bruto ... 1

B. Inflasi... 2

C. Indikator Kesejahteraan ... 3

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN ... 6

A. Pendapatan Negara ... 6

B. Belanja Negara ... 9

C. Prognosis Realisasi APBN... 11

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 12

A. Pendapatan Daerah ... 12

B. Belanja Daerah ... 16

C. Prognosis Realisasi APBD... 17

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ... 18

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian... 18

B. Pendapatan Konsolidasian... 18

C. Belanja Konsolidasian... 20

D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam PDRB... 22

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH ... 24

A. Berkat Dana Desa, Warga Mandikapau Tak Sulit Menjangkau Kebunnya ... 24

B. Ditjen Bea-Cukai dan Ditjen Pajak Tanda Tangani MOU Awasi Ekspor Pertambangan Di Kalsel... 25

(5)

iii

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDB dan PDRB Kalsel 2015-2018... 1

Grafik 1.2. Gini Ratio Regional Kalimantan... 4

Grafik 1.3. IPM Kalimantan Selatan... 4

Grafik 2.1. Realisasi Penerimaan Perpajakan s.d. Triwulan II 2017 dan I 2018... 7

Grafik 2.2. Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Bulan s.d. Triwulan II 2018... 7

Grafik 2.3. Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Pemda s.d. Triwulan II 2018... 8

Grafik 2.4. Realisasi Belanja K/L Per Bulan Per Jenis Belanja ... 9

Grafik 2.5 Pendapatan dan Belanja BLU s.d. Triwulan II 2018... 10

Grafik 3.1. Proporsi Triwulan II 2018... 13

Grafik 3.2. Realisasi PAD Triwulan II 2018 per Pemda Se Kalsel... 13

Grafik 3.3 Realisasi Pajak Daerah 5 Pemda Terbesar... 13

Grafik 3.4 Realisasi Restribusi Daerah 5 Pemda Terbesar... 14

Grafik 3.5 Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan... 14

Grafik 3.6. Perkembangan Persentase Penyaluran TK Triwulan II 2015 – 2018... 15

Grafik 3.7. Realisasi Belanja Daerah Berdasarkan Jenis Belanja... 16

Grafik 3.8. Alokasi 10 Besar Belanja APBN 2018 Per Klasifikasi Urusan... 17

Grafik 4.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II Tahun 2018 dan Tahun 2017... 19

Grafik 4.2 Perbandingan Pemerintah Pusat dan Daerah Terhadap Penerimaan Konsilidasian Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II Tahun 2018... 19

Grafik4.3. Perkembangan Penerimaan Konsilidasian Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan Tahun 2018 dan Tahun 2017 ... 19

Grafik 4.4. Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Terhadap Belanja Konsolidasian pada Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018... 20

Grafik 4.5. Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II Tahun 2018 dan 2017... 21

(6)

iv

Tabel 1.1 Perbandingan Target Kalimantan Selatan, Capaian Kalimantan Selatan Dan Capaian Nasional Kalimantan Dalam Indikator Ekonomi

Makro... 5

Tabel 2.1. Realisasi APBN Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2018... 6

Tabel 2.2. Realisasi PNBP s.d. Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2018... 8

Tabel 2.3 Realisasi Belanja K/L s.d. Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2018... 9

Tabel 2.4. Realisasi TKDD s.d. Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2018... 10

Tabel 2.5. Penyuluhan KUR ( Komulatif s.d. Triwulan II 2018 )... 11

Tabel 2.6. Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja Tahun 2015 s.d. 2017... 11

Tabel 2.7. Perkiraan Realisasi APBN s.d. Triwulan IV 2018... 11

Tabel 3.1. Laporan Realisasi APBD Agraget Seluruh Pemerintahan Daerah (Prov/Kab/Kota ) s.d. Triwulan II 2018... 12

Tabel 3.2. Perkembangan Realisasi Penyuluhan Dana Desa Tahap I dan II di Provinsi Kalimantan Selatan Semester I 2018... 16

Tabel 3.3. Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan IV 2018... 17

Tabel 4.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II Tahun 2018... 18

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Konsolidasian Penpus dan Pemda di Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 dan 2018... 20

Tabel 4.3. Hubungan Belanja Pemerintah Dengan Indikator Ekonomi Regional... 21

Tabel 4.4. Laporan Operasional Stastistik Keuangan Pemerintah Konsolidasian Triwulan II Tahun 2018... 22

(7)

v

Gambar 1.1. Struktur PDRB Menurut lapangan Usaha... 2

(8)

DASHBOARD KFR KALIMANTAN SELATAN

PELAKSANAAN APBD KALSEL AGREGAT

PENDAPATAN APBD

BELANJA APBD

2,48 T

PENDAPATAN ASLI DAERAH

DANA PERIMBANGAN

7,01 T

DANA PENYESUAIAN

0,33 T

DANA DESA

0,79 T

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

0,59 T

REALISASI PENDAPATAN

APBD

45,62%

REALISASI BELANJA

APBD

28,79%

ANGGARAN

23,30 T

REALISASI

6,68 T

PERTUMBUHAN EKONOMI

INDIKATOR KESEJAHTERAAN

APBN

PROVINSI KALSEL

IPM

GINI RATIO

KEMISKINAN

TPT

TAHUN 2017 :

69,65

MARET 2018 :

0,344

MARET 2018 :

4,54 %

FEBRUARI 2018 :

3,86 %

4,85

BELANJA

PEMERINTAH PUSAT

TRANSFER KE DAERAH

38,19%

49,12%

ANGGARAN

ANGGARAN

REALISASI

REALISASI

3,69 T

9,68 T

8,12 T

16,54 T

PAJAK

PNBP

PENDAPATAN

REALISASI

TARGET

8,26 T

3,61 T

REALISASI

TARGET

0,73 T

0,56 T

4,17 T

pnbp

PAJAK

13,57%

86,43%

https://ketahui.com sumber ilustrasi foto:

KANWIL DJPb PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

(c to c)

(y on y)

4,64

(q on q)

7,10

(9)

la

Bab V

Checklist Dan

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

INDIKATOR EKONOMI REGIONAL

PDRB Kalimantan Selatan memasuki pertengahan tahun 2018 angka pertumbuhan

5,16% (yoy). Angka ini sedikit melambat dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Perlambatan ini akibat dari impor yang lebih besar daripada kinerja ekspor, inline

dengan kinerja pertambangan dan penggalian.

Inflasi triwulan III berada pada angka 1,65 persen (ctc) dan 2,04 persen (yoy). Angka

kemiskinan menurun dari 4,70% periode September 2017 menjadi 4,54% pada Maret

2018. Angka ini terendah di Regional Kalimantan. Gini ratio juga menurun 0,003 poin

dari capaian sebelumnya 0,347 menjadi 0,344.

TPT periode Februari 2018 sebesar 4,5% turun sedikit dari periode tahun sebelumnya

4,77% yang disebabkan sektor pertanian yang sudah masuk masa panen.

IPM Kalsel tahun 2017 cukup menggembirakan dengan raihan 69,65 atau sedikit lagi

untuk masuk kategori tinggi.

Capaian 5 Indikator Makroekonomi dan Kesejahtaeraan Kalsel dibandingkan target

yang ditetapkan dalam APBD Kalsel terdapat 2 kategori yang masih belum tercapai

yaitu angka IPM (target 70,13 capaian 69,65) serta Angka Kemiskinan (target 4,50%

capaian 4,54%).

1

a

b

V

(10)

1

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS INDIKATOR EKONOMI REGIONAL

A. Produk Domestik Regional Bruto

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan III- 2018 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB Indonesia, yakni sebesar 58,57 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,53 persen. Sementara itu Pulau Kalimantan memberikan kontribusi sebesar 8,07 persen.

Perekonomian Kalimantan Selatan memasuki triwulan III 2018 dibandingkan triwulan III tahun 2017 tumbuh sebesar 5,16 persen. Angka ini sedikit melambat dibandingkan dengan PDRB Kalsel Triwulan III 2017 (y-on-y) sebesar 6,37 persen. Laju PDRB Kalsel triwulan III 2018 (y-on-y) juga lebih rendah dibandingkan dengan PDB Nasional (y-on-y) yang mencapai 5,17 persen. Perlambatan ini utamanya disebabkan pertumbuhan impor yang tumbuh cukup tinggi 17,30 persen (y-on-y) sehingga mengurangi angka pertumbuhan ekonomi, inline dengan perlambatan kinerja sektor pertambangan dan industri pengolahan. Namun konsumsi rumah tangga dan komponen PMTB memberikan sumbangan yang cukup besar bagi positifnya perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III ini.

Sementara itu, secara triwulanan, ekonomi Kalimantan Selatan tumbuh 5,55 persen (q-to-q) dibandingkan dengan triwulan II-2018. Hal tersebut disebabkan salah satu lapangan usaha dominan di Kalimantan Selatan yaitu pertanian masih dalam masa panen raya. Angka pertumbuhan ini di atas angka nasional yang sebesar 3,09 persen.

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDB dan PDRB Kalsel 2015-2018

Sumber: BPS Prov. Kalsel, 2018

Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2018 diukur dari besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB)

(11)

2

Gambar 1.2. Struktur PDRB Menurut Pengeluaran

Gambar 1.1. Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha

mencapai Rp45,92 triliun, sementara atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp33,67 triliun. Nominal PDRB ini naik 9,4 persen (ADHB) dan 5,05 persen (ADHK) dari triwulan yang sama tahun 2017.

Pada sisi lapangan usaha, struktur PDRB Kalimantan Selatan masih didominasi oleh empat kategori utama, yaitu pertambangan dan penggalian sebesar 19,98 persen; pertanian sebesar 16,77 persen; industri 13,54 persen; perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 9,95 persen. Total peranan keempat kategori tersebut mencapai 60,24 persen, 13 kategori

lainnya hanya berbagi nilai sebesar 39,76 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 8,96 persen.

Dari sisi pengeluaran, struktur ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2018 masih dikuasai oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 44,44 persen, diikuti komponen Pembentukan

Modal Tetap Bruto (23,19%), net ekspor (21,02%). Semua komponen domestik tumbuh positif (y-on-y) kecuali ekspor. Jika dilihat sumber pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2018 (Y-on-Y), maka komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga merupakan komponen dengan sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 2,30 persen yang diikuti oleh komponen PMTB sebesar 1,68 persen. Komponen pengeluaran lainnya secara kumulatif menyumbangkan 1,18 persen terhadap total pertumbuhan.

B. Inflasi

Pada bulan September 2018, Kalimantan Selatan mengalami deflasi sebesar 0,06 persen. Laju inflasi kalender tahun 2018 (September 2018 terhadap Desember 2017) sebesar 1,65 persen dan laju inflasi “year on year” adalah 2,04 persen. Deflasi di Kalimantan Selatan bulan September 2018 terjadi karena adanya

(12)

3

4,70%

4,54%

penurunan indeks harga pada kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan. Hal ini tidak terlepas dari strategi Pemerintah bersama TPID dalam mengendalikan harga, khususnya dari sisi penyediaan pasokan dan distribusi bahan pangan. Angka inflas ini juga masih dalam rentang target pemerintah pada kisaran +4 persen.

Dari kota-kota IHK di wilayah pulau Kalimantan mengalami inflasi ada 1 kota, Inflasi tertinggi terjadi di kota Palangkaraya sebesar 0,02 persen, 8 kota mengalami deflasi, deflasi tertinggi di kota Tarakan sebesar 0,73 persen, terendah dikota Singkawang dan Samarinda masing-masing sebesar 0,01 persen.

C. Indikator Kesejahteraan

Indikator kesejahtaeraan sosial Kalimantan Selatan sampai dengan triwulan III tahun 2018 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tingkat Kemiskinan

Jumlah dan persentase penduduk miskin di Kalimantan Selatan pada Maret 2018 mencapai 189,03 ribu orang (4,54 persen). Dibandingkan keadaan pada bulan September 2017 yang berjumlah 194,56 ribu orang (4,70 persen), maka terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 5,53 ribu orang (0,16 persen).

Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2017 – Maret 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami kenaikan 2,49 ribu orang, meskipun persentasenya menurun dari 3,59 menjadi 3,54 persen. Sedangkan di daerah perdesaan turun sebanyak 8,02 ribu orang (5,40 persen), atau mengalami penurunan sebesar 0,20 persen dibandingkan keadaan September 2017 yang sebesar 5,60 persen. Angka ini menunjukkan adanya indikasi keberhasilan program Dana Desa yang digelontorkan oleh pemerintah.

Pada lingkup Regional Kalimantan, tingkat kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan merupakan angka terendah sebesar 4,54 persen. Angka tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebesar 7,77 persen. Tingkat kemiskinan semua provinsi di Pulau Kalimantan pada periode yang sama berada di bawah tingkat kemiskinan rata-rata nasional yang sebesar 9,82 persen.

(13)

4

0 0,1 0,2 0,3 0,4 Kaltara Kalbar Kalteng Kaltim Kalsel Nasional 65,2 65,89 66,68 67,17 67,63 68,38 69,05 69,65 62 63 64 65 66 67 68 69 70 1 2 3 4 5 6 7 8

IPM Kalimantan Selatan (2010-2017)

Grafik 1.2. Gini Ratio Regional Kalimantan

Grafik 1.3. IPM Kalimantan Selatan 2. Gini Ratio

Pada Maret 2018, Gini Ratio Kalimantan Selatan sebesar 0,344. Angka ini mengalami sedikit mengalami penurunan sebesar 0,003 poin dibandingkan keadaan bulan September 2017. Berdasarkan daerah tempat tinggal, maka Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2018 adalah sebesar 0,365, sedangkan di daerah perdesaan sebesar 0,285. Hal ini menunjukkan tingkat ketimpangan yang lebih rendah di daerah pedesaan. Pada lingkup regional Kalimantan, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki Gini Ratio tertinggi, sedangkan terendah tercatat di Kalimantan Utara yaitu sebesar 0,303. Namun demikian angka Gini Ratio Kalimantan Selatan masih di bawah rata rata nasional sebesar 0,389.

3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

TPT Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2018 adalah 4,50 persen. Indikator ini mengalami penurunan sebesar 0,27 poin dibandingkan keadaan Agustus 2017 yang sebesar 4,77 persen. Hal ini didorong oleh penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan yang merupakan penyerap tenaga kerja terbanyak ketiga di Kalimantan Selatan. Pada lingkup regional Kalimantan, TPT Kalsel berada di tengah-tengah Provinsi lainnya. Sementara itu, dibandingkan dengan angka nasional yang mencapai 5,34 persen, TPT Kalimantan Selatan relatif lebih baik.

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM Kalimantan Selatan Tahun 2017 adalah 69.65. Indikator ini mengalami kenaikan sebesar 0,60 poin

dibandingkan keadaan Tahun 2016 yang sebesar 69,05. Semua komponen pembentuk IPM mengalami peningkatan dan semua kab/kota di wilayah Kalimantan Selatan juga mengalami peningkatan angka IPM. Meskipun saat ini

(14)

5

pembangunan manusia Kalimantan Selatan masih berstatus “sedang”, namun sudah hampir mendekati 70 yang berarti akan mencapai status “tinggi”.

IPM Kalimantan Selatan masih berada di bawah rata-rata angka secara nasional yang mencapai 70,81. Sementara pada lingkup regional Kalimantan, IPM Kalsel menduduki peringkat 4 setelah Kaltim, Kalteng dan Kaltara.

5. Perbandingan Indikator Makroekonomi dan Kesejahteraan dengan KUA Kalimantan Selatan

Sesuai Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Anggaran Pendapatan dan Belanja Kalimantan Selatan dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kalimantan Selatan 2016-2021, sasaran pembangunan Kalimantan Selatan pada tahun 2018 dibandingkan dengan capaian Kalimantan Selatan dan Nasional hingga semester I 2018 tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 1.1. Perbandingan Target Kalimantan Selatan, Capaian Kalimantan Selatan dan Capaian Nasional Kalimantan Selatan dalam Indikator Ekonomi

Makro Indikator Target Provinsi Kalimantan Selatan 2018 dalam KUA Capaian Kalimantan Selatan s.d. Triwulan III 2018 Capaian Nasional s.d. Triwulan III 2018 Pertumbuhan

Ekonomi 4,7 - 5,1 persen 4,95 persen 5,17 persen Tingkat Inflasi 3,8 – 4,0 persen 1,65 persen 1,94 persen Tingkat

Kemiskinan 4,30 – 4,50 persen 4,54 persen 9,82 persen Tingkat

Pengangguran terbuka

4,50 – 4,70 persen 4,50 persen 5,34 persen

IPM 70,13 69.65 70,81

Sumber: BPS, Pemda Kalsel (diolah)

Dari tabel di atas, 3 dari 5 indikator di pertengahan tahun sudah mencapai target yang ditetapkan, sementara 2 indikator lainnya, realisasi sudah mendekati sasaran yang diharapkan. Dengan langkah implementasi dan kebijakan yang tepat, target dimaksud dimungkinkan untuk dicapai pada tahun ini. Beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah di Kalimantan Selatan adalah dengan merealisasikan serapan belanja yang bersumber dari APBN maupun APBD sesuai target yang telah ditetapkan.

(15)

la

Bab V

Checklist Dan

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT

APBN merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk menjalankan stimulus fiskal.

Stimulus fiskal yang sering disertai dengan kebijakan anggaran defisit, juga

mencerminkan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam

menggerakkan sektor riil.

Sesuai dengan tema dari kebijakan fiskal di tahun 2018 yaitu “Memantapkan

Pengelolaan Fiskal untuk Mengakselerasi Pertumbuhan yang Berkeadilan”, alokasi

APBN di Kalimantan Selatan diarahkan antara lain untuk pengembangan infrastruktur

dan pengentasan kemiskinan.

Realisasi pendapatan negara mencapai Rp6,4 triliun. Belanja pemerintah pusat

terealisasi Rp6,58 triliun dan TKDD tersalur Rp12,6 triliun.

Data tersebut

mengindikasikan di wilayah Kalimantan Selatan masih menerima lebih banyak alokasi

belanja dari APBN dari pada penerimaan yang telah disetor ke kas negara. Hal itu

merupakan modal bagi pembangunan yang harus dimanfaatkan dengan

sebaik-baiknya

2

a

b

V

(16)

6

Tabel 2.1. Realisasi APBN Kalimantan Selatan s.d. Triwulan III 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: Kanwil DJP Kalselteng, Kanwil DJBC Kabagsel, GFS dan OM SPAN (diolah)

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

A. PENDAPATAN NEGARA 9,798.6 5,651.2 57.67% 9,365.31 6,497.24 69.38% I.PENERIMAAN DALAM NEGERI 9,798.6 5,651.2 57.67% 9,365.31 6,497.24 69.38% 1. Penerim aan Pajak 9,085.0 4,939.9 54.37% 8,237.53 5,604.52 68.04% 2. PNBP 713.6 711.3 99.68% 1,127.78 892.72 79.16% II. HIBAH - - 0.00% - - 0.00% B. BELANJA NEGARA 23,683.5 17,316.8 73.12% 26,954.48 19,184.40 71.17%

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 7,919.0 4,800.1 60.61% 10,410.50 6,580.74 63.21% 1. Belanja Pegawai 3,140.4 2,204.4 70.19% 3,232.05 2,369.47 73.31% 2. Belanja Barang 2,800.9 1,629.5 58.18% 4,169.35 2,556.18 61.31% 3. Belanja Modal 1,947.7 950.3 48.79% 2,995.42 1,646.54 54.97% 4. Belanja Bantuan Sos ial 30 15.9 53.00% 13.68 8.55 62.50% II. TKDD 15,764.5 12,516.7 79.40% 16,543.98 12,603.66 76.18% 1. Trans fer ke Daerah 14,334 11,530.2 80.44% 15,216.85 11,558.54 75.96% a. DAU 7,935 6,564.8 82.73% 7,970.94 6,642.45 83.33% b. DBH 2,808 2,738.3 97.52% 3,480.43 2,327.55 66.88% c. DAK 3,307 1,942.4 58.74% 3,434.48 2,318.67 67.51% d. DID 284.7 284.7 100% 331.00 269.87 81.53% 2. Dana Des a 1,430.4 986.5 68.97% 1,327.13 1,045.12 78.75% C. SURPLUS DEFISIT (13,885) (11,666) 84.02% (17,589) (12,687) 72.13%

Uraian Triwulan III Tahun 2017 Triwulan III Tahun 2018

Sumber pendapatan negara di Provinsi Kalimantan Selatan masih sangat tergantung pada penerimaan perpajakan. Kontribusi penerimaan perpajakan mencapai 88% dari total target penerimaan dalam negeri tahun 2018. Adapun kontribusi PNBP hanya sebesar 12%. Dari sisi belanja, sebagian besar belanja APBN (61%) dialokasikan untuk dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Sedangkan belanja K/L hanya sebesar 39% dari total pagu APBN di Kalimantan Selatan.

Dengan membandingkan data pendapatan dan belanja dari tabel di atas, terlihat bahwa di wilayah Kalimantan Selatan masih menerima lebih banyak alokasi belanja dari APBN dari pada target penerimaan yang harus disetor ke kas negara. Hal itu merupakan modal bagi pembangunan yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

A. Pendapatan Negara

1. Penerimaan Perpajakan

Realisasi penerimaan perpajakan di wilayah Kalimantan Selatan sampai dengan triwulan III tahun 2018 sebesar Rp5,6 triliun. Hal itu menunjukan adanya pertumbuhan sebesar 19% apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode triwulan III tahun 2017 sebesar Rp4,9 triliun. Realisasi penerimaan perpajakan didominasi oleh penerimaan PPh sebesar Rp3,6 triliun (65%) dan PPN sebesar Rp1,7 triliun (32%).

(17)

7

Dominasi PPh dan PPN sejalan dengan kondisi perekonomian Kalimantan Selatan, dimana sektor pertambangan merupakan penyumbang terbesar PDRB (19,98%), yang diikuti sektor Pertanian (16,77%), Industri (13,54%), dan Perdagangan (9,95%). Sumber PPh dari sektor pertambangan antara lain berupa PPh pasal 21, PPh pasal 22 dari penyerahan batu bara (hasil kerja

Joint Analysis Kanwil DJP Kalselteng dan Kanwil DJBC Kabagsel), dan PPh

pasal 23 antara lain bersumber dari kegiatan land clearing, jasa pengeboran dan penggalian, jasa pengolahan dan jasa pengangkutan.

Adapun pada periode triwulan III tidak ada penerimaan cukai. Di wilayah Kalimantan Selatan memang tidak ada produsen barang kena cukai, sehingga hanya menjadi daerah peredaran barang kena cukai.

Penerimaan Bea Masuk antara lain berasal dari bea masuk alat berat, spare part, serta barang modal pertambangan. Dengan demikian penerimaan Bea Masuk sangat fluktuatif, tergantung ada tidaknya keperluan impor barang-barang tersebut. Adapun Bea Keluar antara lain berasal dari ekspor biji besi, vinyl, dan produk olahan kayu. Penerimaan Bea Keluar juga cenderung turun karena untuk biji besi sudah mulai dibangun smelter di Kotabaru. Sesuai dengan regulasi Kementerian Perindustrian, tarif bea keluar semakin turun sejalan dengan pembangunan smelter. Tarif bea keluar untuk biji besi saat ini hanya 2,5% dari semula 7,5%.

Apabila dilihat tren penerimaan perpajakan selama periode triwulan III, terlihat penerimaan PPh dan PPN di bulan Juli 2018 mengalami lonjakan. Hal itu disebabkan adanya perpanjangan batas waktu penyampaian SPT PPh Badan (90 hari), pelaporan PPh THR dan Gaji 13 di bulan Juli, serta peningkatan PPh pasal 22 dari penyerahan Batubara sebagai hasil kerja Joint Analysis Kanwil DJP Kalselteng dan Kanwil DJBC Kabagsel. Adapun penerimaan PPN juga naik selaras dengan meningkatnya penjualan barang pada masa bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang SPT nya dilaporkan pada bulan Juli.

Grafik 2.1. Realisasi Penerimaan Perpajakan s.d. Triwulan III 2018 (dalam miliar rupiah)

(18)

8

Berdasarkan wilayah, penyumbang terbesar penerimaan perpajakan berasal dari Kota Banjarmasin (35,9%) dan diikuti Kabupaten Tanah Bumbu. Kota Banjarmasin sebagai ibukota provinsi sangat diuntungkan karena merupakan lokasi kantor pusat perusahaan di Kalimantan Selatan. Perusahaan batubara di Tanah Bumbu merupakan perusahaan lokal, sehingga penerimaan pajaknya terlapor di Kalimantan Selatan. Adapun perusahaan batubara di Tabalong merupakan perusahaan dari luar provinsi, sehingga penerimaan pajak dari Tabalong yang tercatat di Kalimantan Selatan tidak cukup banyak.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Realisasi PNBP

sampai dengan triwulan III tahun 2018 sebesar Rp892,7 miliar atau 79,16% dari target. Sumber PNBP terbesar berasal dari

Jasa Kepelabuhanan dan Biaya Pendidikan. Pendapatan Jasa Kepelabuhan

Grafik 2.2. Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Bulan s.d. Triwulan III 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: Kanwil DJP Kalselteng dan Kanwil DJBC Kabagsel (diolah)

Grafik 2.3. Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Pemda s.d. Triwulan III 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: Kanwil DJP Kalselteng, dan Kanwil DJBC Kabagsel (diolah)

Tabel 2.2. Sepuluh PNBP Terbesar s.d. Triwulan III 2018 (dalam rupiah)

Sumber: GFs dan OM SPAN (diolah)

PNBP REALISASI % Pendapatan Jasa Kepelabuhanan 274,434,679,870 30.74% Pendapatan Biaya Pendidikan 242,274,585,131 27.14% Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang Lalu 62,466,514,590 7.00% Pendapatan Jasa Navigasi Pelayaran 52,854,677,063 5.92% Pendapatan Penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) 30,221,200,000 3.39% Pendapatan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) 29,353,425,000 3.29% Pendapatan Denda Hasil Tindak Pidana Lainnya 24,161,288,500 2.71% Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah Sakit 23,124,270,359 2.59% Pendapatan Jasa Perkapalan dan Kepelautan 15,840,331,352 1.77% Pendapatan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) 15,228,320,000 1.71%

(19)

9

berasal dari jasa pelayanan kapal, jasa pelayanan barang, jasa pelayanan orang, penggunaan sarana dan prasarana di pelabuhan.

Intensifikasi PNBP bisa dilakukan dalam pemanfaatan BMN tanah dan bangunan, serta peningkatan cakupan masyarakat yang memiliki SIM/STNK. Ekstensifikasi PNBP antara lain melalui usulan ke kantor pusat K/L terhadap potensi PNBP yang tidak menyangkut hajat hidup orang banyak/layanan premium.

B. Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah Pusat

Alokasi belanja Pemerintah Pusat (Belanja K/L) tahun 2018 sebesar Rp10,4 triliun atau meningkat 31,4% apabila dibandingkan dengan alokasi tahun 2017. Alokasi Belanja Modal yang diharapkan dapat secara riil mendorong pertumbuhan ekonomi, menambah lapangan kerja, serta mengurangi kemiskinan, mengalami peningkatan 53,7% dibanding alokasi tahun 2017. Beberapa proyek strategis yang bersumber dari Belanja Modal di Kalimantan Selatan antara lain pembangunan 2 bendungan (capaian 1 bendungan), dan pembangunan jaringan irigasi 67,99 Km. Pembangunan bendungan dan jaringan irigasi tersebut sejalan dengan upaya menjadikan Kalimantan Selatan sebagai lumbung padi. Secara agregat, sampai dengan triwulan III tahun 2018 realisasi belanja K/L sudah mencapai Rp6,5 triliun atau 63,21%. Capaian tersebut sudah melebihi target serapan triwulan III sebesar 60%. Dari grafik 2.4 terlihat bahwa realisasi belanja K/L setiap bulan selalu menunjukkan peningkatan. Hal ini sejalan dengan langkah-langkah

Tabel 2.3. Realisasi Belanja K/L s.d. Triwulan III 2017 dan Triwulan III 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: GFS dan OM SPAN (diolah)

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

Belanja Pegawai 3,140.4 2,204.4 70.19% 3,232.05 2,369.47 73.31% Belanja Barang 2,800.9 1,629.5 58.18% 4,169.35 2,556.18 61.31% Belanja Modal 1,947.7 950.3 48.79% 2,995.42 1,646.54 54.97% Belanja Bantuan Sosial 30.0 15.9 53.00% 13.68 8.55 62.50% Jumlah 7,919.0 4,800.1 60.61% 10,410.50 6,580.74 63.21%

s.d. Trw III 2017 s.d. Trw III 2018 Jenis Belanja

Sumber: GFS dan OM SPAN (diolah)

Grafik 2.4. Realisasi Belanja K/L per Bulan (dalam miliar rupiah)

(20)

10

strategis dalam pelaksanaan APBN, sehingga diharapkan realisasi belanja tidak menumpuk pada akhir tahun. Pada bulan Juli realisasi belanja pegawai mengalami peningkatan signifikan yang bersumber dari pembayaran THR dan Gaji 13 bagi PNS. Adapun peningkatan realisasi belanja barang dan belanja modal terjadi di bulan Juli dan Agustus. Hal itu karena telah dimulai pembayaran terhadap kontrak-kontrak, termasuk Bantuan Pemerintah.

2. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) Alokasi TKDD tahun 2018

untuk wilayah Kalimantan Selatan sebesar Rp16,5 triliun atau 61% dari seluruh alokasi APBN untuk Kalimantan Selatan. Hal itu menunjukkan komitmen pemerintah pusat untuk mendukung pelaksanaan

otonomi daerah, dengan harapan pembangunan dapat dilakukan oleh daerah sesuai dengan kebutuhan/prioritas daerah.

Sampai dengan triwulan III tahun 2018, realisasi TKDD sebesar Rp12,6 triliun atau sudah mencapai 76,18%. Penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa juga menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2017. Hal itu membuktikan penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa melalui KPPN dapat mempercepat tingkat penyerapannya.

3. Pengelolaan BLU

Satker yang menerapkan PPK BLU di Kalimantan Selatan hanya Satker BLU RS Bhayangkara Kelas III Banjarmasin. Apabila dilihat dari sumber pendanaan untuk belanjanya, dapat dikategorikan sebagai satker BLU mandiri. Sebagian besar belanjanya dibiayai dari pendapatan BLU (80,3%). Tantangan utama dalam pengelolaan BLU adalah perlu dilakukan diverisifikasi pendapatan BLU, peningkatan efesiensi biaya layanan, dan perlu semakin mengenalkan layanan RS Bhayangkara sebagai RS POLRI yang juga melayani umum, terutama kepada dunia usaha di Kalimantan Selatan.

Grafik 2.5. Pendapatan dan Belanja BLU s.d Triwulan III 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: OM SPAN (diolah)

Tabel 2.4. Realisasi TKDD s.d. Triwulan III 2017 dan Triwulan III 2018 (dalam miliar rupiah)

(dalam miliar rupiah)

Sumber: SIMTRADA dan OM SPAN (diolah)

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

DBH 2,808 2,738.3 97.52% 3,480 2,328 66.90% DAU 7,935 6,565.8 82.74% 7,971 6,642 83.33% DID 285 284.7 100% 331 269 81.27% DAK NON FISIK 2,066 1,244.8 60.25% 2,138 1,530 71.56% DAK FISIK 1,240 697.2 56.22% 1,296 789 60.88% DANA DESA 1,430 986.5 68.97% 1,327 1,045 78.74% JUMLAH 15,764 12,517 79.40% 16,543 12,603 76.18%

(21)

11

4. Manajemen Investasi Pusat

Sampai dengan triwulan III tahun 2018, alokasi KUR (kumulatif sejak 2015) di Kalimantan Selatan sudah tersalur sebesar Rp5,8 triliun kepada 231.408 debitur. Rata-rata kredit per debitur sebesar Rp25 juta. Sektor

Perdagangan merupakan sektor terbesar yang menyerap KUR yaitu 57% dan diikuti sektor Pertanian, Perburuan dan Kehutanan (27%). Komposisi tersebut masih belum ideal. Sektor pertanian yang merupakan sektor produksi perlu dipacu serapannya sehingga dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja untuk mengurangi tingkat pengangguran.

C. Prognosis Realisasi APBN

Perkiraan realisasi baik pendapatan maupun belanja sampai dengan akhir tahun 2018 dihitung dengan mengambil rata-rata realisasi dari 3 tahun terakhir, serta dengan

memperhitungkan proyeksi kondisi perekonomian Kalimantan Selatan.

Dari data rata-rata 3 tahun terakhir tersebut serta dengan mempertimbangkan realisasi tahun 2017 yang cukup tinggi, diperkirakan realisasi pendapatan sampai dengan triwulan IV 2018 mencapai 92% dari target. Sedangkan untuk belanja diperkirakan akan terealisasi 95% dari pagu. Perkiraan tersebut berdasarkan asumsi optimis bahwa harga batubara akan terus membaik sampai dengan akhir tahun 2018, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan.

Tabel 2.5. Penyaluran KUR (Kumulatif) s.d Triwulan III 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: SIKP (diolah)

SEKTOR DEBITUR (ORANG)

AKAD (MILIAR) PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 132,913 3,323 PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 65,833 1,577

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN 13,963 297

INDUSTRI PENGOLAHAN 6,086 199

PERIKANAN 4,403 144

SEKTOR LAINNYA 8,210 276 TOTAL 231,408 5,815

Tabel 2.6. Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja Tahun 2015 s.d 2017

Sumber: OM SPAN (diolah)

2015 2016 2017 Rata-rata Pajak dan PNBP 71.8 80.2 89.33 80.4 Belanja K/l 84.11 89.52 94.76 89.5

% Realisasi Uraian

Tabel 2.7. Perkiraan Realisasi APBN s.d Triwulan IV 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: OM SPAN (diolah)

Rp % Rp %

Pendapatan Negara 9,365.31 6,497.24 69.38% 8,616 92% Belanja Negara 26,954.48 19,184.40 71.17% 25,606 95% Surplus/Defisit (17,589.17) (12,687.16) 72.13% (16,990) 97% Realisasi s.d. Triwulan III Perkiraan Realisasi s.d.

Triwulan IV Uraian Pagu

(22)

la

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN APBD

APBD 2018 pemda Se-Provinsi Kalimantan Selatan secara agregat dengan

Pendapatan sebesar Rp23,55 triliun, Belanja sebesar Rp24,07 triliun dan defisit

sebesar Rp2,56 triliun. Sampai dengan triwulan III 2018 telah terealisasi Pendapatan

sebesar Rp16,79 triliun atau 71,30 persen. Dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun 2017 sebesar Rp16,33 triliun mengalami peningkatan cukup signifikan. Yang

menggembirakan, kenaikan tersebut disumbang oleh kenaikan PAD sebesar 21,54

persen. Hal ini merupakan sinyal positif pemerintah daerah dalam meningkatan PAD

untuk mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat berupa Dana Transfer.

Sementara itu, realisasi Belanja Daerah sampai dengan triwulan III 2018 secara

agregat sebesar Rp11,60 triliun atau 48,21 persen dari pagu. Bila dibandingkan

dengan target pemerintah pusat masih dibawah sebesar 60 persen. Hal ini yang

menyebabkan adanya surplus sebesar Rp3,01 triliun, menunjukkan belum optimal

dalam Belanja Daerah.

3

a

b

V

(23)

12

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

Tabel 3.1. Laporan Realisasi APBD Agregat Seluruh Pemerintah Daerah (Prov./Kab/Kota) s.d. Triwulan III 2018 (dalam miliar rupiah)

Uraian

Triwulan III 2017 Triwulan III 2018 Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

PENDAPATAN 22.908,24 16.326,74 71,27% 23.558,43 16.797,76 71,30%

I. Pendapatan Asli Daerah 5.220,50 3.167,81 60,68% 5.280,75 3.850,02 72,91%

1. Pendapatan Pajak Daerah 3.263,03 1.981,35 60,72% 3.431,28 2.497,93 72,80% 2. Hasil Retribusi Daerah 145,81 95,15 65,25% 147,54 101,71 68,94% 3. Hasil Pengelolaan

Kekayaaan Daerah Yang Dipisahkan

162,00 155,24 95,83% 178,67 172,71 96,66% 4. Lain-lain PAD yang Sah 2.649,65 936,07 56,74% 1.523,25 1.077,68 70,75% II. Pendapatan Transfer 17.074,32 13.007,63 76,18% 17.268,15 12.854,47 74,44%

1. Dana Perimbangan 14.469,57 11.245,52 77,72% 14.869,19 10.906,30 73,35% a. Dana Bagi Hasil Pajak 1.072,16 734,19 68,48% 703,33 401,76 57,12% b. Dana Bagi Hasil Bukan

Pajak (SDA)

2.210,76 2.004,07 90,65% 3.042,92 1.916,85 62,99% c. Dana Alokasi Umum 7.959,81 6.564,88 82,48% 7.980,29 6.423,76 80,50% d. Dana Alokasi Khusus 3.226,84 1.942,38 60,19% 3.142,64 2.163,94 68,86% 2. Dana Penyesuaian 1.508,66 1.271,29 84,27% 1.607,94 1.331,10 82,78% 3. Transfer Pemda Lainnya 1.096,09 490,82 44,78% 791,02 617,17 78,02% III. Lain-Lain Pendapatan Daerah

yang Sah 613,43 151,31 24,67% 1.009,54 93,27 9,24% 1. Pendapatan Hibah 311,17 75,36 24,22% 519,70 86,83 16,71% 2. Pendapatan Lainnya 302,26 75,94 25,13% 489,84 6,43 1,31% BELANJA 23.549,99 12.173,13 51,68% 24.076,31 11.606,13 48,21% I. Belanja Operasi 17.723,25 10.144,99 57,24% 18.525,44 9.750,47 52,63% 1. Belanja Pegawai 9.042,25 5.533,28 61,19% 9.145,20 5.688,89 62,21% 2. Belanja Barang dan Jasa 6.158,25 2.973,04 48,28% 6.066,16 3.342,90 55,11% 3. Bunga - - - 0,00% 4. Subsidi 197,04 316,88 160,82 9,78 - 0,00% 5. Hibah 956,38 561,31 58,69% 995,43 641,97 64,49% 6. Bantuan Sosial 121,75 51,81 42,55% 101,10 76,71 75,88% II. Belanja Modal 5.789,02 2.026,34 35,00% 5.514,76 1.851,60 33,58% III. Belanja Tak Terduga 37,72 1,80 4,76% 36,11 4,07 11,27%

TRANSFER PEMDA 1.706,55 984,97 57,72% 2.041,96 2.178,11 106,67% SURPLUS/DEFISIT (2.348,30) 3.168,65 (2.559,84) 3.013,51

Berdasarkan Tabel 3.1. di atas, realisasi pendapatan APBD sampai dengan Triwulan III 2018 secara agregat sebesar Rp16,79 triliun atau 71,30 persen dari total pagu sebesar Rp23,55 triliun. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2017 sebesar Rp16,32 triliun, secara nominal mengalami peningkatan yang bersumber dari PAD. Adanya kenaikan PAD ini merupakan sinyal positif untuk mungurangi ketergantuan dari pemerintah pusat.

Sementara itu, sampai dengan triwulan III 2018 secara agregat mengalami surplus sebesar Rp3,01 triliun. Hal ini menunjukkan masih belum optimalnya belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang baru sebesar 48,21 persen. Kondisi seperti ini berakibat kurang maksimal dalam memberikan multiflier efek bagi kegiatan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan.

(24)

13

A. PENDAPATAN DAERAH

Realisasi pendapatan daerah sampai dengan triwulan III 2018 secara agregat sebesar Rp16,79 triliun atau 71,30 persen dari total pagu sebesar Rp23,55 triliun. Dimana Pendapatan Transfer merupakan yang terbesar yaitu sebesar Rp12,85 triliun atau 76,5 persen, disusul PAD sebesar Rp3,85 triliun atau 22,9 persen dan Lain-lain Pendapatan yang Sah sebesar Rp93,27 miliar atau 0,6 persen. Adapun rincian realisasi secara lebih detil dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Realisasi PAD sampai dengan triwulan III 2018 didominasi oleh penerimaan pajak sebesar Rp2,49 triliun atau 64,9 persen dari total realisasi PAD sebesar Rp3,85 triliun. Sementara itu, Retribusi Daerah terealisasi sebesar

Rp101,71 miliar atau 2,6 persen, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar Rp172,71 miliar atau 4,5 persen dan Lain-lain PAD yang Sah sebesar Rp1,07 trilun atau 28,0 persen.

Bila dilihat dari sisi perolehan pemerintah daerah, Provinsi Kalimantan Selatan merupakan penyumbang terbesar PAD sampai dengan triwulan III 2018 yaitu sebesar Rp2,58 triliun atau 67,1 persen dari total realisasi PAD. Sementara Kabupaten Tapin merupakan pemda yang terkecil realisasi PAD-nya yaitu sebesar Rp23,07 miliar atau 0,6 persen. Sementara itu bila dibandingkan dengan penerimaan PAD triwulan III 2017, secara nominal mengalami kenaikan sebesar 21,54 persen. Dengan kata lain keseriusan pemerintah daerah dalam meningkatkan PAD telah berhasil.

(25)

14

Realisasi Pajak Daerah Terbesar untuk 5 pemerintah daerah sampai dengan triwulan III 2018 sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.3 di bawah ini. Terlihat bahwa Provinsi Kalimantan Selatan merupakan yang terbesar perolehan pendapatan yang berasal dari pajak daerah yaitu Rp1,98 triliun atau 79,94 persen proporsinya. Hal ini disumbang oleh 3 besar penerimaan pajak yang berasal dari kendaraan bermotor yaitu Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebesar, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor.

Penerimaan Retribusi juga merupakan penyumbang PAD di Kalimantan Selatan, walaupun secara andil tidak terlalu signifikan yaitu hanya 2,6 persen. Sebagaimana terlihat pada Grafik 3.4. capaian realisasi Penerimaan Retribusi Terbesar 5 pemda lingkup Kalimantan Selatan, Kota Banjarmasin merupakan yang terbesar penerimaan retribusinya yaitu sebesar Rp15,75 miliar, yang disumbang dari 3 besar berasal dari Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan sebesar Rp11,15 miliar, Retribusi Pelayanan Pasar sebesar Rp3,12 miliar, dan Retribusi Pelayanan Parkir sebesar Rp2,99 miliar. Sumber PAD yang lain

yaitu Hasil Pengelolaan

Kekayaan yang

Dipisahkan, dimana realisasi sampai dengan triwulan III 2018 sebesar Rp172,71 miliar atau 4,5 persen dari total PAD.

Provinsi Kalimantan Selatan merupakan yang terbesar, yaitu sebesar Rp50,15 miliar atau 29,04 persen dari total penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan

(26)

15

yang Dipisahkan. Kabupaten Tanah Bumbu merupakan pemda yang terkecil yaitu sebesar Rp3,51 miliar atau 2,04 persen sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.5. Adapun sumber Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan berasal dari Bagian Laba yang Dibagikan kepada Pemda (deviden) atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD.

Sumber PAD yang terakhir adalah Lain-lain PAD yang Sah, dan telah terealisasi secara agregat sampai dengan Triwulan III 2018 sebesar Rp1,07 triliun atau 28,0 persen dari total PAD. Adapun penyumbang 3 terbesar dari Lain-lain PAD yang Sah berasal dari Pendapatan BLUD sebesar Rp342,26 miliar, Pendapatan dari Lain-lain PAD yang Sah lainnya sebesar Rp60,89 miliar, dan Hasil Jasa Giro sebesar Rp46,25 miliar.

2. Pendapatan Transfer

Realisasi Pendapatan Transfer s.d. Triwulan III 2018 secara agregat sebesar Rp12,85 triliun atau 76,5 persen dari total Pendapatan Daerah. Dana Perimbangan merupakan penyumbang terbesar yaitu sebesar Rp10,90 triliun atau 84,84 persen, disusul Dana Penyesuaian sebesar Rp1,33 triliun (10,35 persen) dan Transfer Pemda Lainnya sebesar Rp617,16 miliar (4,80 persen). Adapun perkembangan realisasi secara terperinci dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Dana Perimbangan

Realisasi Dana Perimbangan sampai dengan triwulan III 2018 secara agregat di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar Rp7,01 triliun atau 48,30 persen dari total pagu sebesar Rp14,52 triliun. Bila dilihat dari tren penyaluran triwulan III mulai dari tahun 2015 s.d. 2018, nampak bahwa penyaluran DAK mengalami peningkatan cukup signifikan mulai tahun 2017. Hal ini menunjukkan

bahwa penyaluran DAK Fisik mulai tahun 2017 oleh KPPN di daerah berdampak pada percepatan penyaluran DAK. b. Dana Desa

Penyaluran Dana Desa sampai dengan Triwulan III tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Selatan

(27)

16

sebesar Rp1,32 Triliun yang disalurkan oleh 5 KPPN. Total Dana Desa yang telah disalurkan dari RKUN ke RKUD sebesar Rp793,63 miliar atau 59,75 persen. Sementara itu, penyaluran dari RKUD ke RKD sebesar Rp652,29 miliar atau 90,61 persen sebagaimana ditunjukkan pada Tabel.3.2. di bawah ini.

Tabel 3.2. Perkembangan Realisasi Penyaluran Dana Desa Tahap I dan II di Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2018

Total Desa di

Kalsel PAGU

RKUN ke RKUD RKUD ke RKD Sisa di RKUD

Rp % Rp % Rp

1.864 1.327.128.833.000 1.045.115.623.500 78,75 947.000.000.000 90,61 98.115.623.500 Sumber: OMSPAN diolah

Sampai dengan triwulan III tahun 2018 terdapat lima pemda yang telah tersalurkan Dana Desa tahap III tahun 2018 dari RKUN ke RKUD yaitu Kab. Banjar, Kab. Barito Kuala, Kab. Tapin, Kab. Balangan dan Kab. Hulu Sungai Tengah. Sementara 6 pemda sisanya belum melakukan penyaluran Dana Desa tahap III tahun 2018 karena belum memenuhi persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Sampai dengan triwulan III 2018 realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah secara agregat sebesar Rp93,27 miliar atau 0,6 persen dari total Pendapatan Daerah. Pendapatan Hibah merupakan penyumbang terbesar yaitu sebesar Rp86,83 miliar atau 93,10 persen dan sisanya Pendapatan Lainnya sebesar Rp6,43 miliar atau 6,90 persen dari total penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

B. BELANJA DAERAH

Realisasi Belanja Daerah sampai dengan triwulan III 2018 secara agregat di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar Rp11,60 triliun atau 48,21 persen dari total pagu sebesar Rp24,07 triliun. Rincian sebagai berikut:

1. Belanja Daerah per Klasifikasi Urusan

Secara agregat pada APBD 2018, alokasi Urusan Keuangan merupakan yang terbesar yaitu sebesar Rp5,21 triliun atau 22,00 persen, disusul Urusan Pendidikan sebesar Rp4,97 triliun atau 21,02 persen dan Urusan Kesehatan sebesar Rp3,67 triliun atau 15,52 persen.

(28)

17

Berdasarkan Jenis Belanja, terdapat empat jenis belanja yang besar persentase realisasinya yaitu

Belanja Pegawai (62,21%), Belanja Barang dan Jasa (55,11%), Belanja Hibah (64,49%), dan Belanja Modal (33,58%), Belanja Bantuan Sosial (75,88%). Sementara Belanja Bunga dan Belanja Subsidi belum terdapat realisasi sebagaimana dapat dilihat pada Grafik 3.7.

C. PROGNOSIS REALISASI APBD

Tabel 3.3 Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Kalimantan Selatan Sampai Dengan Triwulan IV Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)

Uraian Pagu

Realisasi s.d. Triwulan III*) Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV Rp % Realisasi Terhadap Pagu Rp % Perkiraan Realisasi Terhadap Pagu Pendapatan Daerah 23.628,48 16.180 68,47% 23.481,98 99,38% Belanja Daerah 26.409,47 13.131 49,72% 22.537,84 85,34% Surplus/Defisit (2.780,99) 3.362 - 944,14 -

Keterangan: *) Hanya untuk periode pelaporan sampai dengan Triwulan III

Dari tabel di atas, perkiraan atas pendapatan APBD sampai dengan triwulan IV 2018 adalah Rp23.481,98 miliar atau 99,38 persen dari target yang ditetapkan. Hal ini cukup realistis mengingat realisasi atas pendapatan APBD selama 5 tahun yang sangat baik, bahkan pernah terjadi realisasi di atas 100 persen. Sedangkan untuk belanja APBD diperkirakan sampai dengan akhir triwulan IV 2018 sebesar Rp22.537,84 miliar atau 85,34 persen dari pagunya. Dengan demikian terjadi surplus sebesar Rp944,14 miliar. Guna meningkatkan kontribusi belanja atas pertumbuhan ekonomi seperti yang diharapkan, kiranya pemerintah daerah dapat lebih meningkatkan belanja agar program-program pembangunan yang telah ditetapkan dapat terealisasi sesuai target.

(29)

la

Bab V

Checklist Dan

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan negara konsolidasian Kalimantan Selatan sampai dengan Triwulan III

2018 mencapai Rp10,43 triliun yang terdiri dari pendapatan perpajakan Rp8,1 triliun,

pendapatan bukan pajak Rp2,25 triliun dan hibah Rp86 miliar. Secara total terjadi

kenaikan 16,39 persen dibanding capaian pada triwulan yang sama tahun

sebelumnya

Total realisasi belanja Triwulan III 2018 sebesar Rp 19,71 triliun dengan rincian

pemerintah pusat Rp6,58 triliun (35 persen) dan pemerintah daerah sebesar Rp13,13

triliun (65 persen). Secara parsial, komposisi belanja pegawai, barang dan modal

pemerintah pusat pada masing-masing 36, 39 dan 25 persen. Sementara pemerintah

daerah komposisi belanjanya pada angka 49, 29 dan 16 persen. Hal ini menunjukkan

realisasi penyerapan belanja instansi pemerintah pusat lebih sesuai dengan

kebijakan penyerapan belanja non pegawai pada awal tahun guna peningkatan

multiplier effect terhadap pertumbuhan perekonomian daerah. Untuk pemerintah

daerah perlu didorong agar penyerapan belanja khususnya belanja modal bisa lebih

cepat lagi.

4

a

b

V

(30)

18

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan Triwulan III 2018 sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian

Tingkat Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan III Tahun 2018

(dalam miliar rupiah)

2017 Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi Pendapatan Negara 6.496 16.180 10.439 16,39% 8.969

Pendapatan Perpajakan 5.604 2.498 8.102 17,06% 6.921 Pendapatan Bukan Pajak 892 1.359 2.251 14,09% 1.973 Hibah - 86 86 14,67% 75 Transfer *) - 12.237 - - Belanja Negara 6.580 13.131 19.711 9,76% 17.958 Belanja Pemerintah 6.580 11.596 18.176 1,23% 17.956 Transfer *) 12.603 1.535 1.077 - 2 Surplus/(Defisit) - 12.687 3.049 - 9.272 3,15% - 8.989 Pembiayaan - 313 313 -76,50% 1.332 Penerimaan Pembiayaan Daerah - 340 340 -76,07% 1.421 Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 27 27 -69,66% 89 Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan

Anggaran - 12.687 3.362 - 8.959 17% - 7.657 Uraian 2018

Sumber : LKPK Kanwil DJPb Kalsel, 2018 (diolah) Catatan:

*) Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah

Pada Triwulan III 2018, baik pendapatan maupun belanja pemerintah konsolidasian di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan mengalami kenaikan dibandingkan Triwulan III tahun 2017. Kondisi ini cukup menguntungkan jika dihubungkan dengan proporsi penyerapan anggaran yang diharapkan pada awal tahun anggaran dan tidak pada akhir tahun, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi regional.

B. Pendapatan Konsolidasian

Pendapatan negara konsolidasian Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan Triwulan III 2018 mencapai Rp10.439 miliar yang terdiri dari pendapatan perpajakan Rp8.102 miliar, pendapatan bukan pajak Rp2.251 miliar dan hibah Rp86 miliar. Secara total terjadi kenaikan 16,39 persen dibanding capaian pada triwulan yang sama tahun sebelumnya.

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

(31)

19

2.000 4.000 6.000 Pendapatan PerpajakanPendapatan

Bukan Pajak Hibah

5.604 892 - 2.498 1.359 86 Pusat daerah 2 0 1 7 2 0 1 8 77,16% 77,61% 22,01% 21,57% 0,84% 0,82%

Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak Hibah

Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian Kalsel

s.d. Triwulan III Tahun 2018 Sumber: LKPK Kanwil DJPb, 2018 (diolah)

Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian Kalsel s.d. Triwulan III Sumber : LKPK Kanwil DJPb, 2018 (diolah)

Grafik 4.3. Perkembangan Penerimaan Konsolidasian Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan III Tahun 2018

dan 2017 (Sumber : LKPK Kanwil DJPb) Sumber: LKPK Kanwil DJPB (diolah)

6.921 8.102 1.973 2.251 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 2017 2018 Pajak Bukan pajak

Dari grafik 4.1, terlihat bahwa proporsi pendapatan konsolidasian di wilayah Kalimantan Selatan Triwulan III Tahun 2018 tidak mengalami perubahan yang berarti jika dibandingkan dengan Tahun 2017. Pendapatan konsolidasian masih didominasi pendapatan perpajakan dengan sumbangan sebesar 77,61 persen, selanjutnya

proporsi PNBP 21,57 persen dan hibah 0,82 persen.

Pendapatan perpajakan pada Triwulan III 2018 masih didominasi pemerintah pusat sebesar Rp5.604 miliar (69 persen) sementara pajak daerah hanya Rp2.498 miliar (31 persen). Sementara untuk pendapatan bukan pajak, pusat menyumbang porsi 39 persen atau sebesar Rp892 miliar, sedangkan pemerintah daerah menyumbang porsi 61 persen atau Rp1.359 miliar. Sampai dengan Triwulan III 2018 pemerintah pusat belum mencatat adanya pendapatan hibah, sebaliknya pada pemerintah daerah tercatat sebesar Rp86 miliar.

2. Analisis Perubahan

Penerimaan konsolidasian s.d. Triwulan III 2018 mengalami kenaikan yang cukup signifikan (10,31 persen) dibandingkan triwulan yang sama tahun 2017. Kenaikan tersebut tersebut didorong oleh penerimaan pajak dan bukan pajak. Perkembangan penerimaan konsolidasian tersaji sebagai berikut:

(32)

20

1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 Belanja

pegawaiBelanjabarang Belanja

modal belanjahibah belanja bansos belanja lain-lain 2.369 2.556 1.647 - 9 - 5.689 3.343 1.842 642 77 4 B ill io n s Pusat daerah

Grafik 4.4 Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Belanja Konsolidasian pada Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III Tahun 2018 (Sumber :

LKPK Kanwil DJPb, 2018) Sumber: LKPK Kanwil DJPB (diolah)

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan konsolidasian

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pendapatan konsolidasian di Kalimantan Selatan dapat tersaji sebagai berikut:

Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 dan 2018 (miliar rupiah)

Uraian

2017 2018

Realisasi Kenaikan Realisasi Kenaikan Penerimaan

Perpajakan 6.921 2,14% 8.102 17,06% PNBP 1.973 10,73% 2.251 14,09% Total 8.894 6,25% 10.353 14,65% PDRB/Pert.

Ekonomi 118,14 triliun 5,60% 128,82 triliun 4,95%

Sumber: LKPK Kanwil DJPB, BPS Prov. Kalsel, 2018 (diolah)

Berdasarkan data BPS Provinsi Kalimantan Selatan, sampai dengan Triwulan III tahun 2018 PDRB Provinsi Kalimantan Selatan tercatat sebesar Rp128,82 triliun (komulatif dengan triwulan I) dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,95 persen (c-to-c). Sedangkan pada periode yang sama, penerimaan yang diterima pemerintah konsolidasian tercatat sebesar Rp10.353 triliun atau naik 14,65 persen dibandingkan penerimaan tahun 2017 sebesar Rp8,894 triliun. Melihat fenomena ini, pertumbuhan ekonomi yang positif sudah berdampak pada peningkatan penerimaan negara/daerah.

C. Belanja Konsolidasian

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Secara umum porsi belanja pemerintah daerah terhadap belanja konsolidasian lebih dominan jika dibandingkan dengan belanja pemerintah pusat. Di luar alokasi belanja transfer, total realisasi belanja pemerintah pusat Triwulan III 2018 sebesar Rp6,58 triliun (36 persen) sementara belanja pemerintah daerah sebesar Rp11.596 triliun (64 persen). Dari total belanja tersebut, belanja pegawai memiliki porsi yang selaras

(33)

21

43% 31% 17% 0% 6% 3% 0% 0% Belanjapegawai Belanja barang Belanja modal belanja bunga utang belanja subsidi belanja hibah belanja bansos 44% 32% 19% 0% 0% 4% 1% 0% 2018 2017

dimana belanja pemerintah pusat sebesar 30 persen dan pemerintah daerah 70 persen. Namun untuk jenis belanja barang dan modal, realisasi pemerintah pusat hampir setara dengan pemerintah daerah, karena adanya openundaan belanja diluar belanja pegawai. Penundaan belanja sebagai akibat perubahan akun berdasarkan rekomendasi BPK sehingga belanja di triwulan III ini masih belum dilakukan menunggu perubahan APBD.

2. Analisis Perubahan

Perubahan realisasi Belanja Konsolidasian Triwulan III tahun 2018 dibandingkan Triwulan III tahun 2017 tercermin pada grafik IV.5. Dari grafik tersebut terlihat bahwa realisasi belanja pegawai, barang dan modal pada Triwulan III 2018 mengalami kenaikan dibandingkan Triwulan III 2017. Hal ini cukup baik dan diharapkan akan berlanjut pada triwulan berikutnya.

Grafik 4.5 Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III Tahun 2018 dan 2017

3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional

Hubungan belanja pemerintah dan indikator perekonomian Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Hubungan Belanja Pemerintah dengan Indikator Ekonomi Regional

Uraian 2017 2018 Perubahan %

Belanja Pemerintah 17,95 triliun 18,17 triliun 0,22 triliun 1,23% PDRB 118,14 triliun 128,82 triliun 10,68 triliun 9,04%

TPT 4,77 4,50 0,27 5,66%

Kemiskinan 4,70 4,54 -0,16 -3,4%

Sumber : LKPK Kanwil DJPb, BPS, 2018 (diolah)

Belanja pemerintah konsolidasian sampai dengan periode Triwulan III 2018 naik 1,23 persen ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga sehingga nominal PDRB tetap naik (9,04 persen) dari nominal triwulan yang sama tahun 2017. Tingkat kemiskinan juga terdorong turun pada angka 4,54 persen dari kedaaan sebelumnya 4,70 persen. Demikian juga angka TPT menunjukkan adanya sedikit perbaikan. Hal ini disebabkan pada sektor pertanian sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbanyak sedang memasuki masa panenraya.

(34)

22

D. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III Tahun 2018.

Tabel 4.4 Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah Konsolidasian Triwulan III Tahun 2018

KODE AKUN STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH JUMLAH

Transaksi yang mempengaruhi kekayaan neto

A1 Pendapatan: 6.661.345.466.296-

A11 Pajak 6.144.243.152.240

A12 Kontribusi sosial 0

A13 Hibah 5.360.362.269

A14 Pendapatan lain 511.741.951.787

A2 Beban: 8.060.715.688.544

A21 Kompensasi pegawai 4.536.364.019.438

A22 Penggunaan barang dan jasa 3.378.552.853.523

A23 Konsumsi aset tetap -

A24 Bunga -

A25 Subsidi -

A26 Hibah 108.818.915.289

A27 Manfaat sosial 31.558.862.211

A28 Beban Lainnya 5.421.038.083

NOB Keseimbangan operasi bruto/neto -1.399.370.222.248

A3 Transaksi Aset Non Keuangan Neto 3.488.427.820.653

A311 Aset tetap 3.488.427.820.653

A312 Persediaan -

A313 Barang berharga -

A314 Aset nonproduksi -

NLB Net Lending/Borrowing 3.488.427.820.653

Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban

A32 a.Akuisisi Neto Aset Keuangan -

A321 - Domestik -

A322 - Luar Negeri -

A33 b.Keterjadian Kewajiban -

A331 - Domestik -

A332 - Luar Negeri -

SILPA KONSOLIDASIAN

PDRB Triwulan III 2018

128,82 triliun Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (G) =

A21+A22+A23+A27 7.946.475.735.172

Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB 6,13%

PMTB =A311

3.488.427.820.653 Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB

2,7% Sumber: LKPK Kanwil DJPB, 2018 (diolah) Kontribusi pengeluaran konsumsi pemerintah (G) sampai dengan triwulan III Tahun 2018 sudah cukup tinggi pada angka 6,13 persen dari PDRB kalimantan

(35)

23

Selatan,di sisi lain kontribusi investasi pemerintah (I) masih kecil pada angka 2,7 persen. Angka I yang cukup kecil ini terutama ditunjang oleh belanja modal pemda yang masih kecil karena adanya rekomendasi. Dalam kondisi perekonomian yang cukup baik dengan pertumbuhan 4,95 persen maka kontribusi Pemerintah dari investasi harus ditingkatkan lagi guna lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Upaya yang perlu dilakukan antara lain merealisasikan penyerapan belanja modal khususnya bagi pemerintah daerah dan DAK Fisik sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

(36)

la

Bab V

Checklist Dan

BERITA/ISU FISKAL REGIONAL

TERPILIH

Dana desa yang telah digulirkan sejak tahun 2015, telah banyak dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat, khususnya di pedesaan. Tak terkecuali di Kalimantan

Selatan. Salah satu desa yang merasakan manfaatnya adalah desa Mandikapau, yang

sebelumnya mengalami permasalahan dalam distribusi hasil kebun. Dana desa yang

diterima dimanfaatkan untuk pembuatan jalan usaha tani, sehingga akses ke

perkebunan menjadi mudah, demikian pula distribusi ke pasar.

Batubara sebagai salah satu sumber perekonomian Kalimantan Selatan, sudah

seharusnya dikelola secara optimal, termasuk dalam aspek fiskal. Untuk mengawasi

aspek fiskal perdagangan batubara tersebut, Kanwil DJBC dan DJP di Kalimantan

Selatan menandatangani MoU Pengawasan Bersama Hasil Ekspor Pertambangan.

5

a

b

V

(37)

24

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH

A. Berkat Dana Desa, Warga Mandikapau Tak Sulit Menjangkau Kebunnya

Kalangan petani di Desa Mandikapau Barat, Kecamatan Karangintan, Kabupaten Banjar, kini tak kesulitan lagi menjangkau kebun mereka. Ini menyusul hampir rampungnya perbaikan jalan usaha tani setempat. Sebelumnya jalan usaha tani tersebut hanya berupa jalan setapak yang sempit. Pada musim penghujan juga becek dan menyulitkan petani setempat mengangkut hasil bumi.

Kepala Desa Mandikapau Abdul Basit mengatakan perbaikan jalan usaha tani tersebut menggunakan dana desa. Tahun ini Mandikapau Barat mendapat dana desa sebesar Rp 740 juta. Biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki jalan usaha tani tersebut sebesar Rp 120 juta. Dana itu mampu untuk memperbaiki jalan usaha tani sepanjang 500 meter.

Lumayan banyak petani setempat yang menikmati jalan usaha tani itu yakni 150 orang. Mereka sebagian besar berkebun karet dan sebagian ada juga yang membudidayakan tanaman buah-buahan dan persawahan. Area lahan pertanian itu terletak di seberang Danau Tamiyang atau di seberang permukiman warga Mandikapau Barat.

Oleh karenanya keberadaan jalan usaha tani itu sangat vital bagi petani setempat karena sekaligus menjadi akses utama menjangkau jalan poros desa.

Basit mengatakan, warga di kampungnya sangat kompak dan selalu bahu-membahu membangun desa. Termasuk pada pekerjaan jalan usaha tani itu, warganya turut bergotong-royong sehingga pengerjaan pengecoran badan jalan menjadi lebih cepat.

"Tentunya manfaat besar dirasakan warga kami di sini. Mereka sangat terbantu oleh jalan usaha tani yang sekarang menjadi nyaman dilewati. Mengangkut panenan hasil pertanian pun makin gampang," tandas Basit.

Ia menyebutkan sebanyak 80 persen dari jumlah total warganya sebanyak 537 KK atau 1.673 jiwa, mengantungkan hidup dari hasil bekebun karet. Sisanya antara lain ada yang berdagang, bercocok tanam buah-buahan, dan membudidayakan ikan dengan keramba apung.

(38)

25

B. Ditjen Bea-Cukai dan Ditjen Pajak Tanda Tangani MOU Awasi Ekspor Pertambangan Di Kalsel

Dua direktorat di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia, yakni Ditjen Bea dan Cukai beserta Ditjen Pajak di Kalimantan Selatan mengawasi pabean dan pajak dari hasil pengiriman atau ekspor batu bara yang dilakukan perusahaan pertambangan yang ada di Kalimantan Selatan.

Pengawasan dan penggalian potensi penerimaan berupa pabean dan pajak ekspor batubara ini diperkuat dengan dilakukannya tanda tangan Memorandum of Understanding (MoU) antara Kepala Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Selatan, Hary Budi Wicaksono dengan Kepala kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah, Cucu Supriatna di atas kapal Bea Cukai 30003 saat melintasi kawasan Taboneo perairan Sungai Barito, Kalimantan Selatan, Kamis (25/10).

Menurut Hary, penandatangan MoU ini sebelumnya pernah dilakukan pada awal Januari 2018 yang lalu. Tujuannya adalah mencapai target sekitar 450 miliar rupiah sebagai tambahan penerimaan negara hingga akhir tahun 2018 mendatang.

Sejak awal melakukan pengawasan pada bulan Januari 2018, sebanyak 155 miliar rupiah telah masuk ke kas negara sebagai pendapatan dari hasil ekspor batu bara yang dilakukan beberapa perusahaan pertambangan yang beroperasi di Kalimantan Selatan. Pengawasan ini telah menjadi Pilot Project Kementerian Keuangan dan diharapkan daerah-daerah yang mempunyai pertambangan bisa juga melakukannya.

Sementara itu, Kepala Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah, Cucu Supriatna menyatakan bahwa pihaknya sangat bersyukur pelaksanaan MoU untuk pengawasan hasil ekspor batu bara terus berjalan dan mendapatkan respon positif dari perusahaan pertambangan karena banyak penggalian potensi penerimaan negara berupa pajak bisa ditarik sehingga bisa masuk sebagai kas negara.

Cucu Supriatnajuga menyampaikan bahwa adanya sinergisitas antara dua direktorat dibawah Kementerian Keuangan ini diharapkan kedepannya ada mendapat dukungan dari berbagai pihak diantara nya Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, Kementerian Perdagangan, Bank Indonesia, Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Selatan, Kepolisian hingga Pelindo.

(39)
(40)

tan Selatan

Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDB dan PDRB Kalsel 2015-2018
Gambar 1.2. Struktur PDRB Menurut  Pengeluaran
Grafik 1.2. Gini Ratio Regional  Kalimantan
Tabel 1.1. Perbandingan Target Kalimantan Selatan, Capaian Kalimantan  Selatan dan Capaian Nasional Kalimantan Selatan dalam Indikator Ekonomi
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1994), kegiatan Hasil pengukuran seismik dan magnetik dengan vulkanisme di Jawa ditunjukkan oleh keterdapatan lava lintasan berarah barat laut – tenggara yang memotong

Sistem dapat memberikan rekomendasi pegawai terbaik untuk masing-masing bagian yang dihitung menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW). Perancangan

Peningkatan pendapatan per kapita diikuti oleh peningkatan ketimpangan pendapatan karena setelah perekonomian di Provinsi Jawa Barat didominasi oleh sektor industri

Hal ini menunjukkan bahwa variabel yang diteliti yaitu Pemahaman Peraturan Perpajakan, Kesadaran, Tarif Pajak dan Pelayanan Perpajakan berpengaruh sebesar 38,5% terhadap Kepatuhan

Aplikasi Media Pembelajaran diujicobakan kepada 32 siswa yaitu kelas E kemudian diberikan latihan soal yang berisi 30 soal pertanyaan guna mendapatkan data yang

Berdasarkan total indikator yang digunakan dalam perdebatan, ini menunjukkan bahwa baik tim pemenang NUDC dan WUDC menggunakan Logos sebagai yang paling banyak