• Tidak ada hasil yang ditemukan

TENTANG DUDUK PERKARANYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TENTANG DUDUK PERKARANYA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

P U T U S A N

Nomor: 0098/Pdt.G/2008/PA.Slk

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Solok memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama, dalam persidangan Majelis Hakim telah menjatuhkan putusan berikut ini dalam perkara cerai gugat antara pihak-pihak sebagai berikut :

PENGGUGAT, umur 60 tahun, agama Islam, pekerjaan Bidan, berdasarkan surat kuasa tanggal 17 Mei 2008 telah menunjuk kuasanya,

Advokat KUASA HUKUM PENGGUGAT dan sekaligus memilih

alamat domisili di kantor kuasanya yaitu Kantor Advokat KUASA HUKUM PENGGUGAT, Jl. KOTA SOLOK. Disebut PENGGUGAT

Melawan :

TERGUGAT, umur 70 tahun, agama Islam, pekerjaan Pensiunan Pegawai Penerbangan Sipil, tempat tinggal di Jl. Sersan Basir No. 11 Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, KOTA SOLOK.

Disebut TERGUGAT

Pengadilan Agama tersebut; Telah membaca berkas perkara;

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 09 Juni 2008, terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Solok tanggal 09 Juni 2008 dengan Nomor: 0098/Pdt.G/2008/PA.Slk. mengajukan hal-hal sebagai

berikut:

1. Bahwa Penggugat dengan Tergugat adalah suami isteri yang telah menikah pada

tanggal 02 Juli 1970 berdasarkan KUTIPAN BUKU AKTA NIKAH tanggal 02 Juli 1970 di KOTA SOLOK;

2. Bahwa dari perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat telah dikaruniai anak masing-masing:

1. ANAK I, (laki-laki, anak kandung), umur 37 tahun, telah menikah; 2. ANAK II, (laki-laki, anak kandung), umur 36 tahun, telah menikah; 3. ANAK III, (perempuan, anak angkat), umur 29 tahun, telah menikah; 4. ANAK IV, (perempuan, anak angkat), umur 28 tahun, telah menikah; 5. ANAK V, (laki-laki, anak angkat), umur 23 tahun, belum menikah; 6. ANAK VI, (perempuan, anak angkat), umur 22 tahun, telah menikah;

(2)

7. ANAK VII, (perempuan, anak angkat), umur 21 tahun, belum menikah; 8. ANAK VIII, (perempuan, anak kandung), umur 16 tahun, masih duduk di

kelas 1 SMA;

9. ANAK IX dan ANAK X, (kembar laki-laki, anak angkat), umur 13 tahun, masih duduk di kelas V dan VI SD;

3. Bahwa dari sejak awal perkawinan Penggugat selaku isteri telah dibawa ke Jakarta mengikuti Tergugat yang saat itu masih aktif bekerja sebagai Pegawai di Jakarta;

4. Bahwa dari sejak awal perkawinan Penggugat telah merasakan ketidakcocokan dalam berumah tangga dengan Tergugat karena pihak keluarga Tergugat (Ibu Tergugat) selalu menghasut/ ikut campur dalam mengatur rumah tangga Penggugat dengan Tergugat, namun Penggugat berusaha sabar dengan harapan Tergugat menyadari kekeliruannya;

5. Bahwa dari sejak awal perkawinan selaku suami Tergugat tidak menyerahkan gajinya kepada Penggugat selaku Ibu rumah tangga yang mengatur keuangan keluarga, tetapi Tergugat menguasainya sendiri dan menggunakannya untuk

membantu keluarganya (mertua perempuan, adik perempuan dan

kemenakannya yang ada di kampung yaitu di KOTA SOLOK), sedangkan untuk keperluan rumah tangga Penggugat selalu dibatasi oleh Tergugat. Tergugat selalu mengatakan bahwa gaji tersebut adalah miliknya, jadi dialah yang berhak mengaturnya;

6. Bahwa Penggugat merasa keberatan dengan cara yang diterapkan dalam mengatur keuangan rumah tangga seperti itu dan Penggugat telah menyatakan secara baik-baik kepada Tergugat bahwa gaji Tergugat tersebut seharusnya digunakan membiayai keperluan rumah tangga mereka dan pendidikan anak, namun tidak diindahkan oleh Tergugat, bahkan Tergugat lebih cenderung menggunakan uang gajinya untuk membiayai kehidupan sanak familinya di kampung halaman, sehingga selalu ditelantarkan kebutuhan rumah tangga dan pendidikan anak-anaknya;

7. Bahwa dengan berbekal ijazah bidan, akhirnya Penggugat berusaha melamar pekerjaan di Jakarta dan berhasil mendapat kerja, dan mempunyai gaji yang lumayan, dan dengan gaji itulah Penggugat mencoba menutupi kekurangan yang terjadi di dalam rumah tangganya;

8. Bahwa ketika Tergugat dan Ibunya (mertua perempuan) mengetahui bahwa Penggugat telah bekerja dan mendapat gaji yang cukup, Tergugat dan ibunya berubah drastis terhadap Penggugat, yaitu Tergugat tidak lagi memberikan nafkah kepada Penggugat, dan uang gaji Tergugat sepenuhnya dikuasai oleh

(3)

Tergugat dan ibunya guna membiayai kehidupan sanak keluarganya di kampung halaman;

9. Bahwa sikap Tergugat yang menggunakan uang gajinya untuk membiayai kehidupan ibunya dan sanak keluarganya di kampung tersebut masih terus berlanjut hingga mereka telah mempunyai 2 (dua) orang anak, yang ketika itu Penggugat telah berhenti bekerja dan mencoba membuka rumah praktek bersalin sendiri;

10.Bahwa ketika ditanyakan oleh Penggugat mengapa Tergugat secara sepihak menggunakan uang gaji dll untuk membiayai sanak keluarganya di kampung, Tergugat dengan seenaknya mengatakan bahwa itu dikerjakannya mengingat dirinya adalah “mamak” dari kemenakannya yang ada di kampung, dan Tergugat pernah mengatakan bahwa menurut adat bukan dia yang harus membiayai hidup anak-anak kandungnya, tetapi pamannyalah yang harus membiayai mereka sebagaimana ia (Tergugat) yang membiayai kemenakan-kemenakannya (anak-anak adiknya) di kampung. Perbuatan Tergugat yang memegang prinsip “Anak dilepas, kemenakan dipangku”, jelas merupakan perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Padahal menurut petuah adat Minangkabau yang sebenarnya yaitu: “Anak dipangku kemenakan dibimbing”, yang artinya Tergugat selaku Bapak wajib memelihara anak-anak kandungnya (memberi nafkah hidup, pendidikan dan perlindungan), sedangkan kewajiban terhadap kemenakan hanya sebatas memberikan bimbingan saja, sedangkan biaya nafkah hidup dan pendidikan kemenakan adalah merupakan kewajiban orang tua masing-masing kemenakan tersebut;

11.Bahwa Penggugat telah menyatakan kepada Tergugat bahwa pemahaman adat yang dipakai Tergugat tersebut adalah keliru, dan Penggugat meminta agar Tergugat untuk memberikan biaya hidup bagi dirinya dan anak-anak kandungnya, tetapi Tergugat menolak bahkan selanjutnya Tergugat malah menghindar dengan selalu berada di kantornya dari jam 06.00 pagi dan baru pulang jam 12 malam itupun hanya untuk makan dan tidur di rumah. Penggugat menduga keberadaan Tergugat di kantor selama itu adalah agar Tergugat bebas untuk telepon-teleponan dengan sanak keluarganya di kampung. Dan ketika Pemohon menanyakan kenapa pulang sampai jam 12 malam terus, Tergugat mengatakan bahwa banyak kerjaan di kantor. Penggugat berfikir kalau Tergugat lembur tentu banyak dapat uangnya, tapi ternyata Tergugat diam saja, malah gaji, lembur, taspen dll serta uang pensiunpun sampai sekarang tetap dikuasai oleh Tergugat sendiri;

(4)

12.Bahwa demi menjaga nama baik keluarga maka Penggugat berusaha bersabar dan tetap berusaha sendiri menghidupi keluarga dan anak-anak, dan walaupun dengan susah payah Penggugat tetap terus berjuang menjalankan praktek bidan yang telah dirintis, dan Insya Allah berkat kerja keras tersebut lambat laun kebutuhan hidup Penggugat dapat terpenuhi hingga 2 (dua) orang anak laki-lakinya dapat menyelesaikan sekolah penerbangan dan telah mampu hidup mandiri;

13.Bahwa selama Penggugat membuka praktek menjadi bidan rumah bersalin, ada beberapa anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya setelah dilahirkan, sehingga demi kemanusiaan anak-anak tersebut dipelihara sebagai anak angkat oleh Penggugat dan Insya Allah ketika sudah cukup dewasa mereka dapat membantu Pengugat dalam menjalankan usaha praktek di bidang rumah bersalin bahkan seorang diantaranya telah tamat sekolah bidan dan telah bekerja;

14.Bahwa ketika Ibu mertua (Ibu Tergugat) telah meninggal dunia dan Tergugat juga telah pensiun dari tempatnya bekerja, sikap dan prinsip hidup Tergugat tidak juga berubah, yaitu menguasai uang taspen dan pensiun sendiri dan menggunakannya untuk keperluan sanak keluarganya di kampung bahkan Tergugat telah membangunkan rumah di tanah keluarganya tanpa setahu/seizin Penggugat, padahal selama ini Tergugat ikut makan dan tidur di rumah hasil pencarian Penggugat praktek bidan di Jakarta;

15.Bahwa Penggugat pernah menanyakan tentang uang gaji, lembur, taspen dan pensiun kepada Tergugat dan meminta agat Tergugat memberikannya kepada Penggugat untuk digunakan sebagai biaya kehidupan rumah tangga dan pendidikan anak-anak, tapi Tergugat tetap tidak mau memberikannya bahkan dengan angkuh Tergugat menyuruh Penggugat untuk mengusir dulu seluruh anak angkat dan pembantu yang ada di rumah, baru setelah itu ia mau memberikan jatah pensiunnya sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) per bulan kepada Penggugat;

16.Bahwa bagi Penggugat anak-anak angkat yang masih membutuhkan pemeliharaan darinya dan juga para pekerja yang membantunya jauh lebih berharga dari jatah uang gaji/pendiun dari Tergugat tersebut, karena selama ini semua biaya kebutuhan rumah tangga dan biaya sekolah anak kandung serta anak angkat Penggugatlah yang membiayai sendiri, padahal seharusnya biaya hidup dan pendidikan anak-anak kandung itu adalah menjadi tanggung jawab Tergugat. Karenanya semua uang biaya hidup dan pendidikan anak kandung yang tidak diberikan oleh Tergugat kepada Penggugat adalah merupakan nafkah

(5)

terhutang Tergugat yang kalau ditotal seluruhnya berjumlah lebih kurang Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);

17.Bahwa Penggugat telah berkali-kali berusaha mengingatkan Tergugat agar memenuhi kewajibannya sebagai suami yang wajib memberikan nafkah bagi keluarga, namun selalu tidak diindahkan oleh Tergugat, bahkan 5 tahun belakangan ini Tergugat kalau diingatkan selalu menjadi marah dan mengancam melakukan hal-hal yang akan mempermalukan Penggugat di mata tetangga sekitar rumah, dan juga Tergugat selalu berusaha mencelakai diri Penggugat yaitu dengan melemparkan benda-benda kepada Penggugat kalau sedang marah, juga berbagai macam upaya dilakukan Tergugat untuk membuat Penggugat kumat sakit jantungnya, sehingga akhirnya Penggugat merasa hidupnya terancam bila berada di dekat Tergugat;

18.Bahwa antara Penggugat dan Tergugat terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan sudah tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga, dan Penggugat sudah tidak sanggup lagi hidup bersama Tergugat, sehingga Penggugat sudah membulatkan tekad untuk mengakhiri perkawinan/ bercerai dengan Tergugat;

PETITUM

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Penggugat mohon kepada Bapak Ketua/Majelis Hakim Pengadilan Agama Solok untuk mengaturkan waktu dan memanggil para pihak guna dihadirkan di persidangan untuk proses perceraian sebagaimana yang diatur oleh undang-undang, dan memeriksa serta mengadili perkara ini dengan putusan sebagai berikut :

MENGADILI

1. Mengabulkan gugatan yang diajukan Penggugat;

2. Menyatakan Tergugat telah melanggar taklik talak yaitu telah melalaikan kewajibannya sebagai suami dalam memberikan nafkah kepada keluarganya; 3. Menyatakan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat sebagaimana tertera

dalam Surat DUPLIKAT KUTIPAN AKTA NIKAH dari KUTIPAN BUKU AKTA NIKAH tanggal 02 Juli 1970 di KOTA SOLOK, putus karena perceraian/pasakh;

4. Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah terhutang kepada Penggugat sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);

5. Membebankan Tergugat untuk membayar ongkos perkara ini;

Menimbang, bahwa pada hari dan tanggal persidangan tanggal 25 Juni 2008 Penggugat datang diwakili oleh kuasanya sedangkan Tergugat tidak datang

(6)

dan tidak pula mengutus orang lain sebagai wakilnya, meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut sesuai dengan relaas panggilan tanggal 19 Juni 2008 Nomor 98/Pdt.G/2008/PA. Slk;

Menimbang, bahwa pada sidang tanggal 02 Juli 2008 baik Penggugat ataupun kuasanya tidak datang menghadap ke persidangan padahal telah diperintahkan pada persidangan sebelumnya supaya hadir pada persidangan tersebut, dan Tergugat juga tidak hadir meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut sesuai dengan relaas panggilan tanggal 27 Juni 2008 Nomor 98/Pdt.G/2008/PA. Slk;

Menimbang, bahwa tentang jalannya pemeriksaan lebih jauh di persidangan semuanya telah dicatat dalam berita acara persidangan, maka untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini, Majelis Hakim menunjuk akan segala hal yang termuat dalam berita acara tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini;

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagimana dikemukakan di atas ;

Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan untuk pemeriksanaan perkara ini Penggugat hadir diwakili oleh kausanya, namun Majelis Hakim memerintahkan supaya kuasa Penggugat tersebut menghadirkan Penggugat Materil pada persidangan yang akan datang, sedangkan Tergugat tidak datang menghadap meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut, dan ketidak hadirannya bukan disebabkan oleh suatu halangan yang sah;

Menimbang, bahwa pada persidangan selanjutnya, Penggugat maupun kuasanya tidak datang menghadap ke persidangan, meskipun telah diperintahkan pada persidangan sebelumnya supaya hadir di persidangan dan tidak hadirnya tersebut tidak disebabkan oleh suatu halangan yang sah, oleh karena itu Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Penggugat dinyatakan tidak sungguh-sungguh dalam berperkara, dan berdasarkan pasal 148 RBg. maka gugatan Penggugat dinyatakan gugur;

Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 maka biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada Penggugat yang besarnya sebagiamana termuat dalam amar putusan;

Mengingat, akan semua pasal dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hukum syara’ yang berkaitan dengan perkara ini ;

(7)

M E N G A D I L I - Menyatakan gugatan Penggugat gugur;

- Membebankan kepada Penggugat untuk membayar semua biaya yang timbul dalam perkara ini sebesar Rp. 156.000,- (Seratus lima puluh enam ribu rupiah).

Demikianlah putusan ini dijatuhkan dalam musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Agama Solok pada hari Rabu, tanggal 02 Juli 2008 M. bertepatan dengan tanggal 27 Jumadil Akhir 1429 H. oleh kami Dra. HASNAYETTI. M.

sebagai Ketua Majelis, ARIFDI NAHRAWI, SH dan Drs. BASRI. S. masing-masing sebagai Hakim Anggota, dan diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis tersebut dengan didampingi oleh para Hakim-Hakim Anggota tersebut di atas, serta Dra. ZULYETTI sebagai Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh Penggugat dan Tergugat.

Ketua Majelis, Hakim Anggota : Ttd. Ttd. Dra. HASNAYETTI. M. 1. ARIFDI NAHRAWI, SH. Ttd 2. Drs. BASRI. S. Panitera Pengganti, Ttd. Dra. ZULYETTI Perincian Biaya: 1. Biaya Panggilan : Rp 150.000,- 2. M a t e r a i : Rp 6.000,- Jumlah : Rp.156.000,-

(Seratus lima puluh enam ribu rupiah)

Solok, 02 Juli

Salinan ini sesuai dengan aslinya Panitera,

Ttd.

Referensi

Dokumen terkait

Pada kali ini, Kelab JAKMA berhasrat untuk mengadakan satu lagi program yang dapat memberikan pengalaman baru kepada pelajar-pelajar Jabatan Pengajian Dakwah dan

Dalam hal ini analisis Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional dan

Penelitian ini bertujuan melakukan analisis untuk mengetahui data demografi pasien, jenis regimen ARV, lama terapi ARV, dan jenis adverse drug reaction (ADR) yang

Menahan diri dari buang air kecil untuk waktu yang lama memungkinkan bakteri waktu untuk berkembang biak, begitu sering buang air kecil dapat mengurangi risiko cystitis pada

pasien) Variables Entered/Removed Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Citra rumah sakit, Brand trust, Kepuasan pelanggan, Customer Relationship Management

Dasar penentuan besarnya jumlah pemesanan pada model deterministik adalah model EOQ ( economic order quantity ) yang merupakan sebuah teknik pengendalian permintaan untuk

Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa nilai jarak mendatar antara towfish dengan target (R) dan tinggi antara target dengan dasar laut (h) yang didapatkan dari

Melalui hasil analisis serta pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang dihasilkan oleh studi ini, sejalan dengan tujuan yang ingin