• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013, DAN BEBERAPA UPAYA UNTUK MENCOBA MENGATASINYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013, DAN BEBERAPA UPAYA UNTUK MENCOBA MENGATASINYA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3 U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DALAM KURIKULUM 2013, DAN BEBERAPA UPAYA UNTUK

MENCOBA MENGATASINYA

Abdur Rahman As’ari

Abstrak: Penerapan Kurikulum 2013 masih mengalami beberapa hambatan, termasuk pembelajaran matematikanya. Mindset guru yang masih menempatkan diri sebagai sumber belajar utama, buku siswa dan buku guru yang kurang komunikatif, dan kurang familiarnya penggunaan pendekatan saintifik dalam pelajaran matematik, serta jarangnya

penerapan penilaian otentik adalah beberapa masalah yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika dalam konteks kurikulum 2013. Di dalam makalah ini, penulis mencoba menguraikan permasalahan tersebut dan memberikan sedikit rekomendasi penyelesaian yang mungkin dilakukan.

Kata-Kata Kunci: Kurikulum 2013, Matematika, Mindset, Pendekatan Saintifik, Penilaian Otentik.

Kurikulum 2013 telah diluncurkan secara resmi. Beberapa sekolah telah dijadikan sekolah sasaran, dan guru-guru yang ada di dalamnya telah juga dilatih, termasuk guru matematika. Siswa pun sudah diberi buku siswa, dan guru matematikanya juga sudah dilengkapi dengan buku pegangan guru. Namun, dalam perjalanannya ada banyak hal yang dirasa kurang optimal.

Dalam kesempatan melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kurikulum 2013 di beberapa tempat, pendampingan kepada para guru di beberapa sekolah, dan mengadakan bimbingan teknis serta mengkaji bahan dan program pelatihan kurikulum 2013, penulis melihat bahwa ada banyak hal yang dirasa sulit oleh guru dan sekolah.

(2)

2 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3 U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

BEBERAPA PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM

KURIKULUM 2013

Berikut disampaikan beberapa permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013 yang sempat penulis identifikasi.

Buku Siswa

Buku siswa kelas 7 yang sempat penulis lihat terdiri dari 12 bab. Semua bab itu harus dipahami siswa dalam 2 semester. Artinya, kurang lebih 6 bab tiap semester harus dikuasai oleh siwa. Bagi guru yang terbiasa dengan kurikulum sebelumnya, banyaknya bab ini lebih banyak dari banyak bab di buku pada kurikulum

sebelumnya. Kalau pada kurikulum sebelumnya banyak guru yang merasa kesulitan menyelesaikan semua bab yang ada, dengan tambahan bab ini, meskipun alokasi jam belajarnya juga bertambah, tetapi guru banyak mengalami kesulitan.

Kalau dilihat dari muatan di dalam buku siswa, di dalam buku tersebut, fakta, konsep, prinsip, dan materi dicoba diuraikan sedetail mungkin. Kalau kita

perhatikan buku pada kurikulum sebelumnya, buku tersebut sering hanya memuat konsep, contoh, dan latihan, maka dalam buku siswa mata pelajaran matematika pada kurikulum 2013 ini, uraian tentang prosedur pun terlihat begitu panjang dan lebar. Pada waktu mencari irisan dari dua himpunan misalnya, di dalam buku itu diuraikan langkah demi langkah bagaimana menentukan irisan dari dua himpunan.

(3)

3 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3 U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

Keberadaan uraian prosedur yang begitu rinci yang berbeda dengan kebiasaan yang ada pada buku-buku sebelumnya, tentu membuat guru perlu mengadakan

penyesuaian diri dalam membelajarkannya.

Di dalam buku siswa juga diuraikan masalah, yang menurut pengarangnya adalah penerapan dari pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning).

Sayangnya, masalah ini dijelaskan secara lengkap. Sepertinya, pengarang buku ini hanya sekedar memberikan informasi bagaimana proses pemecahan masalanya saja. Akibatnya, guru tidak memiliki rujukan bagaimana sebenarnya penerapan dari pembelajaran berbasis masalah itu.

Belum lagi, apa yang dianggap sebagai masalah di dalam buku itu terkadang bukan merupakan masalah. Kadang hanya soal atau tugas biasa. Karakteristik ill-structured

problems yang menuntut penerapan interdisciplinary approach, yang merupakan

syarat dari jenis masalah dalam pembelajaran berbasis masalah, tidak diperhatikan. Semua masalah yang disajikan boleh dikatakan merupakan well-structured problems dan tidak memerlukan interdisciplinary approach untuk memecahkannya.

(4)

4 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3 U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

Bagi guru yang memahami makna dari masalah, buku siswa ini bisa mengakibatkan mereka kurang senang dan menganggap sebagai buku yang kurang baik. Persepsi dan sikap mereka negatif. Sikap dan persepsi, sebagai dimensi pertama dari belajar (Marzano, 1992) sangat menentukan dimensi-dimensi belajar berikutnya. Sikap dan persepsi yang negatif, cenderung menutup terjadinya dimensi belajar berikutnya, yaitu: acquire and integrate knowledge, extent and refine knowledge, apply

knowledge meaningfully, dan habits of mind.

Terakhir, soal-soal yang ditampilkan dalam uji kompetensi terkesan langsung sangat sulit. Soal-soal yang biasanya hanya diberikan kepada siswa berbakat dan untuk keperluan olimpiade langsung diberikan sebagai bahan uji kompetensi. Sebenarnya ini sangat bagus karena memberi kesempatan kepada siswa untuk berkenalan dengan soal-soal non rutin yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sayangnya, banyak guru yang tidak kenal dengan soal-soal seperti itu.

Bukannya tertantang, para guru malah banyak yang merasa ‘minder” dan takut membahasnya bersama siswa.

Buku Guru

Kalau diperhatikan buku guru, bagian awal dari buku tersebut memuat deskripsi singkat tentang model pembelajaran konstruktivistik yang dilengkapi dengan panduan penyusunan rencana pembelajaran.

Sebenarnya, penjelasan ini memberikan peluang kepada para guru untuk

memahami secara utuh makna dari model pembelajaran. Guru menjadi mengerti bahwa dalam suatu model pembelajaran, di samping dampak pembelajaran dan dampak pengiring, ada 4 (empat) hal yang perlu dipikirkan, yaitu: (1) sintaks atau langkah-langkah pembelajaran, (2) system sosial, (3) prinsip reaksi, dan (4) sistem pendukung. Hanya saja, penyajiannya memang sangat singkat dan kurang memberi panduan praktis kepada guru.

Uraian dari bab-bab berikutnya cenderung mengulang apa yang dituliskan dalam bukku siswa. Petunjuk pembelajaran yang diberikan hanya singkat saja. Itupun terkesan terselip di tengah-tengah uraian materi untuk siswa.

Gaya penulisan seperti itu mengakibatkan buku guru terkesan tidak beda jauh dengan buku siswa. Kesan lain yang muncul adalah bahwa guru tersebut sangat tebal dan menakutkan untuk dibaca.

(5)

5 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3 U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

Pendekatan Saintifik

Di dalam Kurikulum 2013, pendekatan saintifik yang terdiri dari 5M (Mengamati, Menanya, Menggali Informasi, Mengasosiasi, Mengomunikasikan) merupakan

pendekatan pembelajaran yang perlu atau bahkan wajib untuk diterapkan di semua mata pelajaran, termasuk matematika. Pendekatan ini lebih mengedepankan

penalaran induktif daripada penalaran deduktif yang menjadi trademark dari

matematika. Karena itu, kebanyakan guru yang membelajarkan matematika dengan pendekatan deduktif (definisi, contoh, dan latihan) pasti mengalami banyak

hambatan psikologis dan kesulitan teknis untuk melaksanakan pendekatan saintifik. Para guru matematika perlu mendapatkan banyak waktu dan kesempatan untuk berlatih menerapkan pendekatan saintifik ini. Sayangnya, kesempatan pelatihan untuk melaksanakan pendekatan saintifik ini terlalu singkat. Karena itu, para guru, terutama guru matematika, perlu memperoleh pendampingan yang lumayan banyak untuk bisa melaksanakan pendekatan saintifik dengan baik.

(6)

6 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3 U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

Guru perlu mendapatkan bimbingan teknis bagaimana mengembangkan tugas yang mendorong anak untuk melakukan pengamatan yang sungguh-sungguh, tekun, jujur, obyektif, dan tajam, serta bermanfaat. Guru juga perlu mendapatkan

bimbingan teknis bagaimana membuat siswa mau dan mampu menanya. Guru juga perlu mendapatkan bimbingan teknis bagaimana guru mendampingi siswanya belajar (mulai dari memantau kemajuan belajarnya, mempertanyakan apa yang dipikirkan dan diperoleh siswa, memberikan umpan balik yang baik, dan

mendorong siswa untuk mengembangkan ide kreatifnya secara optimal).

Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu wujud dari pendekatan saintifik. Pembelajaran ini mendorong siswa untuk mengerjakan tugas untuk menghasilkan produk. Untuk itu, siswa harus aktif melakukan kegiatan searching

(mencari), exploring (menggali lebih jauh), creating (menciptakan), and sharing (berbagi). Untuk itu, siswa juga harus pandai melakukan resource locating

(menentukan sumber informasi yang dapat dijadikan dasar untuk menyusun rencana pengembangan produk), planning product to develop (merancang jenis produk yang akan dikembangkan), scheduling for implementing plan (membuat jadwal pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat), monitoring the product progress (memantau kemajuan hasil kerja), assessing the prototype of the product (mengases hasil sementara yang diperoleh), and evaluating the quality of the product (menilai kualitas produk).

Pembelajaran berbasis proyek ini termasuk pembelajaran yang jarang sekali dilakukan oleh guru. Karena itu, penerapan pembelajaran berbasis proyek yang sangat dianjurkan oleh kurikulum 2013 merupakan kesulitan tersendiri bagi para guru. Kebiasaan guru yang menempatkan diri sebagai sumber utama belajar (kalau bukan malah satu-satunya sumber belajar), menjadikan beliau banyak mengalami kesulitan dalam menjalankannya. Mindset guru harus diubah menjadi lebih banyak sebagai fasilitator. Sayangnya, pelatihan dan petunjuk praktis bagaimana

menerapkan pembelajaran berbasis proyek ini dilakukan masih sangat minim.

Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah juga sangat disarankan oleh kurikulum 2013. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk membantu siswa belajar sesuatu melalui kegiatan memecahkan masalah. Pembelajaran yang menuntut disajikannya masalah

(7)

7 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3 U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

yang bersifat ill-structured dan menuntut pendekatan interdisciplinary juga termasuk pembelajaran yang sangat jarang dilakukan oleh guru, apalagi guru matematika.

Sebenarnya, sifat masalah yang menuntut interdisciplinary approach dalam pembelajaran berbasis masalah sudah memberikan batasan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah ini tidak bisa digunakan secara terisolir dalam mata pelajaran matematika saja. Penerapan pembelajaran berbasis masalah

menghendaki adanya kerjasama antar beberapa guru mata pelajaran. Karena itu, guru matematika dan beberapa guru mata pelajaran lain perlu duduk bersama merancang masalah yang dengan memecahkan masalah tersebut siswa juga belajar beberapa mata pelajaran sekaligus.

Sayangnya, bantuan teknis bagaimana melaksanaan pembelajaran berbasis masalah ini juga hamper tidak pernah diberikan. Contoh penerapan pembelajaran berbasis masalah yang ada di dalam buku terkesan kurang sesuai dengan pengertian dari pembelajaran berbasis masalah itu sendiri.

Penilaian Otentik

Kurikulum 2013 menghendaki dilakukannya penilaian otentik. Otentik dalam penilaian otentik tersebut menunjukkan bahwa penilaian ini mengukur potensi dan keadaan asli siswa. Penilaian otentik adalah penilaian yang mengukur kondisi siswa secara apa adanya, tidak dibuat-buat.

Penilaian dengan paper-and-pencil yang sudah diberitahukan terlebih dahulu jadwalnya bukanlah penilaian yang otentik. Siswa harus menyiapkan diri terlebih dahulu untuk dinilai. Karena itu, siswa dituntut untuk secara proaktif menunjukkan bukti potensinya dengan menggunakan portofolio. Guru juga didorong untuk

menggunakan performance assessment (asesmen kinerja), untuk melihat bagaimana dalam praktiknya kemampuan siswanya.

Penilaian dengan menggunakan portofolio yang selama ini digunakan oleh guru kurang begitu terlihat otentiknya. Apa yang dikumpulkan dalam portofolio lebih banyak berupa LKS yang sudah diberi nilai.

Sebenarnya, siswa perlu diberi kesempatan lebih besar untuk memilih sendiri potensi apa yang perlu dimasukkan ke dalam portofolio mereka. Siswa perlu

(8)

8 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3 U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

yang sudah dimilikinya. Guru hanya bertugas untuk memberikan pertimbangan dan menganjurkan apa yang harus dimasukkan ke dalam portofolio mereka. Guru, dan terutama siswa, tampaknya perlu bantuan bagaimana menjalankan penilaian portofolio dengan baik.

Terkait dengan masalah penilaian kinerja, sejak di LPTK pun para dosen kurang banyak memberikan contoh penilaian yang menggunakan penilaian kinerja. Dukungan bagi guru agar mampu melaksanakan penilaian kinerja terkesan agak kurang. Tidak banyak pelatihan tentang bagaimana melaksanakan penilaian kinerja dalam matematika. Hal itu ditambahkan lagi oleh sulitnya guru menemukan terapan materi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ini membuat guru merasa

kesulitan bagaimana menerapkan penilaian kinerja.

BEBERAPA SOLUSI YANG MUNGKIN BISA DIPERTIMBANGKAN

Terkait dengan Buku Guru dan Buku Siswa

Buku siswa dan buku guru saat ini sudah diperbaiki. Buku siswa sudah dibuat lebih memuat headings pendekatan saintifik (ayo mengamati, ayo menanya, ayo menggali informasi, ayo mengasosiasi, dan ayo mengomunikasikan) memberikan peluang kepada siswa dan guru untuk menerapkan pendekatan saintifik. Buku guru juga sudah dibuat lebih simpel, sehingga tebalnya sudah berkurang dari tebal buku guru yang sebelumnya. Saat ini sudah masuk dalam tahap finalisasi. Mari kita tunggu saja kehadirannya.

Tapi sebagai guru yang profesional, kita tidak sekedar menunggu. Kita harus terus berusaha agar bisa memahami buku tersebut dengan sebaik-baiknya. Buku siswa dan buku guru tersebut perlu dipelajari, baik dengan belajar secara mandiri atau dengan mengaktifkan kegiatan KKG atau MGMP. Fasilitas internet yang sudah semakin luas juga perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Penulis bahkan sudah memfasilitasi para guru dan bahkan siswa untuk belajar matematika dan pembelajarannya dalam forum facebook group yang penulis beri nama Pusat

Pengembangan Pendidikan Matematika Sekolah. Fasilitas ini bisa digunakan untuk

saling berbagi ide, pengalaman, dan hasil karya dalam pendidikan matematika sekolah.

(9)

9 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3 U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

Terkait dengan Pembelajaran dan Penilaian

Agar mampu menjalankan pembelajaran sebagaimana diharapkan oleh kurikulum 2013, dalam waktu dekat, pemerintah melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidik dn Tenaga Kependidikan (BPSDM PTK) merencanakan pelatihan kurikulum 2013. Pemilihan instruktur nasional, dan guru inti sudah diperbaiki. Harapannya, pelatihan bisa berjalan lebih baik, efektif, dan efisien. Meskipun alokasi waktu pelatihan juga tidak terlalu jauh berbeda, dengan pelatih yang lebih baik, harapannya penguasaan cara membelajarkan matematika seperti dituntutkan dalam kurikulum 2013 bisa lebih baik.

Di samping itu, melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar mengembangkan suatu program yang disebut dengan program Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu

Pembelajaran. Program ini dimaksudkan sebagai pelengkap dari apa yang sudah dilatihkan oleh BPSDM PTK. Materi yang dilatihkan antara lain: (1) kiat

memanfaatkan kebiasaan menerapkan pendekatan saintifik untuk mengembangkan karakter, (2) kiat mengembangkan penugasan yang baik, (3) kiat mengembangkan kemampuan menanya siswa, (4) kiat mendampingi belajar siswa, (5) kiat

memanfaatkan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) untuk meningkatkan mutu pembelajaran, dan (6) kiat mengembangkan literasi.

Sebenarnya materi bimbingan teknis ini tidak hanya sesuai untuk guru sekolah dasar. Materi bimbingan teknis ini juga cocok untuk guru matematika di jenjang sekolah menengah pertama atau di sekolah menengah atas. Materi yang disajikan lebih bersifat esensial, bukan hanya bersifat permukaan. Penugasan merupakan kunci utama dalam pelaksanaan pembelajaran. Apakah menggunakan pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran kontekstual,

pembelajaran realistic atau pembelajaran apapun, tugas yang diberikan guru adalah yang utama. Penugasan menentukan pengalaman belajar yang dilalui siswa.

Penugasan menentukan kualitas belajar yang dialami siswa.

Penugasan yang baik

Penugasan yang baik adalah penugasan yang menark dan menantang. Penugasan yang menarik adalah penugasan yang dipersepsi oleh siswa sebagai sesuatu yang memiliki nilai manfaat untuk dikaji. Penugasan yang menarik adalah penugasan yang mungkin sesuai dengan apa yang ingin dimiliki, ingin diketahui lebih jauh oleh siswa. Karena itu, penugasan yang menarik adalah penugasan yang bersifat

(10)

10 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3 U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

kontekstual, yaitu penugasan yang disesuaikan dengan konteks pengalaman belajar dan kehidupan siswa. Sementara itu, Penugasan yang menantang adalah penugasan yang tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlau sulit. Siswa mempersepsi bahwa tugas yang diberikan itu terjangkau oleh kemampuannya, tetapi ternyata dia tidak bisa dengan segera mengetahui cara menyelesaikannya.

Penugasan yang baik biasanya memberi peluang kepada siswa untuk menggunakan daya kreasi mereka sesuai dengan potensinya masing-masing. Untuk itu, guru bisa saja memberikan tugas yang bersifat open-ended. Sebagai contoh, misalkan kita memberikan tugas kepada siswa sebagai berikut: “ada sekumpulan bilangan, yaitu: 15, 20, 23, dan 25. Anak-anak, salah satu bilangan harus saya singkirkan karena kata orang ia tidak cocok dikumpulkan dengan bilangan yang lain. Coba kalian buat

pertimbangan tertulis tentang bilangan yang harus saya singkirkan, dan jangan lupa berikan pula alasannya”.

Tugas ini memberikan peluang kepada siswa untuk memberikan jawaban yang bervariasi. SIswa bisa mengusulkan bilangan 15 karena bilangan yang lainnya memiliki angka puluhan 2. Siswa bisa mengusulkan bilangan 20 karena yang lain adalah bilangan ganjil. Siswa bisa mengusulkan bilangan 23 karena yang lain adalah bilangan kelipatan lima. Terakhir, siswa bisa mengusulkan 25 karena yang lain bukan bilangan kuadrat.

Kemampuan Menanya

Selanjutnya, salah satu hal penting yang ingin dicapai melalui perubahan kurikulum ini adalah dikembangkannya kemampuan siswa menanya (baca: mempertanyakan). Kurikulum 2013 mengharapkan agar siswa menjadi pribadi yang curious, selalu ingin tahu. Guru harus mendorong siswa mau dan mampu menanya, terutama mengajukan pertanyaan yang bersifat investigatif (pertanyaan yang mendorong orang yang ditanya untuk melakukan eksplorasi terlebih dahulu sebelum

menjawabnya).

Cara yang bisa dilakukan antara lain dengan membiasakan hal-hal berikut:

Questioning Breakfast. Sarapan pagi “menanya”. Setiap pagi, sebelum dimulai

pelajaran, siswa diminta untuk menuliskan pertanyaan. Guru bisa

mengondisikan agar pertanyaan yang dibuat siswa sesuai dengan tema dan KD yang sedang dibahas.

(11)

11 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3 U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

Questioning Appraisal. Pemberian penghargaan kepada siswa yang memiliki

kuantitas dan kualitas pertanyaan investigatif yang baik. Dengan begitu, siswa mempersepsi kegiatan menanya sebagai suatu kegiatan yang bermanfaat,

Completing What if or What if not questions. Siswa diberi tugas untuk

melengkapi pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata What i” yang berarti “Bagaimana kalau” atau kata What if not yang berarti “bagaimana kalau tidak”.

Words in a question. Siswa diberi beberapa kata atau rangkaian kata, dan mereka

diminta untuk membuat kalimat yang memuat kata-kata tersebut.

Ketika seorang siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa perlu didampingi. Guru perlu memantau kemajuan belajar yang telah dicapai. Guru perlu memantapkan pemahaman siswa terhadap apa yang dikerjakan dan dihasilkan dengan mempertanyakan proses dan hasil kerjanya. Guru perlu memberikan umpan balik kepada siswa agar siswa juga berhasil memahami dengan baik materi yang dipelajarinya. Guru perlu mendorong siswa untuk mengembangkan potensi kreatifnya sehingga siswa belajar secara optimal. Karena itu, guru perlu belajar bagaimana mendampingi belajar siswanya secara lebih baik.

Guru sangat disarankan untuk tidak duduk ketika siswanya sedang bekerja. Guru justru harus berada di samping dan memotivasi siswa belajar (ing madya mangun

karso). Guru memantau apa yang telah dikerjakan siswa, mempertanyakan asal usul

pekerjaan siswa tersebut, meminta mereka memeriksa kembali kebenaran dari arah pekerjaan, proses, dan hasilnya, serta memberikan petunjuk singkat tentang apa yang mungkin bisa dikembangkan lebih jauh.

Kiat memanfaatkan kebiasaan belajar dengan pendekatan saintifik juga memberi kesempatan kepada guru untuk mendorong terbentuknya karakter sebagaimana diharapkan dalam kompetensi inti 1 dan 2. Ketika siswa mengamati, kalau siswa dibiasakan untuk mencatat hasil pengamatannya dengan jujur, maka karakter jujur lama kelamaan akan terbentuk. Ketika siswa dibiasakan untuk jeli dan cermat dalam menggali informasi lebih jauh, karakter jeli dan cermat juga akan terbentuk. Ketika siswa dibiasakan untuk santun dalam mengomunikasikan ide dan mendengarkan orang lain mengomunikasikan idenya, maka karakter santun pun akan terbentuk dengan sendirinya.

Jadi, bimbingan teknis yang dirancang oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar ini penting sekali. Guru perlu mendapatkan bimbingan teknis agar pelaksanaan

(12)

12 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3 U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

tingkat kabupaten/kota menganggarkan pelaksanaan bimbingan teknis ini.

Untungnya, bahan workshop ada bisa digunakan secara langsung oleh guru-guru di KKG atau MGMP umumnya, atau bahkan di KKG dan MGMP tingkat sekolah.

Di dalam forum tersebut, guru bisa saling belajar, saling membantu dalam mengembangkan tugas proyek dalam pembelajaran berbasis proyek atau

mengembangkan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah. Mendiskusikan tugas yang bersifat ill structured yang memerlukan interdisciplinary approach bersama guru-guru bidang studi lain, mengidentifikasi dan merancang sumber dan bahan ajar yang diperlukan, menyusun skedul atau jadwal pelaksanaan kegiatan pengembangan proyek atau kegiatna pemecahan masalahnya, mengidentifikasi jenis bantuan yang perlu diberikan, dan lain-lain akan dapat diidentifikasi lebih baik. Guru perlu duduk bersama menyusun proyek atau masalah yang akan diselesaikan dengan pembelajaran berbasis proyek atau pembelajaran berbasis masalah.

SIMPULAN

Dari uraian di atas, menurut penulis, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan penerapan kurikulum 2013. Beberapa hal tersebut antara lain adalah:

1. Mari kita tunggu buku siswa dan buku guru yang sedang diperbaiki oleh pemerintah, dan sikapi itu semua secara professional. Mari kita kaji secara lengkap dan siapkan diri kita untuk tidak mengajarkan halaman demi halaman. 2. Mari kita ikuti pelatihan tentang penerapan kurikulum 2013 dengan

sungguh-sungguh. Pahami materi itu dengan baik, dan mari kita hidupkan kegiatan KKG atau MGMP, baik KKG dan MGMP lintas sekolah, maupun KKG dan MGMP tingkat sekolah. Mari kita gunakan juga fasilitas internet yang terbuka luas.

3. Mungkin kita perlu memiliki bahan workshop bimbingan teknis dari direktorat pembinaan sekolah dasar yang telah dikembangkan dan kita manfaatkan untuk mengadakan workshop secara swadana di tempat kita masing-masing bertugas. Semoga apa yang bisa disampaikan saat ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua.

(13)

13 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3 U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

BAHAN BACAAN

Kemdikbud, 2013. Matematika Kelas 7: Buku Siswa. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Kemdikbud, 2013. Matematika Kelas 7: Buku Pegangan Guru. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Kemdikbud, 2014. Konsep Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara pengguna dengan sistema pakar serta komponen-komponen yang ada dalam sistema pakar dapat dilihat pada gambar 1 berikut: User: Pengguna

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Sebuah mobil bergerak dengan kelajuan 20 m/s mendekati sumber bunyi 680 Hz yang dalam keadaan diam.. Semangkuk sop 255 g dipanaskan menggunakan pemanas microwave

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi

The stirring time is also related to the amount of stirred volume, so to vary the stirring time to the volume of 20 mL is reasonably sufficient to give

Pilihlah jawaban yang paling cocok dengan keadaan Saudara yang sebenarnya, dengan memberi tanda silang (X) pada pilihan tersebut.. Sl = bila pernyataan tersebut

[r]

Multimedia Intraktif yang berkualitas, Tejo dalam penelitiannya menjelaskan hal yang diperhatikan dalam pengembangan multimedia, yaitu (1) Mudah dilihat, yaitu