• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN Petunjuk Umum. Laporan Akhir Halaman V - 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5 SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN Petunjuk Umum. Laporan Akhir Halaman V - 1"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 5

SAFEGUARD SOSIAL DAN

LINGKUNGAN

5.1.

Petunjuk Umum

Setiap pembangunan akan menghasilkan suatu dampak terhadap masyarakat maupun lingkungan. Dampak tersebut dapat berakibat baik dan buruk. Untuk meminimalisasi dampak buruk yang terjadi, maka perlu dilaksanakan safeguard sosial dan lingkungan yang disesuaikan dengan kondisi yang akan dihadapi.

Aspek sosial dan lingkungan merupakan kajian yang perlu dan harus dilakukan dalam setiap tahap proses pelaksanaan proyek. Karena setiap proyek harus dipandang sebagai suatu aktivitas yang menyeluruh yang pada hakekatnya adalah dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dalam mewujudkan suatu kehidupan yang layak, berkeadilan dan sejahtera.

5.1.1. Prinsip Dasar Safeguard

Dalam melaksanakan program kegiatan semua pihak terkait (Pemerintah, Swasta dan Masyarakat) wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan baik dan konsisten kerangka safeguard sosial dan lingkungan dalam menghindari serta meminimalkan dampak negatif terhadap sosial maupun lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan fisik maupun non fisik proyek, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat.

Menurut Peraturan pemerintah Nomor 51/1993, pengertian SAFEGUARD adalah hasil studi mengenai “dampak penting” suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan, sedangkan dampak penting adalah suatu

(2)

perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan.

Untuk ukuran “Dampak Penting” menurut keputusan kepala Bapedal RI Nomor Kep.056/1994 adalah sebagai berikut :

Jumlah Manusia yang Akan Terkena Dampak, dampak lingkungan suatu kegiatan menjadi penting bila manusia di wilayah studi SAFEGUARD yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari kegiatan diwilayah studi.

Luas Wilayah Persebaran Dampak, dampak lingkungan suatu kegiatan bersifat penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak atau

komulatif dampak

Lamanya Dampak Berlangsung, dampak lingkungan bersifat penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya,atau segi komulatif dampak,yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan kegiatan (perencanaan, konstruksi, Operasi dan pasca operasi)

Intensitas dampak, intensitas dampak mengandung pengertian yang timbul bersifat hebat, drastis, serta berlangsung diareal yang bersifat luas, dalam kurun waktu yang relative singkat. Dengan demikian dampak lingkungan yang tergolong penting antara lain; bila rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut perundang-undangan yang berlaku.

Banyaknya komponen Lingkungan lain yang terkena Dampak,

Dampak tergolong penting bila rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponrn lingkungan yang terkena dampak primer.

(3)

Sifat komulatif Dampak, Dampak tergolong penting bila dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus, sehingga pada kurun waktu tertentu, atau beragamnya terus menerus sehingga pada kurun waktu tertentu, atau beragamnya dampak lingkungan bertumpuk dalam satu ruang tertentu sehingga tidak dapat diassimilasikan oleh lingkungan alam atau social yang menerimanya.

Berbalik atau tidak berbaliknya dampak, Dampak bersifat penting apabila perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.

5.1.2. Kerangka Safeguard

Safeguard sesungguhnya merupakan salah satu alat untuk tujuan pengelolaan lingkungan hidup yang berperan untuk memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan ke dalam proses perencanaan pembangunan. Menurut PP/51/1993, pasal 6 menegaskan bahwa SAFEGUARD merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha atau kegiatan. Ini berarti alternatif yang berkembang dalam studi kelayakan juga perlu dipertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan hidup sebelum dipilih alternatif yang layak secara teknis, ekonomis dan lingkungan (termasuk sosial), dengan demikian SAFEGUARD akan berperan untuk meningkatkan kegunaan proyek dengan mengurangi dampak negatif dan memperbesar dampak positif.

Kerangka penyusunan safeguard sosial dan lingkungan atau kerangka acuan pendugaan sosial dan lingkungan secara sistematis adalah sebagai berikut :

a. Penyusunan Kajian Informasi Lingkungan (PIL)

b. Penerbitan SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan)

c. Penyusunan UKL/UPL (Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan) d. Melakukan penyusunan dokumen AMDAL yang terdiri dari :

 KA-ANDAL ( Kerangka Acuan Andal )

 ANDAL (Analisa Dampak Lingkungan )

 RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan )

(4)

5.1.3. Pembiayaan

Sumber pembiayaan untuk safeguard ini bersumber dari pemda melalui dana APBD II dan APBD I juga bersumber dari dana pusat dan masyarakat serta kalangan swasta.

5.2.

Komponen Safeguard

Dalam pelaksanaan usaha dan kegiatan pembangunan di bidang pekerjaan umum adalah beberapa kegiatan yang diwajibkan untuk melakanakan kegiatan SAFEGUARD yang sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam rangka untuk menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan menitik beratkan pada keseimbangan antar usaha atau kegiatan dengan lingkungan yang memperoleh manfaat dari usaha atau kegiatan tersebut.

5.2.1. Komponen Sosial Ekonomi

Komponen sosial ekonomi yang dianggap penting khususnya yang berkaitan dengan safeguard sosial dan lingkungan yang perlu untuk diketahui adalah sebagai berikut :

a. Pola perkembangan penduduk (jumlah, perbandingan kelamin, dll) pada masa yang lalu sampai sekarang perlu untuk diketahui.

b. Pola perpindahan sangat erat hubungannya dengan perkembangan penduduk, pola perpindahan ke luar dan masuk ke suatu daerah secara umum serta pola perpindahan musiman dan tetap.

c. Pola perkembangan ekonomi masyarakat ini erat hubungannya dengan pola perkembangan penduduk perpindahan keadaan sumber daya alam dan pekerjaan yang tersedia.

d. Penyerapan tenaga kerja : masalah pengangguran merupakan masalah umum, makin banyak proyek yang akan dibangun dapat menyerap tenaga kerja setempat semakin besar yang akan membawa dampak positif.

e. Berkembangnya struktur ekonomi : struktur ekonomi ini dimaksudkan dengan timbulnya aktifitas perekonomian lain akibat adanya suatu

(5)

kegiatan sehingga merupakan sumber pekerjaan baru yang dapat menyerap tenaga kerja.

f. Peningkatan pendapatan masyarakat : keadaan umum pada masyarakat adalah rendahnya pendapatan masyarakat, peningkatan pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung dari suatu kegiatan akan memberikan dampak yang berarti.

g. Perubahan lapangan kerja : dengan timbulnya lapangan pekerjaan baru baik yang langsung maupun yang tidak langsung karena perkembangan struktur ekonomi perlu diperhatikan.

h. Kesehatan masyarakat : kesehatan masyarakat selain erat hubungannya dengan pendapatan masyarakat juga erat kaitannya dengan kebiasaan kehidupan masyarakat sehari-hari, misalnya kebiasaan mandi, cuci dan keperluan lainnya yang masih menggunakan air sungai.

5.2.2. Komponen Sosial Budaya

Komponen sosial budaya yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : a. Perusahaan kelembagaan masyarakat

b. Tradisi masyarakat

c. Kualitas hidup masyarakat d. Sejarah budaya masyarakat e. Keadaan dan sistem kekuasaan

f. Integrasi dari berbagai kelompok masyarakat g. Kelompok etnis

5.2.3. Komponen Lingkungan

Komponen lingkungan yang perlu untuk diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Aspek kebisingan b. Aspek kualitas udara

c. Aspek kuantitas dan kualitas air d. Aspek iklim dan cuaca

(6)

5.3.

Metode Pendugaan Dampak

Pendugaan dampak lingkungan merupakan langkah yang tersulit dalam proses analisis dampak lingkungan karena teknik atau metode pelaksanaannya tergantung pada kemajuan dan panguasaan ilmu, komponen lingkungan merupakan indikator dari kualitas lingkungan, maka dampak pada komponen lingkungan merupakan dampak pada indikator lingkungan. Untuk mengetahui atau menetapkan suatu dampak diperlukan tiga tahapan sebagai berikut :

1. Tahap pertama melakukan identifikasi dampak yang terjadi pada komponen lingkungan, berbagai metode telah dikembangkan untuk memudahkan identifikasi atau penyaringan komponen mana yang akan terkena dampak dan mana yang tidak.

2. Tahap kedua : melakukan pengukuran atau perhitungan dampak yang akan terjadi pada komponen lingkungan tersebut.

3. Tahap ketiga : penggabungan beberapa komponen lingkungan yang sangat berkaitan dan kemudian dianalisa.

Untuk mengetahui seberapa besar dampak yang tejadi akibat aktifitas suatu kegiatan atau proyek maka perlu ditentukan metode pendugaan dampak yang akan digunakan, ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan pendugaan dampak, yaitu :

1. Metode Ad Hoc :

Merupakan metode yang sangat sedikit memberikan pedoman cara melakukan pendugaan bagi anggota timnya. Tiap sub-tim atau tiap anggota tim dapat lebih bebas menggunakan keahliannya dalam melakukan pendugaan, komponen lingkungan yang digunakan biasanya bukan komponen yang detail.

2. Metode Overlays

Merupakan metode proyek yang menggunakan sejumlah peta ditempat proyek yang dibangun dan daerah sekitarnya yang tiap peta menggambarkan komponen-komponen lingkungan yang lengkap, yang meliputi aspek fisik-kimia, biologi, sosial-ekonomi dan sosial budaya.

(7)

Penggabungan dalam bentuk penampalan akan menunjukan kumpulan susunan dari keadaan lingkuangan daerah tersebut.

3. Metode Checklists

Merupakan metode dasar yang banyak digunakan untuk mengembangkan metode-metode lain. Pada prinsipnya metode ini sangat sederhana dan berbentuk sebagai daftar komponen-komponen lingkungan yang kemudian digunakan untuk menentukan komponen mana yang akan terkena dampak.

4. Metode Matrices

Merupakan bentuk metode checklists dua dimensi yang menggunakan satu jalur untuk daftar komponen lingkungan sedangkan lajurnya untuk daftar aktifitas dari proyek. Dengan bentuk matriks tersebut maka dapat ditetapkan interaksi antara aktifitas proyek dengan komponen lingkungan atau dapat diketahui sebab-sebab yang terjadi dalam dampak.

5. Metode Network atau Flowchart

Merupakan metode yang disusun berdasarkan suatu daftar aktifitas proyek yang saling berhubungan dan komponen-komponen lingkungan yang terkena dampak. Dari kedua daftar tersebut disusun lagi hingga dapat menunjukkan aliran dampak yang dimulai dari suatu aktifitas proyek.

5.4.

Pemilihan Alternatif

5.4.1. Proses Pemilihan Alternatif

Proses pemilihan alternatif dilakukan setelah pendugaan dampak lingkungan dari tiap alternatif yang ada telah selesai. Pemilihan alternatif dilakukan secara berulang-ulang dengan melihat dan mempelajari isi laporan Amdal sebelumnya. Adapun proses pemilihannya adalah sebagai berikut :

a. Studi perbandingan tiap alternatif : setiap alternatif dengan dampaknya disusun dan disajikan sehingga dengan mudah dapat dilakukan perbandingan dampaknya pada berbagai aspek lingkungan.

(8)

b. Aktifitas proyek tanpa alternatif harus juga dimasukkan ke dalam gabungan tersebut, kemudian dijelaskan apa sebabnya atau alasannya. c. Menyajikan hubungan antara dampak lingkungan dengan tiap alternatif

aktivitas mengenai :

 Masalah teknis

 Analisis sosial ekonomis

 Analisis sosial budaya

d. Menyusun prioritas alternatif dengan menjelaskan teknik penyusunannya dengan pertimbangan-pertimbangan dari semua pihak.

5.4.2. Penyajian Pemilihan Alternatif

Penyajian pemiliah alternatif didasarkan pada sistematika yang telah ditetapkan oleh peraturan atau pedoman pemerintah dan dapat dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan ilmiah. Adapun susunan pemilihan alternatif adalah sebagai berikut :

a. Menyusun daftar aktivitas alternatif yang alasannya dapat diterima b. Aktivitas alternatif khusus yang untuk dibahas :

 Aktivitas alternatif yang berbentuk tidak dijalankan

 Pelaksanaan dari alternatif yang dijadwalkan kembali

 Alternatif yang rencana aktivitasnya mengalami perubahan

 Alternatif pengganti

 Alternatif sumber energi

c. Analisis alternatif yang perlu disajikan ialah :

 Manfaat

 Biaya

 Resiko

d. Pertimbangan mengenai pemilihan alternatif

5.5.

Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial dan

Lingkungan

Komisi Safeguard pusat terdiri dari anggota tetap dan anggota tidak tetap yang dibentuk oleh Menteri atau pimpinan lembaga non Departemen, dan

(9)

dalam menjalankan tugasnya komisi SAFEGUARD pusat dibantu oleh Tim Teknis yang bertugas menilai dokumen-dokumen safeguard.

Komisi Safeguard Daerah yang terdiri dari anggota tetap dan anggota tidak tetap yang dibentuk oleh Gubernur dan dalam menjalankan tugasnya Komisi Safeguard daerah dibantu oleh TimTeknis yang bertugas menilai dokumen-dokumen Safeguard.

Komisi Safeguard Pusat bertugas untuk :

Menyusun pedoman teknis pembuatan Dokumen Safeguard yang meliputi pembuatan kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA ANDAL), Analisa Dampak Lingkungan(ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan lingkungan (RPL).

Menanggapi dokumen KA-ANDAL Menanggapi dokumen ANDAL Menanggapi dokumen RKL Menanggapi dokumen RPL

Membantu penyelesaian diterbitkannya keputusan tentang dokumen ANDAL, RKL dan RPL.

Melaksanakan tugas lain yang ditentukan oleh Menteri

5.5.1. Sistem Pengelolaan

Dalam sistem pengelolaan lingkungan ada tiga faktor yang perlu diperhatikan dan tidak dapat dipisah-pisahkan yaitu :

a. Siapa yang akan melakukan pengelolaan lingkungan tersebut dan pengelolaan lingkungan apa yang harus dilakukan

b. Cara pengelolaan bagaimana yang akan dilakukan atau teknologi apa yang akan digunakan agar hasilnya sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah

c. Teknologi yang akan digunakan tergantung pada kemampuan biaya yang akan dikeluarkan, terutama kemampuan dari pemilik proyek sebagai sumber pencemar.

(10)

Kaitan dengan penetapan dari ke tiga faktor tersebut perlu ditunjang oleh peraturan-peraturan atau pedoman-pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah.

Berdasarkan ke tiga faktor tersebut maka pendekatan sistem pengelolaan lingkungan dapat disusun melalui :

a. Instansi pelaksana pengelolaan lingkungan dan pengawasan dari pelaksanaan

b. Cara atau teknologi pengelolaan lingkungan c. Biaya pengelolaan lingkungan

5.5.2. Pelaksanaan Pengelolaan

Uraian kegiatan pelaksanaan pengelolaan adalah sebagai berikut :

a. Tentukan kelembagaan yang akan berurusan, khususnya pihak-pihak yang melakukan pengelolaan lingkungan

b. Bagi proyek yang sudah berjalan perlu membentuk suatu unit organisasi yang bertanggungjawab di bidang lingkungan untuk melaksanakan RKL. Untuk itu perlu dicantumkan unit organisasi tersebut yang mencakup :

 Struktur organisasi dan personil

 Bidang tugas masing-masing staf

 Tata kerja

c. Pembiayaan-pembiayaan untuk melaksanakan RKL merupakan tugas dan tanggung jawab dari penanggung jawab yang bersangkutan. Pembiayaan tersebut antara lain :

 Biaya investasi

 Biaya personil dan biaya opersional

 Biaya pendidikan serta latihan keterampilan operasional

5.5.3. Pembiayaan Pengelolaan

Pembiayaan pengelolaan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas suatu kegiatan proyek yang menyebabkan terjadinya dampak merupakan kewajiban dari setiap pemrakarsa proyek untuk membiayai aktivitas

(11)

Permasalahan yang sering timbul adalah apabila suatu industri kecil yang memiliki keuntungan yang sangat kecil sehingga tidak mampu untuk membiayai pengelolaan lingkungan. Hal ini tentu harus menjadi perhatian pemerintah dalam hal ini pembiayaan pengelolaan lingkungan tersebut.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka penetapan siapa yang bertanggungjawab atas suatu aktifitas pengelolaan lingkungan dan siapa yang membiayainya haruslah ditunjang oleh suatu peraturan atau pedoman dari pemerintah. Dalam penyusunan Review RPIJM ini disimpulkan pembiayaan pengelolaan adalah bersumber dari anggaran pemerintah Kabupaten Bangka Barat dalam bentuk usulan APBD, dan anggaran pemerintah pusat (APBN).

5.6.

Rencana Pemantauan Safeguard Sosial dan

Lingkungan

Pemantauan merupakan hal yang sangat penting dalam pengelolaan lingkungan. Amdal tanpa diikuti oleh aktivitas pemantauan tidak akan berarti apapun. Hasil pemantauan merupakan bahan untuk melakukan evaluasi atas kebijakan yang diambil oleh pengambil keputusan berdasarkan laporan Amdal, apakah perlu perbaikan atau tidak.

Di Kabupaten Bangka Barat saat ini dalam pelaksanaan pembangunan proyek atau sub proyek khususnya kegiatan dalam bidang ke Cipta Karyaan sudah mulai digalakkan kegiatan pemantauan terhadap dampak proyek atau kegiatan tersebut. Ketidaklancaran dalam aktivitas pemantauan disebabkan adanya anggapan :

Pemantauan hanya akan membuang tenaga, waktu dan biaya

Belum adanya pemahaman terhadap pentingnya aktivitas pemantauan Dalam peraturan yang ada pemerintah belum mncantumkan perlunya aktifitas pemantauan lingkungan

(12)

5.6.1. Tipe Pemantauan

Untuk melaksanakan aktivitas pemantauan terhadap lingkungan sosial, maka dapat dibedakan beberapa tipe pemantauan yaitu :

a. Inspeksi

Inspeksi adalah bentuk pemantauan yang paling sederhana, yang merupakan pengawasan secara teratur pada tingkat aktifitas proyek yang diusulkan.

b. Pemantaua Perijinan

Pemantauan secara periodik berdasarkan fase-fase pembangunan.

c. Pemantauan Percobaan Lingkungan

Pemantauan dilakukan pada suatu percobaan dengan menggunakan hipotesis dari pendugaan suatu perubahan lingkungan dengan memberikan perlakuan-perlakuan.

d. Pemantauan Kualitas Ambein Lingkungan

Pemantauan ini ditujukan kepada perubahan dari ambein lingkungan yang pengukurannya pada fenomena ekologi khusus yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung baik yang disebabkan oleh aktifitas manusia maupun aktifitas proyek.

e. Pemantauan Evaluasi Program

Pemantauan ini dilakukan oleh pemerintah atau suatu tim untuk menilai atau mengukur efisiensi dan efektifitas dari suatu kebijakan atau program.

f. Pemantauan Evaluasi Proyek

Pemantauan ini dilakukan pada proyek-proyek atau kegiatan yang dibiayai oleh dana bantuan internasional.

g. Pemantauan Perjanjian atau Kontrak dalam Bidang Sosial Ekonomi

Merupakan pemantauan mengenai perjanjian yang diadakan antara pemerintah dan industri.

h. Pemantauan Pengelolaan Dampak dari Proyek

Pemantauan yang menyangkut perkembangan dari kegiatan proyek dan dampak yang ditimbulkan pada semua aspek.

(13)

i. Pemantauan Dampak Kumulatif

Pemantauan menyangkut suatu daerah yang biasanya cukup luas dimana pembangunan industri atau pertanian dan/atau perubahan sosial budaya berubah dengan cepat.

Berdasarkan uraian terhadap tipe-tipe pemantauan lingkungan tersebut di atas dan disesuaikan dengan keadaan yang ada di Kabupaten Bangka Barat, maka sampai saat ini di Kabupaten Bangka Barat tipe pemantauan lingkungan yang digunakan dalam membantu kegiatan atau aktifitas proyek khususnya bidang Cipta Karya hanya terbatas pada pemantauan terhadap aktifitas atau kegiatan proyek dan pemantauan terhadap perijinan serta dampak yang timbul akibat aktifitas atau kegiatan proyek tersebut bagi lingkungan sekitar.

5.6.2. Prosedur Pemantauan

Prosedur pemantauan lingkungan merupakan suatu proses mengukur dampak yang telah diduga atau perubahan yang telah diduga. Adapun urutan-urutan prosedur pemantauan lingkungan adalah sebagai berikut :

a. Dengan adanya pendugaan dampak pada suatu komponen lingkungan maka dapat disusun suatu perumusan dari permasalahannya.

b. Berdasarkan perumusan permasalahan kemudian disusun hipotesis-hipotesis.

c. Perlu pemahaman-pemahaman terhadap variasi-variasi yang ada di alam untuk menentukan waktu dan tempat pengukuran indikator-indikator ekologi yang akan menunjukkan adanya perubahan lingkungan.

d. Desain pengambilan contoh disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat untuk dianalisis.

5.6.3. Pelaksanaan Pemantauan

(14)

a. Uraian tentang kelembagaan (Pemrakarsa kegiatan, Bappedalda) yang akan mengurus dan berkepentingan dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan.

b. Uraian tentang kelembagaan yang mengurus dan berkepentingan dalam mendayagunakan hasil pemantauan lingkungan yang secara implisit melakukan juga pengawasan terhadap pelaksanaan pemantauan lingkungan.

c. Melaporkan pelaksanaan pemantauan ke Bappedalda dan Bupati.

Perkiraan Dampak dan Studi yang Diperlukan

Berdasarkan rencana kegiatan pada setiap sektor yang ada, dapat teridentifikasi beberapa rencana kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Pada tabel dibawah ini dijelaskan prakiraan dampak dari rencana kegiatan dan studi yang diperlukan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006.

Tabel 5.1

Rencana Kegiatan dan Jenis Dampak

No Kegiatan Jenis Dampak Ketentuan Studi

yang Diperlukan

1 Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), termasuk fasilitas penunjangnya (Lokasi: Bokem)

Dampak potensial berupa bau, gangguan kesehatan, lumpur sisa yang tidak diolah dengan baik dan gangguan visual.

Setara layanan 10.000 jiwa, atau luas 2 HA perlu AMDAL 2 Pembangunan TPA

sampah domestik Pembuangan dengan sistem control landill/ sanitary landfill termasuk instalasi penunjangnnya (lokasi: Bokem)

Dampak potensial adalah pencemaran gas/udara, risiko kesehatan masyarakat dan pencemaran dari leachate.

Luas TPA > 10 ha atau kapasitas > 10.000 ton, perlu AMDAL

Pembangunan Instalasi Pengolahan sampah terpadu

-

Dampak potensial berupa pencemaran dari leachae (lindi), udara, bau, gas beracun, dan gangguan kesehatan. Kapasitas ≥ 500 ton/hari , diperlukan AMDAL Pembangunan saluran drainase (primer dan/atau sekunder) di Berpotensi menimbulkan gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum,

Kota Sedang Panjang ≥ 10 km , perlu AMDAL

(15)

perubahan tata air di sekitar jaringan, bertambahnya aliran puncak dan perubahan perilaku masyarakat di sekitar jaringan. Pembangunan drainase

sekunder di kota sedang yang melewati permukiman padat Pengambilan air dari

danau, sungai, mata air permukaan, atau sumber air

permukaan lainnya

Berpotensi menimbulkan dampak hidrologi dan persoalan keterbatasan air.

Debit pengambilan > 250 liter/detik perlu AMDAL

Sumber: Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006

Dengan ada ketentuan seperti di atas diharapkan pemrakarsa kegiatan dapat mengikuti peraturan yang ada, yaitu apabila skala rencana kegiatan sesuai dengan ketentuan diatas wajib menyusun AMDAL, apabila berada dibawahnya cukup dengan menyusun UKL/UPL.

Referensi

Dokumen terkait

Pengumuman kelima tim yang lolos seleksi berkas tanggal 08 November 2012 melalui telepon oleh panitia dan pengumuman melalui website : gema.sakti1@gmail.com Jika salah satu tim

Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan.Jika Tp telah

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik UKM agroindustri di Kabupaten Bogor agar dapat diketahui gambaran atau kondisi aktual yang dihadapi pelaku usaha

Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa hipotesis ketiga diterima kebenarannya, yaitu Budaya Organisasi berpengaruh langsung secara positif terhadap Prestasi Kerja

diberikan kewenangan oleh peraturan perundang-undangan untuk membentuk peradilan khusus sengketa pemilihan umum kepala daerah, maka dapat meminimalisir kesalahan, karena

Dengan dimensi pertama, yaitu gairah dan perhatian dalam belajar statistika dengan indikator keinginan untuk mengerjakan dan mengumpulkan tugas yang diberikan

bertempat di SMAN 1 Tambelang yang beralamat di Jl. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes, dan studi dokumentasi. Adapun

Menurut kebiasaan ketika dihadang, maka akan ada yang melagakan pencak silat baik dari rombongan pengantin laki-laki dengan tujuan menjaga harta dan Tuannya,