• Tidak ada hasil yang ditemukan

Patofisiologi Hati (Sirosis, Jaundice Dan Hepatitis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Patofisiologi Hati (Sirosis, Jaundice Dan Hepatitis)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Patofisiologi

Kelainan Hati

dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(2)

Hati

• Kelenjar terbesar tubuh, ± 1500 gr (2,5% BB) • Terdiri dari 2 lobus: kanan  segmen

anterior dan posterior, kiri  segmen medial dan lateral

• Lobus  lobulus  sel hati • Sinusoid, sel Kupffer

• A. Hepatika dan V. Porta, saluran empedu • Darah yang masuk 2/3 dari vena porta dan

(3)
(4)
(5)

Fungsi Hati

• Penting untuk metabolisme tubuh  10-20% jaringan berfungsi, hati masih dapat mempertahankan

kehidupan.

• Memiliki kemampuan regenerasi

• Fungsi utama hati  metabolisme karbohidrat,

protein dan lemak, membentuk dan mengekskresi empedu. Kandung empedu  menyimpan dan

mengeluarkan empedu ke usus halus • Sekresi empedu oleh hati ± 1 liter/hari • Penyimpanan vitamin dan mineral

• Metabolisme steroid • Detoksikasi

(6)

Unsur utama empedu

• Air (97%)

• Elektrolit

• Garam empedu

• Fosfolipid (terutama lesitin)

• Kolesterol dan

• Pigmen empedu (terutama bilirubin

terkonjugasi)

(7)

Kelainan

• Inflamasi

• Jaundice

• Viral hepatitis • Reye syndrome

• Amebic liver abscesses

• Fibrosis

• Cirrhosis

• Neoplasma

(8)

IKTERUS

• Adalah penimbunan pigmen empedu

dalam tubuh yang menyebabkan warna

kuning pada jaringan (>1,5 mg/100 ml)

• Penimbunan pada jaringan elastik kulit,

membran mukosa sklera, dan urine

2-3 mg/100ml

(9)
(10)

Mekanisme Ikterus

• Penyebab dapat terbagi atas 3 bagian: prehepatik, hepatik dan posthepatik

• Prehepatik: produksi bilirubin berlebih

• Hepatik: gangguan faal hati atau obstruksi intra hepatal (gangguan pengambilan

bilirubin tak terkonjugasi atau gangguan konjugasi bilirubin)

• Posthepatik: obstruksi pada saluran empedu ekstra hepatal

• Bilirubin normal = 300 mg/hari  ikterus >1500 mg/hari

(11)

PREHEPATIK

(12)

Pembentukan bilirubin berlebih

• Penyakit hemolitik, misal Sickle Cell

Anemia, inkompatibilitas rhesus, hemolitik

autoimun

• Kapasitas perubahan bilirubin menjadi

terkonjugasi hanya 2-3 mg/100ml

lebih

dari ini menimbulkan bilirubin tak

terkonjugasi meningkat

• Urine dan feses gelap karena

urobilinogen meningkat

(13)

Gangguan Pengambilan Bilirubin

• Obat: asam flavaspidat (obat cacing

pita), novobiosin, dan zat warna

kolesistografik

(14)

Gangguan Konyugasi Bilirubin

• Ikterus fisiologis neonatus, terjadi pada hari ke-2 sampai ke-5

• Kurang matangnya glukoronil transferase • Bilirubinuria (-)

• Kern ikterus  >20 mg/100 ml • Terapi: fototerapi

• Defisiensi progresif glukoronil transferase:

Sindroma Gilbert, Sindroma Crigler-Najjar tipe I dan II

• Terapi: fenobarbital, merangsang aktivitas glukoronil transferase

(15)

HEPATIK

(16)

Kerusakan sel parenkim hati

• Bilirubin indirek (tak terkonjugasi) normal 

gangguan masuk ke sel hati dan obstruksi

duktus empedu retensi bilirubin indirek dan direk

• Bilirubin indirek dan direk tinggi, urobilinogen (+) namun sedikit  feses kadang pucat

• Ikterus kuning oranye

• Pada hepatitis, sirosis hati, tumor hati, bahan kimia (fosfor, arsen, sinkopen) dan penyakit lain (seperti hipertiroid, hemokromasitosis, dll)

(17)

POSTHEPATIK

(18)

Penurunan Ekskresi Bilirubin Terkonyugasi

• Karena obstruksi  empedu dan bilirubin tidak dapat sampai ke usus halus

• Bilirubin terkonyugasi meningkat  bilirubinuria (+)  urine gelap

• Urobilinogen dalam urine dan tinja (-)  feses pucat

• Ikterus lebih kuning, kuning kehijauan • Garam empedu >  gatal (pruritus)

• = kolestasis, intrahepatik (hepatitis, sirosis,

Sindroma Dubin-Johnson, Sindroma Rotor, obat halotan, isoniazide, klorpromazin, kontrasepsi oral) dan ekstrahepatik (batu empedu, kanker caput pankreas)

(19)

HEPATITIS

(20)

Apakah yang dimaksud dengan hepatitis?

• Penyakit hati akibat terjadinya

peradangan sel-sel hati yang dapat

disebabkan oleh:

– Obat-obatan atau toksin (antidepresan, NSAID, INH + rifampisin, halotan dan alkohol)

– Alkohol

– Infeksi virus (A, B, C, D, E)

– Infeksi lainnya (parasit, bakteri) – Kerusakan fisik

(21)

Hepatitis

• = proses peradangan difus jaringan hati

dengan gejala khas badan lemas, urine

seperti air teh, mata dan seluruh badan

kuning

• Berdasarkan perjalanan penyakitnya

(22)

Tipe Virus Hepatitis

A B C D E

Sumber virus Feses Darah/cair

an tubuh Darah/cairan tubuh Darah/cairan tubuh Feses

Penyebaran Fecal-oral Per kutan/

mukosa Per kutan/ mukosa Per kutan/ mukosa Fecal-oral

Infeksi kronis tidak ya ya ya tidak

Pencegahan Pre/pasca imunisasi Pre/pasca imunisasi Screening donor darah, modifikasi perilaku beresiko Pre/pasca imunisasi, screening donor darah, modifikasi perilaku beresiko Yakinkan minum air yang aman

(23)

Hepatitis A?

• Penyakit infeksi akut pada hati yang

biasanya dapat sembuh dengan

sendirinya, yang disebabkan oleh virus

hepatitis A HAV)

• Di seluruh dunia sekitar 1.5 juta kasus

hepatitis setiap tahunnya

• Manusia merupakan satu-satunya

reservoir HAV

(24)

Faktor resiko penularan

• Banyak kasus yang terjadi karena wabah

– Tidak ada faktor resiko khusus

– Banyak menyerang pada anak usia 5-14

tahun

• Resiko lebih tinggi pada

– Travelers

– Homoseksual

(25)

Apakah hepatitis A virus itu?

 virus RNA yang berukuran 27 nm yang hidup di dalam sitoplasma sel inang.

 Picornaviridae.

 Terdiri dari 4 genotipe pada manusia yang berasal dari 1 serotipe

 Stabil di pH rendah dan suhu sedang, inaktif pada suhu tinggi, klorin dan formalin

(26)
(27)

Gejala hepatitis A

= hepatitis virus akut

• Terdiri dari 4 stadium:

- Masa tunas  rata-rata 25 hari (15-50 hari)

- Fase preikterik  keluhan tidak khas, sekitar 2-7 hari:

• nafsu makan ↓ • mual dan muntah

• nyeri perut kanan atas atau ulu hati

• pegal dan lemah, lekas lelah terutama sore hari • Demam (dapat sampai 39oC)

(28)

Gejala hepatitis A

- Fase ikterik, sekitar 7-10 hari

• Suhu mulai menurun

• Urine menjadi pekat seperti teh

• Tinja menjadi pucat

• Kulit, mata dan frenulum linguae kuning

• Gatal-gatal

- Fase penyembuhan, rata-rata 14-16 hari

setelah fase ikterik. Sembuh sempurna

dalam waktu 6 bulan

• Gejala menghilang

(29)

Pemeriksaan tambahan

Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik,

pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah darah dengan menilai

1. Bilirubin

2. SGOT dan SGPT (akut 0,4-0,8 mg/dl, kronis >1 mg/dl)

3. Serum asam empedu puasa  dapat menilai pada saat fase preikterik

4. Petanda serologis HA Ag dan anti HAV

(antigen antibodi)  antigen jarang terdeteksi karena waktu viremia pendek, anti HAV dapat positif saat timbul gejala klinik hingga

(30)

Petanda serologis

Ig M

Pada awal penyakit terdeteksi

hingga 3-6 bulan

Ig G

Menunjukkan pernah terinfeksi dan telah

memiliki kekebalan terhadap infeksi

(31)

Pengobatan dan pencegahan

• Simptomatis: bedrest, penurun panas,

anti vomit, dst

• Pencegahan dengan mencuci tangan

dan imunisasi

• Imunisasi dapat sebelum paparan

(travelers) atau setelah paparan

(32)

Hepatitis B

• Penting karena dapat menyebabkan sirosis dan karsinoma hati primer

• Hepadnaviridae, inkubasi 1-6 bulan

• HBsAg  lapisan terluar virus, petanda infeksi Hepatitis B. Bila positif  perlu dicek HBeAg untuk mengetahui tingkat infektisitasnya

• Penularan horizontal (transfusi dan hemodialisa, luka , jarum suntik, alat cukur, dst) dan vertikal melalui ibu (intrauterin, perinatal, posnatal)

• Kelompok risiko tinggi  ibu HBsAg, bila HBeAg juga tinggi  bayi pasti tertular, anggota keluarga serumah dengan penderita hepatitis B, tenaga medis, penerima donor dan dialisa, daerah prevalensi tinggi hepatitis B

(33)

Petanda serologi

• HBsAg dan anti HBs • Anti HBc

• HBeAg dan anti Hbe • HBV DNA polimerase • HBV DNA spesifik

Pola serologi:

Akut simtomatik: anti HBc menunjukkan bentuk IgG setelah proses akut penyakit, anti HBe penting untuk

melihat prognosis, jika HBeAg masih ada >10 minggu  kronis

Akut asimtomatik  HBsAg dan HBeAg tidak tinggi  umumnya menetap dan menjadi kronis

(34)

Interpretasi hasil

• Hanya HBsAg (+) tanpa anti HBs dan anti HBc 

hepatitis B akut dini atau akhir masa tunas

• HBsAg dan anti HBc (+) hepatitis B akut atau kronis  bedakan dari IgM anti HBc  (+) pada akut

• Anti HBs dan anti HBc (+)  konvalesens  umumnya sembuh total

• Anti HBs (+) tanpa HBsAg dan anti HBc  pasca imunisasi atau hepatitis B subklinis

• Anti HBc (+) tanpa HBsAg dan anti HBs  hepatitis B yang telah lama sembuh, hepatitis B yang baru sembuh, atau low level carrier (sering penyebab hepatitis B pada transfusi)

(35)

Tanda prognosis akut menjadi kronis

• HBsAg darah bertahan >10 minggu

• HBsAg titernya menetap >6 minggu

selama fase akut

• Beda hasil pengukuran titer setelah 4

minggu <50%

(36)

Hepatitis kronis

• Ada yang aktif dan inaktif

• Hepatitis B kronis biasa terjadi bila fase akut berlangsung terus >6 bulan dengan tes fungsi hati meningkat dan tidak ditemukan konversi HBeAg menjadi anti HBe  penyebab utama Ca hepar primer

• Hepatitis C kronis 50% dari proses akut 

biasanya asimtomatis dari transfusi atau parenteral

• Serum transaminase >2x normal berlangsung >6 bulan

(37)

Normal liver Chronic hepatitis Cirrhosis Hepatocellular carcinoma

Long-Term Sequelae of Chronic Hepatitis

HBV HCV HDV

(38)

SIROSIS HEPATIS

(39)

Sirosis Hepatis

• Penyakit hati kronis yaitu adanya

pengerasan hati, secara anatomis

karena terjadinya fibrosis dan terbentuk

nodul-nodul pada semua bagian hati

• Laki-laki > perempuan = 1,6 : 1, puncak

usia 40-60 tahun

• Klasifikasi

morfologi, patologi dan

etiologi

(40)

Klasifikasi berdasarkan morfologi

- Sirosis mikronoduler

ireguler, septal,

uniformis monolobuler, nutrisional,

laennec

septa tipis

- Sirosis makronoduler

postnekrotik,

ireguler, postkolaps

septa lebar dan

tebal

- Sirosis kombinasi makro dan

mikronoduler

sering ditemukan

- Sirosis septal (multilobuler) tidak

(41)

Klasifikasi berdasarkan etiologi

• Genetik

Wilson’s disease,

galaktosemia, tirosinosis,

hemokromasitosis, Osler-Rendu-Weber

• Kimia

toksik trauma

• Alkoholik

• Infeksi

hepatitis B, C dan D, sifilis

kongenital, Skistosomiasis, sirosis

sekunder

(42)

Klasifikasi berdasarkan patologi

• Sirosis post nekrotik

nodul 5-7 cm,

gambaran khas adanya sikatrik hati

dengan nekrosis masif dari sel hati

pulau-pulau sel hati

• Sirosis nutrisi

mikronoduler,

alkoholik, fatty atau laennec chirrosis

hati sangat membesar, nodul merata

2-3 mm, perlemakan hati

• Sirosis posthepatik

trabekuler,

sirosis septal

(43)

Manifestasi Klinis

Spider angioma atau spider naevi

• Eritema palmaris

• Perubahan kuku

Muehrcke's nails

– Terry’s nails

Ginekomastia

• Atrofi testis

(44)

Manifestasi Klinis

(45)
(46)
(47)
(48)

Komplikasi

• Asites

• Peritonitis bakterialis spontan

• Sindroma hepatorenal

• Perdarahan karena varises esofagus

• Sindroma hepatopulmoner

• Sindroma pulmoner lainnya: hidrotoraks

hepatik, dan portopulmoner HTN

• Ensefalopati hepatik

(49)

Asites

• Akumulasi cairan dalam kavum peritoneum • Komplikasi paling sering pada sirosis

• Prognosis pasien dengan asites dalam 2 tahun sekitar 50%

• Derajat asites menurut International Ascites Club adalah:

• Derajat 1 — ringan

• Derajat 2 — sedang  distensi simetris di abdomen

• Derajat 3 — berat  asites luas atau besar dengan distensi abdomen yang jelas

• Derajat asites secara subjektif adalah:

• 1+ minimal, sulit terlihat • 2+ sedang

• 3+ luas, tidak tegang • 4+ luas dan tegang

(50)

Peritonitis bakterialis spontan

• Cairan asites terinfeksi, umumnya terjadi pada tahap akhir penyakit hati

• Gejala dari peritonitis bakteri ini adalah demam, nyeri abdomen yang difus dan kontinu, berbeda dengan nyeri karena tegangnya dinding

abdomen akibat asites, dan perubahan status mental

• Penegakan diagnosis dari kultur (+) bakteri di cairan asites, peningkatan PMN di cairan asites (>250 sel/mm3)

• Tanda lain adala leukositosis, asidosis metabolik dan azotemia

(51)

Sindroma hepatorenal

• Gagal ginjal akut terjadi bersama dengan penyakit hati lanjut (sirosis atau tumor

metastase atau hepatitis alkohol berat)

• Ditandai dengan adanya oliguria, sedimen urin ringan, ekskresi Na sangat rendah,

kreatinin plasma dan urea nitrogen darah meningkat progresif

• Penurunan GFR sering tidak terlihat karena berkurangnya masa otot

• Prognosis buruk, kecuali terdapat perbaikan hati

(52)

Perdarahan varises esofagus

• Terjadi pada 25-40% pasien dengan

sirosis

• Hanya 1/3 pasien berhasil hidup dalam

1 tahun

terapi profilaksis dengan

beta bloker nonselektif yang

menurunkan risiko perdarahan

• Skrining dengan endoskopi

gastrointestinal disarankan untuk

semua pasien dengan sirosis

(53)

Sindroma hepatopulmuner

– Penyakit hati

– Meningkatnya gradien arterial-alveolar saat bernapas

Hidrotoraks hepatik

• Terjadi efusi pleura pada pasien sirosi tanpa penyakit kardiopulmoner

• Cairan asites bergerak naik ke pleura pada defek diafragma, biasanya bagian kanan

• Diagnosis – transudat cairan pleura 

(54)

Ensefalopati hepatik

• Terjadi abnormalitas dari neuropsikiatrik

pada pasien dengan disfungsi hati

– Gangguan pola tidur (insomnia dan hipersomnia di awal gejala

– Asterixis pada tahap lebih lanjut (tremor tangan saat sikut terbuka, terjadi karena gangguan fungsi motorik)

– Refleks tendon dalam hiperaktif

– Deserebrasi transient (gerak ekstensi involunter)

(55)

KEGANASAN HATI

(56)

Tumor hati

• Benign dan malignant

• Tumor jinak  jarang, hemangioma sering pada laki-laki usia >45 tahun

• Tumor jinak  hepatoma, kholangioma, hemangioma dan fibroma

• Tumor ganas  primer dan sekunder

• Tumor ganas primer  hepatoma maligna (dari parenkim hati) = karsinoma

hepatoseluler, kholangiokarsinoma,

sarkoma, dan hemangioendotelioma (tumor ini sangat jarang)

(57)

Karsinoma hepatoseluler (KHS)

• Pasien sirosis  risiko tinggi menjadi karsinoma hepatoseluler

• Insidensi terjadi pada 3% kasus sirosis setiap tahunnya

• Pada pasien dengan hepatitis kronis, risiko tidak meningkat hingga mereka terkena sirosis, kecuali pasien dengan hepatitis B

• Pasien sirosis karena hepatitis B, C dan

hemokromatosis memiliki risiko tinggi, pasien dengan sirosis karena hepatitis autoimun, non

alkohol steatohepatitis dan penyakit Wilson memiliki risiko lebih rendah

(58)

KHS

• Diagnosis KHS biasanya terlambat karena fungsi hati sebagian besar telah menurun

• Dekompensasi pada pasien dengan sirosis

terkompensasi meningkatkan dugaan telah tejadinya KHS

• Gejala umum lainnya adalah teraba massa, nyeri,

rasa cepat kenyang, dan ikterus obstruktif. KHS dapat ruptur yang menyebabkan hemoperitoneum.

Manifestasi paraneoplastic termasuk eritrositosis, hipoglikemia, dan diare

• KHS terdiagnosis dengan peningkatan serum alfa-fetoprotein (AFP) >500 mikrogram pada pasien

dengan sirosis, AFP normal tidak membuat diagnosis KHS dieliminasi

(59)

Reference for Liver Cirrhosis

• Liver Cirrhosis. Power Point

Presentation of K. Dionne Posey, MD,

MPH Internal Medicine & Pediatrics

(60)

Karsinoma maligna lainnya

• Karsinoma kholangioseluler

sel tidak

ada sitoplasma granuler dan jarang

ditemukan dengan sirosis hati

• Karsinoma hepatokholangioseluler

(61)

Metastase

• Intrahepatik

umumnya penyebaran

hematogen, namun dapat juga limfogen

atau infiltrasi langsung

• Ekstrahepatik

penyebaran limfogen

(pada hilus, mediastinum dan kelenjar

servikal), hematogen (vena hepatika

atau vena kava inferior)

(62)

REYE SYNDROME

(63)

Sejarah

• Nama penyakit berasal dari Dr. R. Douglas Reye, sebagai penemu bersama Dr. Graeme Morgan & Dr. Jim Baral dari Australia.

• Penelitian tahun 1963 di British Medical Journal.

• Pertama kali terjadi sebelum tahun 1929. • Tahun 1963 Dr. George Johnson dan

rekannya meneliti dan mengidentifikasi wabah pada 16 anak dengan influenza B

dengan disertai gangguan  4 di antaranya

artinya sama keluhannya  Reye’d Johnson

(64)

HISTORY CONT.

• In 1963 Dr. George Johnson with

colleagues published an investigation

of an outbreak in 16 children with

influenza B that developed

neurological problems after the virus.

4 of the children had symptoms that

were very similar to those of Reye’s.

• For this it is also know as

(65)

ETIOLOGI

• Penyebab terjadinya penyakit tidak

diketahui

• Gejala umumnya setelah viral-flu like

illness atau setelah varicella (di US)

• Berhubungan dengan ingesti salisilat

(ASA)

• Penyakit ini menyebabkan deposit

lemak tumbuh di hati dan otak

(66)

Tanda dan Gejala

• Umumnya setelah 3-4 hari setelah

infeksi virus seperti influenza B dan

varicella dan terjadi umumnya pada

musim gugur dan salju/dingin

• Terutama terjadi pada anak-anak

• Tidak mengantuk, bingung, iritabel,

lemas, agresif atau tingkah lakunya

irasional, dapat hemiparesis, kejang,

dan penurunan kesadaran

(67)

Tanda dan Gejala

• Respirasi rendah

• Pupil dilatasi

• Pembesaran hati tanpa jaundice

• Ensefalitis

• Peningkatan tekanan intrakranial

• Posturing

deserebrasi atau

(68)

Tahap

• Tahap I: ~ Menetap

~ Letargi generalisata ~ Bingung dan cemas ~ Mimpi buruk

• Tahap II:

~ Stupor (karena inflamasi otak kecil) ~ Hiperventilasi

~ Perlemakan hati (biopsi) ~ Refleks hiperaktif

(69)

Tahap

• Tahap III:

~ Lanjutan tahap I & II

~ dapat terjadi koma

~ dapat terjadi edem serebri

~ Respiratory arrest (jarang)

• Tahap IV:

~ Koma dalam

~ Pupil dilatasi dengan respon minimal

~ Disfungsi minimal hati

(70)

Tahap

• Tahap V: (onset sangat cepat)

~ Koma dalam

~ Kejang, flasid

~ Gagal napas

~ Amonia darah sangat tinggi

~ Kematian

(71)

DIAGNOSIS

• Pemeriksaan mulai dari darah dan urin

• Pungsi spinal

menyingkirkan DD/

• Biopsi hati

menyingkirkan penyakit

hati

• CT atau MRI – menyingkirkan

perubahan tingkah laku

(72)

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

• Inborn metabolic disorders

• Viral encephalitis

• Drug overdose or poisoning

• Head trauma

• Hepatic failure

• Meningitis

(73)

Referensi

(74)

AMEBIK LIVER ABCESSES

(75)

Amebiasis Hati

• Merupakan komplikasi ekstraintestinal dari infeksi entameba histolitika

• Insidensi pada laki-laki > perempuan = 4 : 1 • Komplikasi pada hati  5%

• 3 bentuk E. histolitika  minuta, kista dan aktif (vegetatif). Bentuk aktif menembus dinding usus membentuk ulkus, lokasi biasanya di saekum

• Parasit merusak dengan cara sitolitik dan perdarahan 

erosi vena  masuk vena porta  hati, terutama lobus kanan

• Akut terjadi < 3minggu, kronis >6 bulan – 57 tahun

• Hati membesar, cairan abses kental warna cokelat susu (darah dan jaringan rusak)

(76)

Gejala klinik

• Keluhan didahului diare berdarah dan berlendir

• Nyeri di perut kanan atas seperti ditusuk-tusuk dan panas sampai perut dipegang dan berjalan sambil membungkuk karena nyerinya

• Nyeri dapat karena iritasi pleura diafragmatika 

nyeri pleuropulmonal  menjalar sampai ke punggung dan skapula kanan

• Batuk disertai sputum warna coklat susu • Diare

• Pemeriksaan fisik  khas jika tanda ludwig (+)  nyeri tekan dengan 1 jari yang ditempatkan di

interkostal bawah lateral, batas hati paru meninggi dan jarang ikterus

(77)

Komplikasi

• Terutama adalah perforasi abses

intratorakal (intrapleura atau

intrakardial), intraperitoneal dan keluar

badan (tergantung tempat abses)

(78)
(79)

Gambar

Gambar diunduh dari Microbiology and Immunology on-line http://pathmicro.med.sc.edu/virol/hepatitis-virus.htm

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil uji distribusi kekerasan (Gambar 5) menunjukkan bahwa pada specimen sebelum proses karburisasi dan setelah karburisasi pada temperatur 850 o C dan 900 o C tidak ada

Replikasi model inovasi pelayanan adminduk yang terbaik dilakukan berdasarkan: (1) adanya kebijakan upaya peningkatan kualitas pelayanan adminduk yang mendorong

Di beberapa daerah di mana terdapat orang Cina dan pribumi hidup dalam satu wilayah, pada umumnya diakui bahwa hubungan sosial di antara mereka kurang harmonis, sehingga

Hasil penelitian ini meliputi dua data, yaitu aktivitas mahasiswa dan hasil belajar ranah kognitif, hasil belajar ranah afektif dan ranah psikomotorik serta

Sitti Aida Adha Taridala, M.Si... Saediman,

Menimbang, bahwa yang menjadi pokok masalah dalam perkara ini adalah Pemohon mengajukan permohonan cerai talak terhadap Termohon dengan alasan antara Pemohon

Serat Optik Sebuah Penghantar, edisi ke 3.. Fibers