• Tidak ada hasil yang ditemukan

zona proteksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "zona proteksi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PROTEKSI

SISTEM PROTEKSI

ZONA PROTEKSI

ZONA PROTEKSI

Kelompok 3 : Kelompok 3 : Novi

Novi Syafitri Syafitri BP BP 08109520230810952023 Novra

Novra Kopria Kopria Asta Asta BP BP 08109520240810952024 Sri

Sri Wahyuni Wahyuni Sy Sy BP BP 08109520330810952033 Priyandra

Priyandra Prima Prima P P BP BP 08109520360810952036 Fadjri Kurnia Putra BP 0810952051 Fadjri Kurnia Putra BP 0810952051 Arika

Arika Putra Putra BP BP 08109520610810952061

Jurusan Teknik Elektro

Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknik

Fakultas Teknik

Universitas Andalas

Universitas Andalas

Padang

Padang

2011

2011

(2)

ZONA PROTEKSI

Daerah Proteksi adalah bagian dari power sistem yang dilindungi oleh sistem proteksi. Zone proteksi umumnya berisi satu elemen atau maksimum dua elemen power sistem.

Batas-batas jaringan tenaga listrik yang terdiri dari banyak peralatan yang berbeda jenis dan karakteristiknya secara fisik ditandai dengan pemutus tenaga (PMT)

A. DAERAH PENGAMAN

Di dalam pengaman sistem tenaga listrik, seluruh komponen harus diamankan dengan tetap menekankan selektivitas kerja peralatan/relai pengaman. Untuk mencapai hal ini, system tenaga listrik dibagi menjadi daerah-daerah (zona) pengamanan.

Setiap daerah pengaman pada umumnya terdiri atas satu atau lebih elemen sistem tenaga listrik. Misalnya generator, bus bar, transformator, saluran udara, dan lain-lain. Agar seluruh sistem tenaga listrik dapat diamankan, maka harus ada daerah yang tumpang-tindih (overlap). Artinya ada elemen sistem yang diamankan oleh dua daerah pengamanan.

Setiap daerah pengaman dijaga oleh relai yang sesuai dengan karakteristik  peralatan yang diamankan. Pada umumnya yang menjadi pembatas pengamanan antarderah pengamanan ialah trafo arus yang mencatu ke relai.

Agar daerah pengamanan tumpang-tindih, maka trafo arus A untuk mengamankan daerah B, sedangkan trafo arus B untuk mengamankan daerah A. Jika terjadi gangguan pada daerah yang tumpang-tindih maka banyak pemutus beban yang bekerja. Hal ini lebih baik dan lebih aman daripada ada daerah kosong yang tidak teramankan.

(3)

B. PENGAMAN UTAMA DAN CADANGAN

Untuk mengatasi adanya kegagalan kerja dari sistem pengaman, maka pengamanan sistem tenaga listrik dibuat berlapis menjadi dua kelompok, yaitu pengaman utama dan pengaman cadangan. Pengaman utama akan segera bekerja jika terjadi gangguan, sedangkan pengaman cadangan akan bekerja jika pengaman utama gagal bekerja. Kegagalan kerja dari sistem pengaman disebabkan oleh salah satu elemen pengaman tersebut.

1. Pengaman Utama

Daerah pengamanan seperti diuraikan sebelumnya memberikan gambaran tentang tugas dari pengaman utama. Untuk relai cepat dan pemutus beban cepat, waktu mulainya terjadinya gangguan sampai selesainya pembukaan pemutus beban maksimum 100 ms, yaitu terdiri dari waktu kerja relai 20-40 ms dan waktu pembukaan pemutus beban 40-60 ms.

Pada pengamanan jenis tertentu, misalnya pengamanan dengan relai arus lebih, waktu kerjanya justru diperlambat untuk mendapatkan selektivitas karena terjadi pengamanan yang tumpang-tindih dengan seksi berikutnya. Relai ini bertugas selain sebagai pengaman utama pada daerahnya dan juga sekaligus merupakan pengaman cadangan pada seksi berikutnya.

Elemen-elemen pengaman utama terdiri atas relai, trafo tegangan, baterai (catu daya), kumparan trip, dan pemutus tenaga. Kegagalan kerja pada elemen-elemen pengaman utama dapat dikelompokkan sebagai berikut.

a. Kegagalan pada relainya sendiri.

b. Kegagalan catu arus dan atau catu tegangan ke relai. Hal ini dapat disebabkan kerusakan trafo arus atau trafo tegangannya. Bisa juga rangkaian catu ke relai dari trafo tersebut terbuka atau terhubung singkat.

c. Kegagalan sistem catu arus searah untuk triping pemutus beban. Hal ini disebabkan baterai lemah karena kurang perawatan, terbuka, atau terhubung singkatnya arus searah.

d. Kegagalan pada pemutus tenaga. Kegagalan ini dapat disebabkan karena kumparan trip tidak menerima catu, terjadi kerusakan mekanis, atau kegagalan

(4)

pemutusan arus karena besarnya arus hubung singkat melampaui kemampuan dari pemutus bebannya.

Di samping kegagalan di atas, pada pengaman tumpang-tindih (Gambar 2.5) dapat  juga terjadi gangguan pada titik x. gangguan itu dapat terjadi antara batas daerah pengaman A dengan pemutus bebannya atau pengaman daerah telah bekerja dan membuka pemutus tenaganya, tetapi gangguan tersebut belum hilang dari sistem. Hal tersebut terjadi karena relai pengaman daerah A tidak mendeteksinya, sehingga masih terdapat daerah mati.

2. Gangguan Cadangan

Kegagalan pada pengaman utama atau adanya daerah mati tersebut diatasi dengan menggunakan pengaman cadangan. Pengaman cadangan umumnya mempunyai perlambatan waktu untuk memberikan kesempatan pengaman utama bekerja lebih dahulu. Jika pengaman utama gagal, maka pengaman cadangan bekerja.

Jenis pengaman cadangan ada dua, yaitu pengaman cadangan setempat ( local back up) dan pengaman cadangan jauh (remote back up).

a. Pengaman Cadangan Setempat 

Pengaman cadangan setempat merupakan sistem pengaman yang bekerja jika pengaman utamanya gagal bekerja. Akan tetapi, jika pengamanannya masih gagal karena pemutus beban gagal bekerja, maka relai tersebut akan memberikan perintah untuk membuka semua pemutus beban yang ada kaitannya dengan pemutus beban tersebut.

Sistem pengaman cadangan setempat umumnya digunakan pada sistem tenaga listrik dengan tegangan ekstra tinggi. Dalam hal ini relai cadangan mempunyai kecepatan sama dengan pengaman utamanya, karena sistem ini mempunyai pengaman ganda. Disebut pengaman ganda, sebab trafo arus, baterai, maupun kumparan trip semuanya ganda. Di Indonesia untuk sistem dengan tegangan tinggi, yaitu tegangan 150 KV dan 70 KV, biasanya pengaman cadangannya hanya berupa relai cadangan.

b. Pengaman Cadangan Jauh

Pengaman cadangan jauh merupakan pengaman yang digunakan untuk  mengantisipasi adanya kegagalan kerja pengaman di daerah tertentu. Dalam hal ini

(5)

suatu gangguan pada daerah tertentu akan dihilangkan atau dipisahkan oleh pengaman dari tempat lain berikutnya (cadangan jauh).

Pengaman cadangan jauh yang banyak dipakai adalah pengaman dengan relai arus lebih dan pengaman dengan relai jarak. Pengaman cadangan jauh kurang memadai untuk sistem yang besar, antara lain karena dapat gagal bekerja dan dapat terjadi triping yang tidak diharapkan.

Untuk mendapatkan sistem proteksi yang cukup baik didalam sistem tenaga listrik, sistem tenaga tersebut dibagi dalam beberapa daerah proteksi yakni dengan memutuskan sub-sistem seminimum mungkin.

Yang dimaksud keterangan diatas adalah : 1. Generator

2. Transformator daya 3. Bus-bar

4. Transmisi, sub-transmisi dan distribusi 5. Beban

Dengan ruang lingkup system proteksi pada Gardu Induk (GI)/Gardu Induk  Tegangan Extra Tinggi (GITET) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)/Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT)/Saluran Tegangan Extra Tinggi (SUTET), harus mampu bekerja sesuai dengan tujuan dan persyaratan serta fungsinya yang ditentukan terhadap jenis gangguan yang terjadi. Karena apabila tidak mampu, akan mengakibatkan kerugian yang besar, dilihat dari segi kerusakan yang lebih luas terhadap peralatan instalasi itu sendiri maupun tidak lancarnya penyaluran tenaga listrik.

Peralatan utama :  Pemutus tenaga  Pemisah  Trafo pengukuran  Busbar  Lightning Arrester  Trafo tenaga  Kapasitor  Reaktor  Panel control

(6)

 Panel proteksi

 Sumber AC dan DC  Sarana komunikasi

a. Pemutus rangkaian :

Berfungsi untuk menerima perintah dari relay untuk melepas rangkaian listrik  apabila terjadi gangguan.

b. Trafo arus (CT) dan Trafo tegangan (PT)

Berfungsi untuk melindungi arus atau tegangan pada peralatan daya dan biasanya diubah oleh trafo arus (CT) dan trafo tegangan (PT) ke tingkat yang lebih rendah untuk mengoperasikan rele. CT dan PT bisa menggunakan CT 3 fasa dan PT 3 fasa untuk masing-masing fasanya.

c. Rele arus lebih (overcurrent relay, OCR)

Gunanya untuk mengamankan trafo step down dan step up pada gardu induk dari bahaya arus lebih atau arus terhubung singkat yang dapat merusakkan gulungan atau kumparan trafo.

d. Rele gangguan hubung tanah (Ground fault relay, GFR)

Eart fault relay berfungsi mendeteksi gangguan saluran antara fasa ke tanah. Rele ini akan memerintahkan tripping coil pada pemutus daya untuk membuka, apabila terjadi gangguan tanah pada saluran tersebut sesuai besaran arus gangguan yang terdeteksi pada rele itu sendiri.

e. Rele jarak (Distance relay)

Impedance relay adalah suatu rele yang berfungsi untuk menunjukkan daerah gangguan yang mempunyai jarak tertentu dari lokasinya. Rele ini bekerja atas dasar nilai impedansi yang dipunyai oleh semua saluran transmisi distribusi.

f. Rele diferensial (Differential relay)

Berfungsi untuk melindungi transformator pada gardu induk dari gangguan arus hubung singkat pada gulungannya.

g. Penahan petir (Lightning arrester)

adalah suatu alat listrik yang fungsinya untuk mengamankan jaringan transmisi, distribusi dan transformator dari gangguan tegangan lebih (over voltage) yang disebabkan oleh terjadinya tegangan kejut/surja dari petir atau saklar.

(7)

h. Kawat tanah (Ground Wire)

Kawat pelindung berfungsi untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat fasa terhadap sambaran petir.

Referensi

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Edy%20Supriyadi,%20M.Pd.  /MATERI%20PROTEKSI-1.doc

http://dc353.4shared.com/doc/44Si01et/preview.html http://202.91.15.14/upload/files/4209_Pertemuan_ke_2.ppt

Referensi

Dokumen terkait

serangan ulat bisa terlihat secara visual dan jika terjadi serangan petani hanya perlu melakukan penyemprotan dengan pestisida dosis rendah, dan 6 dari 8

[r]

SKPKB Tambahan tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam

Pada saat penghentian pengakuan atas aset keuangan secara keseluruhan, maka selisih antara nilai tercatat dan jumlah dari (i) pembayaran yang diterima, termasuk

Diagram Alir Data (DAD) atau Data Flow Diagram (DFD) adalah diagram yang menggunakan notasi-notasi (simbol-simbol) yang digunakan untuk menggambarkan arus data

Menurut Mills (dalam Nursalim, 2013) Stress inoculation (SI) adalah strategi konseling yang dimaksud untuk membantu konseli menangani peristiwa stres dengan

yang disertai pemberian motivasi mahasantri untuk mempraktekkannya sehari-hari di asrama. Pembinaan ini menggunakan metode kelas pada malam hari dan buku panduan

Hal yang seperti ini bisa menjadi belief negatif dan ini yang mensabotase diri klien, bukan malah menyelesaikan masalah tapi member masalah baru bagi klien, oleh karena