PENYAKIT YANG SERING TERJADI PADA LANSIA
PENYAKIT YANG SERING TERJADI PADA LANSIA
Adapun t
Adapun tujuh peny
ujuh penyakit kronik
akit kronik degerati
degeratif yang ke
f yang kerap diala
rap dialami para la
mi para lanjut usia,
njut usia, yaitu:
yaitu:
Osteo Artritis (OA)
Osteo Artritis (OA)
adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan
adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan
biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan
biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan
perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang
perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang
dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.
dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.
Osteoporosis
Osteoporosis
merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau
merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau
kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada
kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada
percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause,
percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause,
sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya
sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya
produksi vitamin D.
produksi vitamin D.
Hipertensi
Hipertensi
merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi
merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi
dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena
dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena
menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat
menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat
memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal
memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal
jantung, d
jantung, dan gaga
an gagal ginjal
l ginjal
Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus
dimana Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi
dimana Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi
glukosa dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi
glukosa dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi
ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu
ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu
diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126
diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126
mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut
mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut
mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun
mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun
menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih,
menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih,
mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat
mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat
sembuh.
sembuh.
Dimensia
Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi
intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas
intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas
kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi
kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi
pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh
pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh
darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko
darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko
terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan
terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan
pendidikan rendah.
pendidikan rendah.
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran
darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak
darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak
napas, pingsan, hingga kebingungan.
napas, pingsan, hingga kebingungan.
Kanker
Kanker
merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami
merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami
perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang
perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang
berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi
berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi
menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa
menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa
tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal
tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal
(kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung.
(kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung.
Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas
Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas
usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.
usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.
http://mamasakumalaboku-alamsyah.blogspot.com/2012/06/penyakit-yang-sering-terjadi-pada.html http://mamasakumalaboku-alamsyah.blogspot.com/2012/06/penyakit-yang-sering-terjadi-pada.html
▸ Baca selengkapnya: hal-hal yang terjadi pada bagian puncak konflik berujung pada
(2)Penyakit Yang Sering Diderita Lanjut Usia Penyakit Yang Sering Diderita Lanjut Usia Dipublikasi pada Selasa, 11 Oktober 2011 oleh
Dipublikasi pada Selasa, 11 Oktober 2011 oleh mugiemugie
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul
akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
diderita.
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yangdari orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I,
menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang bergerak),yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air
atau buang air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi),besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity
impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air
(gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar),besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya
isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderitauang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune
penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yangdeficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).
menurun), impotence (impotensi).
Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering te
Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering te rjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengertirjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan
oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan
perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang yang seoptimal mungkin. Beberapseoptimal mungkin. Beberapa penyakit yanga penyakit yang sering diderita lansia adalah sebagai berikut:
sering diderita lansia adalah sebagai berikut:
o
o InstabilitasInstabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering dari terjatuh
tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansiapada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air
tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalampanas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat tempat mandi. Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.Walaupun sebahagian lansia yang terjatuh tidak
membatasi pergerakannya.Walaupun sebahagian lansia yang terjatuh tidak sampaisampai menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh pada lansia dapat dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh pada lansia dapat
Penyakit Yang Sering Diderita Lanjut Usia Penyakit Yang Sering Diderita Lanjut Usia Dipublikasi pada Selasa, 11 Oktober 2011 oleh
Dipublikasi pada Selasa, 11 Oktober 2011 oleh mugiemugie
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul
akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
diderita.
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yangdari orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I,
menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang bergerak),yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air
atau buang air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi),besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity
impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air
(gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar),besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya
isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderitauang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune
penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yangdeficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).
menurun), impotence (impotensi).
Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering te
Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering te rjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengertirjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan
oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan
perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang yang seoptimal mungkin. Beberapseoptimal mungkin. Beberapa penyakit yanga penyakit yang sering diderita lansia adalah sebagai berikut:
sering diderita lansia adalah sebagai berikut:
o
o InstabilitasInstabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering dari terjatuh
tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansiapada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air
tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalampanas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat tempat mandi. Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.Walaupun sebahagian lansia yang terjatuh tidak
membatasi pergerakannya.Walaupun sebahagian lansia yang terjatuh tidak sampaisampai menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh pada lansia dapat dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh pada lansia dapat
menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri
menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takutdan perasaan takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia tersebut menjadi takut be akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia tersebut menjadi takut be rjalanrjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya terjatuh.
untuk melindungi dirinya dari bahaya terjatuh. o
o Beser:Beser:beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapatibeser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah, baik masalah kese
timbul berbagai masalah, baik masalah kese hatan maupun sosial, yang kesemuanyahatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser
kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab),buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak t
yang justru akan memperberat keluhan beser bak t adi.adi. o
o Gangguan intelektualGangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang : merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguanmeliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 aktivitas kehidupan sehari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 %
sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahunlansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat me
kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat me nyebabkannyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
intelektual lainnya. o
o Infeksi:Infeksi:merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karenamerupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal
keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula.Beberapa faktor risiko yang
meningkat pula.Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapatmenyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun,
penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun,
berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat
(komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selainberkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah
daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudahdan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.
tubuh mengalami infeksi. o
o Gangguan pancainderaGangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd , komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd menuamenua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
trauma yang minimal. o
o Sulit buang air besar (konstipasi)Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya: beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu
serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya,dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat
berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertaiberupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.
rasa sakit pada daerah perut. o
o DepresiDepresi: perubahan status sosial, : perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnyabertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua
kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salahmenjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering sekali gejala satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak
dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas. Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan t ubuh
lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang
menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas. o Kurang gizi:kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan
maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.
o Tidak punya uang:dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di dalam menjalani masa tuanya.
o Penyakit akibat obat-obatan:salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat
pemakaian obat-obat yaqng digunakan.
o Gangguan tidur:dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru se telah adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat
menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari.
o Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita
(menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.
o Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan.
Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %.
Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat ke lamin pria
terhadap rangsangan.
(dr.Pirma Siburian Sp PD)
PENYAKIT YANG SERING TERJADI PADA LANSIA
KEPERAWATAN GERONTIK I”PENYAKIT YANG
SERING TERJADI PADA LANSIA” Disusun oleh :
Ika Fitri Aprilianti (07.40.023)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG Jl. Panggungrejo No. 17 Telp. (0341) 397644
Oktober 2009
SERING TERJADI PADA LANSIA
Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Tak
heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau
bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto
Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu p elatihan di kalangan
kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut ,
yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability
(instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan
intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan p englihatan dan
pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga
immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
Sumber lain menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi, gagal jantung
dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Ju ga
terdapat berbagai keadaan yang khas dan sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi
kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran.
Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala
kemuduran fisik, antara lain :
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang me netap 2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3. Gigi mulai lepas (ompong)
4. Penglihatan dan pendengaran berkurang 5. Mudah lelah dan mudah jatuh
6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :
1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja terjadi 3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
4. Sulit menerima ide-ide baru
MASALAH FISIK SEHARI-HARI YANG SERING DITEMUKAN PADA LANSIA 1. Mudah jatuh
1. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Ruben, 1996).
2. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik: gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan sinkope-dizziness; faktor ekstrinsik: lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda,
penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang dan sebagainya. 2. Mudah lelah, disebabkan oleh :
o Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi
o Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll o Pengaruh obat: sedasi, hipnotik
Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit metabolisme, dehidrasi,
dsb Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dsb Sesak nafas pada
waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan jantung, gangguan sistem respiratorius,
overweight, anemia Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis
Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung, kurang vitamin B1,
penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan, dsb Nyeri pinggang atau punggung karena
osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis, batu ginjal, dsb. Nyeri sendi pinggul karena artritis,
osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf terjepit Berat badan menurun karena nafsu makan menurun,
gangguan saluran cerna, faktor sosio-ekonomi Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang
kandung kemih, saluran kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis Sukar menahan BAB karena
obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan rektum Gangguan ketajaman penglihatan
karena presbiopi, refleksi lensa berkurang, katarak, glaukoma, infeksi mata Gangguan
pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan mental Gangguan tidur
karena lingkungan kurang tenang, organik dan psikogenik (depresi, irritabilitas) Keluhan
pusing- pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi, dsb Keluhan perasaan dingin dan
kesemutan anggota badan karena ggn sirkulasi darah lokal, ggn syaraf umum dan lokal Mudah
gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal, hepatitis kronis, alergi
KARAKTERISTIK PENYAKIT LANSIA DI INDONESIA
1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, ost eoporosis, osteoartritis
2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK
3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas 6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
7. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
8. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsb PENYAKIT YANG SERING TERJADI PADA LANSIA
Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto
Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu p elatihan di kalangan
kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut ,
yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability
(instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan
intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan
pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga
immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
Selain gangguan-gangguan tersebut, Nina juga menyebut tujuh penyakit kronik degeratif yang
kerap dialami para lanjut usia, yaitu:
1. Osteo Artritis (OA)
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang
mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan
penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma,
penggunaan sendi berulang dan obesitas.
2. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan tulang
berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang
selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang
pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya
elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya
stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal
4. Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih tetap
normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus,
dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah
saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut
mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita
DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat
badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.
5. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat
secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer
merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga,
usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma
kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia ju ga kerap terjadi pada wanita
dan individu dengan pendidikan rendah.
6. Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala
umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.
7. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami perubahan
bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami
mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya
perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama
sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah
penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi
di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA Pengelompokan askep dasar pada lansia o support personal hygieneAktif o total carePasif
Lansia potensial mengalami decubitus
o Penyebab: immobilisasi, defisit jaringan lemak, defisit jaringan kolagen
o Faktor intrinsic: status gizi, anemia, hipoalbuminemia, penyakit neurologik, penyakit pemb. Darah, dehidrasi
o Faktor extrinsic: kurang bersih tempat tidur, alat te nun yang kusut dan kotor, defisit personal hygiene
Pengelompokan decubitus
o Derajat I: terbatas pada epidermis
Perawatan: bersihkan dgn air hangat dan sabun, lotion, masase 2-3 x/h, perubahan posisi
o Derajat II: mencapai dermis
–
subkutanPerawatan: perawatan luka aseptik & antiseptik, gosok dgn es dan dihembus udara hangat bergantian, pengobatan topikal, dibalut
o Derajat III: meliputi jaringan lemak subkutan dan cekung, berbau Perawatan: debridement, pertahankan sirkulasi & o ksigenasi o Derajat IV: meluas sampai ke tulang
Perawatan: debridement, perawatan luka aseptik & antiseptik, transplantasi kulit setempat (bila memungkinkan)
PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA 1. Pendekatan fisik terdiri dari aktif
–
pasif2. Pendekatan piskis menggunakan komunikasi edukatif 3. Pendekatan sosial dengan cara diskusi, sharing perception 4. Pendekatan spiritual dengan peace
1. Kemandirian yaitu health promotion, preventive, m aintenance 2. Mempertahankan kesehatan
3. Mempertahankan semangat hidup (life support)
4. Menolong dan merawat klien lansia yang mengalami sakit
5. Merangsang petugas kesehatan mengenal & menegakkan diagnosa yang tepat FOKUS ASKEP
1. Health promotion
2. Prevention disease
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. mengatasi gangguan kesehatan yang umum
PENGKAJIAN Tujuan
o Menentukan kemampuan klien memelihara diri sendiri o Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu o Membantu menghindarkan bentuk dan pe nandaan klien o Memberi waktu kepada klien untuk menjawab
Meliputi: fisik, psikologis, ekonomi, spiritual DIAGNOSA KEPERAWATAN
Fisik
o Gangguan nutrisi : defisit/over
o Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan o Defisit knowledge
o Resti cedera fisik o Gangguan pola tidur o Perubahan pola eliminasi o Gangguan mobilitas fisik
Psikologis: Isolasi sosial, Menarik diri, Depresi, Harga diri rendah, Coping tidak adekuat Spiritual: reaksi berkabung/berduka, penolakan terhadap proses penuaan, marah terhadap
Tuhan, perasaan tidak tenang RENCANA KEPERAWATAN
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
1. Penyebab
o Penurunan alat penghiduan dan pengecapan o Organ pengunyah kurang sempurna
o Rasa penuh pada perut dan susah BAB o Melemah otot-otot lambung dan usus
2. Masalah gizi: berlebihan, berkurang, kekurangan/kelebihan vitamin 3. Kebutuhan nutrisi
o Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan
o Lemak tidak dianjurkan, 15-20% dari total kalori yang dibutuhkan o Protein 20-25% dari total protein yang dibutuhkan
o Vitamin dan mineral sama dengan usia muda o Air 6-8 gelas/h
4. Rencana tindakan
1. Berikan makanan porsi kecil tapi sering
2. Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin 3. Berikan makanan yang mengandung serat
4. Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori 5. Batasi minum kopi dan teh
Peningkatan keamanan dan keselamatan
1. Penyebab
o Fleksibilitas kaki yang berkurang
o Fungsi penginderaan dan pendengaran yang menurun o Pencahayaan yang berkurang
o Lantai licin dan tidak rata o Tangga tidak ada pengaman
o Kursi/ tempat tidur yang mudah bergerak 2. Tindakan mencegah kecelakaan
1. Klien :
Anjurkan klien menggunakan alat bantu (sesuai indikasi) Latih untuk pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya Biasakan gunakan pengaman tempat tidur, jika tidur
Bantu klien bila ke kamar mandi
Usahakan ada yang menemani ketika berpergian 2. Lingkungan :
Tempatkan di tempat khusus yang mudah diobservasi
Letakkan bel di bawah bantal & ajarkan cara menggunakannya Tempat tidur tidak terlalu tinggi
Letakkan meja dekat tempat tidur, atur peralatan mudah pakai
Lantai bersih, rata, tidak licin dan basah serta pasang pegangan kamar Mandi Kunci semua peralatan yang menggunakan roda
Hindarkan lampu redup dan menyilaukan
Gunakan sandal atau sepatu yang beralaskan karet
Memelihara kebersihan diri
1. Penyebab
Penurunan daya ingat Kurangnya motivasi
Kelemahan dan ketidak mampuan fisik
2. Rencana tindakan
2. Menganjurkan gunakan sabun lunak mengandung minyak/skin lotion Memelihara keseimbangan istirahat/tidur
1. Penyebab
gatal-gatalPersonal hygiene kurang insomsiaGgn psikologis
kebisingan, ventilasi dan sirkulasi Kelemahan dan ketidakmampuan fisikFaktor lingkungan 2. Rencana tindakan
1. Menyediakan tempat/ waktu tidur yang nyaman 2. Mengatur lingkungan yang adekuat
3. Latihan fisik ringan memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot 4. Minum hangat sebelum tidur
Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi 1. Penyebab
o daya ingat menurun, depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga 2. Rencana tindakan :
1. Berkomunikasi dengan mempertahankan kontak mata 2. Mengingatkan terhadap kegiatan yang akan dilakukan 3. Menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan klien 4. Memberi kesempatan untuk mengekspresikan diri 5. Melibatkan klien dalam kegiatan sesuai kem ampuan 6. Menghargai pendapat klien
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Menumbuhkan dan membina rasa saling percaya 2. Penerangan cukup
3. membaca, rekreasiMeningkatkan ransangan panca indera 4. kalender, jamMempertahankan dan latih daya orientasi nyata 5. Berikan perawatan sirkulasi
6. Berikan perawatan pernafasan
7. Berikan perawatan pada alat pencernaan Berikan perawatan genitourinaria
Berikan perawatan kulit Daftar Pustaka
Darmojo, Boedhi,et al.2000.
Beberapa masalah penyakit pada Usia Lanjut.
Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
www.google.com. Keyword: Penyakit yang Sering Muncul pada Lansia. Diakses tanggal 12
September 2009 pukul 12.16 WIB
http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/03/penyakit-yang-sering-terjadi-pada-lansia/
Beberapa Masalah dan Gangguan yang Sering Terjadi Pada Lansia
A. Demensia
Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat yang umumnya progresif dan ireversibel.
Biasanya ini sering terjadi pada orang yang berusia > 65 tahun. Di Indonesia sering menganggap
bahwa demensia ini merupakan gejala yang normal pada setiap orang tua. Namun kenyataan
bahwa suatu anggapan atau persepsi yang salah bahwa setiap orang tua mengalami gangguan
atau penurunan daya ingat adalah suatu proses yang normal saja. Anggapan ini harus dihilangkan
dari pandangan masyarakat kita yang salah.
Faktor resiko yang sering menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah: usia, riwayat
keluarga, jenis kelamin perempuan. Demensia merupakan suatu penyakit degeneratif primer
pada susunan sistem saraf pusat dan merupakan penyakit vaskuler.
Kriteria derajat demensia:
Ringan:walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial, kapasitas untuk hidup
mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan penilaian umum yang baik.
Sedang:hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas.
Berat:aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak berkesinambungan, inkoherensi.
Terdapat 7 jenis demensia yang sering terjadi pada lansia, yaitu:
1. Demensia Tipe Alzheimer 2. Demensia Vaskuler
3. Demensia Pick
4. Demensia Penyakit Creutzfeldt
–
Jacob 5. Demensia karena Penyakit Huntington6. Demensia karena Hidrosefalus Tekanan Normal 7. Demensia karena Penyakit Parkinson
B. Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia. Usia bukan merupakan
faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit medis kronis dan masalah-masalah
yang dihadapi lansia yang membuat mereka depresi. Gejala depresi pada lansia dengan orang
dewasa muda berbeda dimana pada lansia terdapat keluhan somatik.
Gejala depresi pada lansia, yaitu:
Gejala utama: Afek depresi Kehilangan minat
Berkurangnya energi (mudah lelah)
Gejala lain:
Konsentrasi dan perhatian berkurang Kurang percaya diri
Sering merasa bersalah Pesimis
Ide bunuh diri
Gangguan pada tidur Gangguan nafsu makan
Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa bentuk berdasarkan
berat ringannya:
Depresi ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas tidak terganggu.
Depresi sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas agak terganggu.
Depresi berat: 3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat terganggu.
Penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor psikologik, sosial dan
biologik.
Biologik: sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis sep erti hipertensi, DM, stroke,
keterbatasan gerak, gangguan pendengaran/penglihatan.
Sosial: kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian, isolasi sosial.
Psikologis: kurang percaya diri, gaul, akrab, ko nflik yang tidak terselesai.
C. SkizofreniaSkizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir/dewasa muda dan menetap seumur hidup.
Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat dibanding pria. Perbedaa n onset lambat dengan
awal adalah adanya skizofrenia paranoid pada tipe onset lambat.
Sekurang-kurangnya satu gejala berikut: 1. Thought echo, insertion, broadcasting.
3. Halusinasi auditorik 4. Waham yang menetap Paling sedikit 2 gejala berikut:
1. Halusinasi panca indera yang menetap 2. Arus pikir yang terputus
3. Perilaku katatonik 4. Gejala negatif
Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih.
Terapi dapat diberikan obat anti psikotik seperti haloperidol, chlorpromazine, dengan pemberian
dosis yang lebih kecil.
D. Gangguan Delusi
Onset usia pada gangguan delusi adalah 40 – 55 tahun, tetapi dapat terjadi kapan saja. Pada
gangguan delusi terdapat waham yang tersering yaitu: waham kejar dan waham somatik.
Pencetus terjadinya gangguan delusi adalah: Kematian pasangan Isolasi sosial
Finansial yang tidak baik Penyakit medis
Kecacatan
Gangguan pengelihatan/pendengaran
Pada gangguan delusi terdapat jenis lain yang onset lambat yang dikenal sebagai parafrenia yang
timbul selama beberapa tahun dan tidak disertai demensia. Terapi yang dapat diberikan yaitu:
psikoterapi yang dikombinasi dengan farmakoterapi.
E. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif konfulsif,
gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, gangguan stres pasca traumatik. Onset awal
gangguan panik pada lansia adalah jarang, tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala fobia pada lansia
kurang serius daripada dewasa muda, tetapi efeknya sama, jika tidak lebih, menimbulkan
debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori eksistensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat
stimulus yang dapat diidentifikasi secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis.
Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya. Orang mungkin menghadapi
pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan, bukan dengan ketenang an hati dan rasa
integritas
(“Erik Erikson”). Kerapuhan sistem saraf anotomik yang berperan dalam
perkembangan kecemasan setelah suatu stressor yang berat.
Gangguan stres lebih sering pada lansia terutama j enis stres pasca traumatik karena pada lansia
akan mudah terbentuk suatu cacat fisik. Terapi dapat disesuaikan secara individu tergantung
beratnya dan dapat diberikan obat anti anxietas seperti: hydroxyzine, Buspirone.
F. Gangguan Somatiform
Gangguan somatiform ditandai oleh gejala yang sering ditemukan apada pasien > 60 tahun.
Gangguan biasanya kronis dan prognosis adalah berhati-hati. Untuk mententramkan pasien perlu
dilakukan pemeriksaan fisik ulang sehingga ia yakin bahwa mereka tidak memliki penyakit yang
mematikan.Terapi pada gangguan ini adalah dengan pendekatan psikologis dan farmakologis.
G. Gangguan penggunaan Alkohol dan Zat lain
Riwayat minum/ketergantungan alkohol biasanya memberikan riwayat minum berlebihan yang
dimulai pada masa remaja/dewasa. Mereka biasanya memiliki penyakit hati. Sejumlah besar
lansia dengan riwayat penggunaan alkohol terdapat penyakit demensia yang kronis seperti
ensefalopati wernicke dan sindroma korsakoff.
Presentasi klinis pada lansia termasuk terjatuh, konfusi, higienis pribadi yang buruk, m alnutrisi
dan efek pemaparan. Zat yang dijual bebas seperti kafein dan nikotin sering disalah gunakan. Di
sini harus diperhatikan adanya gangguan gastrointestiral kronis pada lansia pengguna alkohol
maupun tidak obat-obat sehingga tidak terjadi suatu penyakit medik.
H. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan peningkatan prevalensi
gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan lansia daripada usia dewasa muda adalah:
Gangguan tidur, Ngantuk siang hari,
Tidur sejenak di siang hari, Pemakaian obat hipnotik.
Secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang berhubungan dengan tidur dan
gangguan pergerakan akibat medikasi yang lebih tinggi dibanding dewasa muda. Disamping
perubahan sistem regulasi dan fisiologis, penyebab gangguan tidur primer pada lansia adalah
insomnia. Selain itu gangguan mental lain, kondisi medis umum, faktor sosial dan lingkungan.
Ganguan tersering pada lansia pria adalah gangguan rapid eye movement (REM). Hal yang
menyebabkan gangguan tidur juga termasuk adanya gejala nyeri, nokturia, sesak napas, nyeri
perut.
Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada dini hari
dibandingkan dengan gangguan dalam tidur. Perburukan yang terjadi adalah perubahan waktu
dan konsolidasi yang menyebabkan gangguan pada kualitas tidur pada lansia.
Terapi dapat diberikan obat hipnotik sedatif dengan dosis yang sesuai dengan kondisi
masing-masing lansia dengan tidak lupa untuk memantau adanya gejala fungsi kognitif, perilaku,
psikomotor, gangguan daya ingat, insomnia rebound dan gaya jalan.
http://sabda.org/artikel/beberapa_masalah_dan_gangguan_yang_sering_terjadi_pada_lansia
MASALAH YANG SERING TERJADI PADA LANSIA RESIKO INJURI,DEMENSIA A. RESIKO INJURI
Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang mempercepat patah tulang pada orang
dengan kepadatan mineral tulang {Bone Mineral Density(BMD)} rendah. Jatuh dapat dicegah
sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh adalah penyebab terbesar untuk patah
tulang pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah
tulang meliputi punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas.Jatuh dapat
disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus meliputi berbagai komponen
agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau
kelas aerobik dapat meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat
menurunkan risiko jatuh. Mengurangi Risiko JatuhBanyak hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi risiko jatuh dan meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang
dikeluarkan oleh American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American
Academy of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi untuk
orang tua (AGS et al.2001)
Faktor – faktor lingkungan yang sering dihubungan dengan kecelakaan pada lansia
Faktor
penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:
ü
Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit sepertiStroke dan
TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi , Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat
gerak, maupun Depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan .
Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko jatuh pada lansia.
Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope, syncope lah yang sering
menyebabkan jatuh pada lansia.Jatuh dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa
disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang
berlebihan.
ü
Ekstrinsik
Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di bawah,tempat tidur
tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak
mudah dipegang, lantai tidak datar, licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik,
keset yang tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah
tergeser,lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat
bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaann ya.
B. PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti
faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang
dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor
lingkungan.dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua :
1. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan
tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya
lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang
dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya
adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)
2. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:
1. Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
2. Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan
3. Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan
tranquilisers
4. Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) ke cuali atas indikasi klinis
kuat
5. Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
3. Modifikasi lingkungan
Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing akibat suhu
di antara:
1. Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan
tanpa harus berjalan dulu
2. Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
3. Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
4. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
5. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah
tangga.
6. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk
melintas.
7. Gunakan lantai yang tidak licin.
8. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung.
9. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar mandi.
1. Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
2. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
3. Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
4. Hindari olahraga berlebihan.
5.
5. Alas kaki
Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
1. Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
2. Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga keseimbangan
3. Pakai sepatu yang antislip
6. Alat bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi
atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya.
1. Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meingkatkan keseimbangan, namun
di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk
membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan
alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual.
2. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan
obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu
jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas
atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa yang
digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu
menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat
badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang
berat badan.
7.
Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.
8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.
9. Memelihara kekuatan tulang
1. Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang
dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua
2. Berhenti merokok
3. Hindari konsumsi alkohol
4. Latihan fisik
5. Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen
6. Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.
B. DEMENSIA
Demensia bukanlah suatu penyakit yang spesifik. Demensia merupakan istilah yang digunakan
untuk mendeskripsikan kumpulan gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai kelainan yang
mempengaruhi otak. Seorang penderita demensia memiliki fungsi intelektual yang terganggu dan
menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari maupun hubungan dengan orang sekitarnya.
Penderita demensia juga kehilangan kemampuan untuk memecahkan masalah, mengontrol
emosi, dan bahkan bisa mengalami perubahan kepribadian dan masalah tingkah laku seperti
mudah marah dan berhalusinasi. Seseorang didiagnosa demensia bila dua atau lebih fungsi otak,
seperti ingatan dan keterampilan berbahasa, menurun secara signifikan tanpa disertai penurunan
kesadaran.
Perjalanan penyakit demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah,
sehingga keadaan ini pada mulanya tidak disadari. Terjadi penurunan dalam ingatan,
kemampuan untuk mengingat waktu dan kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda.
Penderita memiliki kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan dalam
pemikiran abstrak (misalnya dalam pemakaian angka). Sering terjadi perubahan kepribadian dan
gangguan perilaku.
Gejala awal biasanya adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi tetapi bisa juga bermula
sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainnya.
Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara sehingga penderita menggunakan kata-kata yang
lebih sederhana, menggunakan kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan
kata-kata yang tepat. Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam
mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya.
Beberapa penderita bisa menyembunyikan kekurangan mereka dengan baik. Mereka
menghindari aktivitas yang rumit (misalnya membaca atau bek erja). Penderita yang tidak
berhasil merubah hidupnya bisa mengalami frustasi karena ketidakmampuannya melakukan
tugas sehari-hari. Penderita lupa untuk melakukan tugasnya yang penting atau salah dalam
melakukan tugasnya.
Demensia cukup sering dijumpai pada lansia, menimpa sekitar 16% kelompok usia di atas 65
tahun dan 32-50% kelompok usia di atas 85 tahun. Pada sekitar 10-20% kasus demensia bersifat
reversibel atau dapat diobati. Yang paling sering menyebabkan demensia adalah
penyakit
Alzheimer
. Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor
genetik, karena penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau
dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer, beberapa bagian otak
mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan
kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal
(disebut plak senilis dan serabut saraf yang tidak beraturan) dan protein abnormal, yang bisa
terlihat pada otopsi. Demensia
Lewy Body
sangat menyerupai penyakit Alzheimer, tetapi
memiliki perbedaan dalam perubahan mikroskopik yang terjadi di dalam otak.
DEFENISI
Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat yang umumnya progresif dan
irreversible. Biasanya ini sering terjadi pada orang usia diatas 65 tahun. Di Indonesia sering
menganggap bahwa demensia ini merupakan gejala normal pada setiap orang tua. Namun
kenyataannya itu merupakan suatu anggapan yang salah. Anggapan ini harus dihilangkan dari
pandangan masyarakat kita yang salah.
Faktor resiko yang sering menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah : usia, riwayat
keluarga, jenis kelamin perempuan.
Demensia harus bisa kita bedakan dengan gangguan mental, gangguan daya ingat atau
intelektual yang akan terjadi dengan berjalannya waktu dimana fungsi mental yang sebelumnya
telah dicapai secara bertahap akan hilang atau menurun sesuai dengan derajat yang diderita.
KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
I. Demensia
1. Idiopatik / degenerasi
ü
Alzheimer’s disease
ü
Huntington’s disease
ü Progressif supranuclear palsy
ü Spinocereberal degeneration
2. Vascular disorder
ü Multi infarct demensia
ü Lacunar demensia
ü Subcortical arteriosclerotic encelophaty
ü Vasculitis
ü Aneurisma intracranial
ü Amyloid angiophaty
ü AVM ( arterivenous malformation )
ü SAH ( subarachnoid hemorrhage )
3. Normal pressure hydrocephalus
4. Neoplastik disease : brain tumor primer / sekunder
5. CNS infection :
ü Neurosyphillis,
ü Brain abcess
ü AIDS dementi complex
6. Metabolic disorder :
ü HypothyroidismV
ü Vit B 12 deficienty
ü
Wilson’s disease
7. Head trauma
ü Acute & delayed effect of head injury
ü Punch drunk syndrome
ü Subdural hematom
8. Intoxication : Hg, Mn, Barbiturat, Amphetamin, dan halusinogen lainnya.
II. Pseudodementia
1. Depression
2. Schizophrenia
3. Aging
III. Amnestic syndrome
1. Head trauma
2. Hypoxia
3. Bilateral posterior cerebral arteri infarct
4. Transient global amnesia
5. Psycogenic amnesia
6. Brain tumor
PATOFISIOLOGI
Begitu banyak factor penyebab terjadinya dementia pada berbagai penyakit yang telah disebut di
atas. Apapun sebabnya, semuanya menyebabkan perubahan psyco
–
neurokimiawi di otak.
Factor
–
factor gangguan regulasi DNA, neural reserve capacity untuk CNS performance yang
exhausted, dan gangguan supply energi untuk metabolisme CNS dapat menyebabkan penurunan
glycolitik yang kemudian berturut
–
turut mengakibatkan penurunan sintesa Acetyl CO enzim A
yang penting untuk sintesa Acetil Choline, penurunan aktifitas Cholin Asetiltransferase di kortek
hipokampus, maka akibatnya terjadi penurunan kadar aktifitas kholinergik sehingga
menyebabkan demensia.
Pada penelitian terbukti bahwa, penurunan kadar Cholin Asetiltransferase mempunyai korelasi
langsung dengan hasil test mental score / aktifitas intelektual yang menurun dan juga peninggian
jumlah plague senille. Aktifitas kholinergik bersumber terutama pada basal fortebrain nucleus of
mainert, locus ceruleus, dan dorsal raphe nuclei.
Secara ringkas bahwa proses demensia adalah terjadinya perubahan neuro kimiawi yang tersebut
dibawah ini :
1. pengurangan neurotransmitter klasik :
ü asetil kolin
ü nor adrenalin dan metabolitnya
ü dopamine
2. pengurangan amino acid neurotransmitter : Glu., Gly., GABA
3. pengurangan enzim
–
enzim : AchE, DOPA decarboksilase, GAD., CAT
4. pengurangan neuro peptide : somatostatin, dll.
Khusus pada Alzheimer disease disamping yang tersebut di atas, kemungkinan penyebab lain
yang ikut berperan adalah adanya efek genetic ( serineprotease inhibitor ) sehubungan dengan
deposit A4Beta amyloid peptide pada kromosom 21 sehingga menyebabkan pembentukan
neurofibrillary tangles dan senile plaque dan granulofacuolar degenerasi lebih dini.
Prose ketuan fisik yang fisiologis seperti halnya timbulnya katarak senilis, osteoporosis, alopesia,
rontoknya gigi, gangguan pendengaran, gangguan sexual tidaklah selalu paralel dengan
timbulnya demensia senilis.
Usia 65 tahun keatas sel
–
sel otak berangsur ada yang mati dan jumlahnya berkurang, otak
menjadi lebih atrofi, sulcus menjadi lebih lebar, dan ventrikiel melebar. Proses ketuaan ini
bukanlah suatu penyakit, jadi tidak perlu ditakuti. Yang penting perlu dijaga jangan sampai
mempunyai faktor resiko penyakit vascular ataupun metabolisme yang bisa mengganggu suplai
energi dan metabolisme otak seperti yang diterangkan di atas. Ada banyak orang sampai usia 80
tahun tetapi masih aktif mengarang buku, menjadi pemimpin Negara, dll.
GEJALA KLINIS
I. Gejala umum
Gangguan memori, intelek dan behavior : lupa nama wajah orang yang dikenalnya, tidak tahu
waktu, bahkan kedudukan dia sendiri di keluarga. Pendapat dan pertimbangannya selalu salah,
tingkah laku yang berubah, biasanya pasien berkeras bahwa ia tidak sakit.
Gangguan neurologi : afasia, apraksia ataupun spatial agnosia. Penderita kesulitan mengenakan
pakaiannya sendiri, salah memegang cangkir, dll.
Gangguan afektif : apatis, regresi dan kadang bisa euphoria.
II. Gejala khusus
Alzheimer disease : gejala adanya primitive refleks, ini penting untuk membedakan gangguan
dini dengan yang disebabkan gangguan psikosis ataupun gangguan organic. Gejala gangguan
refleks primitive misalnya sucking & pouting refleks, glabela tap refleks, tonik grasp,
palmomental refleks. Gejala stadium lanjut diikuti adanya hipokinesia, mask
–
like expression,
dispasia, diskalkulia, disgravia.
DEMENSIA TIPE ALZHEIMER