• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Plastik Plastik merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Plastik Plastik merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

2. 1 Plastik

Plastik merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi pilihan bagi konsumen. Sejak ditemukan oleh seorang peneliti dari Amerika Serikat pada tahun 1968 yang bernama John Wesley Hyatt, plastik menjadi pilihan bagi dunia industry dan berkembang secara luar biasa penggunaannya dari hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 220 juta ton/tahun pada tahun 2005 (Kadir, 2012). Plastik mempunyai karakteristik mudah dibentuk, tahan lama (durable), dan dapat mengikuti trend permintaan pasar. Plastik telah mampu menggeser kedudukan bahan-bahan tradisional dimana permintaan dari tahun ke tahunnya selalu menunjukkan peningkatan.

Kelebihan dari kemasan plastik yang ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak berkarat, dapat diberi warna dan harganya yang murah seakan membutakan masyarakat tentang dampak yang ditimbulkan, seperti terjadinya perpindahan zat-zat penyusun dari plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut tidak cocok dengan plastik yang mengemasnya. Zat-zat penyusun tersebut cukup tinggi potensinya untuk menimbulkan penyakit kanker pada manusia (Koswara, 2006).

Data statistik persampahan domestik Indonesia menyebutkan jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah. Dengan demikian, plastik telah mampu menggeser sampah jenis kertas yang tadinya di peringkat kedua menjadi peringkat ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi sampah (Indonesia Solid Waste Association, 2013)

(2)

2. 1. 1 Jenis dan Sifat Fisio - Kimia Plastik

Jenis – jenis plastik menurut Koswara (2006) adalah sebagai berikut : 1. PET — Polyethylene Terephthalate

Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene

terephthalate) di bawah segitiga.Dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester. Biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus

pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Tidak untuk air hangat apalagi panas. Untuk jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali penggunaan dan tidak untuk mewadahi pangan dengan suhu lebih besar dari 600̊̊ C, hal ini akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker).

Di dalam membuat PET, menggunakan bahan yang disebut dengan SbO3 (antimoni trioksida), yang berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan dengan pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni

trioksida masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat

menghirup debu yang mengandung senyawa tersebut. Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama akan mengalami : iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan.

(3)

2. HDPE — High Density Polyethylene

a. Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density

polyethylene) di bawah segitiga.

b. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air minum, dan lain-lain.

c. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.

d. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras hingga semifleksibel, buram dan lebih tahan terhadap bahan kimia dan kelembapan, melunak pada suhu 750̊ Celcius.

3. V — Polyvinyl Chloride

Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang.

a. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol, sulit di daur ulang .

b. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut karena DEHA lumer pada suhu 150̊ Celcius.

c. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.

d. Plastik jenis ini sebaiknya tidak untuk mewadahi pangan yang mengandung lemak/minyak, alkohol dan dalam kondisi panas.

(4)

e. Sebaiknya mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya).

4. LDPE — Low Density Polyethylene

Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek.

a. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, fleksibel, kedap air tetapi tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Melunak pada suhu 700̊ C.

b. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.

5. PP — Polypropylene

a. Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. b. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan,

keras tetapi fleksibel. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, minyak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Melunak pada suhu 1500 derajat Celcius.

(5)

c. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.

6. PS — Polystyrene

a. Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS PS (polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman, secara tidak sengaja.

b. Terdapat dua macam PS, yaitu yang kaku dan lunak/berbentuk foam.

c. PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, getas, mudah terpengaruh lemak dan pelarut (seperti alkohol), mudah dibentuk, melunak pada suhu 950C. Contoh : wadah plastik bening berbentuk kotak untuk wadah makanan.

d. PS yang lunak berbentuk seperti busa, biasanya berwarna putih, lunak, mudah terpengaruh lemak dan pelarut lain (seperti alkohol). Bahan ini dapat melepaskan styrene jika kontak dengan pangan. Contohnya yang sudah sangat terkenal styrofoam. Biasanya digunakan sebagai wadah makanan atau minuman sekali pakai.

e. Kemasan styrofoam sebaiknya tidak digunakan dalam microwave.

f. Kemasan styrofoam yang rusak/berubah bentuk sebaiknya tidak digunakan untuk mewadahi makanan berlemak/berminyak terutama dalam keadaan panas.

g. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan

styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.

h. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung.

(6)

i. Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama.

j. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga. 7. OTHER

a. Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER Other (SAN/styrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile butadiene styrene, PC - polycarbonate, Nylon).

b. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, alat-alat rumah tangga, peralatan makan bayi dan plastik kemasan. c. PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita

(sippy cup).

d. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. e. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun

minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Untuk mensterilkan botol susu, sebaiknya direndam saja dalam air mendidih dan tidak direbus

(7)

atau dipanaskan dengan microwave. Botol yang sudah retak sebaiknya tidak digunakan lagi.

f. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. g. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat

makan, penyaring kopi.

h. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan.

Dilihat dari sifatnya, plastik dapat dibagi menjadi dua (Saptono, 2008): 1. Plastik Termoset

Jenis plastik ini mengalami perubahan yang bersifat irreversible. Pada suhu tinggi jenis plastik termoset berubah menjadi arang. Hal ini disebabkan struktur kimianya bersifat 3 dimensi dan cukup kompleks. Pemakaian termoset dalam industri pangan terutama untuk membuat tutup botol. Plastik tidak akan kontak langsung dengan produk karena tutup selalu diberi lapisan perapat yang sekaligus berfungsi sebagai pelindung.

Contohnya poliviniliden klorida (PVdC), akrilik yang sering digunakan untuk botol-botol minuman, politetra fluoroetilen (PTFE) yang terdapat pada peralatan dapur seperti Teflon dan Ediblefilm dari amilosa pati jagung untuk kemasan permen dan sosis yang dapat dimakan.

2. Plastik Termoplastik

Sebagian besar polimer yang dipakai untuk mengemas atau kontak dengan bahan makanan adalah jenis termoplastik. Plastik ini dapat menjadi lunak jika dipanaskan dan mengeras lagi setelah dingin. Hal ini dapat terjadi berulang -ulang tanpa terjadi perubahan khusus. Termoplastik termasuk turunan etilena

(8)

(CH2 = CH2). Dinamakan plastik vynil karena mengandung gugus vynil (CHz=CHz) atau polyolefin. Salah satu contohnya adalah plastik kresek.

2. 1. 2. Plastik Sebagai Kemasan

Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kapolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi (Syarief dkk, 1989).

Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief dkk, 1989).

Menurut Eden dalam Davidson (1970), klasifikasi plastik menurut struktur kimianya terbagi atas dua macam yaitu :

1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka akan terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik (reversible) kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.

2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.

(9)

Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras. Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan oleh polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer yang tersusun sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna. Kelemahan bahan ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. (Winarno, 1997).

Menurut Crompton (1979), Plastik berisi beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang sengaja ditambahkan itu disebut komponen non plastik, diantaranya berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurun viskositas, penyerap asam, pengurai peroksida, pelumas, dan peliat.

Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik juga terkandung beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang ditambahkan tersebut disebut komponen nonplastik yang berupa senyawa anorganik atau organik yang memiliki

(10)

berat molekul rendah. Bahan aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar UV, anti lekat dan masih banyak lagi (Winarno dan Jennie, 1982).

2. 1. 3. Dampak Penggunaan Plastik a. Dampak Terhadap Kesehatan

Adapun zat-zat penyusun plastik yang berbahaya bagi kesehatan adalah (Koswara, 2006) :

1. Monomer vinil klorida, dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA dan mengalami metabolisme dalam tubuh, sehingga memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menimbulkan tumor dan kanker pada manusia terutama kanker hati.

2. Monomer vinil sianida (akrilonitril), bereaksi dengan adenin pada DNA dan memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menimbulkan penyakit kanker. Dampak akrilonitril sudah terbukti pada hewan percobaan yaitu menimbulkan cacat lahir pada tikus yang memakannya.

3. Monomer vinil asetat, telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus dan hati (liver) pada hewan.

4. Monomer lainnya, seperti akrilat, stirena, metakriat dan senyawa turunannya seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam, formaldehida, kresol,

isosianat organik, heksa metilandiamin, melamin, epodilokkloridin, bispenol

dan akrilonitril yang dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan lambung.

Selain monomer, zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan diantaranya:

1. Dibutil ptalat (DBP) dan Dioktil ptalat (DOP), merupakan zat aditif yang populer digunakan dalam proses plastisasi, namun dibalik itu DBP dan DOP ternyata menyimpan suatu zat kimia yaitu zat benzen. Benzen termasuk larutan

(11)

kimia yang sulit dicerna oleh sistem pencernaan. Benzen juga tidak dapat dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan berbalut lemak. Hal tersebut bisa memicu kanker pada darah atau leukemia (Koswara, 2006).

2. Timbal (Pb) merupakan racun bagi ginjal dan kadmium (Cd) yang merupakan pemicu kanker dan racun bagi ginjal dimana keduanya merupakan bahan aditif untuk mencegah kerusakan pada plastik.

3. Ester ptalat, yang digunakan untuk melenturkan ternyata dapat menggangu sistem endokrin (Anonim, 2008).

4. Bisphenol A (BPA) yang terdapat pada plastik polikarbonat (PC) merupakan zat aditif yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker dan memperbesar resiko pada kehamilan (Anonim, 2008).

5. Bahan aditif senyawa Polychlorinated Biphenyl (PCB) yang ditambahkan sebagai bahan untuk membuat plastik tahan panas. PCB berfungsi sebagai satic

agent dan ikut menentukan kualitas plastik. Plastik tahan panas sangat

dimungkinkan mengandung PCB lebih banyak. Tanda dan gejala keracunan PCB ini berupa pigmentasi pada kulit dab benjolan-benjolan, gangguan pencernaan, serta tangan dan kaki lemas. Pada wanita hamil PCB dapat mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Pada keracunan menahun, PCB dapat menyebabkan kematian jaringan hati dan kanker hati (Anonim, 2008).

6. Pigmen warna pada kantong plastik kresek yang bisa bermigrasi ke dalam makanan. Pada kantong plastik yang berwarna-warni sering tidak diketahui bahan pewarna yang digunakan. Begitu juga dengan plastik yang tidak

(12)

berwarna, perlu diwaspadai penggunaanya. Semakin jernih, bening dan bersih plastik tersebut, semakin sering terdapat kandungan zat kimia yang berbahaya dan tidak aman bagi kesehatan manusia (Koswara, 2006).

7. Bahan pelembut lain yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA. Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati. Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita terkontaminasi oleh DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut (Koswara, 2006).

b. Dampak terhadap Lingkungan

Dibalik manfaatnya yang besar, plastik juga mempunyai dampak yang besar bagi lingkungan karena plastik memiliki sifat sulit terdegradasi

(non-biodegradable) dan bahan pembuat plastik yang umumnya terbuat dari Polychlorinated Biphenyl (PCB). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 1000

tahun agar dapat terdekomposisi dengan sempurna. Sampah kantong plastik yang ditimbun di tempat pembuangan akhir dapat mencemari tanah dan air tanah sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia (Anonim, 2008).

Adapun beberapa akibatnya menurut Chandra (2009) adalah antara lain: 1. Sampah kantong plastik yang menumpuk dapat mengganggu estetika. 2. Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah. 3. Menjadi sarang vektor seperti kecoak di tempat pembuangan

4. Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk yang hidup di bawah tanah.

5. Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.

(13)

6. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.

7. Polychlorinated Biphenyl (PCB) yang tidak dapat terurai termakan oleh binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.

8. Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.

9. Kantong plastik juga menyebabkan banjir karena menyumbat saluran air dan bahkan bisa merusak turbin waduk sebagai pengendali badan air.

10. Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik.

Sampah plastik yang dibuang ke lingkungan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai oleh mikroorganisme sehingga akan menumpuk dan menjadi sarang penyakit dan mengganggu ekosistem sekitar. Karena sifatnya yang sulit diurai, sering kali sampah plastik dibakar. Sedangkan pembakaran sampah yang tidak menggunakan teknologi tinggi dapat berakibat pada pencemaran lingkungan. Sebab hal ini dapat menghasilkan senyawa kimia berbahaya dan beracun yang dikenal dengan nama dioksin (Chandra, 2009).

Jika dioksin berada diudara maka akan dapat terhirup oleh manusia dan masuk ke dalam sistem pernafasan. Risiko bagi manusia yang paling besar adalah jika dioksin diterima tetap sehingga dioksin akan mengendap dalam tubuh manusia walaupun dalam satuan takaran kecil. Dioksin menimbulkan kanker, bertindak sebagai pengacau hormon, dan jika dalam keadaan menyusui maka akan diteruskan dari ibu ke bayi selama menyusui dan mempengaruhi sistem

(14)

reproduksi. Selain mengakibatkan penyakit tersebut, dioksin dengan demikian juga mempengaruhi kemampuan belajar anak yang sangat peka terhadap pencemaran udara (Chandra, 2009).

2. 2. Konsep Minimasi Penggunaan Plastik dengan Prinsip 3R (Reduse, Reuse dan Recycle)

Paradigma yang dipakai oleh Pemerintah dalam hal pengelolaan sampah, umumnya masih konvensional yaitu : kumpul, angkut dan buang. Seiring dengan pertambahan penduduk, tambah lama akan tambah banyak jumlah sampah yang harus ditangani. Defisitnya anggaran dalam penanganan sampah kota menyulitkan pengelola sampah untuk berfikir ke depan dalam upaya pengembangan. Prasarana yang tersedia tambah lama akan semakin tua dan tambah terbatas kemampuannya. (Enri Damanhuri, 2006).

Metode landfill atau TPA membawa konsekuensi akan kebutuhan lahan penampungan yang makin meluas, yang tidak mungkin diakomodasikan oleh lahan perkotaan yang makin sempit dan mahal. Teknologi utama sebuah kota dalam menyelesaikan masalah sampahnya adalah pemusnahan dengan landfilling pada sebuah TPA dan bukan landfilling yang baik, karena hampir seluruh TPA di kota-kota di Indonesia hanya menerapkan apa yang dikenal sebagai open-dumping, yang sebetulnya tidak layak disebut sebagai sebuah bentuk teknologi penanganan sampah. (Enri Damanhuri, 2006).

Konsep 3R merupakan pendekatan yang telah lama diperkenalkan di Indonesia dalam upaya mengurangi sampah mulai dari sumbernya sampai di akhir pemusnahannya. Menurut Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah bahwa prioritas utama yang harus dilakukan oleh semua pihak adalah bagaimana agar mengurangi sampah semaksimal mungkin. Bagian

(15)

sampah atau residu dari kegiatan pengurangan sampah yang masih tersisa selanjutnya dilakukan pengolahan (treatment) maupun pengurungan (landfilling). Pengurangan sampah melalui 3R menurut UU-18/2008 meliputi:

a. Mengurangi atau membatasi (reduce): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit mungkin.

b. Guna-ulang (reuse): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan memanfaatkan kembali limbah tersebut secara langsung.

c. Daur-ulang (recycle): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi. Manfaat dari prinsip 3R dalam upaya pengelolaan sampah, yaitu :

1. Mengurangi beban kerja Tempat Pembuangan Akhir 2. Mengurangi biaya pengelolaan sampah

3. Mengurangi potensi pencemaran air dan tanah 4. Memperpanjang usia Tempat Penampungan Akhir

5. Meningkatkan pendapatan ekonomi karena hasil penjualan dan pemanfaatan limbah

2. 2. 1 Mengurangi (Reduce)

Reduce berarti mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit

mungkin, berarti mengurangi sampah yang kita hasilkan atau mengurangi penggunaan bahan bahan yang bisa merusak lingkungan. Pada tahap inilah peran serta masyarakat perlu ditingkatkan karena dari sini produksi sampah dimulai. Pihak penjual/pengusaha pasar swalayan atau mall dapat dimotivasi untuk membuat kemasan belanja dari bahan organik.

(16)

Hardayanto (2012) menyatakan bahwa negara-negara di Eropa dan USA tidak menganjurkan penggunaan kantong plastik berteknologi “ramah lingkungan” karena hanya akan meningkatkan penggunaan kantong plastik sekali pakai. Konsumen akan berpikir sampah kantong plastik bisa hancur dalam jangka 2 tahun, sehingga pemakaian kantong plastik tetap diminati tanpa memperhitungkan dampak jangka pendek yaitu sampah plastik yang menumpuk dapat mengganggu estetika, menjadi sarang vektor, menghambat proses peresapan air tanah, dan sampah kantong plastik yang dibuang sembarangan dapat menyumbat saluran air dan merusak turbin pengendali badan air.

Menurut Hardayanto (2012) sebagai masyarakat yang perlu dilakukan untuk meminimalisir pengunaan plastik diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Menggunakan tas pakai ulang atau membawa keranjang dari rumah untuk berbelanja, tas pakai ulang kini banyak dijual di supermarket atau bisa juga menggunakan tas kain yang banyak dibagikan di workshop/seminar atau ketika kita membeli barang dengan jumlah tertentu.

2. Meminta kardus bekas sebagai wadah barang belanjaan apabila tidak membawa kantung pakai ulang padahal barang belanjaan banyak. Penggunaan kardus bekas sebagai aksi reuse juga sangat berarti bagi pemulung/tukang rongsok, karena harga jualnya yang lumayan. Berbeda dengan kantung plastik (keresek/ kantung asoy) yang tidak ada harganya. 3. Jika terpaksa menggunakan kantung plastik, usahakan agar bisa digunakan

berulang-ulang (reuse). Hal tersebut dimungkinkan karena kantung plastik konvensional umumnya lebih tebal dibanding kantung plastik yang diklaim “ramah lingkungan”.

(17)

4. Tolaklah dengan halus pemberian kantung plastik untuk pembelian barang berukuran kecil semisal obat/kosmetik/alat tulis. Karena barang belanjaan tersebut bisa langsung dimasukkan ke tas terhindar dari kemungkinan tercecer.

Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak smapah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut. Sebagai contoh penggunaan tas belanja ketika berbelanja di super market untuk menghindari pemberian kantong plastik oleh pihak retailer. Dengan demikian, volume sampah dapat dikurangi sebelum dibuang ke TPA dan dampak yang ditimbulkan pun dapat diminimalisir.

2. 2. 2 Guna Ulang (Reuse)

Reuse berarti menggunakan kembali barang – barang yang masih bisa

dimanfaatkan. Hal ini juga berarti lebih memprioritaskan penggunaan barang yang secara berulang untuk mengurangi timbulan limbah. Seperti penggunaan tas ketika berbelanja. Pada prinsipnya semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah plastik yang dihasilkan. Seringkali jika berbelanja banyak kantong plastik yang dibawa ke rumah dari berbagai toko yang berbeda beda. Padahal plastik tersebut tidak digunakan kembali, terutama untuk plastik yang berukuran kecil. Dengan memakai tas belanja sebagai tempat penyimpan belanjaan, kita dapat menghemat penggunaan kantong plastik, menghemat sumber daya alam karena tidak perlu membuat kantong plastik baru terus menerus.

Beberapa contoh tindakan Reuse menurut Michael Adiwijaya (2010) dalam kehidupan sehari-hari :

(18)

a. Memilih menggunakan wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya menggunakan tas yang dapat dipakai berulang saat berbelanja.

b. Menggunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya menggunakan botol minuman yang dapat digunakan berulang untuk tempat air.

Reuse yaitu Re-use (Memakai kembali) sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang-barang-barang yang

disposable (sekali pakai lalu buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu

pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah (Hadiwijoto, 1983).

Kondisi ini memunculkan suatu wacana dimana kantong plastik yang biasa digunakan sekali pakai oleh konsumen di pasaran diganti dengan tas belanja yang dibawa sendiri oleh konsumen dari rumah yang lebih ramah lingkungan. Dari alternatif ini diharapkan kerusakan lingkungan akibat plastik dapat berkurang sehingga dapat menjamin keberlangsungan kehidupan generasi mendatang.

2. 3. Perilaku

Faktor penentu perilaku manusia sangat sulit dibatasi karena perilaku merupakan hasil resultansi dari beberapa faktor, baik internal mau pun eksternal (lingkungan). Secara lebih rinci perilaku manusia sebenarnya refleksi dari berbagai gejala kejiawaan, seperti pengetahuan, keingingan, kehendak, minat motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmojo, 1993).

2. 3. 1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

(19)

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, di dapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kongnitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

1. Tahu (know)

Tahu artikan sebagai mengigat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengigat kembali (recail) terdapat suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang pelajari atau rangsangan yang harus diterima. Oleh sebab itu, ”tahu” ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprentasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus melakukan tindakan reuse dan reduse dalam penggunaan plastik.

(20)

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat melakukan tindakan reuse reduse dalam kehidupan sehari – hari dengan benar.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat mengambarkan (membuat bagan) , membedakan, memisahkan, mengelompok dan sebagainya.

5. Sintesis (synthensisi)

Analisis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintensis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun dapat merencanakan, dapat merigankan, dapat menyusuaikan, dapat meringkaskan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justipikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya : dapat menafsirkan sebab-sebab tingginya jumlah konsumsi plastik.

(21)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).

2. 3. 2 Pengetahuan dalam membentuk prilaku

Skinner (1938) dalam buku Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable

behavior. Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di

dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :

a. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik.

(22)

Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.

Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada (Notoatmodjo, 2007).

2. 4. Partisipasi

Partisipasi adalah keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu. Partisipasi sangat ditentukan oleh kepercayaan terhadap rekanan, media, atau lainnya yang terlibat dalam suatu kegiatan. Partisipasi dalam suatu kegiatan akan tumbuh dengan baik apabila penjual mampu menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh konsumen. Ketika konsumen merasakan bahwa penjual telah menjaga dengan baik kepercayaan yang diberikan maka konsumen dengan senang hati akan terus meningkatkan partisipasinya. Bahkan dalam situasi tertentu, konsumen akan mengajak atau memberitahukan kepada rekannya untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Sesuai dengan theory of reasoned action (TRA) oleh Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Song dan Zahedi (2003), disimpulkan bahwa kepercayaan akan membentuk sikap seseorang, sehingga akan mempengaruhi niat dan perilaku seseorang. Berdasarkan teori tersebut, maka kepercayaan seseorang terhadap penyedia layanan akan mempengaruhi intensitasnya dalam berpartisipasi untuk menggunakan tas saat berbelanja.

(23)

2.5 Kerangka Konsep Karakteristik Usia Jenis Kelamin Pendidikan Tingkat Pendapatan Pekerjaan

Partisipasi Menggunakan Tas Belanja

Pengetahuan

Pengetahuan tentang reduce dan reuse

Referensi

Dokumen terkait

tomis sąlygomis L. pažeidi- mas negalėjo sukelti nei autoįvykio, nei kūno sužaloji- mo R. Įvykio vietos apžiūros protokole ir įvykio vie- tos schemoje pažymėta, kad

Substansi Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah sudah sangat jelas bahwa di dalam Pasal 40 ayat (2) memberikan kewajiban kepada PPAT

Mengingat TB paru merupakan penyakit yang menular sehingga kepatuhan dalam pengobatan TB paru merupakan hal penting untuk dianalisis, serta belum adanya gambaran mengenai tingkat

Praktikan tidak akan terlepas dari perlatan elektronik yang menuntut praktikan untuk menggunakannya dengan baik dan benar, selain demi melancarkan tujuan praktikum juga

Staphylococcus aureus dengan hasil konsentrasi ekstrak 50% sebesar 5,34 mm; konsentrasi ekstrak 75% sebesar 9,40 mm; konsentrasi ekstrak 100% sebesar 12,43 mm, aquadest

Sedangkan implikasi teori belajar Thorndike bagi guru diantaranya adalah mampu memulihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan

Pendekatan (al-madkhal/approach). Pendekatan yaitu sekumpulan pemahaman mengenai bahan pelajaran yang mengandung prinsip-prinsip filosofis. Jadi pendekatan merupakan

Kami berhasil dengan penjualan properti yang kuat sepanjang tahun dari proyek-proyek kami di Summarecon Kelapa Gading dan Summarecon Serpong, dengan volume “ marketing sales ”, yang