• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi Jenis-Jenis Ikan yang Ditemukan di Estuari Sungai Tanjung Belimbing Kabupaten Sambas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Inventarisasi Jenis-Jenis Ikan yang Ditemukan di Estuari Sungai Tanjung Belimbing Kabupaten Sambas"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

47

Inventarisasi Jenis-Jenis Ikan yang Ditemukan di Estuari Sungai

Tanjung Belimbing Kabupaten Sambas

Abu Khoir Ridwan1, Tri Rima Setyawati1, Ari Hepi Yanti1

1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak,

email korespondensi: khoirabu@gmail.com

Abstract

Potential of fishery in the estuarine ecosystem is quite high, for example in the area of Tanjung Belimbing River in Subdistrict of Paloh, Sambas Regency. This research aims to find out the species of fish that found in these waters. The research was carried out for three months from February to April 2015 in Tanjung Belimbing River estuary. Fish samples were taken at four stations and categorized based on the

environmental condition.

There were 18 species of fish found in the location which are grouped into 13 families i.e. Ariidae, Carangidae, Clupiedae, Cynoglossidae, Engraulidae, Leiognathidae, Mullidae, Platycephalidae, Pristigasteridae, Sciaenidae, Synodontidae, Tetraodontidae and Trichiuridae. Fishes from family Carangidae and Engraulidae were dominant in this research with 3 species.

Keywords: Tanjung Belimbing River, estuary, fish, inventory

PENDAHULUAN

Kalimantan Barat memiliki potensi yang besar di bidang perikanan, terutama di Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas. Ditinjau dari segi produksi, Kecamatan Paloh memiliki beberapa kawasan yang menjadi penyumbang sektor perikanan dalam jumlah besar. Potensi bidang perikanan tersebut salah satunya berasal dari aliran Sungai Tanjung Belimbing yang bermuara langsung dengan laut. Sungai Tanjung Belimbing merupakan salah satu muara yang selalu didatangi oleh nelayan untuk menangkap ikan dan biota perairan lainnya. Diperkirakan jumlah populasi ikan di Sungai Tanjung Belimbing sudah mengalami penurunan. Tidak hanya karena penangkapan yang berlebihan, pola aktivitas masyarakat yang terjadi di sekitar sungai, seperti pembukaan lahan untuk pemukiman penduduk, penebangan hutan mangrove, dan aktivitas penyeberangan kapal motor juga telah mengganggu keseimbangan ekosistem sungai. Hal ini jika dilakukan secara terus-menerus akan berdampak negatif terhadap mutu air sungai dan merusak ekosistem perairan di sekitarnya. Rusaknya ekosistem perairan berdampak pula pada kehidupan ikan, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Beberapa penelitian tentang keragaman jenis ikan di daerah estuari pernah dilakukan, diantaranya di Estuari Mayangan Jawa Barat. Berdasarkan habitat

yang ditempatinya, spesies ikan terbanyak ditemukan di pantai terbuka yaitu 61 spesies, di muara sungai ditemukan 16 spesies, 1 spesies di alur sungai berhutan mangrove dan di anak sungai ditemukan sebanyak 12 spesies (Zahid et al., 2011). Penelitian lain juga pernah dilakukan di Estuari Sungai Pami, Manokwari yang mendapatkan komposisi ikan sebanyak 11 spesies yang terdiri dari 3 ordo dan 8 famili (Runda et al., 2011). Penelitian serupa juga pernah dilakukan di ekosistem mangrove di Kedung Malang, Jepara. Hasil penelitian menunjukan terdapat 10 famili ikan (Redjeki, 2013). Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa jenis-jenis ikan yang ada di ekosistem estuari sangat beragam dan menarik untuk dikaji. Minimnya data mengenai jenis-jenis ikan di Kalimantan Barat khususnya di estuari Sungai Tanjung Belimbing, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, menjadi dasar perlu dilakukannya penelitian mengenai potensi jenis-jenis ikan di daerah pesisir sungai.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari Pebruari hingga April 2015. Lokasi penelitian dilakukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Identifikasi jenis ikan dilakukan di lapangan dan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak.

(2)

48 Gambar 1. Peta Letak Stasiun Penelitian (Mapsource, 2016)

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan sampel ikan adalah jaring insang (gill net) dengan ukuran mash size 2,5 cm, coolbox, GPS GARMIN Etrex 30, kamera, gunting, spidol permanen, jarum, plastik packing, number tagging, meteran jahit, benang, jangka sorong, mistar, pinset dan serokan. Bahan-bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, akuades, formalin 4% dan formalin 10%.

Penentuan Stasiun Penelitian

Berdasarkan hasil survei awal penelitian, diketahui ada 4 rona yang berbeda yang menjadi stasiun pengambilan sampel ikan di estuari Sungai

Tanjung Belimbing, Kabupaten Sambas (Tabel 1 dan Gambar 1).

Pengambilan Sampel

Penangkapan ikan di setiap stasiun menggunakan jaring insang (gill net) yang berukuran panjang 60 m dan lebar 2 m dengan mata jaring 2,5 cm. Jaring insang (gill net) dipasang mulai pukul 06.30 WIB dan diangkat kembali pada pukul 06.30 WIB hari berikutnya (24 jam). Pemasangan jaring insang (gill net) dilakukan sebanyak 3 titik yaitu pada sisi kiri, tengah dan kanan tepian sungai pada setiap stasiun (Siagan, 2009).

Tabel 1. Rona Lingkungan Setiap Stasiun

Stasiun Titik Koordinat Rona Lingkungan

1 N 01

°46’42.7”

E 109°18’05.1” Area muara sungai, didominasi mangrove Sonneratia sp.

2 N 01

°47’41.6” E 109°19’58.6”

Area dekat pemukiman penduduk, didominasi mangrove Bruguiera sp. dan Nypa sp.

3 N 01

°49’19.6” E 109°21’20.2”

Area penyeberangan kapal motor, didominasi mangrove Bruguiera sp. dan Nypa sp.

4

N 01°50’05.7”

(3)

49 Preparasi dan Identifikasi Sampel

Semua jenis ikan yang diperoleh di lapangan dianestesi dalam wadah berisi air. Isi perut ikan dipisahkan dan tubuhnya disuntik dengan larutan formalin 4%. Sampel ikan disimpan dalam larutan formalin 10%. Setelah 1 minggu sampel ikan dipindahkan ke dalam toples berisi larutan alkohol 70% (Roberts 1989; Kottelat et al.,1993). Sebelum diidentifikasi, sampel ikan yang tertangkap difoto terlebih dahulu. Proses identifikasi pada ikan meliputi pengukuran morfometri dan pengamatan ciri-ciri morfologi. Sampel ikan yang diperoleh

diidentifikasi dengan buku Kottelat et al. (1993), Roberts (1989), Matsuda et al. (1975), Carpenter & Niem (1999) dan White et al. (2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Ikan yang tertangkap di estuari Sungai Tanjung Belimbing Kabupaten Sambas berjumlah 18 spesies yang dikelompokan menjadi 13 famili. Jenis ikan terbanyak didominasi oleh famili Carangidae dan Engraulidae masing-masing berjumlah 3 spesies (Tabel 2).

Tabel 2. Karakter Morfometri dan Frekuensi Kehadiran (FK) Jenis Ikan yang Ditemukan di Estuari Sungai Tanjung Belimbing

Pembahasan

Spesies ikan yang ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing Kabupaten Sambas sebanyak 18 spesies yang di kelompokkan menjadi 13 famili yaitu Ariidae, Carangidae, Clupiedae, Cynoglossidae, Engraulidae, Leiognathidae, Mullidae, Platycephalidae, Pristigasteridae, Sciaenidae, Synodontidae, Tetraodontidae, dan Trichiuridae (Tabel 2). Beberapa famili ikan yang ditemukan serupa dengan penelitian yang telah dilakukan di Estuari Mayangan, Jawa Barat yaitu Engraulidae, Pristigasteridae, Clupiedae, Synodontidae, Ariidae, Carangidae, Leiognathidae, Sciaenidae, Trichiuridae, Cynoglossidae, Platycephalidae, Tetraodontidae dan Pristigasteridae (Zahid et al. 2011). Namun,

ada satu famili yang tidak ditemukan di Estuari Mayangan, Jawa Barat tetapi ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing, Kabupaten Sambas, yaitu famili Mullidae. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti letak geografis lokasi pengambilan sampel dan kondisi lingkungan perairan. Kondisi lingkungan Estuari Mayangan didominasi oleh daerah pantai terbuka, banyak muara sungai dan alur sungai berhutan mangrove yang lebih luas dibandingkan dengan Estuari Sungai Tanjung Belimbing, menyebabkan perbedaan jenis ikan yang diperoleh. Menurut Laevastu dan Hayes (1987), kondisi lingkungan dapat berpengaruh terhadap metabolisme dan distribusi ikan di perairan, karena setiap individu

Famili Spesies Nama Lokal/Nama

Indonesia Panjang Total (cm) Panjang Standar (cm)

Ariidae Notarius sp. (n: 5) Sangat/ Manyung 13.22-14.16 11.17-12.34

Carangidae Alepes sp. (n: 5) Geronggong 8.31-10.02 6.82-8.03

A. kleinii (n: 5) Calang mate/ Mata besar 15.01-15.40 12.81-13.06

Carangoides malabricus (n: 2) Biji semangke/ Kuweh 6.91-7.02 5.74-5.81

Clupeidae Clupanodon thrissa (n: 5) Selangat 9.62-10.38 8.74-9.24

Sardinella jussieui (n: 5) Tamban/ Sarden 12.80-13.24 10.02-10.53

Cynoglossidae Cynoglossus robustus (n: 2) Sepiak/ Lidah 16.50-17.10 16.00-16.20

Engraulidae Coilia dussumieri (n: 5) Bilis bulu ayam/ Bilis 11.31-11.75 11.11-11.54

Setipinna taty (n: 5) Bilis kelampa'/ Bilis 12.01-12.21 9.82-10.25

Stolephorus indicus (n: 5) Bilis nasi/ Teri 10.82-11.16 8.30-8.44

Leiognathidae Secutor rocunius (n: 5) Petek 7.24-7.50 5.10-5.53

Mullidae Upeneus sulphureus (n: 5) Kuniran 10.04-10.29 8.66-8.82

Platycephalidae Grammoplites scaber (n: 2) Baji/ Paut-paut 18.00-20.00 10.2-12.8

Pristigasteridae Ilisha elongate (n: 5) Krisi/ Beliak mata 7.37-7.76 5.46-6.12

Sciaenidae Johnius coitor (n: 4) Gelamak/ Gulamah 9.28-9.53 7.01-7.34

Synodontidae Saurida filamentosa (n: 3) Butuh cine/ Beloso 10.14-10.63 8.24-8.92

Tetraodontidae Lagocephalus spadiceus (n: 5) Buntal 10.00-15.05 7.20-11.20

(4)

50 ikan menyukai habitat dan kondisi lingkungan yang

berbeda.

Anggota famili Carangidae dan Engraulidae merupakan ikan yang banyak ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing, masing-masing sebanyak 3 spesies. Banyaknya ikan yang ditemukan dari famili Carangidae dan Engraulidae dikarenakan sangat mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan di sekitarnya dan memiliki

sebaran yang luas. Alepes sp., A. klenii, dan C. malabricus merupakan anggota famili

Carangidae yang sebagian besar ditemukan di muara sungai yang berbatasan langsung dengan laut lepas. Menurut Day (1981) ikan dari famili Carangidae merupakan spesies pendatang (migran) dari laut dan paling banyak ditemukan pada perairan estuari, baik di daerah tropis maupun subtropis.

Setipinna taty, Stolephorus indicus dan Coilia dussumieri merupakan jenis ikan dari famili Engraulidae yang ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing. Masyarakat setempat mengenal ikan dari famili Engraulidae ini dengan sebutan ikan teri. Ciri-ciri umum ikan dari famili Engraulidae yang ditemukan pada penelitian ini memiliki bentuk sungut meruncing, mulut besar dan panjang total (PT) berkisar antara 10-12 cm. White et al. (2013) menyatakan bahwa famili Engraulididae memiliki panjang total berkisar antara 10-22 cm. S. taty ditemukan di semua stasiun penelitian yakni di muara sungai (St 1), area dekat pemukiman penduduk (St 2), area dekat penyeberangan (St 3) dan anakan sungai (St 4). Sedangkan jenis S. indicus dan C. dussumieri hanya ditemukan di 3 stasiun yang berbeda. Perbedaan ini dapat disebabkan beberapa faktor, seperti lokasi pengambilan dan sebaran ketiga ikan tersebut di daerah estuari. Menurut Kottelat et al. (1993), kelompok famili Engraulidae merupakan

spesies estuari sejati, tersebar merata, memanfaatkan daerah muara sungai dan hutan

mangrove sebagai tempat pemijahan dan pembesaran anakan, sehingga telur dan larvanya mudah dijumpai di daerah muara ataupun di perairan sekitar mangrove.

Ikan baji-baji (G. scaber) merupakan satu-satunya anggota dari famili Platycephalidae yang ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing. Karakteristik dari G. scaber yang ditemukan memiliki bentuk tubuh picak (depressed), terdapat duri yang tajam di semua sisik pada linea lateralis dan tubuh bagian dorsal berwarna cokelat gelap. G. scaber pada penelitian ini hanya ditemukan di St 1 dan St 2. Menurut Carpenter & Niem (1999), ikan baji-baji (G. scaber) termasuk kelompok ikan

demersal yang hidup pada substrat berlumpur atau berpasir hingga pada kedalaman 55 m. Ikan ini biasanya ditemukan di daerah-daerah pantai berlumpur di area muara sungai. Hasil pengukuran panjang total G. scaber berkisar antara 18-20 cm. White et al. (2013) menyatakan bahwa G. scaber memiliki panjang total mencapai 30 cm.

Anggota dari famili Ariidae yang ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing adalah Notarius sp. atau dikenal dengan nama ikan sangat. Ciri-ciri morfologi dari Notarius sp. memiliki 1-3 sungut di sisi bagian bawah mulutnya, mempunyai sirip lemak (adipose fin) dan bagian ventral tubuh didominasi oleh warna putih. Pada penelitian ini, ikan dari famili Ariidae ditemukan di semua stasiun pengambilan sampel. Menurut Cem (1990), famili Ariidae merupakan ikan predator yang memanfaatkan lingkungan mangrove sebagai tempat nursery dan feeding ground, sehingga banyak dijumpai di aliran sungai dan estuari. Selain itu, ikan dari famili Ariidae bersifat demersal amphidromous, merupakan bottom feeder dan bersifat karnivor terhadap Avertebrata dan ikan-ikan kecil.

Ikan dari famili Leiognathidae yang ditemukan pada penelitian ini adalah Secutor rocunius atau yang biasanya dikenal dengan nama ikan petek. S. rocunius yang ditemukan mempunyai bentuk tubuh pipih (compressed), bentuk ekor bercagak (forked) dan mulut bersifat protracted

.

Panjang tubuh total (PT) dari ikan petek yang diukur berkisar antara 7-7.5 cm. White et al. (2013) menyatakan bahwa genus Secutor memiliki kisaran panjang total 10-10.5 cm. S. rocunius ditemukan pada 3 stasiun yang berbeda di estuari Sungai Tanjung Belimbing yaitu di St 1, St 2, dan St 3. Badruddin et al. (1984) menyatakan bahwa ikan petek merupakan ikan demersal yang hidup berkelompok di dasar perairan dangkal hingga kedalaman lebih dari 60 m. Secara ekologis ikan petek merupakan jenis ikan pemakan plankton yang sangat mempengaruhi rantai makanan dalam ekosistem perairan estuari (Lisnawati, 2004). Anggota famili Clupeidae yang ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing adalah Clupanodon thrissa dan Sardinella jussieui. C. thrissa memiliki tubuh pipih (compressed), bentuk ekor bercagak (forked) dan panjang tubuh total (PT) 9-10 cm sedangkan S. jussieui memiliki bentuk tubuh compressed, bentuk ekor bercagak (forked) dan panjang tubuh total (PT) 12-13 cm. White et al. (2013) menyatakan bahwa kisaran panjang total ikan anggota famili Clupeidae

(5)

51 mencapai 11-28 cm. C. thrissa ditemukan di semua

stasiun pengambilan sampel, sedangkan S. jussieui hanya ditemukan di 2 stasiun yaitu di St 1 dan St 2. Menurut Zahid et al. (2011), ikan dari famili Clupeidae merupakan jenis ikan pelagis dan termasuk jenis ikan estuari sejati yang umumnya berkelompok dan biasanya tersebar di wilayah perairan pantai dan mangrove. Semua siklus hidup ikan dari famili Clupeidae secara lengkap terjadi di estuari, sehingga sangat mudah ditemukan di sekitar perairan estuari bahkan dalam jumlah yang sangat banyak.

Cygnogossus robustus termasuk famili Cynoglossidae yang merupakan ikan penghuni dasar perairan. C. robustus yang ditemukan memiliki bentuk khas seperti lidah, mata terletak pada sisi kiri tubuh, bentuk ekor meruncing (pointed) dan panjang tubuh total (PT) berkisar antara 16-17 cm. Menurut White et al. (2013) panjang tubuh total famili Cynoglossidae bisa berkisar antara 13-40 cm. Hasil penelitian menunjukan bahwa C. robustus hanya ditemukan di St 1 dan St 2. Hal ini diduga berhubungan dengan sifat hidup C. robustus yang merupakan ikan yang relatif pasif bergerak, sehingga penyebarannya tidak terlalu jauh di daerah estuari dan terkadang hanya ditemukan di daerah pantai. Hal ini juga didukung oleh Damalas et al. (2009) yang menyatakan bahwa ikan-ikan flatfish (termasuk dalam famili Cynoglossidae) banyak ditemukan di daerah estuari dengan substrat dasar pasir atau pasir berlumpur.

Jenis ikan lainnya yang ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing adalah ikan buntal (Lagocephalus spadiceus) yang termasuk dalam famili Tetraodontidae. Berdasarkan pengamatan di lapangan, ikan buntal yang diperoleh memiliki ciri khas tubuhnya bisa mengembang hingga 3 kali lipat dari ukuran normal. Selain itu, ikan buntal juga memiliki duri di setiap bagian tubuhnya yang berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari predator. Berdasarkan hasil penelitian ini, L. spadiceus ditemukan di St 1, St 2, dan St 3, namun, tidak ditemukan di daerah anakan sungai. Menurut Robertson & Alongi (2004), ikan buntal banyak ditemukan hidup di perairan dekat pantai dan menyukai habitat dengan kondisi substrat lunak seperti pasir dan lumpur. Hasil pengukuran panjang tubuh total L. spadiceus berkisar antara 10-13 cm. L. spadiceus pada umumnya memiliki panjang tubuh total mencapai 20 cm (White et al., 2013). Famili Sciaenidae yang ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing adalah Johnius coitor. Masyarakat pada umumnya mengenal ikan ini

dengan sebutan ikan gulamah. Ciri-ciri morfologi J. coitor yang ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing di antaranya bentuk badan pipih (compressed), ekor berbentuk baji (wedge shape) dan panjang tubuh total (PT) berkisar antara 9-9.5 cm. Menurut Tambunan (2006) ikan gulamah memiliki panjang total maksimal tubuh mencapai 25 cm, dan umumnya yang tertangkap berukuran 15 cm. J. coitor hanya ditemukan di St 1. Hal ini dikarenakan muara sungai merupakan tempat yang paling disukai J. coitor untuk beraktivitas mencari makan (feeding ground). Sumber zat hara dan bahan organik yang melimpah, menyebabkan sejumlah ikan bergantung pada estuaria karena terdapat berbagai organisme perairan seperti bentos dan plankton. Menurut Kotellat et al. (1993), komposisi jenis-jenis makanan ikan gulamah (J. coitor) umumnya berupa fauna bentik (spesies demersal). Kelompok ikan demersal atau benthopelagic sering ditemukan di daerah pantai dan muara-muara sungai yang bervegetasi mangrove.

Upeneus sulphureus merupakan satu-satunya anggota dari famili Mullidae yang ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing. Di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk di lokasi penelitian ikan ini dikenal dengan sebutan ikan biji nangka atau ikan kuniran. Pada penelitian ini U. sulphureus ditemukan pada St 2, St 3, dan St 4. Menurut Genisa (1999), U. sulphureus merupakan jenis ikan demersal yang sebagian besar hidupnya berada di dasar perairan. Ikan ini pada umumnya hidup di perairan pantai maupun daerah mangrove, membentuk gerombolan dan makanannya berupa organisme-organisme yang hidupnya di dasar perairan. Hasil pengukuran morfometri panjang total tubuh U. sulphureus mencapai 10 cm. Menurut White et al. (2013) U. sulphureus pada umumnya memiliki panjang tubuh total 20 cm. Anggota famili Trichiuridae yang ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing yaitu Trichiurus lepturus. Ciri-ciri morfologi ikan ini diantaranya bentuk tubuhnya memanjang, bagian atas kepala berwarna ungu agak gelap, rahang bertaring, sirip dorsal kuning dengan pinggiran gelap dan seluruhnya badannya didominasi oleh warna perak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saanin (1968) bahwa ikan-ikan dari famili Trichiuridae jika dalam keadaan hidup berwarna keperak-perakan dan jika pada keadaan mati akan berwarna perak keabuan atau sedikit keunguan. Panjang Tubuh Total (PT) ikan layur yang diperoleh berkisar antara 49-50 cm. Menurut Nakamura & Parin (1993), ikan layur (T. lepturus) pada umumnya memiliki panjang tubuh maksimum

(6)

52 sebesar 100 cm, dan ikan yang sering tertangkap

berukuran 50-100 cm. Ikan layur (T. lepturus) pada penelitian ini hanya ditemukan di St 1 yang posisinya langsung berhubungan dengan laut. Menurut Ball & Rao (1984), habitat utama dari ikan layur adalah perairan laut, namun ikan ini terkadang memasuki estuari dan umumnya hidup di perairan yang dalam dengan substrat dasar berlumpur.

Jenis ikan lainnya yang ditemukan di Estuari Sungai Tanjung Belimbing adalah Ilisha elongata yang berasal dari famili Pristigasteridae. Ciri-ciri morfologi I. elongata yang ditemukan antara lain mempunyai bentuk tubuh pipih (compressed), tubuh berwarna keperakan, sirip ekor bercagak (forked) dan

sirip anal berukuran sangat

panjang

. I. elongata dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan ikan krisi. Penyebaran I. elongata pada penelitian umumnya di perairan pantai terbuka atau muara sungai. Menurut Genisa (1999), I. elongata umumnya hidup bergerombol dalam kelompok kecil, tergolong ikan pelagis kecil dengan daerah penyebaran di perairan pantai dan muara sungai di seluruh Indonesia, terutama di Laut Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Selatan.

Ikan dari famili Synodontidae yang ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing adalah Saurida filamentosa (ikan beloso). Ciri-ciri S. filamentosa yang ditemukan pada penelitian ini memiliki bentuk tubuh sagittiform, bentuk ekor bercagak (forked) dan warna permukaan tubuh cokelat kemerah-merahan. Menurut Shindo dan Yamada (1972), S. filamentosa merupakan salah satu spesies dari famili Synodontidae yang ditemukan di

Indonesia selain S. elongata, S. tumbil, S. micropecoralis, S. undosquamis, S. longimanus,

S. grasilis, dan S. isarankurai. S. filamentosa pada penelitian ini hanya ditemukan di St 1 yaitu di muara sungai dekat daerah pantai dengan substrat

dasar berlumpur. Menurut Widodo (1980), S. filamentosa merupakan jenis ikan demersal yang

memiliki nilai tangkap tertinggi di substrat dasar berlumpur.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ridha, Rasyid, Jani, Rian, Rino, Aris, Andi yang telah membantu dalam proses pengambilan sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Badruddin, M, Martosewojo, S, Djamali, A, Moeljanto R, 1984, Perikanan Demersal di Indonesia, Lembaga Oseanologi Nasional, LIPI, Jakarta

Ball, DV, & Rao KV, 1984, Marine fisheries, Tata Mc, Graw-Hill Publishing Company, Limited, New Delhi

Carpenter, KE, & Niem, VH, (eds), 1999, FAO species

identification guide for fishery purposes, The

living marine resources of the Western Central Pacific, Volume 4, Bony fishes part 4

(Mugilidae to Carangidae), Rome, FAO, pp.

2069-2790.

Cem, PS, 1990, Some aspects of the Biology of Arius

truncatus (C.&V.) and Arius caelatus (Val.)

(Osteichthyes, Tachysurudae) in the Sungai Salak Mangrove Estuary¸ Sarawak, Malaysia,

Fish. Bull, vol 63, hal. 1-28.

Damalas, D, Katsanevakis, S, Maravelias, CD, & Karageorgis, AP, 2009, Habitat selection of flatfish in relation to Spatial, temporal and environmental parameters in the Aegean sea, Proceedings 9th Symposium on Oceanography

& Fisheries 2009, vol. ΙΙ, hal. 777-782

Day, JH, 1981, The nature, origin and classification of estuaries, in estuarine ecology with particular

reference to Southern Africa, JH, Day (Ed.),

Cape Town, pp. 1-6

Genisa, AS, 1999, Keanekaragaman ikan di daerah mangrove Sungai Banyuasin, Sumatra Selatan

Dalam: S. Soemodihardjo, K. Romimohtarto,

Suhardjono (eds.), Prosiding Seminar VI

Ekosistem Mangrove, Pekanbaru, 15-18

September 1998, Panitia Program MAB

Indonesia LIPI, hal. 261-272

Kottelat, M, Whitten, AJ, Kartikasari, SN, dan Wiroatmodjo, S, 1993, Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air

Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi),

Periplus Editions Limited, Jakarta

Laevastu, T, & ML, Hayes, 1987, Fisheries

Oceanography and Ecology. Fishing New

Books Ltd, England

Lisnawati, S, 2004, Kebiasaan Makanan Ikan Petek (Leiognathus equulus, Forsskal 1775) di Perairan Pantai Mayangan, Subang, Jawa

Barat, Skripsi, Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor Matsuda, H, Amaoka, K, Arega, C, Uyona T, and Yoshino, T, 1975, The Fishes of The Japanesse

Archipelago,Tokai University Press, 370 pp

Nakamura, I dan NV, Parin, 1993, FAO Species

Catalogue, Vol 15, Snake Mackerels and

Cutlassfishes of The World (Families Gempyldiae and Trichiuridae), An Annotated and Ilustrated of The Snake Mackerels, Snoeks, Escolars, Gemfishes, Domine, Oilfish, Cutlassfishes, Hairtails, and Frostifishes Known To Date, FAO Fish Synops, Rome

(7)

53 Redjeki, S, 2013, Komposisi dan Kelimpahan di

Ekosistem Mangrove di Kedung Malang Jepara, Jurnal Ilmu Kelautan, vol. 18, no. 1 Roberts, TR. 1989, The Fresh Water Fishes of Western

Borneo (Kalimantan Barat, Indonesia),

California., Academica, Science, Mem Robertson, AI, & DM, Alongi 2004, Tropical mangrove

ecosystem, Washington, DC: American

Geophysical Union, pp. 63-100

Runda, SW, Selfanie, T & Fanny, FCS, 2011, Komposisi Jenis Ikan di Muara Sungai Pami Manokwari,

Jurnal Perikanan dan Kelautan, vol. 7, no. 1,

hal. 81

Saanin, H, 1968, Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I, Bandung, Binatjipta

Shindo, S & Yamada, U, 1972, Descriptions of three new species of The Lizardfish genus Saurida, with a key to its Indo-Pacific species, Vol. 1-13, no. 12, hal.1-14

Siagan, C, 2009, Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan Serta Keterkaitannya dengan Kualitas Perairan di Danau Toba Balige Sumatera

Utara, Tesis, Universitas Sumatera Utara,

Sumatera Utara

Tambunan, P, 2006, Ikan-Ikan Laut Pelagis dan

Demersal, Departemen Kelautan dan

Perikanan, Jakarta

White W.T., Last P.R., Dharmadi, Faizah R., Chodrijah U., Prisantoso B.I., Pogonoski J.J., Puckridge M. and Blaber S.J.M. 2013. Market fishes of

Indonesia (Jenis-jenis ikan di Indonesia).

ACIAR Monograph No. 155. Australian Centre for International Agricultural Research: Canberra. 438 pp.

Widodo, J, 1980. Toksisitas Biota Laut Disebabkan oleh

Pencemaran Merkuri. LPPL Semarang. 6 p

Zahid, A, Simanjuntak, CPH, Rahardjo MF & Sulistiono, 2011, Iktiofauna Ekosistem Estuari Mayangan, Jawa Barat, Jurnal Iktiologi

Gambar

Tabel 1. Rona Lingkungan Setiap Stasiun
Tabel 2. Karakter Morfometri dan Frekuensi Kehadiran (FK) Jenis Ikan yang Ditemukan di Estuari  Sungai    Tanjung Belimbing

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan yang diperoleh dari harga jual genteng Beton Mulia jika menggunakan harga pokok produksi dengan metode full costing menghasilkan perhitungan yang lebih akurat karena

Pada penelitian selanjutnya yaitu Sistem Pakar Mendiagnosa Penyaki kulit wajah menggunakan metode Certainty Factor yang dilakukan oleh Fristi Riandari hasilnya aplikasi

Guru perlulah mempunyai pengetahuan tentang bagaimana untuk menggunakan warna dengan baik, memasukkan elemen-elemen irama dan dalam masa yang sama menggunakan ruang

Untuk proses sintesa Fe 3 O 4 digunakan bejana kaca berdimensi 12×10×15 cm berisi larutan elektrolit demin water dan sintesa dilakukan dengan mengalirkan arus DC pada

Di sisi lain, karena yield yang didapatkan masih relatif rendah, yakni 31,38% untuk asam dan 2,34% dalam suasana basa, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

di kalangan mereka yang tidak setuju terhadap istilah “Islam Nusantara” ada yang beranggapan bahwa 1). Islam itu adalah Islam dan sudah sempurna, tidak perlu ditambah-tambah

Reaktor anaerobik lekat diam terendam ( Fixed Bed Reaktor ) dengan menggunakan media penyangga potongan bambu dapat digunakan sebagai alat pengolah limbah cair organik

Peta sebaran cadangan karbon dapat diperoleh melalui tahapan perhitungan nilai NDVI pada citra, kemudian dibuat persamaan regresi linear untuk mengetahui korelasi