• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trimester III di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trimester III di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III

DI PUSKESMAS SIDOREJO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh : GEDE ROBIN NPM. 11320022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FK UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG 2015

(2)

ii

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III

DI PUSKESMAS SIDOREJO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh : GEDE ROBIN NPM. 11320022

Disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FK UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG 2015

(3)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III DI PUSKESMAS SIDOREJO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2015

Nama : Gede Robin NPM : 11320022

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk seminar hasil skripsi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.

Bandar Lampung, Juli 2015

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III DI PUSKESMAS SIDOREJO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2015

Nama : Gede Robin NPM : 11320022

Diterima oleh Tim Penguji pada Ujian Sidang Skripsi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun akademik 2011.

Penguji I : Triyoso, S.Kep., Ns., M.Kes ____________

Penguji II : Rahma Elliya, S.kp., M.Kes ____________

Penguji III : Aryanti W, Ns., M.Kep., Sp.Mat ____________

Tanggal Ujian : Juli 2015

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Malahayati Bandar Lampung

(5)

v ABSTRAK

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

di Puskesmas Sidorejo Lampung Timur Tahun 2015

Oleh : Gede Robin

Wanita hamil yang telah memasuki usia kandungan trimester III mengalami gangguan tidur akibat rasa cemas menjelang proses persalinan. Khususnya ketika ibu hamil baru pertamakali mengalami kehamilan (primigravida). Di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur jumlah ibu hamil primigravida mencapai 35 orang, yang mengalami kecemasan sedang-berat sebanyak 24 (68,6 %) dan yang mengalmi kualitas tidur buruk sejumlah 24 orang (68,6%). 20 orang (83,3%) yang mengalami kecemasan sedang-berat mengalami kualitas tidur yang buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil trimester III di Puskesmas Sidorejo Lampung Timur Tahun 2015.

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain survey analitik. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional. Total populasi ibu hamil primigravida di Puskesmas Sidorejo Lampung Timur adalah 75 orang. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 35 orang yaitu ibu hamil primigravida trimester III, dengan menggunakan tekhnik purposive sampling. Instrumen penelitian terdiri dari kuesioner HARS untuk mengukur tingkat kecemasan dan PSQI untuk mengukur kualitas tidur. Analisa bivariat yang digunakan yaitu menggunakan rumus chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 35 ibu hamil primigravida trimester III, 65,7% menunjukan tingkat kecemasan sedang sampai kecemasan berat dan 68,6% menunjukan kualitas tidur buruk. Hasil dari penelitian ini diperoleh p-value = 0,015 yang berarti adanya hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil primigravida trimester III. Hasil penelitian didapatkan hasil OR = 8,750. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti tentang gambaran faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pada ibu hamil trimester III.

Kata Kunci : Tingkat kecemasan; kualitas tidur; primigravida; kehamilan trimester III.

(6)

vi ABSTRACT

The Correlation Between Anxiety Levels and Sleep Quality Maternal Primigravidae Trimester III

In PHC Sidorejo East Lampung 2015

By: Gede Robin

Pregnant women when entering the third trimester of pregnancy will sleep disorders cause‟s anxiety ahead of the birth process. Especially when pregnant women is first pregnancy (primigravida). The PHC Sidorejo, East Lampung number of primigravidae pregnant women reached 35 people, who experience moderate to severe anxiety were 24 (68.6 %) a and those with poor sleep quality a number of 24 people (68.6 %) . 20 people (83.3 %) who experienced moderate to severe anxiety experienced poor sleep quality. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of anxiety with sleep quality third trimester pregnant women in health centers Sidorejo East Lampung 2015.

This research was a quantitative analytical survey design. The design of the study using cross-sectional approach. Total population in PHC Sidorejo, East Lampung is 75 Primigravidae pregnant women. The number of samples in this study were 35 respondent that‟s primigravidae pregnant women in third trimester, using purposive sampling techniques. The research instrument consisted of a questionnaire to measure the level of anxiety Hars and the PSQI to measure sleep quality. Bivariate analysis using the formula used is chi-square with a significance level of 0.05.

The results showed that as many as 35 primigravidae pregnant women in third trimester, 65.7% showed moderate levels of anxiety to severe anxiety and 68.6% showed poor sleep quality. Results of this study was obtained p-value = 0.015, which means there is a correlation between the level of anxiety in primigravidae pregnant women sleep quality third trimester. Results of the study showed OR = 8.750. Suggested for further research to examine the description of the factors that can affect the quality of sleep in the third trimester pregnant women.

Keywords: Levels of anxiety; quality of sleep; primigravidae; gestation the third trimester.

(7)

vii

IODATA PENULIS

Nama : GEDE ROBIN

TTL : OKU Timur, 20 November 1993

Agama : Hindu

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Harapan Jaya, Semendawai Timur, OKU Timur, Sum-Sel

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD : SD N 2 Semendawai Suku III, Lulus tahun 2005 2. SMP : SMP N 2 Semendawai Timur, Lulus tahun 2008 3. SMA : SMA PGRI 2 Palembang, Lulus tahun 2011

(8)

viii MOTTO

“ Kita tidak akan pernah tahu hasil dari dari apa yang kita lakukan, tetapi kita

tidak akan mendapatkan hasil jika tidak melakukan apa-apa” (Mahatma Gandhi)

(9)

ix

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Gede Robin

NPM : 11320022

Fakultas : Kedokteran / Program Studi Ilmu Keperawatan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS SIDOREJO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2015

Dengan ini menyatakan bahwa:

Skripsi yang saya buat tidak pernah/belum pernah dibuat oleh orang lain dan saya menjamin orisinalitas skripsi yang saya buat.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Bandar lampung, 30 Juli 2015 Yang membuat pernyataan

(10)

x

PERSEMBAHAN

Om Swastyastu

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas Karunia-Nya yang selalu memberikan petunjuk dalam setiap langkahku, izinkan saya mempersembahkan skripsi ini kepada:

- Ibundaku Ni Made Murtini yang selalu memberikan kasih sayang, memotivasi, mendukung, menginspirasi dan selalu mendoakan aku dalam setiap doanya.

- Ayahku I Gede Pujo yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, mendo‟akan dan bekerja untuk membiayaiku sekolah selama ini.

- Triyoso, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pemimbing I dan Rahma Elliya, S.Kp., M.Kes Selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan motovasi untuk perbaikan skripsi ini.

- Aryanti, Ns., M.Kep., Sp.Kep Mat selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

- Untuk orang spesial Wayan Hariyati, yang selalu memberikan do‟a, semangat

dan dukungan buat penyelesaian skripsi ini.

- Untuk sahabatku I Gede Fredy V.S, Alfen Stefanes, Ida Bagus Kade Likita, Made Laga dan teman-teman lain yang penulis tidak bisa sebutkan semuanya yang selalu mendukung dan membantuku dalam segala hal.

- Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

- Almamater tercinta Universitas Malahayati yang telah mendewasakanku.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan peneliti pada khusunya.

Bandar Lampung, Juli 2015

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur ... 9

2.1.1 Konsep Tidur ... 9

2.1.2 Gangguan Tidur Ibu Hamil ... 16

2.1.3 Kualitas Tidur Ibu Hamil ... 17

2.1.4 Pengukuran Kualitas Tidur ... 18

2.2 Konsep Kecemasan ... 22

(12)

xii

2.2.2 Tanda Gejala Kecemasan ... 22

2.2.3 Faktor penyebab Kecemasan ... 24

2.2.4 Tingkat Kecemasan ... 26

2.2.5 Kecemasan Ibu Hamil ... 27

2.2.6 Pengukuran Tingkat Kecemasan ... 28

2.3 Penelitian Terkait ... 30

2.5 Kerangka Teori ... 31

2.6 Kerangka Konsep... 32

2.7 Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

3.3 Rancangan Penelitian ... 33 3.4 Subjek Penelitian ... 34 3.5 Variabel Penelitian ... 34 3.6 Definisi Operasional ... 35 3.7 Pengumpulan Data ... 36 3.8 Pengolahan Data ... 38 3.9 Analisa Data ... 39

(13)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

4.2 Hasil Penelitian ... 41

4.3 Pembahasan ... 44

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 50

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kebutuhan Tidur Manusia ... 32

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 43

Tabel 4.1 Tingkat Kecemasan ... 43

Tabel 3.1 Kualitas Tidur ... 43

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahapan Siklus Tidur Dewasa... 29 Gambar 2.2 Kerangka Teori ... 39 Gambar 2.3 Kerangka Konsep ... 39

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Lampiran 2 Lembar Kuesioner HARS Lampiran 3 Lembar Kuesioner PSQI Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Pembimbing Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah proses bergabung nya sperma dan ovum (gamet pria dan wanita) untuk menciptakan suatu sel tunggal yang disebut dengan zigot , yang kemudian menggandakan diri berkali-kali melalui pembelahan sel untuk menjadi lahir (Papalia, 2008). Pada wanita hamil terdapat tanda dan gejala yaitu amenore (wanita hamil yang tidak haid lagi), nausea (enek), mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu), pingsan, payudara membesar dan tegang, anoreksia (tidak nafsu makan), sering kencing, obstipasi (sulit buang air besar), pigmentasi kulit (biasanya terjadi pada pipi, hidung dan dahi), pigmentasi kulit, vasrises (Jannah, 2013).

Kehamilan merupakan episode dramatis dari kondisi biologis maupun psikis yang tentunya memerlukan adaptasi bagi wanita yang sedang mengalaminya. Perubahan fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat menjadi pencetus berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi emosional yang ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat (Mansur, 2009).

Kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu). Kehamilan wanita dibagi menjadi tiga tribulan (triwulan) pertama (0-12 minggu), tribulan (triwulan) kedua (13-28 minggu), tribulan (triwulan) ketiga (20-40 minggu) (Manuaba, 2009).

(17)

2

Selama masa kehamilan dari trimester I, II sampai dengan trimester III terjadi perubahan pada ibu baik fisik maupun psikis. Perubahan fisik pada ibu hamil trimester pertama biasanya berupa mual akibat terjadinya peningkatan hormon hCG dalam darah, sakit kepala / pusing, merasa lelah, sering meludah,dan kram perut akibat pembesaran rahim. Pada trimester kedua adapun perubahan fisik pada ibu hamil ditandai dengan meningkatnya frekuensi berkemih, bengkak kaki dan tumit, adanya konstipasi, munculnya varices, sakit pinggang, dan tanda bergaris pada perut. Sedangkan pada trimester ketiga ciri perubahan fisik ialah kaki bertambah bengkak dan terasa nyeri, frekuensi buang air kecil semakin meningkat, suhu tubuh ibu meningkat, rahim yang sering berkontraksi, payudara mengeluarkan kolostrum, nyeri punggung hingga sesak nafas sehingga kesulitan mendapat posisi nyaman untuk tidur (Janiwanty & Pieter, 2013).

Perubahan psikis pada ibu hamil trimester pertama diantaranya ketidakyakinan/ketidakpastian, ambivalen, seksual yang menurun, perubahan emosional, guncangan psikologis pada ibu hamil primigravida, dan stress. Keadaan psikis pada trimester kedua pada ibu hamil akan tampak lebih tenang dan mulai beradaptasi, namun terkadang ibu akan merasa khawatir dengan janin yang dikandung, dan mencemaskan akan kondisi janinnya apakah akan dilahirkan sehat atau cacat. Pada trimester III, perubahan psikologi ibu terkesan lebih kompleks dan meningkat kembali dibanding trimester sebelumnya, dan ini tidak lain dikarenakan kondisi kehamilan yang semakin membesar dan akan dilakukannya persalinan dan memikirkan tugas-tugas apa yang akan dilakukan setelah kelahiran (Janiwanti & Pieter, 2013).

(18)

3

Pada trimester III wanita hamil mengalami kecemasan semakin bertambah yang disebabkan karena munculnya rasa takut untuk melahirkan dan kekhawatiran semakin membesar terhadap anak yang akan dilahirkan nanti (Detiana, 2010). Tingkat kecemasan ibu akan semakin meningkat. Banyak calon ibu sering berkhayal atau bermimpi tentang hal-hal negatif akan terjadi pada bayinya saat melahirkan nanti. Khayalan-khayalan tersebut seperti kelainan letak bayi, tidak dapat melahirkan, atau bahkan janin akan lahir dengan kecacatan. Calon ibu menjadi sangat merasa bergantung pada pasangannya. Perasaan bahwa janin merupakan bagian yang terpisah semakin kuat dan meningkat. Peningkatan keluhan somatik dan ukuran tubuh pada trimester III dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap aktivitas seksual menurun ( Bobak, 2005). Hal ini tidak bisa di biarkan berlarut-larut pada ibu hamil, karena menurut Janiwanty dan Pieter (2013) kecemasan adalah salah satu faktor penyebab keguguran (abortus).

National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang berusia < 20 tahun mengalami gangguan kecemasan menjelang persalinan (Pikirdong, 2008). Penelitian yang berkaitan dengan kejadian persalinan lama, 65% disebabkan karena kontraksi uterus yang tidak efisien. Menurut Oldetal (2000), adanya disfungsional kontraksi uterus sebagai respon terhadap kecemasan sehingga menghambat aktifitas uterus. Respon tersebut adalah bagian dari komponen psikologis, sehingga dapat dinyatakan bahwa faktor psikologis mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan proses persalinan.

(19)

4

Gangguan tidur selalu menyerang ibu hamil tanpa alasan yang jelas. Gangguan tidur lebih banyak berkaitan dengan masalah psikis, seperti rasa kekhawatiran (cemas). Sulit tidur sering terjadi pada ibu yang baru pertama kali hamil (primigravida) dan menjelang kelahiran (trimestrer III) (Janiwanty & Pieter, 2013). Pada trimester III pada umumnya wanita mengalami sulit tidur adapun penyebabnya yaitu perubahan hormon, stress, pergerakan janin yang berlebihan, posisi tidur yang tidak nyaman, sering buang air kecil dan sakit pada pinggang karena terjadi peregangan tulang-tulang terutama di daerah pinggang yang sesuai dengan bertambah besarnya kehamilan (Huliana, 2007).

Menurut Janiwanty dan Pieter (2013), dampak buruk tidur bagi kesehatan adalah dapat mengakibatkan depresi, kurang konsentrasi dalam beraktivitas, gangguan pembelajaran verbal, gangguan memori, gangguan artikulasi bicara, gangguan pengindraan, kondisi emosi yang gampang meledak, stress, denyut jantung cepat (hipertensi), dan gangguan motorik. Dan jika depresi, stress dan hipertensi terjadi pada wanita hamil, dapat berakibat buruk bagi ibu dan janinnya. Karena bisa mengakibatkan prematur dan BBLR pada bayi, preeklamsi pada ibu hamil bahkan bisa mengakibatkan terjadinya abortus pada bayi.

Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data hasil polling tidur di Amerika oleh National Sleep Foundation didapat bahwa ternyata wanita lebih banyak mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki – laki, yaitu 63% : 54 % (National Sleep Foundation, 2007).

(20)

5

Menurut data hasil survei National sleep Foundation (2007), 78% wanita hamil di Amerika mengalami gangguan tidur dan 97,3% dan wanita hamil trimester tiga selalu terbangun dimalam hari. Rata-rata 3-11 kali setiap malam.Penelitian yang dilakukan University of California di San Francisco menemukan fakta, wanita yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki kemungkinan menjalani operasi caesar 4,5 kali lebih besar. Menurut penelitian yang dilakukan University of Medicine and Dentistry of New jersey, New Brunswick, gangguan tidur ini meningkatkan risiko meningginya tekanan darah saat hamil menjadi empat kali lipat. Studi yang dilakukan University of Pittsburgh School of Medicine menunjukkan kualitas dan kuantitas tidur yang buruk akan mengganggu proses kekebalan tubuh. Pada ibu hamil, hal itu akan memperbesar risiko berat bayi lahir rendah, pre-eklamsi dan komplikasi kesehatan lain.

Badan kesehatan dunia memperkirakan ada sekitar 145.000.000 wanita hamil diseluruh dunia dan sekitar 289.000 wanita hamil meninggal saat melakukan persalinan (WHO, 2013). Menurut survey Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, data Ibu hamil di Indonesia mencapai 5.192.427 dan khusus untuk provinsi Lampung 186.372 ibu hamil (BKKBN, 2011). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2007). Namun menurut Depkes RI tahun 2008 angka kematian ibu di Indonesia mencapai 420 kasus. Di Indonesia, sekitar 28% kematian ibu disebabkan karena perdarahan, 13% ekslampsi atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, 9% partus lama, 11% komplikasi aborsi dan 10% akibat infeksi (Depkes RI, 2010).

(21)

6

Berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012 kasus kematian ibu hamil seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar ( 59,78% ) terjadi pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20 – 34 tahun. Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi lampung tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan, eklamsi, infeksi dan lain-lain (Depkes RI, 2012). Dari data yang di peroleh jumlah ibu hamil di puskesmas Sidorejo Lampung Timur tahun 2014 berjumlah 185 orang. Ibu hamil primigravida mencapai 78 orang, dan jumlah ibu hamil primigravida trimester III mencapai 38 orang.

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Sidorejo Lampung Timur dengan survey dan wawancara, data yang peneliti peroleh dari 10 orang ibu hamil primigravida trimester III, 4 orang diantaranya mengeluhkan sulit untuk bernafas dan merasa tidur nya tidak nyenyak karena posisi tidur yang serba salah karena perut yang besar, sehingga berpengaruh pada kegiatan ibu keesokan harinya seperti menurunya konsentrasi kegiatan ibu disiang hari, serta merasa pusing. Sedangkan 5 ibu hamil yang lain sulit tidur karena mengkhawatiran nasib janin yang sedang dia kandung, mereka mengeluhkan cemas dan takut pada saat memasuki trimester III jika nanti anaknya dilahirkan tidak normal. Hanya seorang ibu yang tidak mengalami kecemasan dan gangguan tidur.

(22)

7 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, peneliti merasa perlu untuk diadakan penelitian tentang hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil primigravida trimester ke III di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur. Karena angka kejadian abortus di daerah Sidorejo, Lampung Timur cukup tinggi dan juga TD ibu hamil Trimester III di Puskesmas Sidorejo, Lampung timur cenderung meningkat.

1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil primigravida trimester ke III di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur.

2. Tujuan Khusus

1. Diketahui tingkat kecemasan pada ibu hamil primigravida trimester ke III di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur

2. Diketahui kualitas tidur pada ibu hamil primigravida trimester ke III di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur

3. Diketahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil primigravida trimester ke III di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur

(23)

8 1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi kesehatan di komunitas dan dapat menjadi informasi yang mendukung dalam pembuatan intervensi keperawatan yang tepat dalam memberikan asuhan keperawatan maternitas dan jiwa.

2. Bagi petugas kesehatan

Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi petugas kesehatan di Puskesmas Sidorejo Lampung Timur dalam rangka mengatasi kecemasan dan kualitas tidur yang buruk untuk ibu hamil.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk penelitian keperawatan dan untuk dikembangkan pada penelitian berikutnya dalam

(24)

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1 Konsep Tidur a. Pengertian

Tidur merupakam suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau s ensori yang sesuai. Dengan kata lain, tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada urutan siklus yang berulang (Uliyah & Hidayat, 2008).

b. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Aktivitas tidur ini salah satunya diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.

Letak pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terdapat dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Sedangkan, reticular activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, nyeri, pendengaran, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan proses pikir dan emosi. Dalam keadaan

(25)

10

sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin dan noreoineprin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya perlepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchonizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Uliyah & Hidayat, 2008).

c. Tahapan Tidur

Berdasarkan prosesnya, tidur melibatkan dua fase yaitu tidur non-rapid eye movement (NREM) dan tidur non-rapid eye movement (REM) BSR (Uliyah & Hidayat, 2008).

1) Tidur NREM

Tidur NREM disebabkan oleh penurunan kegiatan dalam sistem pengaktifan retikularis. Tahapan tidur ini disebut juga tidur gelombang lambat (slow wave sleep), karena gelombang otak bergerak dengan sangat lambat.

Tidur NREM terbagi menjadi 4 tahap, yaitu sebagai berikut: a) Tahap I

Tahap I merupakan tingkat paling dangkal dari tidur dan merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur. Tahap ini ditandai dengan pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan tanda-tanda vital dan metabolisme secara bertahap,

(26)

11

individu yang cenderung rileks, merasa mengantuk serta mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara. Tahap I normalnya berlangsung sekitar 5 menit atau sekitar 5% dari total tidur. b) Tahap II

Tahap II merupakan tahapan ketika individu masuk pada tahap tidur, tetapi masih dapat bangun dengan mudah. Tahap I dan tahap II termasuk dalam tahap tidur ringan (light sleep). Tahap II normalnya berlangsung selama 10-20 menit dan merupakan 50-55% dari total tidur.

c) Tahap III

Tahap II merupakan awal dari tahap tidur dalam atau tidur nyenyak (deep sleep). Tahap ini dicirikan dengan relaksasi otot-otot serta perlambatan denyut nadi, frekuensi nafas dan proses tubuh yang lain. Pada tahap III, individu cenderung sulit dibangunkan. Tahap III berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari total tidur.

d) Tahap IV

Pada tahap IV merupakan tahap tidur terdalam atau delta sleep. Tahap IV ditandai dengan perubahan fisiologis, yatu EEG gelombang otak melemah serta penurunan denyut jantung, tekanan darah, tonus otot, metabolisme, dan suhu tubuh. Pada tahap ini individu jarang bergerak dan sangat sulit untuk

(27)

12

dibangunkan. Tahap ini berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari total tidur.

2) Tidur REM

Tidur REM disebut juga tidur paradoks. Pada tahapan ini biasanya terjadi rata-rata setiap 90 menit setelah mulai tidur dan berlangsung selama 5-20 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, hal ini dicirikan dari pergerakan mata yang cepat, kecepatan respirasi, fluktuasi jantung dan peningkatan tekanan darah. Pada tidur REM biasanya sebagian besar mimpi terjadi, tidur REM penting untuk keseimbangan mental dan emosi. Selain itu, tahapan tidur ini juga berperan dalam proses belajar, memori, dan adaptasi. Tidur REM ditandai dengan:

a) Lebih sulit dibangunkan atau justru dapat bangun tiba-tiba. b) Sekresi lambung meningkat.

c) Frekuensi denyut jantung dan pernapasan sering kali menjadi tidak teratur.

d) Terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur pada otot perifer. e) Mata cepat tertutup dan terbuka.

f) Metabolisme meningkat.

g) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.

(28)

13 Gambar 2.1 Tahapan Siklus Tidur Dewasa

(Sumber: Potter & Perry, 2010)

d. Faktor yang mempengaruhi tidur

Menurut Iliyah & Hidayat (2008) kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Di antara faktor yang dapat memengaruhinya adalah :

1) Penyakit

Sakit dapat memengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga Kantuk pra-tidur NREM tahap 1 NREM tahap 2 NREM tahap 3 NREM tahap 4 Tidur REM NREM tahap 3 NREM tahap 2

(29)

14

penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.

2) Latihan dan kelelahan

Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.

3) Stress psikologis

Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kecemasan sehingga sulit untuk tidur.

4) Obat

Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi proses tidur jenis golongan obat diuretik dapat menyebabkan insomnia, antidepresan dapat menekan, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.

(30)

15

5) Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi maka sescorang tersebut akan mempercepat proses tcrjadinya tidur, karcna dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dicerna dapat membantu mudah tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur. 6) Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.

7) Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat mcnimbulkan gangguan proses tidur.

e. Kebutuhan Tidur Normal

Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan.

(31)

16 Tabel 2.1 Kebutuhan Tidur Manusia

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur

0-1 bulan Masa neonatus 14-18 jam/hari

1 bulan- 18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari

18 bulan- 3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari

3 tahun- 6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari

6 tahun- 12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari

12 tahun- 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari

18 tahun- 40 tahun Masa dewasa muda 7-8 jam/hari

40 tahun- 60 tahun Masa paruh baya 7 jam/hari

60 tahun ke atas Masa dewasa muda 6 jam/hari

(Sumber: Uliyahh & Hidayat, 2008)

2.1.2 Gangguan Tidur Ibu Hamil

Ada beberapa masalah tidur yang biasanya terjadi pada ibu hamil. Menurut sehatfresh.com, gangguan tidur yang biasanya terjadi pada kehamilan berdasarkan pembagian trimester adalah sebagai berikut:

a. Trimester pertama

Pada trimester pertama ini ibu hamil akan sering terbangun malam karena perubahan sistem perkemihan yang mengharuskan untuk ke kamar mandi untuk melepaskan hasrat ingin buang air kecil. Keluhan sulit tidur biasanya juga muncul karena stres, dimana ibu masih kurang siap menerima kehamilan dan perubahan hormon yang menunjukkan perubahan psikis seperti mudah marah dan sensitif, dan juga mual dan muntah yang mengakibatkan ibu merasa lelah dan pusing.

(32)

17

b. Trimester kedua

Umumnya kualitas tidur mulai membaik karena kurangnya frekuensi berkemih dan juga rasa mual dan muntah, lemas, dan keluhan lainnya pada trimester pertama akan hilang. Tetapi tetap, masalah stres fisik dan emosional yang terjadi selama masa kehamilan bisa cukup mengganggu tidur.

c. Trimester ketiga

Pada trimester ketiga penyebab sulit tidur bukan karena hormon melainkan perubahan fisik, bobot ibu bertambah mengakibatkan punggung terasa pegal, posisi tidur yang salah, dan juga gangguan psikis seperti kecemasan.

2.1.3 Kualitas Tidur Ibu Hamil

Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat terbangun. Kepuasan tidur pada masa kehamilan berkurang khususnya pada trimester ketiga, hal ini diakibatkan kondisi fisik ibu hamil yang menyebabkan sulitnya mendapatkan tidur yang dalam. Ketidakpuasan tidur disebabkan tidur yang tidak melewati seluruh tahapan normal baik NREM dan REM (Musbikin, 2005; dikutip Siallagan, 2010).

Kesulitan tidur sering terjadi pada masa kehamilan karena pikiran aktif dan merasa tidak mampu mengendalikan stress bahkan depresi yang dialami berhubungan dengan perubahan fisik terutama pada trimeter ketiga (Eisenberg, 1996; dikutip Siallagan, 2010).

(33)

18 2.1.4 Pengukuran Kualitas Tidur

Buysse et al. (1989) melakukan penelitian tetang pengukuran kualitas tidur. Buysse menggunakan instrumen pengukuran kualitas tidur yang disebut Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI adalah instrumen efektif yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan pola tidur pada orang dewasa. Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa komponen yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Komponen tersebut dinilai dalam bentuk 16 pertanyaan dan memiliki bobot penilaian masing-masing sesuai dengan standar baku. Dari 4 pilihan jawaban yang bernilai 0 (untuk tidak pernah/baik sekali), 1 (untuk kurang dari sekali dalam seminggu/baik), 2 (kurang dari dua kali dalam seminggu/buruk), sampai 3 (untuk tiga kali atau lebih dalam seminggu/buruk sekali) (Carney & Edinger, 2010).

Komponen tersebut antara lain: a. Kualitas Tidur Subjektif

Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 9 dalam kuesioner PSQI yang berbunyi “Bagaimana Anda menentukan kualitas tidur Anda secara keseluruhan pada bulan yang lalu?”.

Kriteria penilaian (skor) berdasarkan pilihan jawaban responden sebagai berikut : Sangat baik : 0, Cukup baik : 1, Kurang baik : 2, Sangat buruk : 3.

(34)

19

b. Latensi Tidur

Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 2 dalam PSQI yang berbunyi “Selama 1 bulan terakhir, berapa menit

biasanya Anda habiskan waktu di tempat tidur, sebelum akhirnya Anda tertidur?”, dan pertanyaan nomor 5a yang berbunyi “Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering tidur Anda terganggu karena tidak bisa tidur dalam waktu 30 menit”.

Kriteria penilaian (subskor) berdasarkan pilihan jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 2 sebagai berikut: ≤ 15 menit : 0, 16-30

menit : 1, 31-60 menit : 2, > 60 menit : 3.

Kriteria penilaian (subskor) berdasarkan pilihan jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 5a sebagai berikut:

Tidak ada selama 1 bulan terakhir : 0, Kurang dari 1 kali dalam seminggu : 1, 1 atau 2 kali dalam seminggu : 2, 3 kali atau lebih dalam seminggu : 3.

Jumlah subskor pertanyaan nomor 2 dan nomor 5a (skor komponen latensi tidur) adalah sebagai berikut : 0 : 0, 1-2 : 1, 2-4 : 2, 5-6 : 3. c. Durasi Tidur

Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 4 dalam PSQI yang berbunyi “Selama 1 bulan terakhir, berapa jam Anda tidur di malam hari? (Jumlah jam pada tidur malam)”.

Kriteria penilaian (skor) berdasarkan pilihan jawaban responden sebagai berikut : > 7 jam : 0, 6-7 jam : 1, 5-6 jam : 2, < 5 jam : 3.

(35)

20

d. Efisiensi Kebiasaan Tidur

Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 1, 3 dan 4 dala,m PSQI mengenai jam tidur malam dan bangun pagi serta durasi tidur.

Jawaban responden dihitung dengan rumus:

𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 (#4)

𝑗𝑎𝑚 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛 𝑝𝑎𝑔𝑖 #3 − 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑚𝑎𝑙𝑎𝑚 (#1)𝑥100%

Hasil perhitungan dikelompokan menjadi 4 kategori dengan penilaian (skor) sebagai berikut:

Efesiensi tidur > 85% : 0, Efesiensi tidur 75-84% : 1, Efesiensi tidur 65-74% : 2, Efesiensi tidur <65% : 3.

e. Gangguan Tidur

Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 5b – 5j dalam PSQI yang terdiri dari hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Tiap item memiliki skor 0-3, dengan 0 berarti tidak pernah sama sekali dan 3 berarti sangat sering dalam sebulan.

Skor kemudian dijumlahkan sehingga dapat diperoleh skor gangguan tidur dan di kelompokan sebagai berikut:

Skor gangguan tidur 0 : 0, Skor gangguan tidur 1-9 : 1, Skor gangguan tidur 10-18 : 2, Skor gangguan tidur 19-27 : 3.

f. Penggunaan Obat Tidur

Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 6 dalam PSQI yang berbunyi “Selama 1 bulan terkhir, seberapa sering

(36)

21

Kriteria penilaian (skor) berdasarkan pilihan jawaban responden sebagai berikut:

Tidak ada selama 1 bulan terakhir : 0, Kurang dari 1 kali dalam seminggu : 1, 1 atau 2 kali dalam seminggu : 2, 3 kali atau lebih dalam seminggu : 3.

g. Disfungsi Tidur Pada Siang Hari

Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 7 dalam PSQI yang berbunyi “Selama 1 bulan terkhir, seberapa sering

Anda tertidur ketika Anda mengemudi, makan, atau terlibat dalam kegiatan sosial?” dan pertanyaan nomor 8 yang berbunyi “Selama 1 bulan terkhir, seberapa banyak masalah yang Anda hadapi untuk tetap antusias menyelesaikan sesuatu?”.

Kriteria penilaian (subskor) berdasarkan pilihan jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 7 sebagai berikut:

Tidak ada selama 1 bulan terakhir : 0, Kurang dari 1 kali dalam seminggu : 1, 1 atau 2 kali dalam seminggu : 2, 3 kali atau lebih dalam seminggu : 3.

Kriteria penilaian (subskor) berdasarkan pilihan jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 7 sebagai berikut:

Tidak ada masalah : 0, Hanya masalah kecil : 1, Ada masalah : 2, Masalah besar : 3.

Hasil total skor kuesioner dari 7 komponen tersebut dapat diinterprestasikan menjadi 2 pilihan yaitu:

(37)

22 2.2 Konsep Kecemasan

2.2.1 Definisi Kecemasan

Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang, membuat seseorang merasa tidak nyaman, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2006).

Kecemasan (anxiety) berorientasi pada masa depan dan bersifat umum, mengacu pada kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran, kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai akan terjadinya sesuatu yang buruk (Halgin & Whitbourne, 2012).

2.2.2 Tanda dan Gejala Kecemasan

Menurut Stuart (2006) pada orang yang cemas akan muncul beberapa respon, adapun respon yang ditimbulkan berupa:

a. Respon fisiologis individu terhadap kecemasan, yaitu: 1) Kardiovaskuler

Respon dari kardiovaskuler dapat berupa palpitasi, jantung berdebar, peningkatan tekanan darah atau dapat juga menurun, rasa mau pingsan, dan denyut nadi menurun.

2) Pernafasan

Respon dari pernafasan dapat berupa nafas menjadi cepat dan dangkal, nafas pendek, tekanan pada dada, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, dan terengah-engah.

(38)

23

3) Neuromuskuler

Respon dari neuromuskuler dapat berupa refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyang, dan gerakan yang janggal.

4) Gastrointestinal

Respon dari gastrointestinal dapat berupa kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, dan diare. 5) Traktus urinarius

Responnya dapat berupa sering berkemih, tidak dapat menahan BAK.

6) Kulit

Respon dari kulit berupa wajah kemerarahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, dan berkeringat seluruh tubuh.

b. Respon perilaku

Respon perilaku berupa gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cidera, menarik diri dari hubungan interpersoanl, menghalangi, dan menghindar dari masalah. c. Kognitif

Responnya berupa konsentrasi terganggu dan pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir, kreatifitas dan produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat,

(39)

24

kehilangan objektifitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cidera atau kematian.

d. Afektif

Responnya berupa mudah terganggu, tidak sabar, gelisah dan tegang, ketakutan, gugup, dan gangguan tidur.

2.2.3 Faktor Penyebab Kecemasan

a. Faktor Predisposisi

Berikut beberapa teori untuk menjelaskan asal ansietas menurut Stuard & Sudden(2006).

1) Teori Psikoanalitis

Dalam teori psikoanalitis, kecemasan merupakan konflik yang terjadi antara elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya.

2) Teori interpersonal

Teori interpersonal menjelaskan bahwa kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal, berhubungan dengan perkembangan trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kerentanan terutama individu dengan harga diri rendah.

(40)

25

3) Teori Perilaku

Teori perilaku mengemukakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi, yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

4) Teori Keluarga

Teori keluarga menjelaskan bahwa gangguan cemas biasanya terjadi dalam keluarga.

5) Teori Biologis

Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan dalam mekanisme biologi yang berhubungan dengan cemas.

b. Faktor Presipitasi

Stressor pencetus berasal dari sumber internal dan eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap sistem diri (Stuart, 2006).

1. Ancaman terhadap integritas fisik

Meliputi menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2. Ancaman terhadap sistem diri

Seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi.

(41)

26 2.2.4 Tingkat Kecemasan

Rentang respon kecemasan (Stuart, 2006).

Berikut tingkat kecemasan menurut Stuart (2006). a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya sehingga meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas.

b. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, menyebabkan lapang persepsi individu menyempit.

c. Kecemasan Berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus pada hal yang rinci dan spesifik, serta tidak bisa berpikir tentang hal lain.

d. Kecemasan Panik

Kecemasan panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Individu mengalami kehilangan kendali.

(42)

27 2.2.5 Kecemasan Ibu Hamil

Menurut Prillia Detiana (2010), kecemasan selama kehamilan adalah: a. Trimester pertama

Trimester pertama ini sering dirujuk sebagai masa penentuan. Penegasan bahwa wanita tersebut sedang mengandung calon manusia. Perubahan dalam harapan-harapan seperti rancangan karier, kebebasan individu dan seorang ibu akan menghinggapi perasaan seseorang wanita saat hamil. Perubahan tersebut akan membuat wanita menjadi gusar, cemas, ketakutan hingga panic.

b. Trimester kedua

Trimester kedua sering dikatakan sebagai “periode pancaran kesehatan”. Ini disebabkan karena di trimester ini wanita umumnya

merasakan lebih baik dan terlepas dari ketidak nyamanan biasanya dialami selama kehamilan. Pada masa ini wanita cenderung untuk memikirkan kesehatan kandungannya, keadaan janin dan berfantasi angan-angan yang akan dicapainya pada kelahiran nanti.

c. Trimester ketiga

Trimester ketiga disebut “periode menunggu, penantian dan waspada”. Karena pada saat trimester ini ibu biasanya tidak sabar

menunggu kelahiran bayinya. Namun pada periode ini sebagian besar wanita hamil akan merasakan cemas karena sang ibu mengkhawatirkan proses persalinan dan bagaimana anak yang akan dilahirkannya nanti.

(43)

28 2.2.6 Pengukuran Tingkat Kecemasan

Max Hamilton pertama kali memperkenalkan skala pengukuran

kecemasan HARS yang telah digunakan secara luas dalam berbagai penelitian tentang kecemasan (Hamilton Anxiety Rating Scale) (Solehati & Kosasih, 2015), HRS-A terdiri dan masing-masing kelompok gejala diberikan nilai 0-4 dengan penilaian sebagai berikut:

a) Nilai 0 : tidak ada gejala atau keluhan

b) Nilai 1 : gejala ringan (satu gejala dari pilihan yang ada). c) Nilai 2 : gejala sedang (separuh dari gejala yang ada).

d) Nilai 3 : gejala berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada). e) Nilai 4 : gejala berat sekali (semua gejala yang ada).

Nilai dari masing-masing gejala kecemasan tersebut kemudian dijumlahkan sehingga dapat diketahui derajat kecemasannya. Hasil penilaian total skor dikelompokkan menjadi lima yaitu sebagai berikut: a) Tidak ada kecemasan jika < 14

b) Kecemasan ringan jika skor 14-20 c) Kecemasan sedang jika skor 21-27 d) Kecemasan berat jika skor 28-41

e) Kecemasan berat sekali / panik jika skor 42-56

HRS-A terdiri dari 14 kelompok gejala dan masing-masing kelompok diantaranya:

1) Perasaan cemas : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.

(44)

29

2) Ketegangan : merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.

3) Ketakutan : pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang banyak. 4) Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan mimpi yang menakutkan.

5) Gangguan kecerdasan : sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun dan daya ingat buruk.

6) Perasaan depresi (murung) : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7) Gejala somatik/ fisik (otot) : sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk dan suara tidak stabil.

8) Gejala somatik/ fisik (sensorik) : tinnitus (telinga berdenging), penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk.

9) Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) : takikardi (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan dan detak jantung menghilang/ berhenti sekejap.

10) Gejala respiratori (pernafasan) : rasa tertekan atau sepit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas dan nafas pendek/ sesak.

(45)

30

11) Gejala gastrointestinal (pencernaan) : sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, BAB konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi) dan kehilangan berat badan.

12) Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) : sering buang air kecil, tidak dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak dapat haid), darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan impotensi. 13) Gejala autonom : mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala

pusing kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu berdiri. 14) Tingkah laku/ sikap : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/ dahi

berkerut, wajah tegang, otot tegang/ mengeras, nafas pendek dan cepar serta wajah merah.

2.3 Penelitian Terkait

1. Penelitian Dewi Kusuma Iriana (2013) berjudul “Hubungan Kecemasan dan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur Ibu Hamil di Puskesmas Helvetia Medan”. Desain penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif korelasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 69 orang, dengan menggunakan tekhnik Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan kecemasan dan kenyamanan fisik denga kualitas tidur ibu hamil, dengan nilai p = 0,01.

(46)

31 2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk mengidentifikasi variable-variabel yang akan diteliti (diamati) yang berkaitan dengan kontek ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Kerangka Teori Gambar 2.2

Sumber : Uliyah & Hidayat (2008), Stuart (2006).

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah suatu uraian dan visualitas hubungan atau kaitan antara konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005)

Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

1. Penyakit

2. Latihan dan kelelahan

3. Stress Psikologis  Kecemasan Tidak cemas Ringan Sedang Berat Panik 4. Obat 5. Nutrisi 6. Lingkungan 7. Motivasi Kualitas Tidur  Baik  Buruk

(47)

32 Gambar 2.3

Kerangka Konsep

Independen Dependen

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa peneliti ingin mengetahui “Hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil

primigravida trimester III di Puskesmas Sidorejo, Lampung timur tahun 2015”.

2.7 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis penelitian ini adalah:

Ha: Ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Sidorejo, Lampung timur tahun 2015.

Ho: Tidak ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Sidorejo, Lampung timur tahun 2015.

(48)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian survey analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi ( Notoatmodjo, 2012).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 sampai 21 Juni tahun 2015 dan sebagai tempat penelitian di Puskesmas Sidorejo Sekampung Udik Lampung Timur.

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan survey analitik yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data berupa tanggapan atau respon dari sampel penelitian (Notoatmodjo, 2009). Desain penelitian cross-sectional dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil primigravida trimester ke III di Puskesmas Sidorejo Lampung Timur.

(49)

34 3.4 Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien ibu hamil primigravida di Puskesmas Sidorejo, Lampung Timur berjumlah 78 orang.

2. Sampel

Sampling adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling yaitu tenik pengambilan sampel dari responden atau kasus yang kebetulan ada di suatu tempat atau keadaan tertentu sesuai persyaratan data yang diinginkan. Sampel penelitian ini adalah pasien ibu hamil primigravida trimester ke III di Puskesmas Sidorejo Lampung Timur dengan jumlah 35 orang.

Adapun kriteria sampel adalah:

a. Bersedia menjadi responden tanpa paksaan b. Bisa membaca dan menulis

c. Responden adalah pasien Ibu Hamil Primigravida Trimester ke III

3.5 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitain (Arikunto, 2010). Penelitian ini mempunyai dua variabel, yaitu: Variabel independen adalah tingkat kecemasan, Variabel dependen adalah kualitas tidur.

(50)

35 3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

N o

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur 1 Independen : Tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester III Respon emosional yang tidak menentu terhadap suatu objek yang tidak jelas yang dialami oleh sebagian ibu hami. Meliputi:

1. Perasaan cemas 2. Ketegangan 3. Ketakutan 4. Gangguan tidur 5. Gangguan kecerdasan 6. Perasaan depresi (murung) 7. Gejala somatik (fisik otot) 8. Gejala sensorik 9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) 10. Gejala respiratory (pernapasan) 11. Gejala gastro intestinal (pencernaan) 12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) 13. Gejala autonom 14. Tingkah laku dan

sikap Kuesoner: Hamilton Rating Scale for Anxiety (HARS). Mengisi lembar kuesioner HARS. (Hawari, 2007) 0. <14-20: tidak ada kecemasan sampai kecemasan ringan 1. 21-41: kecemasan sedang sampai kecemasan berat Ordinal 2 Kualitas Tidur Ibu hamil Primigravida trimester III

Keadaan dimana tidur yang dijalani ibu hamil trimester III.

Yang terdiri dari tujuh komponen berupa: 1. kualitas tidur subjektif, 2. tidur laten, 3. lama tidur, 4. Kuesoner: Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) Mengisi Lembar kuesioner PSQI. 0. Baik: jika skor total <5 1. Buruk : jika skor total ≥5 Ordinal

(51)

36 3.7 Pengumpulan Data

1) Alat Pengumpulan Data

Alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur skala kecemasan adalah menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.

Sedangkan instrumen pengumpulan data nilai kualitas tidur berupa lembar kuesioner Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) serta alat okumentasi (buku dan bolpoin). Kuesioner ini terdiri dari 19 poin pertanyaan yang erdiri dari 7 komponen nilai yaitu kualitas tidur subjektif, tidur laten, lama tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, pemakaian obat tidur dan disfungsi siang hari.

2) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data tingkat kecemasan adalah menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka skor antara 0 – 4, yang artinya adalah sebagai berikut:

efisiensi tidur, 5. gangguan tidur, 6. pemakaian obat tidur 7. disfungsi siang hari

(52)

37

a. 0 = tidak ada gejala jika tidak ada gejala

b. 1 = gejala ringan jika terdapat 1 dari gejala yang ada

c. 2 = gejala sedang jika terdapat sebagian dari gejala yang ada d. 3 = gejala berat jika terdapat lebih dari sebagian gejala yang ada e. 4 = gejala berat sekali jika terdapat semua gejala ada

Masing-masing nilai (skor) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu :

a. 0 = <14-20 : Tidak ada kecemasan sampai kecemasan ringan b. 1 = 21-41 : Kecemasan sedang sampai kecemasan berat

Sedangkan dalam teknik pengumpulan data kualitas tidur digunakan kuesioner yang diberikan kepada responden. Kuesioner ini terdiri dari 19 poin pertanyaan yang terdiri dari 7 komponen nilai yaitu kualitas tidur subjektif, tidur laten, lama tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, pemakaian obat tidur dan disfungsi siang hari.

Komponen 1 yaitu kualitas tidur subjektif terdapat pada pertanyaan nomor 9 dengan pilihan jawaban sangat baik = 0, baik = 1, buruk = 2 dan sangat buruk = 3. Komponen 2 yaitu tidur laten terdapat pada pertanyaan nomor 2 dan 5.a dengan pilihan jawaban tidak pernah = 0, kurang dari seminggu = 1, sekali atau dua kali dalam seminggu = 2 dan tiga kali atau lebih dalam seminggu = 3. Komponen 3 yaitu lama tidur terdapat pada pertanyaan nomor 4 tanpa pilihan jawaban atau jawaban dari responden. Komponen 4 yaitu efisiensi tidur terdapat pada pertanyaan nomor 1 dan 3

(53)

38

dengan jawaban dari responden. Komponen nomor 5 yaitu gangguan tidur terdapat pada pertanyaan nomer 5.b sampai dengan 5.j dengan pilihan jawaban sama dengan pertanyaan nomor 5. Komponen 6 yaitu pemakaian obat tidur terdapat pada pertanyaan nomor 6 dengan pilihan jawaban sama dengan pertanyaan nomor 5. Komponen 7 yaitu disfungsi siang hari terdapat pada pertanyaan nomor 7 dengan pilihan jawaban sama dengan pertanyaan nomor 5 dan pertanyaan nomor 8 dengan pilihan jawaban sama dengan pertanyaan nomor 9. Ketujuh komponen dijumlahkan sehingga terdapat skor 0-21. Keterangan penjumlahan total skor dari 7 komponen, yaitu:

a. 0 = < 5 : Baik b. 1 = ≥ 5 : Buruk

3.8 Pengolahan Data

Pengolahan data dengan melalui tahap (Hastono, 2007) yaitu: 1. Editing

Kegiatan untuk melakukan pengecekan isian jawaban responden apakah sudah lengkap, jelas dan relevan.

2. Coding

Coding 0 = Tidak ada kecemasan-kecemasan ringan & kualitas tidur baik, Coding 1 = Kecemasan sedang-kecemasan berat & kualitas tidur buruk. 3. Processing

Proses peng-entryan data dari kuesioner ke program komputer agar dapat di analisis.

(54)

39

4. Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data yang di-entry kedalam komputer agar tidakterdapat kesalahan.

3.9 Analisis Data

1. Analisa univariat

Analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi variabel (Arikunto 2006). Analisa univariat dalam penelitian ini menggunakan bantuan program komputer.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat untuk menguji hubungan antara variabel independent dan variabel dependen (Arikunto, 2006). Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian adalah chi aquare. Taraf kesalahan yang digunakan adalah 5% untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistic digunakan batas kemaknaan 0,05. Berarti jika p ≤ 0,05 maka hasilnya bermakna yang artinya

Ho ditolak dan Ha diterima. Analisa bivariat menggunakan bantuan program komputer.

(55)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan daru tanggal 13 Juni 2015 sampai dengan 21 Juni 2015 di Puskesmas Sidorejo kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur dengan jumlah responden 35 orang ibu hamil Primigravida trimester III.

Puskesmas Sidorejo beralamat di Jalan Ir. Sutami km 45 desa Sidorejo Sekampung Udik Lampung Timur Kode Pos 34183. Puskesmas Sidorejo ini membawahi 8 desa dengan wilayah kerja seluas ± 375 ha. Yang mana disebelah barat berbatasan dengan desa Pugung Raharjo, sebelah timur berbatasan dengan Banjar Agung, sebelah utara berbatasan dengan desa Purwo Kencono, dan sebelah selatan berbatasan dengan desa Bandung Jaya.

Secara umum jenis pelayanan yang diberikan Puskesmas Sidorejo antara lain meliputi Rawat Inap, Balai Pengobatan, Poli Gigi, ANC (Ante Natal Care), persalinan, KB, Imunisasi, KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Tenaga medis yang ada sebanyak 33orang dengan rincian sebagai berikut; 3Dokter umum, 1 Dokter gigi, 10 Bidan, 15 Perawat, 3 Apoteker dan 1 Ahli gizi. Fasilitas untuk mendukung pelayanan rawat inap khususnya pasien penyakit umum maupun persalinan sudah cukup memadai, yaitu 4 kamar perawatan 3 ruang nifas dengan masing-masing kamar kapasitas 2 tempat tidur, 1 ruang bersalin, 1 ruang pemeriksaan KIA, 1 Balai Pengobatan, 1 ruang KB, 1 Poli Gigi, 1 ruang obat (APOTEK) dan 5 kamar mandi untuk pasien.

(56)

41 4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisa Univariat (a) Tingkat kecemasan

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester III di Puskesmas Sidorejo

Lampung Timur Tahun 2015

No Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%) 1 Tidak ada kecemasan sampai

kecemasan ringan 12 31,4%

2 Kecemasan sedang sampai

kecemasan berat 23 68,6%

Total 35 100,0%

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 35 responden yang diteliti, ternyata sebagian besar dari responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 24 orang (68,6%) termasuk kepada kecemasan sedang sampai keceamasan berat dan sebanyak 11 orang (31,4%) tidak mengalami kecemasan sampai kecemasan ringan.

(b) Kualitas Tidur

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III Di Puskesmas Sidorejo

Lampung Timur Tahun 2015

No Kualitas Tidur Frekuensi Persentasi

1 Baik 11 31,4%

2 Buruk 24 68,6%

(57)

42

Dari tabel 4.2 dapat diketahui mayoritas ibu hamil primigravida trimester III memiliki kualitas tidur yang buruk (68,6%), dan sebanyak (31,4%) ibu memiliki kualitas tidur yang baik.

4.2.2 Analisa Bivariat

Tabel 4.3

Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trimester III di Puskesmas Sidorejo Lampung Timur

Tahun 2015 Tingkat Kecemasan Kualitas Tidur Total P Value OR CI Baik Buruk n % N % n %

Tidak ada Kecemasan

– Kecemasan Ringan 7 63,5% 4 36,4% 11 100,0% 0,015 8,750 1.712 44.723 Kecemasan Sedang - kecemasan Berat 4 16,7% 20 83,3% 24 100,0% Total 11 31,4% 24 68,6% 35 100,0%

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebanyak 7 responden (63,5%) tidak mengalami kecemasan sampai kecemasan ringan dengan kualitas tidur yang baik, sedangkan responden dengan kecemasan sedang sampai kecemasan berat dan memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 20 orang (83,3%), hal ini dikarenakan kehamilan yang baru pertamakali dan semakin dekatnya waktu persalinannya serta iu

(58)

43

hamil akan sering terbangun dimalam hari untuk berkemih. Sedangkan responden dengan kualitas kecemasan sedang- kecemasan berat dan memiliki kualitas tidur baik sebanyak 4 orang (16,7), hal ini disebabkan karena pemenuhan nutrisi terckupi, motivasi dan dukungan dari keluarga, dan pengetahuan yang cukup dari responden.

Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat kecemasan maka akan semakin buruk kualitas tidur yang dimiliki ibu hamil.

Uji statistik Chi-Square didapatkan nilai p-value = 0,015 (P value < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur Ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Sidorejo Lampung Timur tahun 2015.

Kemudian didapatkan OR = 8,750 yang berarti bahwa ibu hamil primigravida trimester III yang mengalami tingkat kecemasan sedang-berat mempunyai peluang mengalami kualitas tidur yang buruk 8,750 kali lebih besar, dibandingkan ibu hamil primigravida trimester III yang tidak mengalami kecemasan sampai kecemasan ringan yang mengalami kualitas tidur buruk.

(59)

44 4.3 Pembahasan

4.3.1 Pembahasan Univariat

4.3.1.1 Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester III

Hasil penelitian yang telah dilakukan untuk variabel kecemasan ibu hamil primigravida trimester III diperoleh bahwa sebanyak 11 orang (31,4 %), tidak mengalami kecemasan sampai kecemasan ringan, dan 24 orang (68,6 %) mengalami kecemasan sedang sampai kecemasan berat.

Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Detiana (2010), bahwa kehamilan primigravida trimester III adalah merupakan pengalaman pertama kali, ibu akan cenderung merasa cemas dengan kehamilannya, merasa gelisah dan mengkhawatirkan tentang keselamatan dirinya dan nasib anak yang akan dilahirkan nanti. Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang keadaannya mempengaruhi bawah sadar. Kecemasan yang sudah memengaruhi atau terwujud pada gejala fisik, terutama pada fungsi saraf maka akan terlihat gejala-gejala yang akan ditimbulkan diantaranya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, keluar keringat berlebih, sering mual, gemetar, muka merah, dan sukar bernafas. Selain itu, menurut teori Janiwanty & Pieter (2013) kecemasan akan berdampak buruk terhadap kesejateraaan janin dan ibu yang akan mengakibatkan bayi lahir kurang dari normal, prematur dan bahkan bisa terjadi keguguran.

(60)

45

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Utami dan Lestari (2009) didapatkan primigravida mayoritas berada pada tingkat kecemasan berat (46,7%). sedangkan multigravida mayoritas berada pada tingkat kecemasan sedang (72.3%). Terdapat perbedaan tingkat kecemasan primigravida dengan multigravida dalam menghadapi kehamilan (p value= 0,001). Penelitiannya juga menyebutkan bahwa pada masa trimester III adalah masa yang kompleks bagi ibu hamil, ibu akan merasa lebih cemas untuk menghadapi persalinan. Rasa cemas akibat perubahan fisik yang dialami ibu dan juga kondisi psikologis dan kesiapan emosional calon ibu dalam menghadapi persalinan turut mempengaruhi kecemasan.

Menurut pendapat peneliti bahwa kecemasan ini disebabkan karena ibu hamil belum pernah mengalami pengalaman bersalin mengingat kehamilannya adalah kehamilan yang pertama (primigravida). Pada saat melakukan penelitian, peneliti mendapatkan beberapa ibu hamil yang mengatakan sering merasa jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, hal tersebut terjadi pada saat ibu merasakan atau memikirkan akan bagaimana tentang kehamilan dan melahirkan anaknya nanti. Selain itu, wawancara peneliti juga mendapatkan salah satu tanda-tanda kecemasan dimana responden mengeluhkan sering merasa muka merah. Penelitipun mendapatkan tanda dan gejala kecemasan lainnya yaitu tiga orang ibu hamil tangannya gemetar saat rasa cemas menghampiri dan tidak bisa berkonsentrasi dengan baik.

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Alasan peneliti melakukan peneliti melakukan penelitian ini adalah ingin menganalisis bagaimana dampak dari variabel harga minyak dunia, kurs, inflasi terhadap

Berdasarkan hal tersebut di atas, juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mengenai Angkutan Laut Pelayaran Rakyat Pasal 1 Angka 5,

Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif diantaranya Teams Games Tournament (TGT) dan Numbered Heads Together (NHT). TGT adalah pembelajaran kooperatif

Penelitian ini diharapkan untuk dapat menambah pengetahuan dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan khususnya mengenai analisis diskriminan model Altman Z-Score

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keterlaksanaan pembelajaran menunjukkan berkategori sangat baik; nilai rata- rata lembar kerja siswa (LKS) dan lembar evaluasi siswa

 Landasan pedagogis mengemukakan bahwa bimbingan merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang amat penting dalam upaya untuk memberikan bantuan (pemecahan-pemecahan

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial: Komitmen Organisasi dan Pelimpahan Wewenang sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus pada

The scientific method as a method of intervention to improve the character education of elementary school students is more directed to the affective domain in the field of