• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laboratorium alami bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laboratorium alami bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kebun botani merupakan salah satu kawasan yang digunakan sebagai laboratorium alami bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Kebun Botani UPI juga ditumbuhi oleh banyak tanaman yang bisa mendukung keanekaragaman Lepidoptera. Sekitar 150 spesies tanaman dari mulai pohon, perdu, liana dan herba yang hidup di Kebun Botani. Banyak tanaman di Kebun Botani mendukung keberadaan Lepidoptera, salah satunya adalah Citrus (pohon jeruk) yang biasanya menjadi tanaman inang larva genus Papilio (Tati-Subahar & Yuliana, 2010). Kebun botani memiliki luas sekitar ± 8000 m2 dan ketinggian 927. 20 mdpl dengan berbagai fasilitas di dalamnya seperti rumah kaca, laboratorium dan rumah hewan. Pentingnya peran kebun botani dalam proses perkuliahan yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Biologi menjadikan kebun botani sebagai sumber specimen dan sarana untuk pengamatan mahasiswa.

Dengan komposisi vegetasi tanaman tersebut di Kebun Botani UPI yang dapat mendukung untuk tempat hidup Lepidoptera. Dengan adanya perubahan, pembangunan dan renovasi pada habitat Kebun Botani menyebabkan hilangnya beberapa tanaman dan membuat komposisi vegetasi tanamannya pun berubah yang berpengaruh terhadap perubahan struktur komunitas Lepidoptera di Kebun Botani.

(2)

Gambar 4.1. Kebun Botani UPI Bandung (Sumber: Dokumen Pribadi)

Komposisi vegetasi Kebun Botani cukup heterogen yang ditunjukkan oleh beragamnya individu tanaman yang hidup di Kebun Botani. Pintu masuk kawasan seluas ± 8000 m2 ini ditumbuhi oleh tanaman herba dan palem. Terdapat lahan terbuka di daerah pintu masuk Kebun Botani yang menjadi daerah kesukaan kupu-kupu. Terdapat beberapa pohon dan semak dengan kanopi yang tidak terlalu luas. Di bagian tengah Kebun Botani terdapat lahan terbuka di belakang laboratorium dan di dekat kolam dengan vegetasi dan komposisi tanamannya yang berbeda dengan vegetasi dan komposisi daerah pintu masuk. Sedangkan untuk bagian belakang Kebun Botani vegetasi dan komposisi vegetasinya rimbun dan ditumbuhi oleh banyak pohon tinggi yang menyebabkan jarang ditemukannya kupu-kupu, kecuali pada daerah dekat dengan rumah mencit. Di dekat rumah mencit terdapat sedikit lahan terbuka dengan kompisisi vegetasi berupa tanaman herba dan rerumputan seperti yang terlihat pada gambar 4.2.

(3)

Gambar 4.2. Sketsa denah Kebun Botani UPI Bandung (Sumber: Dokumen Pribadi)

Dari keseluruhan daerah Kebun Botani yang telah diamati, hampir di semua bagian Kebun Botani terdapat kupu-kupu. Kehadiran kupu-kupu ini didukung oleh adanya lahan terbuka dan keberadaan tanaman pakan serta tanaman inang kupu-kupu.

2. Keanekaragaman dan Kelimpahan Kupu-kupu di Kebun Botani UPI Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kebun Botani UPI, ditemukan 40 spesies Lepidoptera dari 9 Familia yang terdiri dari 7 spesies Papilionidae, 6 spesies Pieridae, 2 spesies Danaidae, 5 spesies Satyridae, 13 spesies Nymphalidae,

(4)

1 spesies Amathusiidae, 3 spesies Lycaenidae, 2 spesies Hesperidae dan 1 spesies Arctiidae (tabel 4.1).

Tabel 4.1. Kelimpahan setiap spesies kupu-kupu dewasa di Kebun Botani UPI

No. Familia Spesies Pi Rerata ± SD

1 2 3 4 5

1. Papilionidae Papilio memnon 0.02 0.01 0.03 0.02 0.03 0.02 ± 0.006 2. Papilio demoleus 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 ± 0.003 3. Papilio demolion 0.01 0.03 0.01 0.01 0.02 0.01 ± 0.009 4. Papilio helenus - 0.01 - 0.01 0.01 0.006 ± 0.006 5. Graphium agamemnon 0.02 0.03 0.03 0.02 0.03 0.02 ± 0.01 6. Graphium doson 0.02 0.04 0.01 0.02 0.02 0.02 ± 0.01 7. Graphium sarpedon 0.02 - 0.03 0.01 0.01 0.01 ± 0.01 8. Pieridae Delias belisama 0.19 0.16 0.25 0.10 0.10 0.157 ± 0.06

9. Delias periboea 0.06 0.08 0.05 0.02 0.06 0.05 ± 0.02 10. Appias libythea 0.06 0.06 0.05 0.05 0.04 0.05 ± 0.01 11. Letopsia nina 0.12 0.11 0.13 0.24 0.15 0.147 ± 0.05

12. Eurema hecabe 0.07 0.07 0.08 0.13 0.08 0.08 ± 0.02 13. Eurema sari 0.03 0.03 0.03 0.02 0.02 0.03 ± 0.005 14. Danaidae Euploea gloriosa 0.04 0.02 0.03 0.02 0.04 0.03 ± 0.01 15. Euploea phaenareta 0.06 0.01 0.02 0.02 0.09 0.04 ± 0.03 16. Satyridae Mycalesis janardana 0.01 0.01 0.01 0.02 0.01 0.01 ± 0.004

17. Melanitis leda 0.01 - - - - 0.001 ± 0.002

18. Yptima philomela 0.02 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 ± 0.005 19. Yptima baldus 0.03 0.02 0.01 0.02 0.02 0.02 ± 0.01 20. Elymnias hypermnestra - - 0.01 - - 0.003 ± 0.006 21. Nymphalidae Cupha erymanthis 0.01 0.01 - 0.01 0.02 0.01 ± 0.01 22. Phalanta alcippe 0.01 0.01 - 0.02 - 0.01 ± 0.01 23. Doleschallia bisaltide - 0.01 - 0.01 - 0.004 ± 0.006 24. Neptis hylas 0.03 0.08 0.07 0.05 0.08 0.06 ± 0.02 25. Euthalia monina - 0.01 - - - 0.002 ± 0.006 26. Athyma nefte - 0.01 - - - 0.003 ± 0.006 27. Junonia iphita 0.04 0.04 0.03 0.02 0.02 0.026 ± 0.01 28. Junonia orithya 0.02 0.01 0.01 0.02 0.01 0.012 ± 0.006 29. Hypolimnas bolina - - 0.01 0.01 - 0.004 ± 0.006 30. Polyura moori - - 0.01 - 0.01 0.004 ± 0.005 31. Cyrestis lutea - - - 0.01 - 0.001 ± 0.003 32. Ariadne ariadne 0.04 0.03 0.03 0.05 0.03 0.04 ± 0.01 33. Acraea issora - 0.01 - - - 0.001 ± 0.003

34. Amathusiidae Amathusia phidippus - - 0.01 - 0.01 0.002 ± 0.003 35. Lycaenidae Zizina otis 0.02 0.02 0.01 0.02 0.01 0.01 ± 0.01 36. Jamides caeruleus 0.02 0.03 0.01 0.04 0.02 0.02 ± 0.01 37. Jamides pura 0.04 0.01 0.03 0.06 0.03 0.03 ± 0.02 38. Hesperidae Erionota thrax 0.01 - - - 0.01 0.002 ± 0.003 39. Pelopidas conjuctus 0.01 0.01 0.01 - 0.01 0.01 ± 0.003 40. Arctiidae Nyctemera baulus 0.01 - - - - 0.001 ± 0.003

9 Familia 40 Spesies 1 1 1 1 1

Keterangan Tabel:

 = Nilai kelimpahan kupu-kupu tertinggi

 = Nilai kelimpahan kupu-kupu terendah

(5)

Berdasarkan hasil perhitungan kelimpahan relatif spesies tertinggi yaitu

Delias belisama dengan nilai kelimpahan relatif 0.16 ± 0.06 dan Letopsia nina

dengan nilai kelimpahan relatif 0.15 ± 0.05, yang berarti bahwa D. belisama dan

L. nina melimpah dibandingkan dengan spesies lainnya di Kebun Botani. Sedangkan untuk nilai kelimpahan terendah dengan nilai berkisar antara 0.001 – 0.003, yaitu ; Papilio helenus, Acraea issora, Melanitis leda, Elymnias hypermnestra, Phalanta alcippe, Euthalia monina, Athyma nefte, Cyrestis lutea, Amathusia phidippus, Erionota thrax dan Nyctemera baulus. Berdasarkan indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner, nilai keanekaragaman di kebun Botani UPI tergolong sedang dan stabilitas komunitasnya pun sedang, terlihat dari nilainya yaitu H’ = 2.82 ± 0.16 dan indeks kemerataan (e) rendah dengan nilai 0.83 ± 0.04 (tabel 4.2).

Tabel 4.2. Keanekaragaman dan kemerataan kupu-kupu dewasa di Kebun Botani UPI

Pengulangan H’ ∑ spesies Kemerataan

1 2.87 30 0.84 2 3.03 31 0.88 3 2.79 29 0.83 4 2.82 30 0.83 5 2.59 30 0.76 Rerata ± SD 2.82 ± 0.16 0.83 ± 0.04

Sedangkan untuk larva kupu-kupu ditemukan 13 spesies dan 3 spesies belum teridentifikasi dan 3 diantaranya diketahui merupakan Euploea sp., Euploea gloriosa dan Euploea phaenareta. Sedangkan untuk larva lainnya hanya teridentifikasi hingga tingkat familia yaitu anggota dari familia Lymantriidae, Lasiocampidae, Pieridae, Arctiidae dan Nymphalidae. Kelimpahan larva kupu-kupu paling tinggi yaitu familia Pieridae spesies 2 (1,67) yang ditemukan di

(6)

tanaman inang herba dan untuk nilai kelimpahan terkecil yaitu familia Lymantriidae dan Lasiocampidae masing-masing spesies 1, 3 dan 9 (0,01).

Tabel 4.3. Kelimpahan larva kupu-kupu di Kebun Botani UPI No. Familia Spesies

larva Pi Rerata ± SD 1 2 3 4 5 a. Lymantriidae Spesies 1 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 b. Pieridae Spesies 2 0.22 0.00 0.14 0.38 0.06 0.16 c. Lasiocampidae Spesies 3 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 d. - Spesies 4 0.06 0.10 0.07 0.00 0.00 0.05 e. - Spesies 5 0.06 0.20 0.21 0.13 0.11 0.14 f. - Spesies 6 0.00 0.00 0.07 0.00 0.00 0.014 g. Lymantriidae Spesies 7 0.00 0.20 0.00 0.38 0.11 0.14 h. Nymphalidae Spesies 8 0.00 0.10 0.14 0.13 0.17 0.11 i. Arctiidae Spesies 9 0.00 0.00 0.00 0.00 0.06 0.01 j. Lymantriidae Spesies 10 0.11 0.10 0.21 0.00 0.00 0.09 k. Danaidae Euploea sp. 0.00 0.00 0.14 0.00 0.11 0.05 l. Danaidae Euploea gloriosa 0.17 0.20 0.00 0.00 0.17 0.11 m. Danaidae Euploea phaenareta 0.28 0.10 0.00 0.00 0.22 0.12 1 1 1 1 1 Keterangan Tabel:

 = Nilai kelimpahan larva tertinggi  = Nilai kelimpahan larva terendah  1-5 = Pengulangan

Nilai keanekaragaman larva kupu-kupu di Kebun Botani UPI lebih kecil dibandingkan keanekaragaman kupu-kupu dewasa yang terbilang sedang dengan nilai 1,68. Sejalan dengan nilai keanekaragaman, nilai kemerataan larva kupu-kupu di Kebun Botani UPI pun lebih besar dibandingkan dengan nilai kemerataan larva kupu-kupu yaitu dengan nilai 0,89 (Tabel 4.4).

Tabel 4.4. Keanekaragaman larva kupu-kupu di Kebun Boan UPI

Pengulangan H’ ∑ spesies Kemerataan

1 1,88 8 0,90 2 1,66 7 0,85 3 1,60 7 0,82 4 1,26 4 0,91 5 1,99 8 0,96 Rerata ± SD 1,68 0,89

(7)

3. Keberadaan Tanaman Inang Larva di Kebun Botani UPI

Dari hasil sensus tanaman inang larva di Kebun Botani, terdapat 17 Familia dan 34 spesies tanaman inang larva diantaranya 16 dengan habitus pohon, 13 herba, 4 liana, 2 semak dan 1 parasit batang. Familia tanaman inang kupu-kupu yang ditemukan di Kebun Botani antara lain yaitu Annonaceae (3), Arecaceae (2), Capparaceae (1), Convolvulaceae (1), Euphorbiaceae (3), Fabaceae (1), Lauraceae (2), Lorantaceae (1), Magnoliaceae (1), Malvaceae (2), Mimosaceae (3), Moraceae (2), Papilionaceae (1), Piperaceae (1), Poaceae (10), Rubiaceae (1) dan Rutaceae (1). Dari 28 spesies, familia tanaman yang paling banyak dipergunakan kupu-kupu sebagai tanaman inang maupun pakan yaitu familia Euphorbiaceae dan Mimosaceae.

Tabel 4.5. Daftar Familia dan nama tanaman inang kupu-kupu di Kebun Botani UPI

No. Familia

tanaman inang Spesies tanaman inang Habitus

Familia

kupu-kupu Spesies kupu-kupu 1. Annonaceae

Annona muricata Pohon

Papilionidae

Graphium sarpedon

A. squamosal Pohon Graphium

agamemnon, A. reticulate Pohon

2. Arecaceae

Arenga pinnata Pohon Satyridae

Elymnias hypermnestra Hesperidae Erionota thrax Calamus rottan Pohon Satyridae

Elymnias hypermnestra Hesperidae Erionota thrax 3. Capparaceae Gynandropsis gynandra Herba Pieridae Appias libythea Letopsia nina 4. Convolvulaceae Ipomoea cairica Liana Nymphalidae Hypolimnas bolina

Junonia orithya 5. Euphorbiaceae

Euphorbia sp. Semak Pieridae Appias libythea Phyllanthus sp. Herba

Nymphalidae Athyma nefte Ricinus communis Semak Ariadne ariadne 6. Fabaceae Erythrina lithosperma Pohon Pieridae

Delias belisama Delias periboea Nymphalidae Neptis hylas 7. Lauraceae Persea Americana Pohon Papilionidae Graphium doson

Litsea cubeba Liana Papilionidae Graphium doson 8. Lorantaceae Dendrophthoe falcate Parasit Pieridae Delias belisama

(8)

batang Delias periboea 9. Magnoliaceae Michelia champaca Pohon Papilionidae

10. Malvaceae Durio zibethinus Pohon Papilionidae

Graphium Agamemnon Hibiscus sp. Pohon Nymphalidae Hypolimnas bolina

11. Mimosaceae

Acacia auriculariaformis Pohon Pieridae Eurema hecabe Eurema sari Mimosa pudica Herba Nymphalidae Junonia orithya

Lycaenidae Zizina otis Leucaena leucocephala Semak Pieridae Delias belisama

Delias periboea

12. Moraceae

Ficus religiosa Pohon Danaidae

Euploea gloriosa Euploea phaenareta Artocarpus heterophyllus Pohon Nymphalidae Doleschallia

bisaltide 13. Papilionaceae Crotalaria anagyroides Herba Lycaenidae Jamides caeruleus

Jamides pura

14. Piperaceae Piper betle Liana Papilionidae Graphium

Agamemnon 15. Poaeae Eleusine indica Herba Satyridae Cynodon dactylon Melinis minutiflora Axonopus compressus Spesies 5 Spesies 6 Spesies 7

Bambusa sp, Pohon Satyridae Melanitis leda Hesperidae Pelopidas conjuctus 16. Rubiaceae Ixora japonica Semak Nymphalidae Phalanta alcippe 17. Rutaceae Citrus grandifolia Pohon Papilionidae

17 familia 34 spesies

4. Faktor abiotik Kebun Botani UPI

Setiap penelitian mengenai keanekaragaman makhluk hidup tidak dapat dipisahkan dari faktor abiotik sebagai faktor penentu lingkungan optimal bagi tempat hidup makhluk hidup tersebut. Faktor abiotik merupakan komponen utama yang selalu ada dan mendukung struktur vegetasi Kebun Botani. Pengukuran faktor abiotik dilakukan pada waktu yang tidak bersamaan karena cuaca dan kondisi lingkungan Kebun Botani dapat berubah-ubah. Perbandingan rerata faktor abiotik lingkungan Kebun Botani dapat dilihat di tabel 4.3, dengan intensitas cahaya rata-rata 66912.66 lux, suhu udara rata-rata 31.25 oC dan kelembaban

(9)

udara 21.66 % dengan kecepatan angin 0.22 m/s. Dengan nilai KV intensitas cahaya yang paling tinggi 3661.99 menandakan bahwa intensitas cahaya merupakan faktor abiotik yang paling berpengaruh pada keanekaragaman kupu-kupu.

Tabel. 4.3. Parameter abiotik yang diukur di dalam kawasan Kebun Botani UPI

Faktor abiotik Rerata ± SD KV

Intensitas cahaya (lux) 66912.66±15653.56 3661.99

Suhu udara (oC) 31.25±2.31 0.17

Kelembaban udara (%) 21.66±1.81 0.15

Kecepatan angin (m/s) 0.22±0.09 0.04

B. Pembahasan

1. Kebun Botani UPI Sebagai Habitat Alami Kupu-kupu

Kebun Botani UPI merupakan ekosistem mikro yang ditumbuhi sekitar 150 spesies tanaman yang memiliki potensi besar untuk tempat hidup makhluk hidup di dalamnya, khususnya kupu-kupu. Dengan keberadaan Kebun Botani sebagai sarana pembelajaran dimungkinkan adanya penggunaan lahan Kebun Botani sebagai sarana konservasi bagi kupu-kupu. Thomas et al. (2004) menyatakan bahwa status kupu-kupu saat ini terancam dikarenakan habitat alaminya yang rusak, sehingga penggunaan Kebun Botani UPI diharapkan dapat menunjang kemajuan keanekaragaman kupu-kupu. Struktur vegetasi Kebun Botani mengalami perubahan signifikan yang menyebabkan berkurangnya beberapa jumlah tanaman yang tumbuh di Kebun Botani. Hal ini juga menyebabkan berubahnya ekosistem alami di Kebun Botani khususnya perubahan struktur vegetasi tanaman inang kupu-kupu yang memengaruhi keberadaan kupu-kupu. Hasil dari perubahan habitat di luar batas toleransi spesies menyebabkan sejumlah

(10)

koloni kupu-kupu telah terganggu stabilitasnya bahkan punah dikarenakan aktivitas manusia (Tiple et al., 2007).

Karakteristik ekosistem Kebun Botani UPI yang khas dengan adanya lahan terbuka dan keberadaan tanaman berbunga serta tanaman inang larva memberikan kesempatan kupu-kupu untuk melakukan perkembangbiakan dan menyelesaikan siklus hidupnya. Dengan penggunaan lahan Kebun Botani UPI dapat memberikan kontribusi untuk mempertahankan eksistensi kupu-kupu yang semakin terancam karena banyak habitatnya yang rusak dan dialih fungsikan sebagai pemukiman maupun sebagai fasilitas umum.

Rona lingkungan Kebun Botani UPI sangat mendukung untuk keberadaan kupu-kupu di dalamnya, hal ini terlihat pada faktor abiotik yang terukur. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kebun Botani UPI memiliki intensitas cahaya yang yaitu 66912.66 lux dan suhu udara yaitu 21.66 %. Nilai tersebut menunjukan nilai optimal untuk kupu-kupu dan ini terlihat pada nilai KV yang menunjukan bahwa intensitas cahaya merupakan faktor abiotik yang paling berpengaruh. Intensitas cahaya sangat memengaruhi jumlah individu kupu-kupu berdampingan dengan kelembaban udara. Keragaman spesies kupu-kupu didukung oleh kelembaban udara yang rendah dan intersitas cahaya yang tinggi (Efendi, 2009).

Dari hasil penelitian, keberadaan kupu-kupu di Kebun Botani UPI terbanyak berada di daerah lahan terbuka atau daerah dengan komposisi vegetasi herba dan rerumputan. Namun ada beberapa spesies kupu-kupu seperti anggota Genus

Graphium, Delias dan Papilio banyak terdapat di daerah dengan kanopi yang rapat. Perbedaan anggota kupu-kupu tersebut dengan spesies kupu-kupu yang

(11)

lainnya yaitu memiliki kemampuan terbang yang cepat dan tinggi di sekitar puncak pohon tidak seperti spesies kupu lainnya. Namun anggota kupu-kupu tersebut juga terkadang ditemukan di lahan terbuka dan di dekat kolam. Hal ini dikarenakan keberadaan bunga bernektar yang menjadi pakan utama kupu-kupu dewasa dan kebutuhannya terhadap air. Sedangkan untuk tanaman inang larva anggota kupu-kupu tersebut biasanya merupakan tanaman dengan habitus pohon. Salah satu contohnya yaitu Genus Papilio yang memiliki tanaman inang larva yaitu Citrus, sedangkan tanaman Citrus di Kebun Botani merupakan tanaman dengan habitus pohon. Berbeda dengan Genus Graphium yang menjadikan Michelia sebagai tanaman inang larvanya, namun masih pada habitus pohon. Sedangkan Genus Delias banyak ditemukan di daerah dengan komposisi vegetasi pohon karena tanaman inang larvanya yaitu Dendrophthoe falcate yang merupakan tanaman parasit batang yang melilit pohon. Sehingga anggota Genus

Delias banyak ditemukan di sekitar pohon tersebut.

Kelimpahan larva Pieridae merupakan kelimpahan tertinggi dari larva yang ditemukan di Kebun Botani. Berbeda dengan jumlah D. belisama dewasa yang melimpah, namun larva D. belisama tidak ditemukan di Kebun Botani UPI. Hal ini dikarenakan keberadaan tanaman inang larva Delias yang terbatas. Kupu-kupu juga mengahadapi berbagai stimulus ekternal, kondisi serta respon internal dan hambatan dari habitatnya yang menyebabkan kupu-kupu Delias dewasa melimpah sedangkan larvanya tidak melimpah. Sedangkan melimpahnya larva Familia Pieridae dikarenakan pemilihan tanaman inang oleh kupu-kupu dewasa. Semua faktor alami dan stimulus yang diterima kupu-kupu dewasa yang menyebabkan

(12)

banyaknya kupu-kupu dewasa dari Familia Pieridae lebih memilih Kebun Botani UPI sebagai habitatnya.

Gambar 4.3. Sketsa keberadaan kupu-kupu di Kebun Botani UPI (Sumber: Dokumen Pribadi, 2012)

Dari sketsa di atas, terlihat daerah-daerah kesukaan kupu-kupu terutama kupu-kupu yang berada di lahan terbuka dan terbang rendah serta lambat. Jarang sekali kupu-kupu ditemukan di daerah pepohonan karena intensitas cahayanya yang rendah. Hampir keseluruhan kupu-kupu yang tercuplik berada di daerah yang diarsir abu-abu tersebut, karena daerah-daerah tersebut merupakan daerah lahan terbuka yang komposisi vegetasinya tanaman herba berbunga serta rerumputan. Seperti yang telah diketahui bahwa kupu-kupu merupakan serangga

(13)

poikilotermal yang menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan sehingga kupu-kupu banyak ditemukan di area terbuka dengan suhu hangat (Nugroho dalam Biodiversitas Indonesia, 2011).

2. Keanekaragaman dan Kelimpahan Kupu-kupu di Kebun Botani UPI a. Keanekaragaman Kupu-kupu di Kebun Botani UPI

Selama dua bulan penelitian, 40 spesies dari sembilan familia kupu-kupu dewasa dan 13 spesies larva kupu-kupu ditemukan. Jumlah spesies kupu-kupu dewasa terbanyak yang ditemukan yaitu Nymphalidae dengan 13 spesies dan Papilionidae tujuh spesies. Sedangkan untuk jumlah spesies terkecil yang ditemukan yaitu satu spesies Amathusiidae dan satu spesies Arctiidae. Dari hasil penelitian didapat bahwa nilai keanekaragaman kupu-kupu dewasa di Kebun Botani tergolong sedang dengan nilai 2.82 ± 0.16. Sedangkan untuk keanekaragaman larva kupu-kupu masih tergolong sedang dengan nilai yang lebih kecil dibandingkan nilai keanekaragaman kupu-kupu dewasa yaitu 1.68. Hal ini berarti bahwa produktivitas lingkungan cukup, stabilitas komunitas larva dan kupu-kupu dewasa di Kebun Botani UPI sedang, kondisi ekosistem yang cukup seimbang dengan tekanan ekologis sedang dan stabilitas komunitas sedang. Dari hasil ini membuktikan bahwa komposisi vegetasi di Kebun Botani mendukung nilai keanekaragaman kupu-kupu. Namun, untuk perbedaan nilai keanekaragaman ini mungkin dikarenakan ketersediaan tanaman bernektar yang menjadi sumber daya utama yang dibutuhkan kupu-kupu dewasa lebih banyak dibandingkan dengan tanaman inang larva yang tersedia. Perbedaan yang mencolok dalam keanekaragaman kupu-kupu ini mungkin berhubungan dengan keberadaan

(14)

tanaman bernektar dan tanaman inang larva yang digunakan oleh kebanyakan spesies kupu-kupu (Tiple et al., 2003).

Pada pengamatan kedua nilai keanekaragaman kupu-kupu lebih tinggi dibandingkan dengan pengamatan lainnya. Hal ini dikarenakan cuaca yang mendukung keanekaragaman kupu-kupu. Pada pengamatan kedua rona lingkungan di Kebun Botani cerah dan tidak berawan yang mendukung kupu-kupu dewasa untuk terbang dan mencari bunga untuk pakannya. Namun pada pengamatan kelima nilai keanekaragaman kupu-kupu dewasa lebih kecil dikarenakan rona lingkungan yang mendung berawan, menyebabkan mobilitas kupu-kupu terbatas. Berbeda dengan keanekaragaman larva kupu-kupu, nilai keanekaragaman terkecil didapat pada pengamatan keempat. Hal ini dikarenakan cuaca pada satu minggu sebelum pengamatan hujan dan mendung setiap harinya. Sehingga keanekaragaman larva kupu-kupu di minggu keempat ini kecil karena stabilitas komunitasnya yang terganggu oleh cuaca.

b. Kelimpahan kupu-kupu di Kebun Botani UPI

Dari hasil penelitian didapat bahwa semua nilai kelimpahan kupu-kupu dewasa di Kebun Botani tergolong rendah dengan nilai keanekaragaman yang tinggi. D. belisama merupakan kupu-kupu yang memiliki nilai kelimpahan paling besar yaitu 0.16 ± 0.06 seperti yang terlihat pada grafik 4.1. Pola keanekaragaman kupu-kupu sangat dipengaruhi oleh jumlah sumber daya yang digunakan (Yamamoto et al., 2007). D. belisama seperti yang terlihat pada gambar 4.2 banyak ditemukan terbang tinggi cepat di sekitar Erythrina lithosperma. D. Belisama dan D. Periboea terbang bersamaan sehingga susah untuk dibedakan,

(15)

tetapi apabila dilihat lebih teliti terlihat perbedaan bercak merah di sayap belakangnya.

Gambar 4.1. Delias belisama

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2012)

Sejalan dengan D. belisama, D. periboea memiliki nilai kelimpahan rendah yaitu 0.05 ± 0.02. Kelimpahan D. belisama yang lebih tinggi juga dikarenakan sifatnya yang polipagus yang menggunakan tanaman inang yang berbeda baik untuk larva maupun pakan dewasanya dan D. Belisama banyak ditemukan di berbagai habitat yang berbeda. Sifat polipagus ini dipengaruhi oleh karakteristik tanaman sumber makanannya khususnya toksin yang terkandung dalam tanaman tersebut karena pemilihan tanaman inang sangat berpengaruh pada kemampuan perasa larva serta tingkat ovopisisi betina (Courtney, 1984).

Letopsia nina merupakan kupu-kupu dengan nilai kelimpahan terbesar kedua dengan nilai 0.15 ± 0.05 seperti yang terlihat pada grafik 4.1. L. nina ditemukan hampir di semua bagian di Kabun Botani karena sifatnya yang polipagus.

(16)

Biasanya L. nina ditemukan bersamaan dengan Eurema hecabe karena keduanya terbang rendah dan lambat. Sedangkan E. sari yang memiliki warna dan struktur mirip E. blanda pun terkadang ditemukan di sekitar E. blanda, namun E. sari

terbang lebih cepat dibandingkan E. blanda. Nilai kelimpahan E. blanda lebih kecil dibandingkan L. nina yaitu 0.08 ± 0.02 dan E. sari memiliki nilai kelimpahan yang lebih kecil dibandingkan E. blanda yaitu 0.03 ± 0.004. L. nina

biasanya ditemukan terbang di sekitar Gynandropsis gynandra (Capparaceae). Familia Papilionidae merupakan kupu-kupu yang terbang tinggi dan cepat sehingga cukup menyulitkan pencuplikan. Familia Papilionidae jarang ditemukan banyak saat pencuplikan tidak seperti D. belisama, L. nina maupun Appias libythea atau E. blanda. Nilai kelimpahan anggota Papilionidae terbilang kecil seperti Papilio helenus dengan nilai kelimpahan 0.006 ± 0.006 dan Papilio demoleus dengan nilai 0.009 ± 0.002. Nilai kelimpahan yang kecil ini mungkin dikarenakan tidak adanya ketersediaan tanaman inang di Kebun Botani UPI untuk kedua spesies ini. Serangga mungkin hanya berkunjung untuk mencari tanaman pakan penghasil nektar yang dibutuhkan untuk serangga tersebut. Tidak adanya ketersediaan tanaman inang menyebabkan spesies serangga tidak menempatkan telur di daerah Kebun Botani UPI.

Nilai kelimpahan yang kecil juga terihat di beberapa spesies kupu-kupu yang ditemukan di Kebun Botani seperti Melanitis leda, Polyura moori, Cyrestis lutea, Acraea issora, Amathusia phidippus dan Nyctemera baulus. M. leda hanya ditemukan satu individu selama penelitian karena tidak adanya tanaman inang spesies ini. Spesies ini merupakan serangga monopagus dan dikena dengan hama

(17)

padi (Oryza sativa) karena M. leda makan dan meletakkan telurnya di O. sativa. Sedangkan P.hebe ditemukan satu individu di pengamatan ketiga dan 2 individu di pengamatan kelima. Spesies ini terlihat hanya hinggap dan hanya terbang melewati Kebun Botani karena tidak terlihat kupu-kupu ini mengambil nektar dari tanaman manapun. Tanaman inang larvanya pun tidak ditemukan, yang menandakan habitat spesies ini bukan di Kebun Botani.

C.lutea diketahui merupakan spesies endemik pulau Jawa yang ditemukan hanya satu individu selama pengamatan (Whitten, 1999 dalam FOBI 2011). Individu yang ditemukan pun bentuk sayapnya rusak dan tidak utuh, mungkin karena spesies ini telah terbang dengan jarak yang jauh. Dikarenakan status endemiknya dan hanya ditemukan satu individu sehingga spesies ini wajib untuk lebih diperhatikan. Dari penelitian sebelumnya, distribusi C. lutea ditemukan di berbagai wilayah di Pulau Jawa dan Bali. Namun, walaupun ditemukan di berbagai wilayah jumlah individunya sangat sedikit yaitu satu individu di daerah Bandung dan lima individu di Gunung Ungaran. C. lutea ditemukan sampai ketinggian 1400 di atas permukaan laut. Ciri-ciri dari individu ini yaitu sayapnya berwarna cokelat muda dengan garis melintang dan terdapat ‘ekor’ di sayap belakangnya.

(18)

Gambar 4.5. Cyrestis lutea (Sumber: Dumchus, -)

Amathusia phidippus merupakan salah satu spesies yang ditemukan dengan jumlah individu yang sedikit yaitu satu individu di pengamatan ketiga dan satu individu di pengamatan kelima. Spesies ini ditemukan sedang terbang melintasi Kebun Botani dan tidak terlihat hinggap maupun meletakkan telur. Tidak adanya ketersediaan tanaman inang spesies ini menyebabkan jumlah yang ditemukan sedikit. Nyctemera baulus merupakan spesies terakhir yang ditemukan paling sedikit dengan jumlah satu individu selama penelitian. Anggota Familia Arctiidae ini juga hanya ditemukan hinggap pada rerumputan dan tidak terlihat memakan nektar bunga maupun meletakkan telur. Kedua kupu-kupu ini juga mungkin sedang bermigrasi untuk mendapatkan keuntungan dari kecocokan periode suatu habitat yang tidak berlangsung lama (Ehrlich, 1984).

Berbeda dengan kupu-kupu dewasa, kelimpahan larva kupu-kupu di Kebun Botani UPI lebih besar dibandingkan dengan kelimpahan kupu-kupu dewasa. Nilai kelimpahan larva kupu-kupu terbesar yaitu 0.16 yang dimiliki oleh larva familia Pieridae spesies 2. Berbeda dengan kelimpahan kupu-kupu dewasa dengan

(19)

nilai terbesar 0.16 yang dimiliki oleh spesies D. belisama dari familia Pieridae. Dari kedua hasil kelimpahan didapat bahwa familia Pieridae merupakan kupu-kupu yang memiliki kelimpahan terbesar di Kebun Botani UPI. Hal ini disebebkan oleh ketersediaan tanaman berbunga maupun tanaman inang larva familia Pieridae yang melimpah di Kebun Botani. Salah satu contohnya yaitu familia tanaman Capparaceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Lorantaceae dan Mimosaceae yang memiliki habitus beragam mulai dari herba hingga semak dan pohon. Tanaman inang larva merupakan sumber daya konsumsi utama karena apabila tanpa tanama inang larva, spesies kupu-kupu tidak mampu untuk membangun populasi (Tiple et al., 2011).

3. Interaksi tanaman inang dengan kupu-kupu di Kebun Botani UPI

Informasi dasar tanaman pakan dan inang larva kupu-kupu telah dikumpulkan dan didapat 17 Familia dan 34 spesies tanaman inang larva diantaranya 16 dengan habitus pohon, 13 herba, 4 liana, 2 semak dan 1 parasit batang. Familia tanaman inang kupu-kupu yang ditemukan di Kebun Botani antara lain yaitu Annonaceae (3), Arecaceae (2), Capparaceae (1), Convolvulaceae (1), Euphorbiaceae (3), Fabaceae (1), Lauraceae (2), Lorantaceae (1), Magnoliaceae (1), Malvaceae (2), Mimosaceae (3), Moraceae (2), Papilionaceae (1), Piperaceae (1), Poaceae (8), Rubiaceae (1) dan Rutaceae (1).

Dari 28 spesies tanaman inang kupu-kupu yang ditemukan, ada 2 familia yang paling banyak digunakan sebagai tanaman pakan dan tanaman inang larva yaitu Euphorbiaceae dan Mimosaceae. Sesuai dengan pengamatan, familia Euphorbiaceae digunakan sebagai tanaman inang untuk kupu-kupu familia

(20)

Pieridae dan Nymphalidae. Appias libythea merupakan serangga monopagus yang menggunakan Euphorbia sp. sebagai tanaman inangnya. Athyma nefte juga merupakan serangga monopagus yang menggunakan Phyllanthus sp. sebagai tanaman inangnya. Begitu juga Ariadne ariadne yang menggunakan Ricinus communis sebagai tanaman inangnya seperti yang telah dilaporkan (Tiple et al., 2011).

Untuk familia Mimosaceae, Mimosa pudica digunakan sebagai tanaman inang oleh dua spesies kupu-kupu yaitu Zizina otis yang merupakan serangga monopagus dan Junonia orithya yang merupakan serangga polipagus. Acacia auriculariaformis adalah anggota familia Mimosaceae yang digunakan oleh kupu-kupu Eurema hecabe dan E. sari, yang keduanya merupakan serangga polipagus. Kupu-kupu genus Delias terlihat terbang di sekitar tanaman Leucaena leucocephala karena anggota dari genus tersebut menggunakan nektar bunga

Leucaena leucocephala sebagai sumber pakan kupu-kupu dewasa yang merupakan serangga polipagus (Tiple et al, 2011).

Sesuai hasil penelitian, Anonnaceae merupakan tanaman inang spesifik untuk kupu-kupu genus Graphium. Hal ini juga ditemukan pada Citrus grandifolia yang merupakan tanaman inang spesifik untuk kupu-kupu genus Papilio, sesuai dengan penelitian sebelumnya (Tati-Subahar & Yuliana, 2010). Untuk jenis tanaman inang lain, tidak ditemukan adanya spesifikasi dari suatu spesies ataupun genus kupu-kupu.

Ada beberapa spesies larva kupu-kupu yang tercuplik merupakan anggota dari Genus Euploea, yaitu E. sp., E. eunice dan E. mulciber. Ketigaspesies larva

(21)

kupu-kupu tersebut berdiam di tanaman Ficus religiosa dan kupu-kupu dewasanya terlihat terbang di sekitar tanaman Glyricida sephium karena warna bunganya kuning yang menyebabkan ketiga spesies tersebut menggunakan nektar bunga G. sephium sebagai sumber makanan mereka. Karena kupu-kupu dewasa memilih tanaman dan bunga sesuai warnanya yang mencolok dan menarik perhatian seperti merah, kuning, orange dan ungu sebagai sumber nektarnya (Nurcahya, 2003). Selain itu kupu-kupu dewasa dari Hypolimnas bolina juga terlihat terbang di sekitar G. sephium yang bunganya berwarna kuning untuk mengambil nektar bunyanya sebagai sumber makanan.

Dengan karakteristik Kebun Botani yang memiliki produktivitas lingkungan cukup, stabilitas komunitas larva dan kupu-kupu dewasa sedang, kondisi ekosistem yang cukup seimbang dengan tekanan ekologis sedang dan stabilitas komunitas sedang membuktikan bahwa komposisi vegetasi di Kebun Botani mendukung nilai keanekaragaman kupu. Karena struktur populasi kupu-kupu di Kebun Botani mungkin dipengaruhi oleh distribusi sumber daya yang dibutuhkan. Distribusi sumber nutrisi, temperatur dan area tropis juga mungkin menjadi faktor utama dalam pengaturan struktur populasi kupu-kupu yang tidak bermigrasi (Ehrlich, 1984). Seperti yang teramati pada kupu-kupu dewasa Delias belisama dan Delias periboea yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi dibandingkan spesies kupu-kupu dewasa lainnya. Kedua anggota kupu-kupu dewasa tersebut terlihat terbang menyebar di Kebun Botani untuk mencari sumber nutrisi yang dibutuhkannya. Penyebaran kupu-kupu dewasa inilah yang mengatur struktur populasinya, sedangkan perpindahan larva biasanya jarang dilakukan.

(22)

Keanekaragaman larva dan kupu-kupu dewasa di Kebun Botani tergolong sedang, namun kelimpahan setiap species baik larva maupun kupu-kupu dewasa tergolong rendah. Hal ini dikarenakan keanekaragaman kupu-kupu sangat bergantung pada struktur , persebaran, kelimpahan dan komposisi vegetasi tanaman inang (Faieshman et. al., 2005; Cleary & Genner, 2004). Sedangkan komposisi vegetasi di Kebun Botani sendiri telah banyak berubah setelah diadakannya perubahan struktur dan renovasi, banyak tanaman inang larva yang hilang dan tanaman sumber nektar bagi kupu-kupu dewasa juga menjadi terbatas. Namun, hilangnya dan terbatasnya tanaman inang larva serta tanaman sumber nektar bagi kupu-kupu dewasa ini masih dalam batasan normal karena dalam kenyataannya dengan komposisi vegetasi Kebun Botani saat ini masih menunjang keanekaragaman larva dan kupu-kupu dewasa.

Gambar

Gambar 4.1. Kebun Botani UPI Bandung  (Sumber: Dokumen Pribadi)
Gambar 4.2. Sketsa denah Kebun Botani UPI Bandung  (Sumber: Dokumen Pribadi)
Tabel 4.1. Kelimpahan setiap spesies kupu-kupu dewasa di Kebun Botani UPI
Tabel 4.2. Keanekaragaman dan kemerataan kupu-kupu dewasa di Kebun Botani  UPI
+6

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu pada pendapat Sarwono (2007:35) pengaruh 0,228 tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas dan financial leverage secara bersama-sama memiliki pengaruh yang

Dengan demikian peneliti mengangkat judul penelitian “ Pengaruh Tenaga Penjual, Produk Dan Harga Terhadap Kepuasan Konsumen Pada CV Tirta alam Jaya Raya”3.

dari pekerjaan proyek pembangunan rumah hunian, sehingga dapat diketahui durasi penyelesaian proyek dan (2) Mengetahui aktivitas mana saja yang merupakan lintasan

dengan POS dalam berita acara pelaksanaan ASPD-BK. Pengawas ruang/fasilitator dan Proktor membuat dan menyerahkan berita acara pelaksanaan dan daftar hadir ke Panitia

Berdasarkan tabel di atas, karena banyaknya garis tidak sama dengan banyaknya baris/kolom maka solusi belum optimal, sehingga angka yang tidak terkena garis harus

Bank Tabungan Pensiunan Nasional, sebagai salah satu Bank dengan tingkat kompetisi yang tinggi diantara Bank- Bank dan perusahaan lainnya perlu meningkatkan produktivitas

Penelitian yang dilakukan akan menitikberatkan pada nilai Ba pre dan pascaoperasi, dikaitkan dengan kualitas berkemih, pada pasien yang telah menjalani tindakan

Sebagai contoh, pada proses pengenalan pola menggunakan algoritma template matching, ukuran citra input harus disesuaikan dengan ukuran citra yang ada di basis