• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Depresi Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. di Klinik Kitamura Pontianak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Tingkat Depresi Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. di Klinik Kitamura Pontianak"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 1. Februari 2019 Gambaran Tingkat Depresi Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

di Klinik Kitamura Pontianak

Dana Rizky1; Rozalina2; Mitra Handini3 1

Program Studi Kedokteran, FK UNTAN 2

Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa, FK UNTAN 3

Departemen Fisiologi Medik, Program Studi Kedokteran, FK UNTAN

Abstrak

Latar belakang. Depresi merupakan gangguan psikologis yang sering dikaitkan dengan stresor jangka panjang seperti penyakit kronis, diantaranya diabetes melitus. Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel β langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Metode. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah paeisn diabetes melitus di klinik Kitamura Pontianak Periode 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner Hamilton depression rating scale (HAM-D). Hasil. Subjek yang mengalami depresi sebanyak 55% dengan rincian depresi ringan sebanyak 27.5%, tingkat depresi sedang 15%, tingkat depresi berat sebanyak 5%, dan tingkat depresi sangat berat sebanyak 7,5%. Kesimpulan. Tingkat depresi terbanyak pada pasien DM tipe 2 di klinik Kitamura Pontianak adalah tingkat depresi ringan. Karakteristik responden terbanyak pada pasien yang mengalami depresi adalah sebagai berikut: umur >46 tahun, perempuan, sudah menikah dan pekerjaan ibu rumah tangga.

Kata kunci : Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2), Depresi, Hamilton depression rating scale (HAM-D)

Background. Depression is a physchological disorder that which is often associated with long-term stressors such as chronic disease, including diabetes mellitus. DM is defined as a metabolic disease or disorder characterized by impaired metabolism of carbohydrates, lipids, and proteins as a result of insulin function insufficiency. Insufficiency of insulin can be caused by β Langerhans cells of the pancreatic gland or due to lack of responsiveness of body cells to insulin. Method. Descriptive method were used in this study with cross sectional method. The samples of this research are the patients of Kitamura clinic Pontianak for 2017 period, fulfill the inclusion criteria and does not meet the exclusion criteria. Data was obtained by using Hamilton Depretion Rating Scale (HAM-D) questionnaire. Result. The results showed that the prevalence of depression in patients with DM type 2 is 55%. In details, mild depression is 27.5%, moderate depressios is 15%, Severe depression is 5%, and extremely severe depression is 7.5%. Conclusion. Majority of the depression level in patient with DM type 2 in Kitamura clinic Pontianak is mild depression and the dominant characteristics in respondent with depression are: age >45, female, married, and housewives.

(2)

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 1. Februari 2019 PENDAHULUAN

Gangguan depresi merupakan salah satu gangguan mood yang utama. Depresi merupakan hilangnya minat, energi, hilangnya konsentrasi, hilangnya nafsu makan, hilangnya perasaan bersalah, dan berpikir keinginan tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain gangguan mood yaitu perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan dan fungsi vegetatif seperti tidur, aktivitas seksual dan biasanya perubahan tersebut hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial dan pekerjaan.1 Setiap orang pada masa hidupnya pernah menderita depresi sampai pada tingkat tertentu.2

Depresi merupakan gangguan psikologis yang sering dikaitkan dengan stresor jangka panjang seperti penyakit kronis, diantaranya diabetes melitus. Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula

darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel β langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.3

Data yang dilaporkan World Health

Organization (WHO) pada tahun 2013

terdapat tiga ratus juta penderita depresi di dunia.4 Data yang dilaporkan National

Institute of Mental Health (NIMH) pada

tahun 2015 terdapat 16,1 juta orang yang berusia lebih dari 18 tahun menderita depresi di Amerika Serikat.5 Data yang dilaporkan World Health Organization

(WHO) pada tahun 2014 terdapat 422 juta orang yang berusia lebih dari 18 tahun menderita diabetes melitus di dunia. Terdapat 96 juta orang berusia lebih dari 18 tahun menderita diabetes melitus di Asia Tenggara.6

Indonesia kini telah menduduki urutan keempat jumlah penderita diabetes

(3)

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 1. Februari 2019

terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penderita diabetes pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan ada 20,1 juta penderita diabetes dengan tingkat prevalensi 14,7% untuk daerah urban dan 7,2% daerah rural.7 Salah satu pusat pelayanan perawatan luka pada klinik Kitamura yang berada di Pontianak Kalimantan Barat, memiliki data terkait dengan luka dari bulan Januari sampai bulan Mei 2015 terdiri atas kasus luka sebanyak 359 kasus dengan jumlah pasien Diabetic Foot Ulcer

(DFU) yang mengalami perawatan luka secara aktif di Klinik Kitamura berjumlah 189 pasien.8 Sementara penelitian tentang tingkat depresi pada pasien diabetes melitus di klinik Kitamura belum pernah dilakukan. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian tentang tingkat depresi pada

pasien diabetes melitus di klinik Kitamura Pontianak.

Hubungan antara diabetes dan depresi berkaitan terhadap peningkatan resiko angka kesakitan dan angka kematian. Perkembangan depresi sering dianggap sebagai respons sekunder terhadap timbulnya komplikasi, namun depresi juga dapat berperan dalam perkembangan dari komplikasi diabetes.9 Depresi dapat meningkat disebabkan oleh tatalaksana dari anti diabetes, salah satunya terapi insulin.10 Terapi insulin pada orangtua dengan diabetes melitus tipe 2 dapat menyebabkan peningkatan gejala depresi.11 Penelitian yang dilakukan Soegondo pada tahun 2008, didapatkan bahwa penderita diabetes terutama yang mengalami komplikasi, mempunyai resiko depresi 3 kali lipat dibandingkan masyarakat umum. Komplikasi diabetes dapat menyebabkan kehidupan sehari-hari yang lebih sulit sehingga menimbulkan kesedihan yang berkepanjangan.12

(4)

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 1. Februari 2019

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti akan melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat depresi penderita diabetes melitus di Klinik Kitamura Pontianak periode 2017, yang hingga saat ini belum pernah dilakukan sehingga peneliti ingin melakukan penelitian tersebut.

METODE

Penelitian ini dilakukan di klinik Kitamura Pontianak pada bulan Maret sampai Mei 2018. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross sectional. Populasi dalam penelitian

ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 di klinik Kitamura Pontianak. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 di klinik Kitamura Pontianak yang mengalami depresi pada periode 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Proses pengambilan data dimulai dari peneliti memberikan informed consent

kepada subjek penelitian. Subjek

penelitian yang memenuhi kriteria inklusi akan melakukan pengisian kuesioner

Hamilton Depression Rating Scale

(HAM-D).

HASIL

Proses Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan di klinik Perawatan Luka Kitamura Pontianak terletak di jalan KH Wahid Hasyim no. 144 Pontianak, Kalimantan Barat mulai dari bulan Maret 2018 hingga Mei 2018. Jumlah total sampel pada penelitian ini adalah 40 orang. Pengambilan data dilakukan pada subjek penelitian secara berurutan dengan urutan informed consent, pengisian kuisioner. Hasil yang didapatkan diolah dengan menggunakan program

Microsoft Excel dan Microsoft Word for

Windows dan disajikan dalam bentuk

tabel dan narasi.

Data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari pasien yang bersedia menjadi subjek penelitian dan mengisi kuesioner Hamilton

(5)

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 1. Februari 2019

Rating Scale for Depression (HAM-D).

Data sekunder berupa rekam medik pasien di klinik Kitamura. Jumlah pasien diabetes melitus yang bersedia mengisi kuesioner dan melakukan pengobatan di klinik Kitamura dari bulan Maret sampai bulan Mei 2018 berjumlah 40 orang. Penelitian dimulai dengan memberikan penjelasan terkait penelitian dan kuesioner yang kemudian akan diisi oleh responden penelitian.

Distribusi Subjek Berdasarkan

Karakteristik Penelitian

Penelitian ini memiliki responden berjumlah 40 orang dengan jumlah perempuan sebanyak 21 orang (52,5%) dan laki – laki sebanyak 19 orang (47,5%). Responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 40 hingga 80 dengan distribusi responden terbanyak berada pada kelompok usia 46-50 tahun tahun sebanyak 7 orang (17,5%) dan kelompok usia 66-70 tahun sebanyak 7 orang (17,5%). Kelompok usia dengan

responden paling sedikit yaitu kelompok usia 71-75 tahun sebanyak 1 orang (2,5%). Hasil Responden pada penelitian ini, didapatkan paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga dengan jumlah 19 orang (47,5%), wiraswasta dengan jumlah 8 orang (20%), pensiunan sebanyak 7 orang (17,5%) dan paling sedikit merupakan profesi sebagai PNS sebanyak 6 orang (15%).

Berdasarkan status perkawinan, dalam penelitian ini seluruh responden berstatus menikah.

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan kejadian tingkat depresi terbanyak pada pasien diabates melitus yang mengalami komplikasi penjakit jantung koroner dan paling sedikit pada komplikasi katarak. Sedangkan 30 responden lainnya tidak menderita komplikasi penyakit lain yang disebabkan oleh diabetes melitus.

Berdasarkan hasil penelitian ini, tingkat depresi pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Klinik Kitamura

(6)

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 1. Februari 2019

Pontianak paling banyak ditemukan responden tingkat depresi ringan yaitu dengan jumlah 11 orang (27,5%) dan yang paling sedikit responden dengan tingkat depresi berat yaitu berjumlah 2 orang (5%). Sedangkat 18 lainnya masih termasuk ke dalam rentang normal.

Tingkat Depresi pada Subjek Penelitian Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah responden perempuan sebanyak 15 orang (68,2%), sedangkan jumlah responden laki – laki didapatkan sebanyak 7 orang (31,8%).

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil pada keadaan tidak depresi (normal) terbanyak pada rentang usia 51-55 tahun yaitu sebanyak 6 orang (15%), kemudian pada tingkat depresi ringan didapatkan hasil terbanyak pada rentang usia 61-65 tahun dan 71-75 tahun yaitu sebanyak masing – masing 3 orang (7,5%), pada tingkat depresi berat didapatkan hasil terbanyak pada rentang usia 46-50 tahun dan 61-65 tahun yaitu sebanyak 1 orang (2,5%). Keadaan tingkat

depresi sangat berat didapatkan hasil pada rentang usia 40-45 tahun sebanyak 1 orang (2,5%), pada rentang usia 61-65 tahun sebanyak 1 orang (2,5%) dan pada rentang usia 76-80 tahun yaitu sebanyak 1 orang (2,5%).

Responden pada hasil penelitian ini, didominasi oleh ibu rumah tangga dengan jumlah 19 orang (47,5%), wiraswasta dengan jumlah 8 orang (20%). Responden pensiunan didapatkan jumlah 7 orang (17.5%). Kemudian untuk jumlah paling sedikit yaitu dengan pekerjaan sebagai PNS sebanyak 6 orang (15%).

Berdasarkan status perkawinan, pada penelitian ini seluruh responden penelitian berstatus sudah menikah.

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan pasien tidak depresi (normal) pada pasien diabates melitus yang mengalami komplikasi penjakit jantung koroner sebanyak 2 orang (5%) dan penyakit stroke sebanyak 1 orang (2,5%). Sedangkan 15 responden lainnya tidak menderita komplikasi penyakit lain yang

(7)

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 1. Februari 2019

disebabkan oleh diabetes melitus. Hasil tingkat depresi ringan pada pasien diabates melitus yang mengalami komplikasi penjakit jantung koroner (PJK) sebanyak 1 orang (2.5%) dan Chronic Kidney Disease

(CKD)sebanyak 1 orang (2,5%).

Sedangkan 9 responden lainnya tidak menderita komplikasi penyakit lain yang disebabkan oleh diabetes melitus. Lalu pada tingkat depresi berat didapatkan 2 responden yang tidak menderita komplikasi penyakit lain yang disebabkan oleh diabates melitus. Selanjutnya pada tingkat depresi sangat berat didapatkan 1 orang (2,5%) responden mengalami stroke dan 2 (5%) responden lainnya tidak mengalami komplikasi penyakit lain yang disebabkan oleh diabetes melitus.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengisian kuisioner Hamilton

Rating Scale for Depression (HAM-D)

untuk mengetahui tingkat depresi yang dialami pasien diabetes melitus tipe 2

sesuai dengan skor yang didapat dari mewawancarai tiap responden.

Hasil dari penelitian yang dilakukan didapatkan 22 orang (55%) dari responden penderita diabetes melitus tipe 2 di klinik Kitamura yang menderita depresi. Penderita diabetes melitus cenderung memiliki tingkat depresi yang cukup tinggi, hasil depresi yang cukup tinggi ini juga ditemukan pada penelitian meta analisis dari Anderson et al.14 Dimana penelitian tersebut mengatakan bahwa prevalensi depresi pada pasien diabetes melitus mencapai 30%.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah responden penelitian laki-laki sebanyak orang 19 orang (47,5%) dan perempuan 21 orang (52,5%). Responden penelitian yang mengalami depresi didapatkan hasil lebih banyak pada kelompok jenis kelamin perempuan 15 orang (68,2%), sedangkan jumlah subjek penelitian laki-laki sebanyak 7 orang (31,8%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Mushtaque di India pada tahun

(8)

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 1. Februari 2019

2016, memperlihatkan proporsi kelompok perempuan lebih banyak mengalami depresi dibandingkan dengan kelompok laki-laki.

Depresi pada wanita dapat dipicu oleh stress dan juga dapat dipicu dari hal manapun dari siklus reproduksinya seperti pada premestrual dysphoric disoreder, depresi dalam kehamilan, depresi postpartum, depresi pasca-menopouse. Faktor pemicu depresi yang berkaitan dengan reproduksi pada wanita lainnya antara lain infertilitas, keguguran, kontrasepsi hormonal, dan terapi sulih hormon. Secara prevalensi, wanita dan pria memiliki peluang yang sama terkena diabetes, akan tetapi penelitian menunjukkan sebanyak 67% wanita menderita diabetes melitus sedangkan laki-laki 33%. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik perempuan memiliki peluang peningkatan index massa tubuh yang lebih besar.15

Sindroma siklus bulanan

(premenstrual syndrome),

pasca-menopouse, yang membuat distribusi

lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita lebih berisiko menderita diabetes melitus tipe 2. 16

Berdasarkan penelitian pada karakterisktik usia didapatkan hasil distribusi terbanyak berada pada kelompok usia 46-50 tahun sebanyak 7 orang (17,5%) dan kelompok usia 66-70 tahun sebanyak 7 orang (17,5%), pada kelompok usia 40-45 tahun sebanyak 4 orang (10%), kelompok usia 51-55 tahun sebanyak 6 orang (15%), kelompok usia 56-60 tahun sebanyak 4 orang (15%), kelompok usia 61-65 tahun sebanyak 5 orang (12,5%), kelompok usia 71-75 tahun sebanyak 1 orang (2,5%), kelompok usia 76-80 tahun sebanyak 6 orang (15%). Hal ini sesuai dengan studi International Diabetes

Federation pada tahun 2013 bahwa pada

usia 50 tahun ke atas kasus diabetes melitus tipe 2 ini meningkat 1 sampai 4 kali lipat.17

(9)

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 1. Februari 2019

Berdasarkan status marital didapatkan hasil terbanyak pada kelompok menikah sebanyak 40 orang (100%), dari 40 orang tersebut didapatkan 22 orang yang mengakami depresi. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mahalli tahun 2015, tingkat depresi lebih tinggi pada kelompok menikah dibanding tidak menikah. Hal tersebut dapat terjadi karena berdasarkan teori interpersonal oleh Davinson pada tahun 2006 yang menyatakan bahwa perpecahan keluarga dan interaksi antara orang yang depresi dengan pasangan hidup sering terjadi. Lansia yang hidup sendiri mengalami depresi yang lebih rendah karena dapat mengurangi frekuensi marah. 18,19

Berdasarkan pekerjaan hasil distribusi yang mengalami depresi sebanyak 22 orang. Responden pada hasil penelitian ini, didominasi oleh ibu rumah tangga dengan jumlah 14 orang (63%), wiraswasta dengan jumlah 4 orang (18%). Responden pensiunan didapatkan jumlah 3 orang (14%). Kemudian untuk jumlah

paling sedikit yaitu dengan pekerjaan sebagai PNS sebanyak 1 orang (5%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Mohamed di Malaysia pada tahun 2012, depresi lebih tinggi terjadi pada orang yang tidak bekerja.20 Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola pikir dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian edukasi pada seseorang yang memiliki pekerjaan dan memiliki korelasi baik dengan lingkungannya mempengaruhi pemahaman dan pencapaian dari tujuan pendidikan kesehatan tersebut. Seseorang dengan wawasan dan pengalaman dapat dengan mudah menerima informasi.20

Berdasarkan penelitian pada 22 orang responden yang mengalami depresi dengan diabetes melitus didapatkan 1 orang responden dengan komplikasi penyakit jantung koroner, 2 orang dengan komplikasi CKD, 1 orang dengan komplikasi vertigo, 1 orang responden dengan komplikasi stroke, 1 orang dengan komplikasi katarak, serta 16 orang responden tidak mengalami komplikasi

(10)

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 1. Februari 2019

penyakit lainnya. Dampak yang ditimbulkan dari komplikasi penyakit diabetes melitus ini dapat memicu timbulnya efek psikologis seperti depresi.21

Sebuah studi menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 memiliki risiko sedikit lebih besar (15%) menderita depresi dibandingkan dengan orang tanpa diabetes. Sementara itu orang dengan depresi memiliki 60% risiko lebih besar menderita diabetes melitus tipe 2. 22 Depresi pada orang diabetes berkaitan dengan kontrol glikemik dan metabolik yang lebih buruk, percepatan timbulnya komplikasi yang lebih cepat, dan risiko morbiditas dua kali lebih besar dibandingkan dengan penderita diabetes melitus tanpa depresi. 23

Kualitas hidup penderita diabetes melitus juga secara signifikan jauh lebih buruk dibandingkan orang dengan depresi saja, diabetes saja, orang tanpa diabetes maupun tanpa depresi. Ditambah lagi, penderita diabetes melitus dengan depresi

juga menunjukkan hari sakit yang lebih banyak, hari rawat dirumah sakit yang lebih panjang, dan waktu rawat lebih sering dibandingkan dengan pasien diabetes tanpa depresi. Oleh karena itu, tatalaksana pasien diabetes dengan depresi bukan saja untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, melainkan untuk menurunkan biaya yang diperlukan untuk keperluan kesehatan pada umumnya.16

Salah satu teori menegaskan bahwa depresi pada diabetes melitus ini dapat disebabkan oleh tekanan psikososial yang berhubungan dengan terbatasnya aktivitas fisik dan ketidakmampuan pasien untuk menjalani peran yang seharusnya dijalankan. Penderita penyakit kronis akan mudah mengalami depresi disebabkan oleh adanya simptom fisik yang tidak terkontrol dan tidak terduga, pengelolaan penyakit itu sendiri, keharusan untuk selalu taat pada aturan medis dan hilangnya interaksi sosial dan akibat efek samping yang ditimbulkan dari penyakit itu sendiri. Depresi yang timbul karena adanya perubahan –

(11)

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 1. Februari 2019

perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi dari penyakit itu sendiri. Semakin besar perubahan dalam hidup semakin tinggi pula tingkat depresinya. 24 Namun depresi ini juga tidak hanya dapat ditimbulkan oleh penyakit kronis. Berdasarkan studi – studi yang dilakukan sebelumnya, faktor risiko terjadinya depresi dapat dikelompokkan oleh beberapa faktor yaitu faktor psikososial, faktor biologis, karakteristik personal, faktor medikasi, dan faktor sosiodemografi.25

Berdasarkan subjek penelitian tingkat depresi didapatkan hasil sebanyak 18 orang (45%) tidak mengalami depresi, 11 (27,5%) orang mengalami tingkat depresi ringan, 6 orang (15%) mengalami tingkat depresi sedang, 2 orang (5%) mengalami tingkat depresi berat, dan 3 orang (7.5%) mengalami tingkat depresi sangat berat. Depresi pada pasien diabetes melitus tipe 2 bisa terjadi karena kurangnya aktivitas fisik, rendahnya

tingkat pendidikan dan stresor psikososial.26

Risiko depresi pada pasien diabetes melitus dapat disebabkan oleh stresor psikososial kronik karena mengidap penyakit kronik. Sebaliknya, depresi juga dapat menjadi faktor risiko diabetes melitus. Secara teori, hal ini diakibatkan dari proses peningkatan sekresi dan aksi hormon kontaregulasi, perubahan fungsi transpor glukosa, dan peningkatan aktivasi inflamasi.27 Menurut penelitian A Lu Z, et al pada tahun 2012 mengatakan adanya depresi pada pasien diabetes melitus telah dikaitkan dengan dampak buruk dalam perawatan diri, kontrol glikemik, hasil kesehatan, dan kualitas hidup.

Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa depresi berhubungan dengan peningkatan risiko komplikasi diabetes termasuk ulkus diabetikum dan fungsi seksual.28 Beberapa studi juga telah menyatakan bahwa depresi meningkatkan risiko kematian pada pasien diabetes melitus. Pasien dengan ulkus diabetekum

(12)

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 1. Februari 2019

mengalami keterbatasan pada aktivitas sehari-hari, hal ini juga memiliki dampak psikologis yang buruk pada pasien dengan ulkus diabetikum dikarenakan pasien ini sering mengalami depresi yang lebih tinggi. 29

KESIMPULAN

1. Terdapat 22 orang (55%) pasien diabetes melitus yang menderita depresi.

2. Pasien diabetes melitus di klinik Kitamura Pontianak yang mengalami tingkat depresi ringan sebanyak 11 orang (27,5%), tingkat depresi sedang 6 orang (15%) tingkat depresi berat sebanyak 2 orang (5%), tingkat depresi sangat berat sebanyak 3 orang (7,5%), dan yang tidak mengalami depresi sebanyak 18 orang (45%).

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock’s, Benyamin James, Virginia Alcott. Theories of personality and psychopathology, Mood Disorders, Kaplan & Sadock’s: Synopsis of psychiatry. New York; 2007.

2. Saeed Zeb, Ahmad M. Aizaz, Shakoor Abdul, Ghafoor Farkhanda, Kanwal Shumaela. Depression in patients on hemodialysis and their caregiver.

Departement of nephrology and psychiatry. Federal sheikh zayed postgraduate medical intitute, Lahore, national health research complex, Federal sheikh zayed postgraduate medical institute, Lahore. Pakistan; 2012.

3. Gregg EW, Gu Q, Cheng YJ, Narayan KM, Cowie CC. Mortality trends in men and women with diabetes. Ann Intern Med; 2007.

4. World Health Organization. Depression and Other Common Mental Disorders Global Health Estimates; 2017.

5. National Institute of Mental Health. 2015.

6. https://www.nimh.nih.gov/health/statisti cs/prevalence/major-depression-among-adults.shtml

7. World Health Organization. Global Report on Diabetes; 2016.

8. Persi. RI Ranking Keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak Dunia; 2011.

9. Sukarni. Efektivitas muscle stimulator terhadap penyembuhan luka di Klinik Kittamura Pontianak. Tesis. Bandung: Universitas Padjajaran; 2015.

10. Calvin JLR, Gaviria AZ, Rios MDM. Prevalence of Depression in Type 2 Diabetes Mellitus. Rev Clin Esp; 2015. 11. Degmecic D, Bacun T, Kovac V, Mioc J,

Horvat J, Vcev A. Depression, Anxiety and Cognitive Dysfunction in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus-A Study of Adult Patient with Type 2 Diabetes Mellitus in Osijek, Croatia. Coll Antropol; 2014.

12. Ravishankar SN, Madhuvan HS, Vishal, Thimma R, Vijaya P, Dinesh SR. A Study of Depression in Diabetes Mellitus: Analysis from Rural Hospital, India. iMedPub Journals; 2014.

13. Soegondo S. Hidup secara mandiri dengan Diabetes Mellitus, Kencing Manis, Sakit Gula. Jakarta: FKUI; 2008. 14. Anderson RJ, Freedland KE, Clouse RE,

Lustman PJ. The Prevalence Of Comorbid Depression in Adults With Diabetes, Diabetes Care; 2001.

15. Trisnawati, Kurnia S, Setyorogo S. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012; 2013.

16. Sadock, Benjamin James, Virginia Alcott Sadock. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Tenth Edition. Philadelphia: Lippincolt Williams and Wilkins; 2010.

(13)

Jurnal Cerebellum. Volume 5. Nomor 1. Februari 2019 17. International Diabetes Federation

(IDF). Diabetes Atlas, International Diabetic Federation. Sixth Edition; 2014. 18. Davinson GC, Neale JM, Kring AM. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada; 2006.

19. Taylor SE. Health Psychology. Nineth Edition. Mc Graw Hill, Inc. Singapore; 2014.

20. Mohamed R, Kadir AA, Yaacob LH. A Study on Depression among Patient with Type 2 Diabetes Mellitus in North-Eastcoast Malaysia; 2012.

21. Bastable SB. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip – Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran. Jakarta; 2002.

22. Connel CM, Davis WK, Gallant MP and Sharpe PA. Impact of Social Support, Social Cognitive variables and perceived threat on depression among adult with Diabetes. Health Psychology; 1994. 23. Katon WJ. The Comorbidity of Diabetes

Mellitus and Depression. Am J Med; 2008.

24. Spellicy The MTHFR C677T Variant is Associated with Responsiveness to Disulfiram Treatment for Cocaine Dependency Front Psychiatry; 2013. 25. Tjokroprawiro A. Hidup Sehat dan

Bahagia Bersama Diabetes Melitus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2006. 26. Onya ON, Stanley PC. Risk Factors for

Depressive Illness Among Elderly Godp Attendees at UPTH. IOSR Journal Of Dental and Medical Sciences; 2013. 27. Poongothai S, Anjana RM, Radha S, et

al. Epidemiology of Depression and Its Relationship to Diabetes in India; 2017. 28. Rivandi A, Lisiswanti R. Depresi pada

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Fakutltas Kedokteran Universitas Lampung; 2015.

29. Mazlina M and Shamsul A. Health Related Quality of Life in Patient with Diabetic Foot Problems in Malaysia. Med J Malaysia, Vol. 66, No. 3; 2011. 30. Magela G and Leila B. Assessment of

Depressive Symptoms in People with Diabetes Mellitus and Foot Ulcers. Scielo; 2011.

Referensi

Dokumen terkait

4). Penyimpanan semen portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban dimana gudang tempat penyimpanannya mempunyai ventilasi cukup dan tidak kena

博士学位論文審査要旨 申請者 田村景子 論文題目 「能楽と三島由紀夫」研究――『近代能楽集』の成立と展開 申請学位 博士(学術) 審査委員

diberikan angket untuk menunjukkan respon siswa terhadap asesmen written feedback. Beberapa indikator komentar yang digunakan dalam pembelajaran asesmen written. feedback

Temuan Data Pelaksanaan Metode Mentoring Dalam Membimbing Akhlak Remaja Pada Lembaga Rumah Zakat Indonesia Di ICD Medan Tembung .... Identifikasi

Jika konsep kepastian hukum di atas dikaitkan dengan masalah disparitas pidana pada putusan hakim dalam kasus perkosaan sebagaimana dikemukakan pada awal

Dari gambaran ini juga secara teoretis syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata perihal keharusan adanya kehendak dan

Gallery I ...Collection Galleries .Flneft .**' Decorative Arts Cityside South Gallery Museum Caff :Museum Shop I Information : Main Entrance D ANALISI StScSARAN View ke sung< View

 Memilih data khusus yang ingin ditampilkan dengan diagram lingkaran (pada laporan ini berupa data kadar Ni atau Fe pada titik bor LD12, LD13, LD14 di berbagai