• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALYSIS OF LEGAL PROTECTION FOR SALE ONLINE FRAUD VICTIM. By: Fabiandi Cornelis ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALYSIS OF LEGAL PROTECTION FOR SALE ONLINE FRAUD VICTIM. By: Fabiandi Cornelis ABSTRACT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYSIS OF LEGAL PROTECTION FOR SALE ONLINE FRAUD VICTIM

By: Fabiandi Cornelis

ABSTRACT

The buying and selling through the internet is now often done by people in Indonesia sometimes rise to the phenomenon of cyber crime crimes such as fraud, thus requiring special legal protection for victims of fraud and selling online. The purpose of this research is to know clearly about the legal protection for victims of fraud online trading and the factors that affect the legal protection for victims of fraud and selling online. The results of this study concluded that the legal protection of victims of crime and selling online is basically done through the efforts of penal and non-penal. Efforts can be reached through the efforts of penal repression, whereas non penal reached by preventive. Repressive efforts done by the victims of criminal fraud can be reported by visiting the law enforcement agency for further proceedings. Further preventive measures carried out by providing socialization legislation and legal counseling related to the use of technology and culture did not respond to requests for personal information via e-mail. Factors affecting the protection of victims of fraud online trading focused on the lack of adequate infrastructure, not maximal dissemination of legislation related to criminal offenses of cyber crime to the community, the quality of law enforcement resources and the culture of the people who are reluctant to provide reports and testimony.

(2)

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN PENIPUAN JUAL BELI ONLINE

Oleh: Fabiandi Cornelis

ABSTRAK

Jual beli melalui media internet saat ini sering dilakukan oleh masyarakat di Indonesia terkadang menimbulkan fenomena kejahatan cybercrime seperti penipuan, sehingga diperlukan perlindungan hukum secara khusus bagi korban penipuan jual beli online. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas mengenai perlindungan hukum bagi korban penipuan jual beli online dan faktor yang mempengaruhi perlindungan hukum bagi korban penipuan jual beli online. Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana jual beli online pada dasarnya dilakukan melalui upaya penal dan non penal. Upaya penal dapat ditempuh melalui upaya represif, sedangkan non penal ditempuh melalui jalur preventif. Upaya represif dilakukan dengan cara yaitu korban dapat melaporkan tindak pidana penipuan dengan cara mendatangi instansi penegak hukum untuk di proses lebih lanjut. Selanjutnya upaya preventif dilakukan dengan memberikan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan penyuluhan hukum terkait penggunaan teknologi serta budaya untuk tidak merespon terhadap permintaan informasi pribadi lewat e-mail. Faktor yang mempengaruhi perlindungan bagi korban penipuan jual beli online terfokus pada minimnya sarana dan prasarana yang memadai, belum maksimalnya sosialisasi peraturan perundang-undangan terkait tindak pidana cybercrime kepada masyarakat, kualitas sumberdaya aparat penegak hukum serta kultur masyarakat yang enggan untuk memberikan laporan dan kesaksian.

(3)

I. Pendahuluan

Teknologi informasi dan komunikasi semakin hari semakin berkembang dengan pesat yang memberikan banyak kemudahan bagi umat manusia. Banyak hal dapat dilakukan melalui internet mulai dari berhubungan sosial, bekerja, hingga melakukan bisnis jual beli secara online. Semua itu dilakukan tanpa melakukan kontak langsung dengan orang lain. Bisnis secara online dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa fasilitas seperti situs internet, jejaring sosial, maupun layanan e-banking.

Layanan bisnis online ini tertunya berpeluang untuk dijadikan lahan kejahatan. Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Internet di Indonesia dimulai pertama kali pada tahun 1990-an. Masyarakat menggunakan internet pada saat itu masih sangat terbatas, bisanya masyarakat yang berada dikota-kota besar yang menggunakannya. Berbeda dengan sekarang, masyarakat dari segala kalangan dapat menggunakan internet untuk berbagai macam hal. Kalangan tua, muda, sampai anak-anak sekarang mampu menggunakannya untuk kebutuhanya. Bisnis online sekarang sering dilakukan orang untuk memperjualbelikan barang dagangannya. Banyak hal yang menjadi alasan mereka menggunakan internet untuk memperluas usahanya seiring dengan perkembangan internet yang semakin pesat.

Adanya faktor transaksi secara tidak langsung yang dilakukan antara penjual dengan pembeli, hal ini sering

mengakibatkan terjadinya tindak pidana penipuan dalam jual beli secara

online. Fenomena tindak pidana

penipuan seperti terlihat dalam kasus penipuan yang dilakukan oleh Suhartatik. Polda Jatim pernah berhasil mengungkap kasus penipuan belanja online dengan tersangka Suhartatik Karuniawati (25), warga Babatan, Surabaya, November 2012 lalu. Namun kasus ini terungkap antara lain karena sejumlah korban mengenal Suhartatik. Baru setelah ditelusuri ternyata korban Suhartatik cukup banyak. Ia dikabarkan meraup omzet miliaran rupiah dalam aksi tipu-tipu belanja online. Kasus Suhartatik saat ini masih proses peradilan di Pengadilan Negeri Surabaya. Ia dituntut lima tahun penjara namun para korban yang kerap menghadiri sidang tak terima, karena dianggap terlalu ringan. Pada sidang lanjutan beberapa hari lalu, para korban berusaha memukuli Suhartatik usai sidang.1

Tindakan yang dilakukan oleh korban dengan melaporkan tersangka pelaku tindak pidana penipuan jual beli online, pada dasarnya untuk mendapatkan kepastian hukum dalam mencari keadilan serta memperoleh perlindungan hukum bagi korban penipuan. Perlindungan hukum adalah suatu tindakan perlindungan atau tindakan melindungi dari pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu pula.2

1

http://ponselbec.blogspot.com/, diakses tanggal 5 Mei 2013.

2

Wahyu Sasongko. Ketentuan-ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen. Bandar Lampung. Unila. 2007. hlm. 31

(4)

Bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh aparat penegak hukum dalam kasus penipuan jual beli online, yaitu dengan memberikan hak-hak yang dimiliki oleh korban. Adanya laporan dari korban, maka aparat penegak hukum mengusut dan menjerat pelaku tindak pidana penipuan jual beli

online sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaku dapat dijerat dengan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (selanjutnya disingkat dengan KUHP), maupun Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disingkat dengan UU ITE).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka penelitian ini ingin memahami lebih mendalam mengenai perlindungan hukum bagi korban penipuan jual beli online, serta faktor-faktor yang mempengaruhi aparat penegak dalam mengungkap tindak pidana penipuan jual beli online sebagai bentuk perlindungan bagi korban. Atas dasar hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Perlindungan Hukum Bagi Korban Penipuan Jual Beli Online”.

II. Metode Penelitian

Sistem penulisan pada skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normative dan yuridis empiris. Adapun sumber dan jenis data yang terdiri dari data primer yang bersumber dari lapangan dan data sekunder bersumber dari perpustakaan. Data yang telah diperoleh, kemudian dianalisis secara kualitatif yang pokok bahasan akhirnya

menuju pada suatu kesimpulan ditarik dengan metode induktif.

III. Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Perlindungan Hukum bagi Korban Penipuan Jual Beli

Online

Perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.3

Alasan perlunya perlindungan korban menurut Philipus M. Hadjon adalah : a. Berdasar Kontrak Sosial (Social

Contract Argument)

Alasan berdasarkan kontrak sosial berpijak pada pengertian bahwa negara memonopoli seluruh reaksi sosial terhadap kejahatan dan melarang tindakan-tindakan yang bersifat pribadi, dengan terjadinya kejahatan dan menimbulkan adanya korban, negara berkewajiban memperhatikan kebutuhan korban. b. Alasan Solidaritas Sosial (Social

Solidarity Argument).

Alasan berdasarkan solidaritas sosial berpijak pada pengertian bahwa negara harus menjaga warganegaranya yang mengalami

3

CST Kansil. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. 1989. hlm. 102

(5)

kesukaran, dalam hal ini dapat melalui kerjasama dengan masyarakat berdasar atau menggunakan sarana-sarana yang disediakan oleh negara.4

Perlindungan hukum terhadap korban kejahatan diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, yang menyatakan bahwa : (1) Seorang Saksi dan Korban berhak :

a. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya. b. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan.

c. Memberikan keterangan tanpa tekanan.

d. Mendapat penerjemah.

e. Bebas dari pertanyaan yang menjerat.

f. Mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus. g. Mendapatkan informasi

mengenai putusan pengadilan. h. Mengetahui dalam hal terpidana

dibebaskan.

i. Mendapat identitas baru.

j. Mendapatkan tempat kediaman baru.

k. Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan.

l. Mendapat nasihat hukum, dan/atau

4

Philipus M. Hadjon. Op Cit. hlm. 31

m. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir. (2) Hak sebagaimana dimaksud pada

Ayat (1) diberikan kepada Saksi dan/atau Korban tindak pidana dalam kasus-kasus tertentu sesuai dengan keputusan LPSK.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Suswanto5, mengemukakan bahwa perlindungan hukum bagi korban penipuan jual beli onlie yaitu dengan memperhatikan kepentingan korban kejahatan, maka konflik yang mungkin akan terjadi secara berkepanjangan antara korban kejahatan dengan pelaku kejáhatan dapat diatasi, karena dengan adanya perhatian kepada korban, secara psikologis korban merasa masih ditempatkan sebagai anggota masyarakat yang berharga. Apabila jiwa korban merasa terancam maka pihak Kepolisian akan memberikan pengamanan secara intensif dan bila diperlukan, maka korban akan ditempatkan pada tempat kediaman khusus dengan pengawalan aparat Kepolisian.

Menurut Hartono6, korban dalam hal ini adalah masyarakat yang tertipu dalam jual beli online melalui media internet, perlindungan hukum diberikan dalam rangka mengembalikan kepercayaan diri korban. Setelah korban mengadukan pada pihak berwajib, maka korban berhak memperoleh informasi mengenai perkembangan kasus yang dilaporkan

5

Suswanto. Penyidik Pembantu Unit Reserse Kriminal Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung. Wawancara pada Tanggal 5 September 2014.

6

Hartono. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung. Wawancara pada Tanggal 8 September 2014.

(6)

tersebut. Selain itu, identitas diri dari korban harus disamarkan, sehingga pelaku tidak mengetahui jika perbuatannya telah diselidiki oleh aparat Kepolisian. Aparat penegak hukum melakukan konsultasi dengan korban kejahatan jual beli online terkait dengan perlindungan yang dibutuhkan oleh korban, hal ini dimaksudkan apakah korban memerlukan pengamanan khusus dari aparat penegak hukum dan harus disterilisasi ke tempat pengamanan khusus bagi korban atau tidak.

Berdasarkan hasil penelitian di Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang, menurut Mardison7, bahwa praktik perlindungan hukum pada dasarnya menitikberatkan pada upaya penindakan dan upaya pencegahan. Upaya penindakan yang diberikan bagi korban penipuan jual beli online dimulai dari laporan terjadinya tindak pidana, penyelidikan, penyidikan, penuntutan sampai dengan penjatuhan pidana. Selanjutnya, upaya pencegahan terjadinya tindak pidana penipuan jual beli online lebih ditekankan pada himbauan/ penyuluhan kepada masyarakat.

Perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana jual beli online pada dasarnya dilakukan melalui upaya penal dan non penal. Upaya penal dapat ditempuh melalui upaya represif, sedangkan non penal ditempuh melalui jalur preventif. Korban penipuan jual beli online harus diberi perlindungan hukum dan keamanan yang memadai atas laporannya, sehingga korban tidak merasa terancam atau terintimidasi baik

7

Mardison. Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang. Wawancara pada Tanggal 9 September 2014.

hak maupun jiwanya. Dengan jaminan perlindungan hukum dan keamanan tersebut, diharapkan tercipta suatu keadaan yang memungkinkan masyarakat tidak lagi merasa takut untuk melaporkan suatu tindak pidana yang diketahuinya kepada penegak hukum, karena khawatir atau takut jiwanya terancam oleh pihak tertentu. Perlindungan hukum bagi korban kejahatan cyber seperti tindak pidana jual beli online pada internet pada praktiknya belum efektif sebagaimana yang tertulis pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, khususnya terkait tentang tugas dan wewenang aparat penegak hukum sebagai pelindung, pengayom dan pelayanan masyarakat yang perlu dilindungi juga dijamin keamanannya, ketentuan tersebut juga tersirat pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan korban yang menyatakan bahwa korban dilindungi secara baik dikarenakan saksi atau korban merupakan hal penting yang dibutuhkan dalam setiap peradilan sebagai salah satu alat bukti kejahatan yang butuhkan dilakukan pelaku.

B. Faktor yang Mempengaruhi Perlindungan Hukum bagi Korban Penipuan Jual Beli

Online

Faktor penghambat dalam penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto,8 adalah sebagai berikut :

1. Faktor aparat penegak hukum Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian dari

8

(7)

penegak hukum itu sendiri. Dalam rangka penegakan hukum dan implementasi penegakan hukum bahwa penegakan keadilan tanpa suatu kebenaran adalah suatu kebejatan. Penegakan kebenaran tanpa kejujuran adalah suatu kemunafikan. Dalam penegakan hukum keadilan dan kebenaran harus dinyatakan harus terasa dan terlihat serta harus diaktulisasikan. 2. Faktor sarana dan fasilitas yang

mendukung penegakan hukum Sarana atau fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup. Tanpa hal tersebut penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar. Fasilitas merupakan hal yang juga tidak dapat diabaikan, karena dalam kenyataannya fasilitas yang dalam hal ini mencakup sarana dan prasarana dalam penegakan hukum sering kali menjadi hambatan. 3. Faktor masyarakat

Berbicara masyarakat sangatlah erat kaitannya dengan kesadaran hukum. Masyarakat merupakan bagian terpenting dalam menentukan penegakan hukum. Merupakan pandangan yang hidup dalam masyarakat tentang apa hukum itu, sedangkan kesadaran hukum masyarakat yang memungkinkan dilaksanakannya penegakan hukum itu. Peran serta dari masyarakat sangatlah penting sekali, sebab masyarakatlah yang dapat mewujudkan penegakan hukum itu.

4. Faktor kebudayaan

Kebudayaan Indonesia merupakan dasar berlakunya hukum adat. Berlakunya hukum tertulis harus mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin banyak penyesuaian antara perundang-undangan dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudahlah dalam menegakannya juga sebaliknya. Kebudayaan masyarakat tidaklah mudah untuk dipisahkan, sebab kebudayaan masyarakat akan berjalan dengan terus dan menjadi kebiasaan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Suswanto9, bahwa faktor yang mempengaruhi dalam perlindungan hukum bagi korban penipuan jual beli

online antara lain :

1. Kesulitan mendeteksi kejahatan komputer, hal ini disebabkan karena :

a. Sistem keamanan dari komputer itu belum memadai.

b. Adanya keengganan dari pemilik komputer untuk melaporkan setiap timbulnya peristiwa penyalahgunaan komputer.

c. Masyarakat belum begitu berperan di dalam upaya mendeteksi kejahatan komputer.

2. Barang bukti mudah

dihilangkan/dimusnahkan/dirusak/d ihapus.

3. Penyidikan dapat terputus/tertunda oleh sistem yang macet.

9

Suswanto. Penyidik Pembantu Unit Reserse Kriminal Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung. Wawancara pada Tanggal 5 September 2014.

(8)

4. Rekaman pada sistem dapat dimodifikasikan sehingga barang bukti dapat dirubah.

5. Komputer dapat melaksanakan perintah siapa saja, sehingga sulit dilacak siapa pelaku yang sebenarnya.

Hartono10 mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi dalam perlindungan hukum bagi korban penipuan jual beli online antara lain : 1. Menyangkut sumber daya manusia

itu sendiri, dalam hal ini aparat penegak hukum dan aparat terkait mempunyai kredibilitas dan profesionalitas yang rendah dalam implementasi proses pembuktian. 2. Belum maksimalnya sosialisasi

yang dilakukan akan masalah yang menyangkut kejahatan cybercrime atau kejahatan di dunia maya. 3. Belum maksimalnya intervensi

media untuk menyebarkan informasi tentang dampak negatif yang ditimbulkan dari teknologi internet, khususnya yang dimanfaatkan untuk melakukan kejahatan cybercrime.

Menurut Mardison11, faktor yang mempengaruhi dalam perlindungan hukum bagi korban penipuan jual beli

online antara lain :

1. Dalam hal pembuktian, banyak saksi maupun tersangka yang berada di luar yurisdiksi hukum Indonesia, sehingga untuk melakukan pemeriksaan maupun penindakan amatlah sulit, belum

10

Hartono. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung. Wawancara pada Tanggal 8 September 2014.

11

Mardison. Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang. Wawancara pada Tanggal 9 September 2014.

lagi kendala masalah bukti-bukti yang amat rumit terkait dengan teknologi informasi dan kode-kode digital yang membutuhkan SDM serta peralatan komputer forensik yang baik.

2. Penindakan kasus kejahatan

cybercrime sering mengalami

hambatan terutama dalam penangkapan tersangka dan penyitaan barang bukti. Dalam penangkapan tersangka sering kali kita tidak dapat menentukan secara pasti siapa pelakunya karena mereka melakukannya cukup melalui komputer yang dapat dilakukan dimana saja tanpa ada yang mengetahuinya sehingga tidak ada saksi yang mengetahui secara langsung.

Hasil pelacakan paling jauh hanya dapat menemukan IP Address dari pelaku dan komputer yang digunakan. Hal itu akan semakin sulit apabila menggunakan warnet sebab saat ini masih jarang sekali warnet yang melakukan registrasi terhadap pengguna jasa mereka sehingga kita tidak dapat mengetahui siapa yang menggunakan komputer tersebut pada saat terjadi tindak pidana. 3. Pemeriksaan terhadap saksi dan

korban banyak mengalami hambatan, hal ini disebabkan karena pada saat kejahatan berlangsung atau dilakukan tidak ada satupun saksi yang melihat

(testimonium de auditu).

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi perlindungan bagi korban penipuan jual beli online terfokus pada sarana dan prasarana,

(9)

peraturan perundang-undangan, aparat penegak hukum serta kultur masyarakat yang enggan untuk memberikan laporan dan kesaksian. Selain hal itu, proses sosialisasi aparat penegak hukum dan instansi terkait masih harus ditingkatkan lagi sehingga masyarakat umumnya dan korban khususnya, dapat mengerti dan mengetahui bagaimana sistem pengaduan serta bentuk-bentuk ataupun tipycal dari tindak pidana di dunia maya atau kejahatan cybercrime. Faktor kualitas sumber daya manusia sangat berpotensi menjadi penghambat yang cukup serius apalagi jika tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, misalnya komputer forensik, maka kemungkinan pembuktian terhadap tindak pidana

cybercrime akan menemui jalan buntu

dan pelaku akan lebih leluasa dalam menjalankan kejahatannya.

IV. Penutup A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perlindungan hukum bagi korban penipuan jual beli

online, maka dapat ditarik beberapa

simpulan sebagai berikut :

1. Perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana jual beli

online pada dasarnya dilakukan

melalui upaya penal dan non penal. Upaya penal dapat ditempuh melalui upaya represif, sedangkan non penal ditempuh melalui jalur preventif. Upaya represif dilakukan dengan cara yaitu korban dapat melaporkan tindak pidana penipuan dengan cara mendatangi instansi penegak hukum untuk di proses lebih lanjut. Selanjutnya upaya preventif dilakukan dengan memberikan sosialisasi peraturan

perundang-undangan dan penyuluhan hukum terkait penggunaan teknologi serta budaya untuk tidak merespon terhadap permintaan informasi pribadi lewat

e-mail.

2. Faktor yang mempengaruhi perlindungan hukum bagi korban penipuan jual beli online terfokus pada minimnya sarana dan prasarana yang memadai, belum maksimalnya sosialisasi peraturan perundang-undangan terkait tindak pidana cybercrime kepada masyarakat, kualitas sumberdaya aparat penegak hukum serta kultur masyarakat yang enggan untuk memberikan laporan dan kesaksian. B. Saran

1. Belum optimalnya perlindungan hukum bagi korban penipuan jual beli online di Indonesia yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, untuk itu perlunya koordinasi secara khusus bagi elemen Criminal Justice System (CJS) yang terdiri dari Polisi, Jaksa dan Hakim yang berkompeten dalam penanganan tindak pidana

cybercrime karena teknis dan taktis

penanganan tindak pidana tersebut tidak dapat disamakan begitu saja dengan penanganan tindak pidana konvensional, khususnya dalam hal pembuktian.

2. Pemerintah Republik Indonesia hendaknya memberikan sarana dan prasarana berupa peralatan komputer yang canggih bagi lembaga penegak hukum, dalam mengungkap tindak pidana penipuan jual beli online serta mengikutsertakan aparat penegak hukum dalam kegiatan pendidikan

(10)

dan pelatihan secara khusus untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan bagi aparat penegak hukum dalam mengungkap kasus-kasus cybercrime.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Badrulzaman, Mariam Darus, dkk. 2006. Kompilasi Hukum

Perikatan. Bandung. PT. Citra

Aditya Bakti.

Daliyo, J.B. 2001. Pengantar Hukum

Indonesia. Jakarta. Prenhalindo.

Hadjon, Philipus M. 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat

Indonesia. Surabaya. Bina Ilmu.

Ishaq. 2009. Dasar-dasar Ilmu Hukum. Jakarta. Sinar Grafika.

Kansil, C.S.T. 1989. Pengantar Ilmu

Hukum dan Tata Hukum

Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

Kansil, C.S.T. 2004. Pokok-pokok

Hukum Pidana. Jakarta. Pradnya

Paramita.

Ollie. 2008. Membuat Toko Online

dengan Multiply. Jakarta. Media

Kita.

Makarim, Edmon. 2000. Kompilasi

Hukum Telematika. Jakarta. Raja

Grafindo Persada.

Marzuki, Peter Mahmud. 2008.

Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta.

Kencana.

Mertokusumo, Sudikno. 2003.

Mengenal Hukum Suatu

Pengantar. Yogyakarta. Liberty.

Moeljatno. 2005. Asas-asas Hukum

Pidana. Jakarta. Rineka Cipta.

_________. 2007. KUHP (Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana).

Jakarta. Bumi Aksara.

Muchsin. 2003. Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di

Indonesia. Surakarta. Universitas

Sebelas Maret.

Muladi dan Barda Nawawi Arif. 1998.

Teori-Teori dan Kebijakan

Pidana. Bandung. Alumni.

Poernomo, Bambang. 1997. Asas-asas

Hukum Pidana. Jakarta. Ghalia

Indonesia.

Projodikoro, Wirjono. 1997. Hukum

Perdata tentang

Persetujuan-persetujuan Tertentu. Bandung.

Sumur.

Rahardjo, Satjipto. 1993. Penyelenggaraan Keadilan dalam

Masyarakat yang Sedang Berubah.

Jurnal Masalah Hukum.

S, Ananda. 2009. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Surabaya. Kartika.

Setiono. 2004. Rule of Law (Supremasi

Hukum). Surakarta. Magister Ilmu

Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar

Penelitian Hukum. Jakarta. UI

(11)

Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar

Penelitian Hukum. Jakarta. UI

Press.

________________. 2007.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Penegakan Hukum. Edisi 1

Cetakan Ketujuh. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2006. Penelitian Hukum Normatif

Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta.

Rajawali Press.

Soerodibroto, R. Soenarto. 1992.

KUHP dan KUHAP. Jakarta.

Rajawali Pers.

Soerodibroto, R. Soenarto. 2006. KUHP dan KUHAP Dilengkapi dengan Yurisprudensi Mahkamah

Agung dan Hoge Raad. Jakarta.

Raja Grafindo Persada.

Sugandhi, R. 1980. Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana dan

Penjelasannya. Surabaya. Usaha

Nasional.

Surayin. 2007. Kamus Umum Bahasa

Indonesia. Yrama Widia.

Bandung.

Suryodiningrat. 1996.

Perikatan-perikatan Bersumber Perjanjian.

Bandung. Tarsito.

Wahyu Sasongko. 2007.

Ketentuan-ketentuan Pokok Hukum

Perlindungan Konsumen. Bandar

Lampung. Unila.

B. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946

jo Undang-Undang Nomor

73 Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun

2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. C. Sumber Lainnya

www.tribunews.com. www.news.viva.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Di SMPN 7 Kotabumi merupakan salah satu sekolah yang diunggulkan, namun nilai luhur (karakter) belum tertanam dengan baik pada diri dan prilaku peserta didik

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul : Tafsir Teknologi Martin Heidegger Dalam Membangun Kesadaran Ekologi

In this section, the theoretical background of this thesis is discussed in the form of a literature review. The aim of the literature review is to provide answers to the

1) Membentuk dan memperkuat kelompok wirausaha yang mampu berinovasi dan mampu berkembang dalam persaingan yang ketat. 2) Meningkatkan kemampuan atau skill

Pengaruh Pemberian Ekstrak Batang Tinospora crispa Dibandingkan Dengan Kloroquin Terhadap Jumlah Eritrosit Mencit Swiss Yang Diinfeksi Plasmodium berghei.. ARTIKEL KARYA

Pernyataan ini mengatur akuntansi bagi badan usaha koperasi atas transaksi yang timbul dari hubungan koperasi bagi anggotanya, yaitu meliputi transaksi setoran anggota koperasi

KEUANGAN, REAL ESTAT &

24. Arnold Toynbee,2004, Sejarah Umat Manusia;Uraian Analitis, Kronologis, Naratif dan Komparatif. terj Agung Prihantoro dkk.Yogyakarta;Pustaka Pelajar.hal 90.. Tembikar yang