• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memproduksi barang dari Rattan, Synthetic, Full Kayu dan kombinasi produk dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memproduksi barang dari Rattan, Synthetic, Full Kayu dan kombinasi produk dari"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Company Profile PT Tunas Jaya

PT Tunas Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang furniture yang memproduksi barang dari Rattan, Synthetic, Full Kayu dan kombinasi produk dari perpaduan material antara rotan dan kayu. Didirikan dengan Akte Notaris Ny. Wirati Kendarto, SH.

Dengan orientasi ekspor ke luar negeri seperti di wilayah Eropa, Asia, Australia, Amerika dan Afrika. Dengan adanya pangsa pasar yang luas dan tingkat persaingan yang tinggi, PT Tunas Jaya berusaha memproduksi barang yang berkualitas sesuai yang dipersyaratkan pelanggan dan memberikan harga yang kompetitif supaya dapat masuk pasar dalam jaringan dunia. Selain itu, PT Tunas Jaya juga membangun industri rotan yang tangguh dan efisien. yang dapat memanfaatkan secara maksimum potensi welfare dari sumber daya rotan secara lestari.

2. Perijinan dan Legalitas Perusahaan

PT Tunas Jaya dalam menjalankan usahanya dilengkapi dengan berbagai kelengkapan usaha seperti:

a. Surat Ijin Usaha Dagang (SIUP)

SIUP dengan Nomor 001/11.35/PB/X/2007 tanggal 09 Januari 2007 yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.

(2)

b. Ijin Usaha Industri Besar

Pada tanggal 12 Januari 2007 ijin usaha industri besar dengan nomor 530/01/IB.B/I/2007 dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.

c. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

TDP No. 113535100353 tertanggal 09 Januari 2007 yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.

d. Ijin Gangguan (HO)

Berdasarkan keputusan Bupati Sukoharjo Nomor ijin Gangguan PT. Tunas Jaya adalah 503/458/XII/2006.

e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

NPWP dari Kantor Pelayanan Industri Kehutanan (ETPIK) Nomor 164i/DJ-DAGLU/ETPIK/III/2003 tanggal 21 Maret 2003 yang dikeluarkan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri.

3. Kebijakan dan Sasaran Mutu a. Kebijakan Mutu

PT. Tunas Jaya mempunyai komitmen untuk menghasilkan produk rotan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan selalu berusaha memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dan meninjau serta memperbaikinya secara berkelanjutan. Kebijakan ini dikomunikasikan untuk dapat dipahami oleh seluruh fungsi manajemen.

(3)

b. Sasaran Mutu

PT Tunas Jaya mentargetkan:

1) Peningkatan hasil produksi yang memenuhi persyaratan pelanggan minimal 3% per tahun.

2) Produk yang dikomplain oleh pelanggan maksimal 2,5% dari jumlah penjualan per tahun.

(4)

Adapun struktur organisasi pada PT. Tunas Jaya dapat kita lihat pada bagan 3.1 di bawah ini.

Bagan 3.1 Bagan Struktur Organisasi PT Tunas Jaya Sumber: PT Tunas Jaya

Div. Busa Div. Packing Div. Cat Div Finishing Div. Stuffing Security Kebersihan Pimpinan Wakil Pimpinan Kabag Maintenance Kabag QUALITY CONTROL Anyam Luar Kabag QUALITY CONTROL Anyam Rangka Kabag QUALITY CONTROL Anyam Dalam Kabag Marketing Hub. Luar

Kabag Doc. Ekspor & Hub. Dalam

Kabag Produksi

Kabag Adm. & Personalia

Kabag Pengadaan Bahan

(5)

Tanggung jawab organisasi : a. Pimpinan

Memantau, mengendalikan dan meloloskan kualitas produk mulai dari pengadaan bahan / bahan pembantu, selama proses, finishing dan produk jadi.

b. Wakil Pimpinan

Bertanggung jawab tentang pengendalian dokumen, kegiatan audit internal, melaksanakan kegiatan koreksi dan pencegahan serta evaluasinya untuk melaksanakan segala perbaikan yang diperlukan.

c. Kabag. Maintenance

Bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan perawatan rutin sesuai jadwal perawatan yang sudah ditentukan dan melakukan perbaikan peralatan berdasarkan informasi dari bagian yang membutuhkan.

d. Kabag. Quality control Anyam Luar

Melakukan kegiatan pemantauan dan pengukuran produk anyam yang berasal dari proses outsourcing yang sesuai dengan persyaratan pelanggan.

e. Kabag. Quality control Anyam Rangka

Mengecek ulang hasil rangka yang sudah jadi untuk menentukan jarak rangka dengan bahan yang digunakan sesuai dengan permintaan.

f. Kabag. Quality control Anyam Dalam

Melakukan kegiatan pemantauan produk anyam dan produk jadi sebelum packing. g. Kabag. Marketing Hubungan Luar

Memasarkan produk ke luar negeri dan berkomunikasi dengan pelanggan di luar negeri mengenai pesanan furnitur.

(6)

h. Kabag. Marketing Dokumen Ekspor dan Hubungan Dalam

Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan presevasi produk selama di gudang produk jadi kemas serta mengurus semua dokumen-dokumen dalam kegiatan ekspor perusahaan.

i. Kabag. Produksi

Bertanggung jawab terhadap kegiatan pengendalian atas produk bahan baku rangka kayu dan anyam hasil outsourcing serta produk jadi yang tak sesuai.

j. Kabag. Administrasi dan Personalia

Bertanggung jawab atas segala biaya perusahaan yang masuk maupun keluar setelah proses ekspor terjadi.

k. Kabag. Pengadaan Bahan

Bertanggung jawab atas ketersediaan bahan baku maupun bahan pembantu dalam proses produksi furniture rotan dan terhadap pelaksanaan pembuatan bahan baku untuk kubu grey.

l. Divisi Stuffing

Bertanggung jawab terhadap masuknya barang dalam kontainer, menghitung jumlah sesuai pesanan, sistem penataan barang dan pemberian absorb dry.

m. Divisi Busa

Membuat cushion dimulai dari pemotongan kain dan busa, kemudian proses penjahitan sampai menjadi cushion.

(7)

Bertanggung jawab dalam proses packaging supaya barang benar-benar terlindungi dengan menggunakan single face ataupun karton box sesuai yang dipersyaratkan pelanggan.

o. Divisi Cat

Bertanggung jawab dalam pembuatan / pencampuran cat yang akan digunakan dalam proses pengecatan.

p. Divisi Finishing

Melakukan proses finishing dari mulai proses amplas, sanding, pengecatan, pewarnaan dengan spray clear, balancing, dan terakhir proses dengan meja kontrol supaya barang presisi

q. Security

Bertanggung jawab atas keamanan pabrik dan penerimaan tamu serta pencatatan siapa saja tamu yang datang.

r. Kebersihan

Bertanggung jawab atas kebersihan seluruh kantor dan pabrik setiap hari.

5. Pengelolaan Sumber Daya a. Penyediaan sumber daya

PT Tunas Jaya menetapkan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk : 1) Menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu.

(8)

2) Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi persyaratan pelanggan.

b. Sumber Daya Manusia

1) Karyawan PT Tunas Jaya yang melaksanakan pekerjaan yang mempengaruhi mutu produk memiliki kompetensi dasar atas pendidikan, pelatihan, ketrampilan dan pengalaman yang sesuai.

2) Menetapkan kompetensi yang diperlukan bagi personil yang melaksanakan pekerjaan yang mempengaruhi mutu produk

3) Bila diperlukan akan menyediakan pelatihan atau melakukan tindakan lain untuk memenuhi kebutuhan ini.

4) Menilai keefektifan tindakan yang dilakukan’memastikan bahwa personilnya sadar akan relevansi dan pentingnya kegiatan mereka dan bagaimana sumbangan bagi pencapaian sasaran mutu.

5) Memelihara rekaman yang sesuai tentang pendidikan, pelatihan, ketrampilan dan pengalaman.

c. Prasarana

PT Tunas Jaya menetapkan, menyediakan dan memelihara prasarana yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian pada persyaratan produk yang mencakup :

1) Gedung, ruang kerja dan sarana penting yang terkait 2) Peralatan proses

(9)

3) Jasa pendukung : angkutan, komunikasi dan sistem informasi

d. Lingkungan Kerja

PT Tunas Jaya telah mengelola lingkungan kerja yang diperlukan untuk mencapai penyesuaian persyaratan produk, sedangkan untuk lingkungan kerja proses pengamplasan ditetapkan pemakaian masker bagi karyawan pengamplasan.

6. Produk yang dihasilkan

Contoh spesifikasi produk standar internal, Kursi Makan (Dining Chair) seperti pada gambar 3.1 :

a. Biasanya lungsen berjumlah 11 b. Untuk ukuran W x D x H

1) W biasanya sekitar 46,5 – 48 cm 2) D biasanya sekitar 50 – 60 cm 3) H biasanya sekitar 98 – 108 cm

4) Sisi kemiringan pada back kursi berkisar 7 – 15 cm

c. Untuk standar agar anyaman bagus : 1) Anyaman tidak cacat

2) Warna harus rata 3) Tidak bergelombang

(10)

Gambar 3.1 Kursi Makan (Dining Chair) Sumber: PT Tunas Jaya

Gambar 3.2 Kursi Santai Sumber: PT Tunas Jaya

(11)

Sumber PT Tunas Jaya

Gambar 3.4 Macam Model Sofa pada Showroom PT Tunas Jaya Sumber: PT Tunas Jaya

Gambar 3.5 Keranjang (Basket) Sumber PT: Tunas Jaya

7. Proses Produksi Pembelian Bahan Baku Anyam Pembelian Rangka Kayu Pembelian Bahan Baku Rangka Pembuatan Rangka Proses Anyam Proses Brongot

(12)

Bagan 3.2 Diagram Alir Proses Produksi Sumber: PT Tunas Jaya

a. Bahan Baku

Bagian Quality control melaksanakan pengecekan pada saat bahan baku datang. Pemeriksaaan meliputi jenis bahan kayu, jumlah atau tonase, kondisi bahan (kandungan air, warna, diameter). Sedangkan pemeriksaan bahan pembantu meliputi: busa (tebal dan kekenyalan). Pemeriksaan dilaksanakan secara visual per satuan

Proses Pengamplasan Sanding Coloring Natural Clear Balancing Dag Kaca Packing Produk Jadi

(13)

produk dan dibandingkan dengan sample yang ada dan dicatat di dalam buku laporan Quality control bahan baku dan bahan pembantu.

b. Rangka

Bagian quality control mengecek ulang hasil dari rangka yang sudah jadi untuk menentukan apakah benar jarak rangka dengan bahan yang digunakan sesuai dengan permintaan. Pengecekan dilakukan secara visual, sedangkan untuk dimensi menggunakan meteran dan dicocokkan dengan spesifikasi di dalam SPK (Surat Perintah Kerja). Lalu dilakukan kegiatan proses membuat rangka dengan bahan baku dan proses sebagai berikut:

1) Rotan

a) Di steam supaya rotan menjadi lurus

b) Dipotong menurut jenis produk yang diinginkan

c) Dilakukan proses steam kembali agar mudah dibentuk sesuai standar mall d) Dirakit sesuai jenis produk yang dibuat

e) Pengecekan ulang bahwa ukurannya sesuai standar

2) Kayu

a) Di oven dengan kadar kekeringan 10 – 15 dan suhu oven 55 – 65oC b) Dipotong menggunakan alat atau mesin gergaji

c) Dipasah menggunakan mesin Planer (untuk ukuran dan kehalusan) d) Assembling

e) Mengatur provil atau kedalaman kayu untuk anyam 3) Alumunium

(14)

a) Bahan baku alumunium dipotong memakai mesin potong khusus alumunium. b) Kemudian rangka dibengkokkan / ditekuk / banding

c) Asssembling menggunakan mesin las

d) Di cek ukuran, kekuatan dan melalui proses dag agar tidak peyang e) Di cat

f) Siap untuk dianyam

Gambar 3.6 Rangka Kayu Sumber: PT Tunas Jaya c. Janget

Untuk pembuatan produk rotan kubu belah / fitrit maka dilakukan proses janget, yaitu pembelahan bahan baku kubu menjadi ketebalan yang diinginkan. Khusus untuk jenis kubu dilakukan pengukuran tebal dengan menggunakan sketmate, apabila ketebalan tidak sesuai dengan persyaratan (ketebalan kurang) maka dijadikan peel untuk bahan baku.

d. Anyam

Pemantauan dan pengukuran dilakukan secara visual (ada cacatnya atau tidak, warna, tidak bergelombang dan harus rata). Produk rangka yang telah jadi dilakukan pemasangan lungsen sesuai dengan jenis produk yang diinginkan. Selanjutnya proses penganyaman dilakukan secara teliti.

(15)

Gambar 3.7 Penganyaman pada Rangka Kayu Sumber: PT Tunas Jaya

e. Pemutihan

Bahan baku non kubu yang telah dianyam diolesi sampai rata dengan campuran bahan yang terdiri dari air dan H2O2 atau belerang dengan perbandingan 10:1 sambil dijemur.

f. Brongot

Pemantauan dan pengukuran dilakukan secara visual terhadap sampel yang diambil secara acak dengan melihat kebersihan dari serabut yang ada dan tidak boleh sampai terbakar. Proses penghilangan serabut dengan menggunakan alat yang mengeluarkan api sedang yang dapat diatur panasnya secara manual sampai merata. g. Pengamplasan

Proses ini hanya berlaku untuk produk rangka non rotan dan produk fitrit. Untuk produk berbahan baku kayu dilakukan proses pengamplasan menggunakan

(16)

Hand Sander, ketentuan menggunakan Hand Sander adalah tidak boleh terlalu ditekan dan penggunaan amplas dilakukan searah dengan serat kayu / bahan fitrit sedangkan untuk produk berbahan baku rotan, yaitu fitrit dilakukan proses pengampalsan menggunakan secara manual. Produk berbahan baku kayu maupun rotan tersebut dilakukan pewarnaan rangka sesuai dengan jenis produk yang diinginkan.

Gambar 3.8 Proses Pengamplasan Sumber: PT Tunas Jaya

h. Sanding

Produk anyam maupun rangka yang telah diamplas maupun tidak diamplas harus dalam keadaan kering supaya siap diberi pewarna dasar Melamin Sanding. Proses sanding berguna untuk menutupi pori-pori kayu (wood filter) dan dilakukan dengan menggunakan spray / kuas menurut kebutuhan kayu setelah diamplas. Setelah

(17)

lapisan sanding kering, dilakukan pengamplasan kembali sebelum masuk ke tahap coloring / non coloring pada bidang sampai rata. Bila perlu dapat pula dicampurkan warna pada sanding sesuai dengan permintaan konsumen.

i. Colouring

Produk anaman yang telah diberi pewarna dasar Melamin Sanding harus dalam keadaan kering untuk selanjutnya dapat diberi pewarna lanjutan sesuai dengan warna jenis produk yang diinginkan, misalnya warna : antique brown glass, honey dan tea brown. Penyemprotan warna secara tipis, merata dan berlapis menurut kebutuhan. j. Natural

Untuk bahan baku kubu yang meminta warna natural diberi label sesuai dengan jenis bahan dan berat bahan, kemudian direndam ke dalam kolam berisi air dan lumpur selama 2 – 4 minggu agar tercipta warna bahan yang natural.

k. Clear

Produk anyam yang telah diberi pewarna lanjutan maupun yang tidak diberi pewarna lanjutan (natural) kemudian dikeringkan untuk dilakukan pengamplasan kembali. Setelah itu diberi pewarna akhir Melamin Clear agar warna dan produk menjadi tahan lama. Proses ini membuat hasil lebih maksimal dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan (gloss, semi gloss dan doff). Pengeringan setelah clearing perlu dilakukan secara manual dengan bantuan sinar matahari selama 2 – 4 jam.

l. Balancing

Proses ini merupakan pewarnaan kembali produk rangka bagian kaki agar warna menjadi homogen dengan warna produk anyamannya. Pemantauan dan

(18)

pengukuran sesuai standar warna yang diinginkan dan setelah proses balancing, produk tidak boleh lengket.

Gambar 3.9 Proses Balancing Produk Sumber: PT Tunas Jaya

m.Leveling / Dag Kaca

Produk yang telah melalui tahapan balancing selanjutnya dilakukan proses penyeimbangan posisi kaki supaya presisi, sehingga bagian kakinya siap dipasang “sepatu oval”. Setelah itu dilakukan pemasangan kaca, pemotongan kacanya pun harus rata dan rapi.

n. Packing

Produk yang telah dipasangi “sepatu oval” selanjutnya dikemas menggunakan single face atau karton box dan disimpan di gudang untuk siap dilakukan pengiriman. Kerapian dan kerapatan hasil packing perlu diperhatikan, packing tidak boleh sobek.

(19)

Gambar 3.10 Packing Barang Pesanan Siap Ekspor Sumber: PT Tunas Jaya

o. Stuffing

Produk yang telah di packing masing – masing diberi identitas lolos uji berupa label seperti gambar 3.12 dibawah ini. Setelah itu pemantauan stuffing dilakukan di atas kontainer melipurti cara penumpukan dan diberi absorb dry supaya produk tidak terkena jamur.

Gambar 3.11 Label Quality control Stuffing Sumber: PT Tunas Jaya

(20)

Gambar 3.12 Proses Stuffing di dalam Kontainer Sumber: PT Tunas Jaya

B. Pembahasan

1. Penerapan Quality control Untuk Produk Ekspor

Kompetisi di dunia usaha saat ini sudah sangat ketat, khususnya di bidang furniture rotan. Persaingan antara produsen dan ketelitian konsumen menjadi hal yang menarik. Kepuasan konsumen 90% dilandasi oleh 2 hal, yaitu kualitas dan kuantitas. Jika ingin kualitas yang baik maka siap untuk membayar mahal, jika menginginkan kuantitas yang banyak, tentunya harga lebih murah.

PT Tunas Jaya menjadi salah satu perusahaan yang menonjolkan keinginan para konsumen, yaitu kuantitas dan kualitas. Dengan harga yang murah dan kualitas yang baik, membuat perusahaan yang di gawangi oleh bapak Suyamdi ini menjadi incaran para buyer. Dengan perjanjian-perjanjian yang disepakati buyer pun bersedia menanda tangani kontrak dagang dengan PT Tunas Jaya.

(21)

Berikut standar bahan baku produk rotan layak eskpor PT Tunas Jaya: Tabel 3.1 Standar Bahan Baku Layak Ekspor pada PT Tunas Jaya

No Jenis Bahan Baku Karakter yang Dikendalikan Persyaratan 1 Banana - Kekeringan - Warna - Tekstur - Kadar kekeringan

- Standar warna(putih, bercorak) - Diameter (5–6 mm, 7-8mm)

2 Seagrass - Lebar diameter - Kadar kekeringan - Diameter (3-4 mm) - Plintiran padat 3 Waterhiacint - Kekenyalan - Kadar kekeringan

- Standar warna (putih, bercorak)

- Lebar (1,5-2 mm)

4 Kubu - Kadar kekeringan

- Standar warna (grey, kuning) - Diameter (6-8 mm)

- Tekstur (kuat, lentur, tidak berserabut, tidak mudah patah)

5 Rotan Peel - Kadar kekeringan

- Standar warna (cream, kuning)

- Lebar (3-6 mm) - Tekstur

6 Rotan Fitrit - Kadar kekeringan

- Standar warna (coklat muda, coklat kemerahan)

- Lebar (3-4 mm)

(22)

No Jenis Bahan Baku

Karakter yang

Dikendalikan Persyaratan berserabut)

7 Rotan Asalan - Kadar kekeringan - Standar warna (coklat) - Diameter (20-28 mm) - Tekstur (kuat, lentur, lurus)

8 Rotan Core - Kadar kekeringan

- Standar warna (coklat muda, coklat kemerahan)

- Diameter (5-12 mm) - Tekstur

9 Paper Loom - Standar warna (cream,

kuning) - Lebar (2 mm) - Tekstur

10 Rangka Kayu - Tidak ada mata kayu - Tekstur

11 Busa - Kekenyalan sesuai sample

Sumber: PT Tunas Jaya

Tidak hanya mengkaji dan merawat bahan baku saja, tetapi juga mereservasi produk. Dari mulai awal perawatan standarisasi produk, sampai produk tersebut dikirim demi menjaga kualitas produk. Berikut preservasi produk dalam PT Tunas Jaya meliputi:

(23)

a. Bahan Baku, Bahan Pembantu, Rangka Kayu

Bahan baku, bahan pembantu dan produk kayu yang datang diturunkan dari kendaraan secara manual untuk dibawa ke gudang bahan, selanjutnya untuk bahan baku diberi identifikasi berisi jumlah tonase, untuk bahan pembantu ditempatkan di rak-rak sesuai jenisna dan untuk produk rangka kayu ditempatkan di gudang dan diberi alas. Untuk bahan baku, penempatan sesuai jenis dan ditaruh di atas dan diberi jarak. Kondisi ruangan bebas dari kebocoran air dan sirkulasi udaranya cukup. Pemasukan dan pengeluaran bahan baku, bahan pembantu dan produk anyam mengacu pada prosedur kerja pengadaan barang.

b. Produk Jadi Sebelum Kemas

Produk – produk jadi sebelum kemas disimpan di gudang yang bebas dari kebocoran, sirkulasi udara cukup dan ditumpuk maksimal 6 produk. Produk jadi sebelum kemas dicatat dibuku stok barang. Pengeluaran produk sebelum kemas ke ruangan kemas dibawa dengan menggunakan troli.

c. Produk Jadi Setelah Kemas

Produk finishing dikemas dengan kertas single face atau karton box sesuai dengan instruksi kerja packing. Produk jadi kemas ditumpuk maksimal 6 produk dan diberi label yang berisi nama buyer, nomor urut, nama produk dan berkode dari buyer. Produk jadi kemas yang akan dikirim, dinaikan ke dalam kontainer secara manual dan ditata rapi dan rapat, serta dilakukan fumigasi (khusus bagi produk yang akan di ekspor).

Dan berikut adalah mekanisme quality control untuk barang yang siap kirim. a. Barang Sudah 90% siap kirim

(24)

Furniture harus sudah siap 90% dari total order dan sudah dalam keadaan packing b. Inspektor di tunjuk oleh buyer

Inspektor dituntut untuk independen agar tidak merugikan kedua belah pihak dan bebas dari intervensi penjual. Inspektor merupakan perwakilan buyer untuk quality control agar buyer tidak merasa dirugikan karena kualitas yang tidak sesuai dengan agreement karena buyer tidak bisa mengecek furniture yang akan dikirim.

c. Mekanisme quality control produk rotan

1) Di tumpuki semen sebanyak 5 sak (1 sak semen 50 Kg, sehingga kurang lebih 250 Kg)

Furniture rotan di tumpuki semen sebanyak 5 sak untuk mnguji kekuatan furniture jika diduduki (kursi) dam untuk menaruh barang (meja), jika QC ini gagal, maka produk dianggap tidak layak ekspor dan tidak lolos quality control

2) Dibanting dari ketinggian 1-2 meter

Furniture rotan yang telah di packing di banting dari ketinggian 1-2 meter untuk menguji kualitas dan kekuatan dari furniture rotan itu sendiri.

3) Diukur ukurannya sudah sesuai dengan agreement atau belum

Furniture rotan di ambil sample secara acak untuk memastikan ukuran (measurement) sudah sesuai perjanjian di dokumen ekspor atau belum memenuhi persyaratan.

4) Mengecek anyaman, ada yang terputus atau cacat tidak

Inspektor memeriksa anyaman dari produk furniture yang diambil secara acak untuk memastikan anyaman tidak terlepas atau rusak.

(25)

Inspektor mengambil gambar dari produk furniture yang siap ekspor, apakah packing sudah sesuai permintaan buyer atau belum, jika belum, maka packaging hendaknya diperbaiki.

6) Di teliti barcode dan product description harus sesuai.

Inspektor meneliti kesesuaian deskripsi produk dan kode batang produk apakah sudah sesuai atau belum.

d. Inspeksi berlangsung selama 1 hari, hasil inspeksi akan terbit antara satu atau dua minggu kemudian, hasil langsung diberikan kepada buyer.

e. Jika pada hasilnya tidak di acc, maka harus diadakan reinspek, yang harus ditanggung oleh seller, biaya inspeksi maupun reinspek sama , yaitu 15 juta rupiah. f. Fumigasi ekspor ke chile menggunakan fumigasi biasa, bukan AQIS (Australian

Quarantine and Inspection Services), fumigasi sudah ditanggung oleh pihak EMKL beserta pengiriman dan pengurusan dokumen ekspor.

2. Perbedaan Standar Quality control Negara Tujuan Ekspor Chile dengan Negara Lainnya

Setiap perusahaan dan negara memiliki standar yang berbeda-beda, berikut akan kami jelaskan perbedaan standar quality control negara ekspor Chile dengan negara lainnya:

a. Inspeksi untuk ekspor ke Chile terlalu ketat. Sedangkan ekspor ke negara lain tidak menggunakan inspeksi, hanya quality control dari PT Tunas Jaya. Hal ini bukan karena kebijakan pemerintah Chile, tetapi merupakan kebijakan dari buyer itu sendiri. b. Fumigasi ke Chile menggunakan fumigasi biasa, sedangkan Australia menggunakan

(26)

c. Sistem pembayaran ke chile menggunakan L/C meskipun sudah berkali-kali. Sedangkan negara-negara lain hanya menggunakan TT dengan DP sebesar 40% dengan adanya hal ini maka PT Tunas Jaya harus mempunyai modal untuk produksi.

Meskipun buyer dari Chile mensyaratkan banyak hal, namun PT Tunas Jaya tetap dengan senang hati melayani buyer dari Chile karena merupakan loyal customer. Quality control merupakan hal yang wajib dilakukan untuk melindungi hak dan kewajiban kedua belah pihak, karena jika tidak menggunakan quality control, pihak seller juga bisa dirugikan apabila barang yang dikirim sudah sesuai, pihak buyer tidak menyetujuinya, begitupun sebaliknya.

Tabel 3.2 mengenai Quality control untuk negara tujuan ekspor chile

Jenis Nama Perusahaan Biaya

EMKL/PPJK Ritra Cargo 6,5 juta rupiah all in FOB semarang

Inspektor Intertek 15 juta rupiah ditanggung buyer, jika reinspek ditanggung seller

Fumigasi Shamika Ditanggung EMKL

Keterangan

(27)

Kependekan dari Ekspedisi Muatan Kapal Laut. PPJK kependekan dari Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan. Trucking Copmpany adalah perusahaan yang memiliki armada angkutan darat seperti truck / mobil box. Trucking Company bukanlah EMKL dan PPJK. Namun sebuah EMKL/PPJK pasti memiliki kerjasama dengan banyak Trucking Company.

Dulu sebuah EMKL belum tentu bisa mengurus kegiatan kepabeanan di pelabuhan atau bandara. Karena tidak semua EMKL memiliki ijin PPJK. Namun sekarang EMKL dan PPJK adalah identik. Karena EMKL sekarang sudah pasti memiliki ijin PPJK.

Tugas EMKL / PPJK adalah mengurusi proses customs clearance / jasa kepabeanan di pelabuhan / bandara. Biasanya tugas EMKL/PPJK satu paket seperti dibawah ini:

Mengambil Kontainer kosong di depo kontainer, mengantarnya ke gudang shipper / exportir untuk dimuat barang, lalu mengantarnya ke TPK / Tempat Penumpukan Peti Kemas di pelabuhan. Atau jika pengirimannya tidak menggunakan kontainer, maka mereka cukup mengantarkan truck ke gudang shipper lalu mengantarnya ke gudang / warehouse di perusahaan yang menyediakan jasa pengiriman konsol / LCL .

Mengurusi customs clearance / jasa kepabeanan di Bea Cukai jika shipper tidak mengurusi Customs Clearance sendiri.

Mengurusi proses pembuatan COO (certificate of Origin) jika shipper tidak mengurusinya sendiri.

(28)

Menginput data Export menggunakan EDI system jika shipper belum memiliki EDI System sendiri.

PT Tunas Jaya menyerahkan seluruh pengurusan dokumen kepada ritra cargo, sehingga dalam hal ini ritra cargo yang bertanggung jawab akan kepengurusan dokumen ekspor, trucking dan customs clearance.

b. Inspektor

Setiap perusahaan terkenal diselesaikan untuk mencapai kepuasan pelanggan mengenai produk atau jasa mereka. Untuk tujuan ini, mereka menyewa kontrol kualitas inspektor dalam organisasi tersebut. Kontrol kualitas inspektor meneliti produk dan proses dari sebuah perusahaan untuk memperoleh standar kualitas yang dibutuhkan.

Kontrol kualitas inspektor memonitor, tes dan memeriksa semua proses yang terlibat dalam produksi produk dan produk itu sendiri. Dia harus memastikan standar kualitas dipenuhi oleh setiap komponen produk atau layanan yang disediakan oleh perusahaan.

Tanggung jawab utama dari quality control Inspektor adalah sebagai berikut: Tugas quality control inspektor untuk memantau perkembangan semua produk yang diproduksi oleh perusahaan.

Quality control inspektor bertanggung jawab untuk memperoleh kualitas dalam produk dan jasa perusahaannya.

Tugas utama dari quality control inspektor tetap sama di semua industri Namun, metode untuk menentukan kualitas suatu produk bervariasi dari perusahaan ke perusahaan. Dalam kasus beberapa produk bahan, quality control

(29)

inspektor harus memverifikasi kualitas produk dengan bantuan parameter seperti berat badan, tekstur dan sifat fisik lainnya dari perusahaan. Dalam industri mekanik, inspektor quality control menjamin kualitas setiap bagian secara individual. Demikian juga, untuk setiap industri metode ini bervariasi dari produk ke produk.

Quality control inspektor memonitor setiap proses yang terlibat dalam produksi suatu produk.

Quality control inspektor harus merekomendasikan pengolahan ulang produk-produk berkualitas rendah.

Quality control inspektor juga bertanggung jawab untuk dokumentasi inspeksi dan tes yang dilakukan pada produk dari sebuah perusahaan.

Quality control inspektor harus memastikan produk dari perusahaan memenuhi standar mutu ISO seperti 9001, ISO 9002 dll

Quality control inspektor harus menjaga checklist proses inspeksi dan protokol yang digunakan dalam suatu perusahaan.

Quality control inspektor juga bertanggung jawab untuk mengidentifikasi masalah dan isu-isu mengenai kualitas produk dan juga telah membuat rekomendasi kepada otoritas yang lebih tinggi.

Quality control inspektor harus membuat analisis dari catatan sejarah perangkat dan dokumentasi sebelumnya produk untuk referensi di masa mendatang.

Quality control inspektor harus juga diakui dengan metode yang berbeda untuk asuransi mutu yang digunakan dalam industri. Keahliannya harus

(30)

didasarkan pada inspeksi visual dari suatu produk bersama dengan asuransi tes berbasis kualitas.

Quality control inspektor harus memiliki pendekatan profesional mengenai metode jaminan kualitas dan mampu menggunakan alat-alat canggih untuk tujuan ini.

Quality control inspektor juga harus memiliki keterampilan dokumentasi profesional untuk proses jaminan kualitas.

c. Fumigasi

Fumigasi merupakan teknik pembasmian hama secara total,tanpa merusak komoditi, tanpa resiko pencemaran residu, dengan sistem kerja yang cepat dan murah, yakni dengan aplikasi gas toksik yang disebut fumigan.

Fumigasi merupakan syarat diterimanya barang import pada negara barat, terutama Australia. Tidak jarang barang yang terkontaminasi harus terkena claim/ditolak di negara tujuan, bahkan beberapa perusahaan fumigator/pelaksana fumigasinya terkena black list di negara tersebut. Faktor utama kegagalannya dalah profesionalisme aplikator, serta kecurangan dalam aplikasi gas di bawah standar.

Gambar

Gambar 3.3  Berbagai Model Arm Chair
Gambar 3.4 Macam Model Sofa pada Showroom PT Tunas Jaya  Sumber: PT Tunas Jaya
Gambar 3.6 Rangka Kayu  Sumber: PT Tunas Jaya  c.  Janget
Gambar 3.7 Penganyaman pada Rangka Kayu  Sumber: PT Tunas Jaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam merawat Tn S, masih memberikan makanan yang sama dengan anggota keluarga yang lainnya, pola tidur juga masih belum sesuai dan waktunya kurang lama, namun selalu

Dapat menjadi masukan bagi pemegang program malaria untuk mengoptimalkan upaya promotif dan preventif berupa intervensi perilaku dan lingkungan dalam menanggulangi

Warna yang akan digunakan enam warna pokok yang ada di lingkaran warna Itten (merah, kuning, biru, hijau, jingga, dan ungu) ditambah dengan warna netral (hitam, putih dan

Nilai-nilai yang terkandung dalam adat ini searah dengan nilai-nilai dalam ajaran islam, yaitu meminta persetujuan pihak wanita untuk dijadikan calon istri juga

Tim evaluasi ini sesuai Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2012 pada 10 Januari 2012 tentang Tim Evaluasi untuk Penyesuaian Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan

[r]

Tahapan penting pada metode shortcut untuk menentukan jumlah stage teoritis yang digunakan pada reflux ratio operasi (R) adalah dengan menggunakan grafik dari Gilliand

pengasuh dalam stimulasi perkembangan bahasa anak usia balita melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari yaitu dengan memberikan contoh, menjelaskan, mengajak, membiasakan,