• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan dari AACR2 ke RDA : perbandingan dengan format MARC21

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perubahan dari AACR2 ke RDA : perbandingan dengan format MARC21"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Perubahan dari AACR2 ke RDA : perbandingan dengan format

MARC21

Suharyanto

Pustakawan di Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional RI

1. PENDAHULUAN

Katalog merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin “catalogus” yang mempunyai arti daftar barang atau daftar benda yang disusun untuk tujuan tertentu. Sedangkan katalog berdasarkan ilmu perpustakaan berarti daftar berbagai jenis koleksi perpustakaan, seperti buku, serial, rekaman suara, rekaman video, sumber elektronik, dll. yang disusun menurut standar tertentu.

Standar dalam pengatalogan bahan perpustakaan diantara menggunakan International Standard Bibliographic Description (ISBD) dan Anglo American Cataloguing Rules (AACR2). Sejak tahun 2010 mulai diterapkan standar pengatalogan baru pengembangan dari AACR2 yaitu Resource Description and Access (RDA). RDA dirancang sebagai format pengatalogan deskriptif dan akses untuk semua jenis bahan perpustakaan terutama untuk sumber-sumber digital.

Standar pengatalogan lain yang digunakan untuk otomasi perpustakaan, pertukaran dan komunikasi data bibliografis adalah Machine Readable Cataloguing (MARC). MARC dikembangkan pertama kali pada tahun 1960an oleh Henri Avram pustakawan pada Library of Conggress. Pengembangan format MARC yang paling terakhir adalah MARC 21 terbit tahun 1999 dan revisi termuktahir pada tahun 2003. MARC 21 merupakan pengembangan dari versi USMARC yang digunakan di Amerika Serikat dan CAN/MARC yang digunakan di Kanada

Perubahan yang paling mendasar dari AACR2 ke RDA adalah dalam pembagian jenis bahan perpustakaan dimana RDA tidak lagi pengatur tentang penandaan bahan umum dikenal dengan General Material Desctiptiom (GMD). Penerpannya dalam formar MARC21 keterangan GMD digantikan dalam ruas 336, 337, 338.

Tulisan ini akan membahas mengenai struktur AACR2, struktur RDA dan perbandingan pengatalogan berdasarkan AACR2 dan RDA dengan format MARC21 serta contoh pengatalogan bahan perpustakaan berdasarkan RDA dalam format MARC21.

2. STRUKTUR AACR2

Struktur AACR2 dibagi menjadi 2 bagian terdiri dari 26 bab dan ditambah dengan apendik A s.d. E, Indeks. Bagian pertama mengenai deskripsi terdiri dari bab 1 sampai dengan 13. Sedangkan bagian kedua mengenai titik akses terdiri dari bab 21 sampai dengan bab 26. Berikut rincian struktur AACR2 : Bagain 1 Deskripsi

1. Peraturan umum untuk deskripsi

2. Buku, Pamflet, dan lembar tercetak 3. Bahan Kartografi

4. Manuskrip 5. Musik

6. Rekaman suara

7. Gambar hidup/Film dan Rekaman video Abstract

In 1967 The cataloging published a regulation known as the Anglo American Cataloging Rules ( AACR) The AACR has undergone several revisions. The last revision was published in 2005 , known as AACR2R 2002 revision 2005 update . In 2005 the Joint Steering Committee ( JSC ) makes the idea of revising AACR2 with a new approach under the name Resource Description and Access (RDA). In 2010 the RDA began to be published under the title “ RDA : resource description and access “ . In 2013, the RDA has begun to be implemented by the library in the United States (U.S. Library of Congress ), the UK (The British Library) , Germany (Deutsche Nationalbibliothek (DNB) , Australia (National Library of Australi ). This paper discusses about history of The cataloging , AACR2 structure, RDA structure and comparison the cataloging based on AACR2 and RDA with MARC21 formats and examples the cataloging of library materials based on RDA and MARC21 format

(2)

8. Bahan Grafis

9. Sumber elektronik (E-Resources) 10. Artefak dan Realia Tiga dimensi 11. Bentuk mikro

12. Sumber daya berlanjut (serial) 13. Analisis

Bagian 2 Tajuk, judul seragam, dan referensi 21. Pilihan titik akses

22. Tajuk untuk orang

23. Nama Geografis

24. Tajuk Badan Korporasi 25. Judul seragam

26. Referensi Apendik dan Indeks

Apendik A untuk Kapitalisasi (huruf besar) Apendik B untuk Singkatan

Apendik C untuk Nomor Apendik D untuk Glosarium Apendik E untuk Artikel inisial Indeks

Bagian pertama, Bab 1 “Peraturan umum deskripsi” dapat diterapkan untuk semua jenis bahan perpustakaan yang terdapat pada bab 2 sampai dengan bab 12. Peraturan pada bagian pertama ini didasarkan atas kerangka umum untuk deskripsi bahan perpustakaan: International Standard Bibliographic Description (General) = ISBD (G). Sedangkan untuk peraturan yang lebih rinci diatur pada masing-masing jenis bahan perpustakaan. Berikut rincian pada Bab 1 “Peraturan umum deskripsi”

1. Peraturan umum

2. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab 3. Daerah edisi

4. Daerah rincian spesifik bahan (data khusus)

5. Daerah publikasi, distribusi, dsb.

6. Daerah deskripsi fisik

7. Daerah judul seri 8. Daerah catatan

9. Daerah penomoran standar standar (ISBN dan ISSN)

10. Bahan suplemen

11. Butiran terdiri dari beberapa jenis bahan 12. Faksimile, fotokopi, dan reproduksi lain

Karena peraturan berdasarkan kerangka umum tersebut, maka penomoran peraturan pun mengandung unsur mnemorik. Artinya, mudah diingat. Penomoran peraturan sebagai berikut:

No. Bab + No. Daerah + Kode Unsur + No

Perincian.

Misalnya bila ada penomoran sebagai berikut: 3.1 maka peraturan ini untuk daerah judul dan pernyataan tanggung jawab pada bahan bahan

kartografi. Angka 3 menunjukkan bab 3 (bahan kartografi) dan angka 1 menunjukkan (judul dan

pernyataan tanggung jawab). Penomoran ini sangat mudah diingat.

Penggunaan GMD (General Material Designation) merupakan pernyataan tentang bahan umum yang ditulis setelah judul sebenar dengan penggunaan tanda kurung siku setelah judul sebenarnya [ ].

Pilih satu dari daftar GMD (General Material Designation) yang diberikan di bawah ini dan gunakan istilah dari daftar yang dipilih dalam semua deskripsi untuk pernyataan bahan umum yang diinginkan.

Dalam peraturan AACR2 daftar GMD ada dua, daftar pertama yang digunakan di Inggris dan daftar yang kedua digunakan di Amerika Serikat. Indonesia menggunakan daftar yang kedua, karena lebih banyak variasi dalam menentukan GMD. Di bawah ini daftar GMD yang diberikan oleh AACR2:

Daftar I braille bahan kartografi sumber elektronik grafik manuskrip bentuk mikro gambar hidup multi media musik objek rekaman suara teks rekaman video Daftar II kartu aktivitas karya seni asli

karya seni reproduksi braille bahan kartografi carta diorama sumber elektronik filmstrip

(3)

kartu kilat dolanan kit manuskrip bentuk mikro slaid mikroskop model gambar hidup musik gambar realia slaid rekaman suara gambar tekni teks mainan transparansi rekaman video Fungsi GMD adalah:

- Memberitahu sedini mungkin pada pemustaka

mengenai format atau bentuk fisik dokumen

tersebut.

- Mengisyaratkan pada pemustaka bahwa diperlukan alat khusus

- Menjadikan sarana untuk membedakan dokumen dengan judul yang sama tetapi bentuknya berbeda. 3. STRUKTUR RDA

RDA diterbitkan pada tahun 2010 oleh The American Library Association (ISBN: 978-0-8389-1093-1), The Canadian Library Association (ISBN: 978-0-88802-335-3) dan Clip: Chartered Institute of Library and Information Professionals (ISBN: 978-185604-749-4). RDA versi cetak terdiri dari RDA : Resources Desciption and Access (1096 halaman.) dan RDA element set view : part 1 Attributes (1288 halaman.) dan part 2 Relationship (384 halaman.). 2768.

Susunan RDA terdiri dari tiga bagian utama, 10 seksi, 37 bab ditambah beberapa lampiran (untuk penggunaan huruf kapital, singkatan, kata sandang, penyajian data deskriptif dan data pengendalian titik temu), daftar istilah, dan index. Ketebalan buku RDA berjumlah 2768 halaman. Ketiga bagian utama adalah sebagai berikut:

Bagian I – Resource Description (termasuk sasaran fungsional dan

prinsip-prinsip deskripsi sumber informasi) terdiri dari seksi 1 s.d. 4,

Bagian II – Relationships atau hubungan (petunjuk umum tentang hubungan-hubungan, termasuk individu, keluarga, badan korporasi, yang punya relationship dengan sumber; sitasi untuk karya berhubungan, dan petunjuk khusus untuk beberapa jenis karya tertentu) terdiri dari seksi 5 s.d 10

Bagian III – Access Point Control (merumuskan titik akses atau titik temu dan mencatat data yang digunakan dalam pengendalian titik temu) merupakan RDA Appendices. Ketiga bagian utama ini dijabarkan lagi menjadi beberpa subagian (section) yang berisi aturan lebh rinci lagi. Susunan RDA juga dilengkapi apendik, glosarium dan indeks. Berikut pembagian berdasarkan subbagian (section)

Introduction

Section 1 : Recording attributes of manifestation and item (Chapter 1-4)

Section 2 : Recording attributes of work and xxpression (Chapter 5-7)

Section 3 : Recording attributes of person, family, and corporation body (Chapter 8-11) Section 4 : Recording attribute of concept, object,

event, and place (Chapter 12-16) Section 5 : Recording primary relationships

between work, expression, manifestation, and item (Chapter 17) Section 6 : Recording relationships to persons,

families, and corporate bodies associated with resource (Chapter 18-22)

Section 7 : Recording the subject of a work (Chapter 23)

Section 8 : Recording relationships between work, expression, manifestation, and item (Chapter 24-28)

Section 9 : Recording relationships to persons, families, and corporate bodies (Chapter 29-32)

Section 10 : Recording relationships to concepts, object, event, and places (Chapter 33-37)

(4)

GLOSARY INDEX

4. PERBANDINGAN AACR2 DAN RDA

Prinsip dasar dari peraturan pengatalogan yang tertuang pada RDA adalah pengatalogan untuk sumber-sumber digital yang belum termuat didalam AACR2, RDA juga dapat diterapkan dengan menggunakan standar metadata seperti MARC, MODS, perbedaan lainnya cara penulisan pada daerah deskripsi

bibliofrafis sehingga pungtuasi ISBD tidak akan

menjadi wajib lagi seperti halnya dengan AACR2, tetapi menjadi pilihan dengan petunjuk aplikasinya di salah satu lampiran RDA. RDA diterbitkan oleh The American Library Association (ISBN: 978-0-8389-1093-1), The Canadian Library Association (ISBN: 978-0-88802-335-3) dan Clip: Chartered Institute of Library and Information Professionals (ISBN: 978-185604-749-4). RDA versi cetak terdiri dari RDA : Resources Desciption and Access (1096 hlm.) dan RDA element set view : part 1 Attributes (1288 hlm.) dan part 2 Relationship (384 hlm.). Susunan RDA terdiri dari Pendahuluan, 10 bagian yang dibagi dalam 37 bab, Apendiks. Berikut beberapa perbedaan antara AACR2 dan RDA:

Beberapa perbedaan antara AACR2 dan RDA:

No AACR2 RDA

1 Terbit hanya dalam versi cetak

Terbit dalam versi cetak dan Online

2 Dibagi berdasarkan jenis bahan perpustakaan

Dikembangkan dalam bentuk netral tidak berdasarkan jenis bahan perpustakaan

3 Tingkatan deskriptif (levels of deskription)

Berdasarkan elemen inti (core element)

4 Penggunaan GMD Tidak mengunakan GMD di kembangkan berdasarkan content, carrierdan media type

5 Entri utama (Main entry) Titik akses kepengarangan

(Authorised access point) 6 Deskripsi berdasarkan

ISBD

Deskripsi berdasarkan FRBR

7 Pilihan titik akses Hubungan FRBR (FRBR relionship)

8 Bentuk tajuk Attributes of FRAD entities

9 References/Rujukan FRAD relationship 5. PERBANDINGAN DALAM FORMAT

MARC21

MARC21 sebagai metadata dalam pengatalogan terotomasi dikembangkan berdasarkan standar pengatalogan AACR2. Seiringi mulai diterapkannya RDA sebagai standar pengatalogan yang baru maka format MARC21 disesuaikan dengan RDA, seperti penambahan ruas 336, 337, dan 338 untuk menggantikan penggunaan GMD pada ruas 245. Berikut perbandingan AACR2 dan RDA dalam format MARC21

Ruas 245 Judul dan penanggung jawab Ruas ini berisi tentang daerah judul dan penanggung jawab.

RDA tidak lagi mengatur tentang GMD untuk bahan perpustakaan. Sub ruas $h [ ] digantikan dengan ruas 336,337,dan 338.

(Schiff : 2011) Ruas 250 Edisi

Ruas 250 edisi. Penulisan edisi di dalam AACR2 ditulis menggunakan singkatan sedangkan di RDA ditulis apa adanya tanpa disingkat.

Contoh AACR2 250 ## $a 3rd ev.ed. 250 ## $a Cet. 1 Contoh RDA

250 ## $a Third revised edition 250 ## $a Cetakan pertama

(5)

(Schiff : 2011)

Ruas 260 Penerbitan

Penulisan untuk daerah penerbitan AACR2 mengatur penggunaan singkatan [s.l.] untuk tempat terbit yang tidak diketahui dan [s.n.] untuk nama penerbit yang tidak diketahui. Singkatan tersebut di dalam RDA digantikan dengan istilah [place

of publication not identified] dan [publisher not identified] atau [tempat terbit tidak teridentifikasi] dan [penerbit tidak teridentifikasi]

Contoh AACR2:

260 ## $a [S.l. : $b s.n.], $c 2013. Contoh RDA

260## $a [Tempat terbit tidak teridentifikasi] : $b [penerbit tidak teridentifikasi], $c 2013.

Ruas 300 deskripsi fisik

Penulisan deskripsi fisik halaman dan

keterangan ilustrasi di dalam AACR2 menggunakan singkatan sedangkan di dalam RDA ditulis apa adanya tanpa disingkat.

Contoh AACR : 300 ## $a v, 199 hlm. : $b ilus. ; $c 30 cm. Contoh RDA : 300 ## $a v, 199 halaman. : $b ilustrasi., ; $c 30 cm   (Schiff : 2011) Ruas 440 /490 seri

Penulisan untuk penomeran seri seperti: jilid,volume, nomor di dalam RDA tidak lagi menggunakan singkatan tetapi ditulis apa adanya sesuai yang tertera pada sumber informasi utama. Contoh :

  (Schiff : 2011)

Titik Akses

AACR2 mengatur pernyataan tanggung jawab untuk pengarang lebih dari 3 orang ditulis pengarang yang disebut pertama kali diikuti dengan et al. sedangkan untuk RDA semua pengarang ditulis dalam daerah pernyataan tanggung jawab dengan tajuk entri utama pada pengarang pertama.

6. Contoh pengatalogan RDA dengan format MARC 21

Berikut ini contoh pengatalogan berdasarkan RDA dan format MARC21 yang diambil dari katalog Online (OPAC) National Library of Australia (NLA) dan Library of Congress.

043 |a

a-io---082 0 4 |a 899.221 |2 23 100 1 |a Karim, Nur,|e author.

245 1 0 |a Katalog naskah Pecenongan koleksi Perpustakaan Nasional : |b sastra Betawi akhir abad ke-19 / |c penyusun, Nur Karim, Didik Purwanto, Dina Isyanti, dan Yeri Nurita ; penyunting, Henri Chambert-Loir & Dewaki Kramadibrata.

250 |a Cetakan pertama.

264 1 |a Jakarta : |b Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, |c 2013.

(6)

264 4 |c ©2013

300 |a xi, 173 pages : |b illustrations, colour photographs ; |c 32 cm.

336 |a text |2 rdacontent 336 |a still image |2 rdacontent 337 |a unmediated |2 rdamedia 338 |a volume |2 rdacarrier

490 1 |a Seri katalog naskah Nusantara ; |v no. 1 504 |a Includes bibliographical references (pages

171-173).

542 |f ©2013 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

650 0 |a Indonesian literature| z Indonesia |z Jakarta |y 19th century.

650 0 |a Indonesian literature |z Indonesia |z Jakarta |x Manuscripts.

650 0 |a Indonesian literature |z Indonesia |z Jakarta |v Catalogs.

651 0 |a Jakarta (Indonesia) |x Literatures |v Catalogs. 700 1 |a Purwanto, Didik,|e author.

700 1 |a Isyanti, Dina,|e author. 700 1 |a Nurita, Yeri,|e author.

700 1 |a Chambert-Loir, Henri,|e editor. 700 1 |a Kramadibrata, Dewaki,|e editor.

710 2 |a Perpustakaan Nasional (Indonesia),|e issuing body.

830 0 |a Seri katalog naskah Nusantara ; |v no. 1 953 |a IAL subject term: Literature.

Kumpulan cerita wayang versi Pecenongan : suntingan teks / oleh Nur-Karim,... Relevance: 000 01193cam a22003017i 450 001 17720714 005 20130812051914.0 008 130502s2012 io b f000 0 crp 906 __ |a 7 |b cbc |c origres |d 4 |e ncip |f 20 |g y-gencatlg

925 0_ |a acquire |b 1 shelf copy |x policy default

955 __ |b wj12 2013-05-02 z-processor |c wj12 2013-05-02 to SAS 010 __ |a 2012321785 020 __ |a 9789790084728 040 __ |a DLC |b eng |c DLC |e rda |d DLC 042 __ |a lcode 050 00 |a MLCME 2013/00203 (P)

100 0_ |a Muhammad Bakir bin Syofyan, |e author.

245 10 |a Kumpulan cerita wayang versi

Pecenongan : |b suntingan teks / |c oleh

Nur-Karim, Mardiono, Didik Purwanto, Sanwani.

264 _1 |a Jakarta : |b Perpustakaan Nasional

RI, |c 2012.

300 __ |a v, 354 pages ; |c 24 cm

336 __ |a text |2 rdacontent

337 __ |a unmediated |2 rdamedia

338 __ |a volume |2 rdacarrier

490 0_ |a Seri naskah kuna Nusantara ; |v no. 1

546 __ |a In Betawi.

520 __ |a Transliteration of three Betawi Malay

texts of wayang plays written by Muhammad Bakir, a Betawi writer from Pecenongan, Jakarta, Indonesia, in the 19th century.

504 __ |a Includes bibliographical references (page

354).

Penutup

Standar pengatalogan diperlukan antara lain untuk: 1. menjaga konsistensi dan keseragaman dalam pengatalogan, 2. pertukaran dan komunikasi

data bibliografis antar perpustakaan. 3. Titik akses

untuk menentukan tajuk entri utama dan tajuk entri tambahan sehingga akan memudahkan dalam penelusuran informasi dan temu kembali informasi..

AACR2 merupakan standar pengatalogan bahan perpustakaan yang digunakan dan diadopsi oleh 56 negara. Seiring dengan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) standar pengatalogan juga mengalami perkembangan ditandai dengan terbitnya RDA sebagai standar pengatalogan baru yang akan menggantikan AACR2. RDA merupakan standar pengatalogan untuk semua jenis bahan perpustakaan dan dirancang khususnya untuk sumber-sumber digital.

MARC21 sebagai metadata pengatalogan merupakan standar pengkodean untuk deskripsi

bibliografis bahan perpustakaan. Format MARC21

(7)

RDA.

RDA Pada tahun 2013 sudah mulai diimplementasikan oleh perpustakaan di AS (U.S. Library of Congress), Inggris (The British Library), Jerman (Deutsche Nationalbibliothek (DNB), Australia (National Library of Australia). Penerapan RDA di Indonesia terutama oleh Perpustakaan Nasional RI dalam praktiknya haruslah dimulai melalui telaah dan kajian yang mendalam tentang perbandingan antara AACR2 dan RDA. Telaah dan kajian tersebut disiapkan oleh suatu tim yang melibatkan berbagai pihak yang terkait terutama dari kalangan perguruan tinggi yang mempunyai program studi ilmu perpustakaan. Diharapkan juga kajian tersebut dapat menghasilkan suatu draf naskah yang akan dijadikan sebagai standar pengatalogan RDA versi Indonesia.

Daftar pustaka

Anglo-American cataloguing rules. 2nd ed., 2005 revision. Ottawa : Canadian Library Association ; Chicago : American Library Association, 2002-2005.

Avram, Henriette D. 2011. Machine-Readble Cataloging (MARC) Program. Dalam Encyclopedia of Library and information Science. Hlm. 3512-3529

Cataloging tackling the basics. 2011. http://www. library.nd.gov/publications/catalogingworkshop. pdf

Chan, Lois Mai. 2007. Cataloging and classification :

an introduction. – 3rd ed.—Maryland : Scarecrow. Delsey, Tom. 2009. AACR2 versus RDA. Presentation given at the CLA Pre-Conference

Session From Rules to Entities: Cataloguing with RDA.

Encyclopedia of library and information sciences. 2010.--3rd ed.-- Boca Raton, FL : CRC Press. Irma U. Aditirto. 2011. Dari AACR2 ke RDA : pengantar singkat. Jakarta

Oliver, Chris. 2010. Introducing RDA : a guide to the basics. Chicago : American Library

Association.

RDA : Resources Deskription and Access. 2010. Chicago : American Library Association,

Schiff, Adam L. 2011. Change from AACR2 to RDA : a comparison examples. http://faculty.washington. edu/aschiff/BCLAPresentationWithNotes-RevMay2011.pdf

Suharyanto. 2011. Pengantar Anglo American Cataloguing Rules 2 (AACR2). Makalah diklat CPTA 2011.

Taylor, Arlene G. 2006. Introduction to cataloging

and classification. – 10th ed. London : Libraries.

_______________. 2009. The organization of information. -- 3rd ed. London : Libraries, 2009. Tillett, Barbara B. 2010. RDA : Resource Description & Access : Change from AACR2 for

texts. 2010. https://staff.lib.ncsu.edu/.../

Referensi

Dokumen terkait

Pandangan MUI Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Penambahan Syarat Perkawinan “Kerbau‟ dalam sistem Perkawinan Muslim Batak Toba di Kelurahan Pasar Dolok Sanggul

Penelitian yang telah banyak dilakukan, adalah dengan melihat faktor perilaku masyarakat serta penelitian DBD yang lebih menyoroti dari sisi kesehatan, walaupun kasus DBD juga

Hal tersebut ditinjau dari peletakkan massa bangunan pada kawasan Rumah Susun Sewa Sederhana Cingised yang berada diantara tiga massa bangunan lainnya, sehingga

Uraian perancangan penguat kelas D tanpa tapis LC meliputi perancangan tiap bagian yang meliputi perancangan loop filter ( ) pada bagian modulator dan perancangan pengkuantisasi

Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketiga) dan saya bertemu dengan Yusuf ‘alaihis salaam yang beliau telah diberi separuh dari kebagusan(wajah).. Beliau menyambutku dan

1) Faktor genetik : keturunan memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang menderita akne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat pada

merupakan partikel Cu koheren disebut juga GP Zones [Porter dan Easterling, 1987] Pembentukan GP Zones ini akan membentuk endapan yang koheren sehingga kekerasan yang dicapai

Oleh karenanya untuk mengetahui apakah pasir Pasolo dapat dimanfaatkan untuk campuran beton maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Penambahan Material Halus Bukit