21
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1 Terminologi Judul
Medan Art Centre merupakan penggabungan dari 3 fungsi, yaitu tempat edukasi, tempat pertunjukkan/teater dan retail UKM. Medan Art Centre terdiri dari 3 kata dengan definisi masing-masing sebagai berikut:
1. Medan → ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota Medan merupakan kota terbesar ke-empat di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, dan Bandung, dengan luas 265,10 km² atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara yang terdiri dari 21 Kecamatan. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut yang mengakibatkan Medan memiliki iklim tropis.
2. Art → dalam bahasa Indonesia berarti seni, Art berasal dari bahasa latin
ars, yang berarti ketrampilan yang diperoleh melalui pengalaman, pengamatan atau proses belajar.
3. Centre → memiliki arti dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary yaitu a place where some particular activity is concentrated yang berarti tempat dimana beberapa kegiatan atau aktifitas terpusat.
22
Dapat disimpulkan bahwa Medan Art Centre adalah bangunan yang terpusat pada fungsi-fungsi yang berkaitan dengan seni seperti terdapat tempat edukasi, tempat pertunjukkan dan tempat untuk menjual hasil ketrampilan karya seni yang berlokasi di Kota Medan.
2.2 Tinjauan Lokasi
Pembahasan lokasi meliputi kondisi lingkungan, persyaratan dan kriteria lokasi, kriteria desain tapak, analisa pemilihan lokasi, pemilihan lokasi dan deskripsi lokasi.
2.2.1 Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Sebagai wadah yang akan memiliki peranan penting pada perekonomian kota setelah dibangun, sebaiknya proses perencanannya perlu diperhatikan sehingga tidak mengganggu tata guna lahan yang sudah direncanakan untuk sebuah wilayah kota (Tabel 2.1). Sebagai sarana komersil, maka Medan Art Centre harus direncanakan di wilayah yang secara tata guna lahan diperuntukkan untuk bisnis dan pendidikan.
Tabel 2.1 Tabel pengembangan wilayah Kota Medan
No Pusat Pelayanan Fungsi Wilayah Pelayanan
A Pusat Pelayanan Kota di
Pusat Kota Pusat kegiatan perdagangan/bisnis; Pusat kegiatan jasa dan
kegiatan pemerintahan provinsi dan kota; Pusat pelayanan ekonomi
Kota Medan, Kec. Medan Polonia, Kec. Medan Baru, Medan Petisah, Kec. Medan Timur, Kec.Medan Barat, Kec. Medan Kota;
Provinsi Sumatera Utara
23
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Pusat Pelayanan Fungsi Wilayah Pelayanan
B Pusat Pelayanan Kota di
bagian utara Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan regional Pusat pelayanan transportasi; Pusat kegiatan sosial-budaya Pusat kegiatan industri
Kota Medan Bagian Utara;
Provinsi Sumatera Utara
Regional 1 Subpusat pelayanan kota
Medan Belawan Pusat pelayanan transportasi laut, Pusat kegiatan bongkar muat
dan impor – ekspor, Pusat kegiatan industri, dan Pusat kegiatan perikanan
Kec. Medan Belawan
2 Subpusat pelayanan kota Medan Labuhan
Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan
Pusat pelayanan transportasi Pusat pelayanan kesehatan
Kec. Medan Labuhan
3 Subpusat pelayanan kota
Medan Marelan Pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok (pasar induk);
Pusat kegiatan rekreasi dan wisata
Kec, Medan Marelan; Kabupaten Deli
Serdang
4 Subpusat pelayanan kota
Medan Perjuangan Pusat kegiatan perdagangan/bisnis Pusat pelayanan olahraga
Kec. Medan Perjuangan dan Kec. Medan Tembung 5 Subpusat pelayanan kota
Medan Area Pusat pelayanan ekonomi Pusat pelayanan transportasi
Kec. Medan Area, Kec. Medan Kota, Kec. Medan Denai, Kec, Medan Amplas 6 Subpusat pelayanan kota
Medan Helvetia
Pusat pelayanan ekonomi Pusat pelayanan transportasi
wilayah bagian Barat Pusat kegiatan sosial-budaya
Kec. Medan Helvetia, Kec. Medan Petisah, Kec. Medan Sunggal 7 Subpusat pelayanan kota
Medan Selayang Pusat kegiatan perdagangan/bisnis Pusat Pendidikan
Kec. Medan Tuntungan, kec. Medan Baru, Kec. Medan Selayang, kec. Medan Johor
8 Subpusat pelayanan kota
Medan Timur Pusat kegiatan perdagangan / bisnis Pusat pelayanan transportasi
(TOD);
Pusat kegiatan sosial-budaya
Kec. Medan Deli, Kec. Medan Timur, Kec. Medan Barat
24
2.2.2 Persyaratan dan Kriteria Lokasi
Pemilihan lokasi untuk suatu proyek harus disesuaikan dengan fungsi-fungsi yang direncanakan, yaitu:
1. Lokasi proyek berada di pusat kota atau subpusat kota.
Jika lokasi proyek terlalu jauh, pengunjung diharuskan menempuh jarak dan waktu yang cukup lama dan jauh. Sedangkan, fungsi yang direncanakan seperti pusat perbelanjaan, tempat pertunjukkan dan tempat edukasi seni lebih diprioritaskan pada masyarakat Kota Medan.
2. Konteks dengan ruang luar untuk menunjang aktifitas ruang luar.
Sebab fungsi yang direncanakan merupakan bangunan seni. Dalam berkesenian tentunya para seniman tidak saja berada dalam ruangan tetapi juga berinteraksi dengan ruang luar seperti dengan suasana alami "nature".
3. Ruang luar yang dimaksud adalah sungai (disekitar area aliran sungai). Ruang luar dengan suasana alami dapat berupa pengunungan, sungai, danau, dan lain-lain. Jika dilihat dari kriteria lokasi sebelumnya yang berada di pusat kota atau subpusat Kota Medan yang paling mendekati dan dapat mudah ditemui adalah sungai. Dengan lokasi proyek tepat berada disekitar pinggiran sungai, maka akan terdapat kontur yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas ruang luar seperti amphiteater.
Selain itu, tujuan lain dari pemilihan sungai adalah agar memberikan contoh bahwa sungai dapat dijadikan sebagai potensi atau daya tarik dari
25
bangunan jika direncanakan dengan baik. Sehingga pengunjung akan terkesan dengan bangunan yang dikunjunginya. Lalu, sekaligus untuk memberikan pemberitahuan dan pembelajaran untuk menghargai sungai, mengingat kondisi sungai di Kota Medan yang sudah cukup mengkhawatirkan.
4. Tidak perlu berdekatan dengan objek wisata lainnya.
Hal ini dikarenakan proyek, fungsi bangunan yang direncanakan belum ada di Kota Medan dan tentunya memiliki daya tarik tersendiri. Tujuan lain agar destinasi pariwisata Kota Medan bertambah secara tidak langsung.
5. Luas lahan dapat disesuaikan dengan lokasi yang dipilih minimal 1 HA. 6. Terdapat jalur pedestrian dan lokasi proyek dilewati oleh angkutan
umum.
Bertujuan agar para pejalan kaki atau pengunjung yang menggunakan angkutan umum lebih nyaman. Karena target dari fungsi bangunan adalah untuk semua kalangan.
7. Berada di jalan primer Kota Medan, lokasi proyek menghadap ke jalan sehingga keberadaan proyek dapat dirasa kehadirannya dan tidak rawan kemacetan mengingat terdapat fungsi tempat pertunjukkan.
2.2.3 Analisis Pemilihan Lokasi
Setelah membuat kriteria lokasi proyek yang disesuaikan dengan fungsi yang direncanakan terdapat beberapa lokasi proyek yang dirasa sesuai, sebagai berikut:
26
1. Alternatif 1 (Gambar 2.1)
Gambar 2.1 Alternatif pertama lokasi proyek Sumber: Google earth
Lokasi proyek berada di Jl. Patimura dengan luas lahan ±1,8 HA. Kecamatan Medan Baru, Keluarahan Darat.
a. Batas Utara: Pemukiman dan terdapat beberapa restoran (Jl. Babura Lama).
b. Batasan Timur: Sungai Babura.
c. Batasan Selatan: Pemukiman (Jl. Kampung Mandailing).
d. Batasan Barat: Kantor BPJS Ketenagakerjaan dan RM. Garuda (Jl. Patimura).
Eksisting lokasi alternatif 1 merupakan lahan kosong yang direncanakan akan dibangunan hotel Mikie Holiday.
27
2. Alternatif 2 (Gambar 2.2)
Gambar 2.2 Alternatif kedua lokasi proyek Sumber: Google earth
Lokasi proyek berada di Jl. Palang Merah dengan luas lahan ±1,8 HA. Kecamatan Medan Kota, Kelurahan Alur.
a. Batas Utara: Kantor Wilayah Direktorat Jendaral Pajak Sumut. b. Batasan Timur: Sungai Deli.
c. Batasan Selatan: Sungai Deli .
d. Batasan Barat: Sungai Deli (menghadap ke Vihara Borobudur). Eksisting lokasi alternatif 2 merupakan rawa-rawa dan terdapat bangunan yang sudah tidak digunakan.
Setelah mendapatkan alternatif lokasi proyek, tahap selanjutnya adalah menentukan lokasi proyek berdasarkan penilaian alternatif lokasi proyek dari kriteria yang telah ditentukan (Tabel 2.2).
28
Tabel 2.2 Penilaian Alternatif lokasi proyek
Kriteria Lokasi Alternatif 1 Alternatif 2 Luas Lahan ±1,8 HA (2) ±1,8 HA (2)
Tingkatan Jalan Jalan Primer
(2) Jalan Primer (2) Pencapaian Mudah (3) Sedang (2) Jangkauan Struktur Kota BWK Pusat Kota
(2)
BWK Pusat Kota (2)
Akses Pejalan Kaki Mudah
(3)
Sulit (1)
Akses Kendaraan Umum Mudah
(3)
Sulit (1)
Kontur Tapak Ada
(3)
Ada (3) Berdekatan dengan Sungai Ya
(3) Ya (3) Utilitas Bagus (3) Bagus (3)
Tingkat Kemacetan Jarang
(3)
Sedang (2) Orientasi Lahan Menghadap ke jalan
(3)
Menghadap ke bangunan (1)
Lingkungan disekitar Lokasi Baik (3)
Sedang (1)
Total Nilai & Peringkat 33 ( I ) 23 ( II )
Keterangan:
(1) : kurang (2) : cukup (3) : baik
Dapat disimpulkan bahwa dari ke dua alternatif lokasi proyek yang telah ditentukan sebelumnya, yang paling sesuai dan memenuhi kriteria lokasi yang diinginkan adalah lokasi pada alternatif 1 pada Jl. Patimura.
2.3 Persyaratan Teknis 2.3.1 Retail UKM
Berdasarkan buku Data Arsitek, untuk peraturan pertokoan pada bangunan sebaiknya diperhatikan semua peraturan tentang konstruksi, peralatan dan perlengkapan untuk pertokoan maupun pusat perbelanjaan. Pembagian latai-lantai harus pula memenuhi persyaratan konstruksi dari pemadam kebakaran terutama
29
untuk semua hubungan vertikal antara lantai yang harus dapat diisolasir bila terjadi kebakaran. Tinggi lantai biasanya ditentukan menurut batas ketinggian yang di izinkan untuk bangunan-bangunan umum oleh pemerintah setempat. Untuk tempat penjualan tinggi ruang min. 3 meter.
Untuk tata letak ruko sendiri harus mudah terlihat walau hanya sepintas. Ruang untuk pengunjung dan pramuniaga tergantung jenis dagangan dan jumlah pembelinya. Hal ini demi kelancaran proses jual-beli yang terjadi. Biasanya untuk pertokoan besar dibentuk dan dikembangkan sistem perencanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan praktis mereka.
Terdapat bermacam-macam jenisnya, disesuaikan dengan jenis daganganya, misalnya barang-barang yang tahan lama atau barang kebutuhan sehari-hari. Berdagang dalam satuan-satuan yang kecil sangat dipengaruhi oleh lokasi pusat perbelanjaan tertentu, pertokoan dengan bermacam-macam barang dan pasar pusat uang menjadi sumber penatik aseperti magnit. Satuan-satuan yang besar ini sebaiknya ditempatkan pada lokasi dimana diperkirakan banyak dilalui pembei. Toko-toko tersebut harus terletak pada lokasi yang dekat dengan daerah yang berpotensi untuk perdagangan dan mudah terlihat dari berbagai sudut pandang.
Nadine Beddington, dalam buku Design For Shopping Centre mengatakan Shopping Centre atau pusat perbelanjaan merupakan kompleks perbelanjaan terencana, dengan pengelolaan yang bersifat terpusat, dengan sistem menyewakan unit-unit kepada pedagang individu, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh pengelola yang bertanggung jawab secara menyeluruh.
30
2.3.2 Tempat pertunjukkan (Teater)
Peter Brook, dalam buku The Empty Space mengatakan bahwa syarat untuk sebuah pertunjukan teater adalah adanya tempat, lalu aktor yang melakukan tindakan tertentu di dalam sebuah ruang kosong, sementara sejumlah orang lainnya menonton.
Berdasarkan buku The Architects Handbook, organisasi ruang pada teater terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Resepsionis: hall, foyer, box office, cloakroom, toilet, koridor dan tangga. 2. Auditorium: tempat duduk pengunjung.
3. Panggung: panggung utama, belakang panggung, ruang ganti baju.
Pada beberapa tempat pertunjukkan (teater) terdapat tempat duduk di balkon yang memiliki persyaratan D:H untuk keluaran balkon sekitar 1:1 untuk konser dan 2:1 untuk opera atau drama (Gambar 2.3). Balkon tempat duduk, ratio D:H dapat lebih besar agar kuat gema terdengar hingga penonton yang duduk dibagian belakang. Untuk struktur balkon harus direncanakan dengan baik. Sudut pandangan-line dari balkon ke panggung harus ada lebih dari 30°.
Gambar 2.3 Perbandingan untuk balkon tempat duduk Sumber: The Architects Handbook
31
Garis pandang penonton terdapat beberapa persyaratan dalam perencanaan yaitu tinggi mata penonton sekitar 1120 ± 100 mm, lebar tempat duduk dan sirkulasi (T) 800-1150 mm. Tinggi kepala dari penonton C1 = min. 60mm
(pandangan kepala penonton yang ada didepannya). C2 = 120 mm (standar
pandangan) (Gambar 2.4). Dalam penyusunan tempat duduk penonton terdapat jumlah batasan penyusunan dan disesuaikan derajat pandangan yaitu 15° (Gambar 2.5).
Gambar 2.4 Jarak pandang tempat penonton Sumber: The Architects Handbook
Gambar 2.5 Batasan penyusunan tempat duduk penonton Sumber: The Architects Handbook
Berdasarkan buku Data Arsitek, ratio panggung dan kursi penonton adalh 1:2 (Gambar 2.6). Proporsi dari panggung berdasarkan dari jarak pandang dari
32
tempat duduk penonton. Ukuran panggung sudah termasuk dengan area pertunjukkan dan area belakang panggung.
Gambar 2.6 Ratio panggung dan kursi penonton Sumber: Data Arsitek
2.3.3 Edukasi Seni
Berdasarkan buku Data Arsitek, Studio seni terapan yaitu studio lukis dan paha-memahat memerlukan ruang luas dan pencahayaan alami yang baik yang datang dari jendela-jendela tinggi yang luasnya sekitar 25-33% dari luas lantai studio, jendela menghadap ke arah Utara atau Timur. Pencahayaan dari langir-langit dapat menambah pencahayaan yang diperlukan. semua jendela diperlengkapi alat yang dapat mengatur cahaya matahari yang masuk. Setiap permukaan ruang yang ada harus tahan lama dan mudah dibersihkan.
2.4 Studi Banding Proyek Sejenis
2.4 .1 Jackson Hole Center for the Arts Performing Arts Pavilion/Stephen Dynia Architects (Arts Design Collaborative)
Proyek yang dilakukan pada tahun 2007 dan ditangani oleh Stephen Dynia Architects (Gambar 2.7). Berdasarkan dari cerita arsitek bahwa, bangunan ini merupakan pengganti yang memiliki fungsi hampir sama dengan The Jackson
33
Centre for the Arts Building. Bangunan ini memiliki fungsi ruang latihan musik dan tempat pertunjukkan (teater). Tempat pertunjukkan berkapasitas 500 (Gambar 2.8 dan 2.9) yang terbagi menjadi 2 area yaitu area bawah dan balkon dengan masing-masing 200 dan 300 tempat duduk penonton.
Gambar 2.7 Jackson Hole Center for the Arts Performing Arts Pavilion Sumber: archdaily
Gambar 2.8 Ruang tempat pertunjukkan (teater) Sumber: archdaily
Gambar 2.9 Potongan tempat pertunjukkan (teater) Sumber: archdaily
Akses ke tempat pertunjukkan dibagi menjadi 2 bagian (Gambar 2.10). Konsep bangunan konteks dengan ruang luar dimana pemilihan material
34
disesuaikan dengan lingkungan seperti penggunaan kaca untuk view ke gunung, pemilihan material kayu pada lantai untuk memberi kesan hangat dan ringan (Gambar 2.11).
Gambar 2.10 Denah bangunan Sumber: archdaily
Gambar 2.11 Penggunaan material kaca pada bagian hall dengan view gunung
Sumber: archdaily
Hal yang dapat diambil dari studi banding proyek ini adalah penggunaan material kaca untuk memanfaatkan potensi lingkungan disekitar tapak (view ke gunung). Teater dengan kapasitas 700 orang dibagi menjadi 2 area dengan penggunaan balkon dan terdapat 2 akses pengunjung ke teater. Akses pemain teater yang terpisah dengan akses pengunjung.
35
2.4.2 Young Centre for the Performing Arts/KPMB Architects
Salah satu penggabungan fungsi yang jarang dilakukan antara edukasi dengan pertunjukkan dalam satu bangunan (Gambar 2.12 dan 2.13). Hasil dari penggabungan fungsi ini menjadi destinasi budaya pada Distillery Distict. Karena merupakan bangunan lama yaitu Tank Houses (penyuplai air) yang kemudian direnovasi dengan budget 130 milliar rupiah. Eksterior bangunan yang dibuat oleh arsitek, konteks dengan lokasi proyek dimana lebih bersifat industrial dengan material yang digunakan seperti bata expose dll. Tempat pertunjukkan dibangunan ini berkapasitas sekitar 1000 orang menggunakan balkon (Gambar 2.14).
Gambar 2.12 Young Centre for the Performing Arts Sumber: archdaily
Gambar 2.13 Salah satu ruang edukasi seni Sumber: archdaily
36
Gambar 2.14 Tempat Pertunjukkan Sumber: archdaily
Hal yang dapat diambil dari studi banding ini adalah lobby yang terbuka sehingga menjadi pusat pertemuan antara aktor, mahasiswa, pengunjung dan pelanggan. Pencahayaan untuk tempat edukasi seni dapat menggunakan lampu TL selain itu dapat juga untuk tidak menggunakan plafond pada ruangan edukasi. Dari segi tampak bangunan, penyesuaian terhadap identitas lokasi proyek terhadap tampak bangunan sangat terlihat jelas.
2.4.3 College Art Center/Schwartz-Silver architects
College Art Center (Gambar 2.15) merupakan bangunan lama dengan fungsi yang sama dan kemudian diperbaharui. Dulu bangunan ini hanya berlantai 1 dan direnovasi menjadi 2 tingkat. Permasalahan pada bangunan lama adalah cahaya yang masuk ke bangunan kurang, bangunan yang sudah berusia tua sehingga dari segi keamanan sangat kurang. Fungsi bangunan dulunya berupa perpustakaan, pusat edukasi, tempat makan (hall) dan studio seni (Gambar 2.16 dan 2.17). Luasan bangunan setelah ditambah dan direnovasi sekitar 54.00 m2.
37
Gambar 2.15 College Art Center Sumber: archdaily
Gambar 2.16 Salah satu ruang edukasi seni Sumber: archdaily
Gambar 2.17 Salah satu ruang edukasi seni Sumber: archdaily
Sirkulasi pada bangunan yang ada sekarang lebih tertata dan tidak membingungkan dan disesuaikan dengan bagian-bagiannya (Gambar 2.18). Cahaya alami yang dibutuhkan pada ruang pelatihan seni sudah terpenuhi seperti ruang lukis, ruang patung dan ruang memahat. Fasad bangunan mengikuti fungsi.
38
Gambar 2.18 Denah bangunan Sumber: archdaily
Hal yang dapat diambil dari studi banding ini adalah pentingnya pencahayaan pada ruang edukasi seni untuk beberapa fungsi ruang. Penggunaan lampu TL pada ruangan dan terdapat beberapa ruangan edukasi yang tidak menggunakan plafond. Selain itu lebar koridor pada bangunan ini sekitar 2m.