• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemodelan Pergerakan Benang Pada Saat Peluncuran Pakan Pada Mesin Air Jet Loom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemodelan Pergerakan Benang Pada Saat Peluncuran Pakan Pada Mesin Air Jet Loom"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING SKF 2015

Pemodelan Pergerakan Benang Pada Saat Peluncuran

Pakan Pada Mesin Air Jet Loom

Abdurrohman

1,a)

, Irfandhani Fauzi

1)

, dan Elly Koesneliawaty

1) 1

Politeknik STTT Bandung Jl. Jakarta No.31 Bandung

a) ikhwan10021991@gmail.com(corresponding author)

Abstrak

Pada proses pembuatan kain tenun, penyisipan benang pakan (picking motion) pada mulut lusi merupakan salah satu faktor terbentuknya kain. Penyisipan benang pakan dilakukan dengan berbagai jenis media dari mulai shuttle, gripper, tekanan air (water jet), tekanan udara (air jet), dan projectile. Penggunaan jenis media penyisipan pakan berpengaruh kepada kecepatan produksi kain. Air jet menjadi media terpopuler dalam hal penyisipan pakan karena memiliki kecepatan tinggi dan konstruksi mesin yang sederhana. Pada penelitian ini dapat ditunjukan pemodelan pergerakan benang pada saat penyisipan benang pakan pada mesin Air Jet Loom mulai dari main nozzle sampai ke ujung kain dengan pendekatan teori fisika.

Kata-kata kunci: Air Jet Loom, Weft Insertion, Picking Motion

PENDAHULUAN

Proses pembuatan kain tenun dilakukan dalam 3 tahapan atau sering disebut sebagai 3 gerakan pokok pertenunan yaitu, pembukaan mulut lusi (shedding motion), peluncuran pakan (filling insertion / picking

motion), dan pengetekan (Beat up motion). Dari ketiga tahapan tadi, masing-masing tahapan akan

berpengaruh terhadap kontruksi kain yang dihasilkan kecuali peluncuran pakan. Adapun peluncuran pakan akan berpengaruh pada kecepatan produksi kain. Secara umum media peluncuran atau penyisipan benang pakan terbagi menjadi dua yaitu, menggunakan teropong (shuttle) dan tanpa teropong (shuttleless).

(2)

PROSIDING SKF 2015

PEMODELAN PERGERAKAN BENANG

Peluncuran benang pakan tanpa menggunakan teropong (shuttleless) sampai saat ini terbagi kedalam 4 media yaitu : menggunakan gripper (Rapier Loom), menggunakan peluru (projectile loom), menggunakan tekanan air (water jet loom) dan menggunakan tekanan udara (air jet loom).

Menurut Sabit Adanur[3] dalam bukunya Handbook of weaving menerangkan bahwa air jet loom merupakan salah satu jenis mesin tenun yang media peluncuran pakannya menggunakan media tekanan udara. Selain itu dalam buku yang sama menerangkan bahwa peluncuran atau penyisipan pakan menggunakan media tekanan udara adalah penyisipan pakan yang paling sederhana dan memiliki beberapa keunggulan yaitu : produktivitas tinggi, memiliki kecepatan penyisipan pakan yang tinggi, memakan tempat yang relatif lebih kecil, kebisingan dan getarannya rendah. Adapun mekanismenya benang pakan didorong dengan tekanan udara dari main nozzle dan diteruskan oleh sub-sub nozzle yang tersebar sampai ujung kain yang aktif secara bergantian dan teratur mendorong benang dari sisi kiri kain sampai ujung sisi kanan kain. Gambar 2 menggambarkan skema penyisipan pakan pada Air jet loom.

Gambar 2, skema penyisipan benang pakan pada mesin air jet loom, Sabit Adanur (2001)[2]

Pada saat peluncurannya benang pakan bergerak keluar dari main nozzle dengan didorong oleh udara dengan gaya tertentu (Fu) dan dilanjutkan dengan didorong oleh udara dari sub-sub nozzle sampai ke ujung pinggir kain.

Gambar 3, skema gerakan benang keluar dari main nozzle, Emel Onder [3]

(3)

PROSIDING SKF 2015

Dari gambar 4 dapat dibuat pemodelan pergerkan benang dengan kordinat x,y,z sebagai berikut:

Gambar 5, gaya-gaya yang bekerja pada benang Keterangan gambar :

Fu = Gaya dorong udara (N) Fc = Gaya hambat udara (N) Fg = Gaya gravitasi (N)

Pada hukum 2 Newton sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik terhadap M.

F

m

a

Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan turunan dari momentum linear benda tersebut terhadap waktu

 

 

 

 

 

D mv

mv

mv

x

mv

y

mv

z

F

Dt

t

x

t

y

t

z

t

(1)

(4)

PROSIDING SKF 2015

 

 

 

k

dz

z

v

m

v

m

j

dy

y

v

m

v

m

i

dx

x

v

m

v

m

dt

t

v

m









(2) Perubahan momentum per satuan waktu dirumuskan sebagai berikut;

 

 

 

                                      

dz k z v m v m j dy y v m v m i dx x v m v m dt t v m t         

 

 

 

k dt z z v m j dt y y v m i dt x x v m t v m                                       (3)

Untuk volume yang terbatas/kecil, dxdydz dengan density yang seragam persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut; dxdydz k dt z z v j dt y y v i dt x x v t v                                             (4)

dx/dt, dy/dt, dan dz/dt adalah komponen kecepatan di sumbu x, y, dan z, jadi perubahan momentum per waktu per unit volume dapat dirumuskan sebagai berikut

dxdydz k v z v j v y v i v x v t v z y x                                          (5)

Menurut Navier Stokes [4], ada 3 komponen gaya yang bekerja pada fluida yaitu : gaya gravitasi (

F

grv), tekanan hidrostatis (

F

Pres

), voskositas (

F

Visc) yang terjadi akibat adanya gaya-gaya lain (

F

Misc).

dxdydz k v z v j v y v i v x v t v F F F

Fgrv pres visc misc x y z

                                                     (6)

Dikarenakan yang bergerak adalah benang (benda padat elastis) maka,

0  pres Fdxdydz k v z v j v y v i v x v t v F F Fgrv visc misc x y z                                                 (7) Pengaruh Gravitasi : g v g m F ma F grv    

   grv

F

gdxdydz

(8) Substitusi persamaan (8) ke (7)

dxdydz

k

v

z

v

j

v

y

v

i

v

x

v

t

v

F

F

dxdydz

g

visc misc x y z









(9)

                                                            z v v y v v x v v t v F F g z v v y v v x v v t v F F g z v v y v v x v v t v F F g z z z y z x z z visc z y z y y y x y y visc y x z x y x x x x visc x               

(10)

(5)

PROSIDING SKF 2015

Viskostas

dxdydz

dV

F

viskositas

z y x F z y x F z y x F zz zy zx z visc yz yy yx y visc xz xy xx x visc                           

) ( ) ( ) (    (11)

Dengan menggunakan persamaan hukum Hok’s untuk media elastis isotop

ij ji

ij kk ij ij ij kk ij

u

u

e

e

e

2

maka

x

v

v

x xx

2

3

2

y

v

v

y yy

2

3

2

(12)

z

v

v

z zz

2

3

2

Substitusi persaman (12) ke (11)      









2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

z

v

y

v

x

v

F

z

v

y

v

x

v

F

z

v

y

v

x

v

F

z z z z visc y y y y visc x x x x visc

(13) Substitusi persamaan (13) ke (10)                                                                                                        

z v v y v v x v v t v F z v y v x v g z v v y v v x v v t v F z v y v x v g z v v y v v x v v t v F z v y v x v g z z z y z x z z z z z z y z y y y x y y y y y y x z x y x x x x x x x x                                        2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 (14)

Gravitasi hanya terjadi pada sumbu y

0

0

z x

g

g

Gaya dorong udara hanya terjadi pada sumbu z

c u z y x

F

F

F

F

F

0

0

(6)

PROSIDING SKF 2015

maka









z

v

v

y

v

v

x

v

v

t

v

z

v

y

v

x

v

x z x y x x x x x x

22 22 22





z

v

v

y

v

v

x

v

v

t

v

z

v

y

v

x

v

g

z y y y y x y y y y y

2 2 2 2 2 2 (15)









z

v

v

y

v

v

x

v

v

t

v

F

F

z

v

y

v

x

v

z z z y z x z c u z z z

22 22 22

Jika vx dan vy sangat kecil, maka









z

v

v

y

v

v

x

v

v

t

v

F

F

z

v

y

v

x

v

z z z y z x z c u z z z

22 22 22 (16)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Sabit Adanur [2]dalam buku handbook of weaving menyatakan bahwa

c u

F

F

dengan

F

u adalah gaya dorong udara dan

F

c adalah gaya hambat udara.

Pada penelitian ini sesuai dengan pernyataan Navier-Stokes [3] bahwa terdapat 3 komponen gaya dan gaya tamabahan pada benda padat elastis yang bergerak. gaya gravitasi (

F

grv

), tekanan hidrostatis (

F

Pres

),

voskositas (

F

Visc) yang terjadi akibat adanya gaya-gaya lain (

F

Misc).

dt

v

d

m

F

F

F

visc u c

(17)

Jika

F

Visc sangat kecil,

1

m

c

dan

F

u

F

c maka, z z u

v

e

v

 (18) z u z

v

e

v

(19)

dengan

v

u adalah kecepatan udara dan

v

z adalah kecepatan benang

Persamaan (18) dan (19) ditampilkan dalam grafik waktu terhadap jarak sebagai berikut,

Gambar 6, grafik waktu terhadap jarak

Dari grafik pada gambar 6 diatas dapat kita lihat bahwa hubungan kecepatan udara dengan jarak berupa grafik eksponensial yang menunjukan penurunan kecepatan udara dalam setiap pertambahan jarak. Adapun kecepatan benangnya akan bertambah seiring dengan pertambahan jarak. Hal ini sesuai dengan pembahasan

(7)

PROSIDING SKF 2015

Sabit Adanur[1] dalam buku handbook of weaving tentang hubungan kecepatan udara, kecepatan benang dan jarak pada peluncuran pakan seperti grafik berikut.

Gambar 7, grafik hubungan waktu terhadap jarak pada peluncuran pakan mesin air jet loom [2]

REFERENSI

1. Encylopedia britania

2. Sabit Adanir, Handbook of weaving, Sulzer, Switzerland, 2001 3. Emel Onder, Jet Weaving, Turkey

Gambar

Gambar 2 menggambarkan skema penyisipan pakan pada Air jet loom.

Referensi

Dokumen terkait