• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN TB PARU PADA ANAK DI PUSKESMAS JETIS YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN TB PARU PADA ANAK DI PUSKESMAS JETIS YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN TB PARU PADA ANAK DI PUSKESMAS JETIS

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A.Yani Yogyakarta

Disusun oleh FRANSISKA SAMAN

32115008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)
(3)

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN RISIKO TERJADI TB PARU PADA ANAK DI PUSKESMAS JETIS

YOGYAKARTA

Fransiska Saman1, Ida Nursanti2, Retno Sumiyar Rini3

INTISARI

Latar Belakang : Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah penderita tuberkolosis. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2009, tercatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebanyak 429.000 orang. Proporsi pasien TB Anak di antara seluruh kasus TB tahun 2011 per provinsi mempunyai range 1,7%-17,2%. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-1 tahun mempunyai arti sangat penting, terutama menyangkut pemenuhan gizi dan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit. Pada ASI terdapat faktor-faktor kekebalan antara lain lisozim dan immunoglobulin A (Ig A) yang dapat memecahkan dinding sel bakteri kuman enterobacter dan kuman gram positif salah satunya adalah Mycobacterium tuberculosis.

Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian TB paru pada anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis, Yogyakarta. Metode Penelitian : Jenis penelitian survei analtik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling yaitu 119 ibu dengan anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta. Instrumen penelitian adalah data rekam medic dan kuesioner. Hasil penelitian dianalisis dengan uji chi square.

Hasil penelitian : Sebagian besar ibu di Puskesmas Jetis Yogyakarta memberikan ASI eksklusif sebesar 87,4%. Sebagian besar anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta tidak mengalami kejadian TB paru sebesar 70,6%. Hasil uji chi square diperoleh nilai p (0,005) < 0,05 dan koefisien kontingensi sebesar 0,247. Kesimpulan : Terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian pada anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta dengan keeratan hubungan yang rendah.

Kata kunci : ASI eksklusif, kejadian TB Paru

1Mahasiswa PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2

Dosen PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 3

(4)

RELATIONSHIP EXCLUSIVE BREASTFEEDING WITH RISK GOING PULMONARY TB IN CHILDREN IN HEALTH JETIS

YOGYAKARTA

Fransiska Saman1, Ida Nursanti2, Retno Sumiyar Rini3

ABSTRACT

Background: Indonesia ranks third globally in terms of number of patients with tuberculosis. Based on data from the World Health Organization in 2009, Indonesia ranked noted down to fifth with the number of tuberculosis patients as much as 429,000 people. Proportion of Children of TB patients among all TB cases in 2011 per province has 1.7% -17.2% range (. Exclusive breastfeeding in infants aged 0-1 years have a very important meaning, especially regarding nutrition and the immune system against disease. At ASI are immune factors such as lysozyme and immunoglobulin A (IgA) which can solve the cell wall of the bacteria Enterobacter bacteria and gram-positive bacteria Mycobacterium tuberculosis is one of them.

Objective: To identify the relationship of exclusive breastfeeding with pulmonary TB incidence in children aged 3-11 years in Jetis Health Center, Yogyakarta. Method: analtik survey research with cross sectional approach. Samples were taken by purposive sampling technique which 119 mothers with children aged 3-11 years in Health Jetis Yogyakarta. The research instrument was a medic records and questionnaires. The results were analyzed with chi square test.

The result: The majority of mothers in the health centers Yogyakarta Jetis exclusively breastfed for 87.4%. Most of the children aged 3-11 years in the health center of Yogyakarta Jetis not having pulmonary TB incidence was 70.6%. Results obtained chi square test p-value (0,005) < 0,05 and a coefficient of contingency of 0,247.

Conclusion: There is a relationship with the incidence of exclusive breastfeeding in children aged 3-11 years in the health center with the relationship Jetis Yogyakarta low.

Keywords: ASI exclusive, the incidence of pulmonary TB

--- 1

Students PSIK STIKES General Achmad Yani Yogyakarta 2

Lecturer PSIK STIKES General Achmad Yani Yogyakarta 3

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian TB Paru pada Anak di Puskesmas Jetis Yogyakarta.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan dukungan moral yang tak ternilai dari banyak pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. I. Edy Purwoko, Sp.B., selaku Ketua STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Ibu Dwi Susanti, S.Kep., Ns., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Achmad Yani Yogyakarta.

3. Ibu Ida Nursanti, S.Kep., Ns., MPH., selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Retno Sumiyar Rini, S.Kep.,Ns., selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh staf dosen dan administrasi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Achmad Yani Yogyakarta, atas semua bantuan yang diberikan. 6. Kepala dan Staf Puskesmas Jetis Yogyakarta, atas izin dan bantuan yang

diberikan.

7. Orang tua, kaka, dan adik-adikku tercinta, serta keluarga besarku yang selalu memberikan motivasi dan doa dalam kehidupan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan serta jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis membuka diri untuk kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 21 Agustus 2013

(7)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i LEMBAR PERSETUJUAN ... ii INTISARI ... iii ABSTRACT ... iv HALAMAN PERNYATAAN ... v HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ... 7

B. TB Paru ... 20

C. Landasan Teori ... 34

D. Kerangka Teori ... 36

E. Kerangka Konsep... 36

F. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

C. Subyek Penelitian ... 37

D. Variabel Penelitian ... 38

E. Definisi Opersional Variabel ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 39

G. Validitas dan Reliabilitas ... 40

H. Teknik Pengumpulan Data ... 41

I. Analisis Data ... 42

J. Pelaksanaan Penelitian ... 44

(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 47 B. Pembahasan ... 51 C. Keterbatasan Penelitian ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 56 B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Dosis OAT KDT Anak ... 26

Tabel 2.2. Dosis OAT Kombipak Anak: 2 RHZ/4 RH ... 26

Tabel 2.3. Dosis OAT pada Anak ... 27

Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 39

Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Pemberian ASI Eksklusif ... 40

Tabel 3.3. Analisis Univariat Variabel Penelitian ... 42

Tabel 3.4. Koefisien Kontingensi ... 44

Tabel 3.5. Analisis Bivariat Variabel Penelitian ... 44

Tabel 4.1. Distirbusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Usia 3-11 Tahun Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Pekerjaan di Puskesmas Jetis Yogyakarta ... 48

Tabel 4.2. Distirbusi Frekuensi Anak Usia 3-11 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Status Gizi di Puskesmas Jetis Yogyakarta .. 49

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Jetis Yogyakarta ... 49

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kejadian TB Paru di Puskesmas Jetis Yogyakarta ... 50

Tabel 4.5. Tabulasi Silang dan Hasil Uji Chi Square Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian TB Paru di Puskesmas Jetis Yogyakarta ... 50

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Alur Tatalaksana Pasien TB Paru ... 28 Gambar 2.2. Kerangka Teori Penelitian ... 36 Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian ... 36

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3. Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4. Karakteristik Responden Lampiran 5. Kuesioner Penelitian Lampiran 6. Lembar Observasi

Lampiran 7. Surat Pernyataan Uji Konten Kuesioner

Lampiran 8. Surat Ijin Studi Pendahuluan dari Stikes Achmad Yani Lampiran 9. Surat Ijin Uji Validitas dari Stikes Achmad Yani Lampiran 10. Pernyataan Melaksanaan Uji Validitas

Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian dari Stikes Achmad Yani Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian dari Gubernur

Lampiran 13. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Perijinan Kota Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Lampiran 15. Data Uji Validitas Pemberian ASI Eksklusif Lampiran 16. Data Uji Reliabilitas Pemberian ASI Eksklusif Lampiran 17. Data Hasil Penelitian

Lampiran 18. Data Frequency Table Lampiran 19. Data Crosstable

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis paru merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat dunia (Islamiyati, 2009). World Health Organization (WHO) memperkirakan penyakit ini membunuh sekitar 2 juta jiwa setiap tahunnya (Lily, 2007).

Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah penderita tuberkolosis. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2009, tercatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebanyak 429.000 orang. Berdasarkan Global Report WHO 2010, didapat data TBC Indonesia total seluruh kasus TBC tahun 2009 sebanyak 294.731 kasus, dimana 169.213 adalah kasus TBC baru BTA positif, 108.616 adalah kasus TBC BTA negative, 11.215 adalah kasus TBC ekstra paru, 3.706 adalah kasus TBC kambuh, dan 1.978 adalah kasus pengobatan ulang di luar kasus kambuh (Depkes RI, 2010).

Proporsi pasien TB anak diantara seluruh kasus TB pada tahun 2008-2010 mempunyai range sebesar 9,4-11,2%, terendah pada tahun 2010 (9,4%) dan tertinggi pada tahun 2008 (11,2%). Proporsi pasien TB Anak di antara seluruh kasus TB tahun 2011 per provinsi mempunyai range 1,7%-17,2% (Ditjen PP&PL Depkes RI, 2011).

Angka penemuan kasus TB anak di Kota Yogyakarta sejak tahun 2005 sampai dengan 2011 sekitar 215.000 atau lebih dari 70% kasus TB anak di Indonesia. Hal ini berarti sudah mendekati target yang telah ditentukan yaitu 80% (Ditjen PP&L Depkes RI, 2011).

Indikator-indikator program TB di Kota Yogyakarta rata-rata sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penderita yang diobati 100%, tingkat keberhasilan pengobatan (Succes Rate) adalah 83%, angka default/DO 6,99% dengan case fatality rate (CFR) 3,0% (Dinkes DIY, 2011).

(13)

Selain indikator di atas, angka kesembuhan TB paru BTA di Kota Yogyakarta dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 mengalami kenaikan 42 anak, sedikit menurun pada tahun 2008, yaitu 32 anak, mengalami kenaikan pada 2009, yaitu 46 anak, dan menurun pada tahun 2010, yaitu 23 anak, sedangkan angka harapan kesembuhan TB paru BTA harus lebih dari 85% secara nasional (Dinkes DIY, 2011). Namun demikian berdasarkan catatan pengelola program P2 TB paru Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dari 2006 sampai 2008 jumlah penderta TB paru hampir stabil. Mayoritas TB anak terjadi pada umur 1-4 tahun (Dinkes DIY, 2011).

Menurut Price (2001), tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Angka kesakitan yang tinggi karena infeksi TB paru didukung oleh tingginya faktor resiko. Anak yang berusia kurang dari 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan infeksi menjadi sakit TB paru karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna sehingga mudah tertular TB paru. Resiko ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia (Nastiti, 2005).

Faktor resiko lain yang dapat mempengaruhi terjadinya TB paru pada anak menurut Sari (2006) adalah asupan gizi yang kurang, adanya kontak personal dengan penderita tuberculosis paru yang lain dan faktor ekonomi. Amin (2008) mengatakan bahwa keterpaparan dengan asap rokok dapat menjadi faktor yang ikut mempengaruhi. Pemberian vitamin A juga dapat mempengaruhi terjadinya TB paru (Almatsier, 2003).

Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-1 tahun mempunyai arti sangat penting, terutama menyangkut pemenuhan gizi dan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit. Menurut Purwanti (2004) pada ASI terdapat faktor-faktor kekebalan antara lain lisozim dan immunoglobulin A (Ig A) yang dapat memecahkan dinding sel bakteri kuman enterobacter dan kuman gram positif salah satunya adalah Mycobacterium tuberculosis. Faktor resiko terjadinya tuberculosis paru pada balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif adalah 9,198 kali lebih besar dibandingkan yang mendapatkan ASI eksklusif (Islamiyati, 2009).

(14)

Studi pendahuluan pada tanggal 19 Mei 2012 di Puskesmas Jetis Yogyakarta diperoleh data bahwa dari bulan Agustus 2011 sampai dengan Agustus 2012, jumlah penderita TB anak sebanyak 170 anak, dengan rentang usia antara 3-11 tahun. Pada studi pendahuluan tersebut juga penelitian mewawancarai 4 orang Ibu dengan anak penderita TB mengenai pemberian ASI eksklusif, dan hasilnya 3 ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif sedangkan 1 ibu memberikan ASI eksklusif.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian tertarik untuk mengetahui dan meneliti tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian TB paru pada anak usia 3-11 tahun di puskesmas Jetis, Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat dibuat suatu rumusan masalah Bagaimana hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian TB paru pada anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian TB paru pada anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Dketahuinya pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Jetis, Yogyakarta. b. Untuk diketahuinya kejadian TB paru pada anak balita di Puskesmas Jetis,

Yogyakarta.

c. Diketahuinya keeratan hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian TB paru pada anak di Puskesmas Jetis Yogyakarta.

(15)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teori

Hasil penelitian ini untuk menambah wawasan dan kepustakaan tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian TB paru pada anak usia 3-11 tahun.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa STIKES A. Yani

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber pustaka serta referensi ilmu keperawatan terutama tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian TB paru pada anak usia 3-11 tahun.

b. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman dalam melakukan penulisan ilmiah dan menambah kemampuan dan pengetahuan di bidang kesehatan.

c. Bagi Puskesmas Jetis Yogyakarta

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam merencanakan program pelayanan kepada masyarakat terutama dalam hal gubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian TB paru pada anak usia 3-11 tahun.

E. Keaslian Penelitian

1. Fatkhiyah (2004) melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis (TB) paru pada balita di Puskesmas Keling I Jepara bulan Juni tahun 2004. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara status imunisasi BCG dengan kejadian TB paru pada balita di Puskesmas Keling I Jepara bulan Juni tahun 2004. Penelitian ini menggunakan survey deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik non parametrik Chi-Square. Sampel yang digunakan sebanyak 105 balita yang periksa di Puskesmas Keling I Jepara bulan Juni tahun 2004. Instrumen pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar observasi dan dokumentasi.

(16)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel bebas, lokasi penelitian dan sampel penelitian. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel bebas imunisasi BCG sedangkan pada penelitian ini variabel bebasnya pemberian ASI Eksklusif. Lokasi pada penelitian sebelumnya adalah di Puskesmas Keling I Jepara dengan mengambil sampel balita yang sedang yang periksa di Puskesmas Keling I Jepara bulan Juni 2004 sedangkan pada penelitian ini mengambil lokasi di Puskesmas Jetis Yogyakarta dengan sampel anak usia 3-11 tahun yang periksa di Puskesmas Jetis Agustus 2011- Agustus 2012.

2. Islamiyati (2009) melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Balita di Poliklinik Anak RSU A. Yani Metro Tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kejadian TB paru dengan jenis kelamin, ASI eksklusif, status gizi, imunisasi BCG, kontak personal, keterpaparan asap rokok, faktor ekonomi, dan faktor pemberian vitamin A. Rancangan penelitian yang digunakan adalah analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik non parametrik Chi-Square. Sampel yang digunakan sebanyak 46 balita dengan diagnose tuberculosis paru di Poliklinik Anak RSU A. Yani Metro Tahun 2009. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada banyaknya variabel bebas, lokasi penelitian dan sampel penelitian. Penelitian sebelumnya menggunakan 8 (delapan) variabel bebas yaitu jenis kelamin, ASI eksklusif, status gizi, imunisasi BCG, kontak personal, keterpaparan asap rokok, faktor ekonomi, dan faktor pemberian vitamin A sedangkan dalam penelitian ini hanya digunakan 1 (satu) variabel bebas yaitu pemberian ASI eksklusif. Lokasi pada penelitian sebelumnya adalah di Poliklinik Anak RSU A. Yani Metro dengan mengambil sampel balita dengan diagnose tuberculosis paru di Poliklinik Anak RSU A. Yani Metro tahun 2004 sedangkan pada penelitian ini mengambil lokasi di Puskesmas Jetis

(17)

Yogyakarta dengan sampel anak usia 3-11 tahun yang periksa di Puskesmas Jetis Yogyakarta Agustus 2011- Agustus 2012.

3. Ariefudin, dkk (2011) melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Bayi 0-12 Bulan di Posyandu Tegal Timur Kota Tegal. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 0-12 bulan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan pendekatan cross sectional. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik non parametrik Chi-Square. Sampel yang digunakan sebanyak 154 bayi yang didapatkan dari perhitungan menggunakan rumus dari Sastroasmoro (2002). Instrumen pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel terikat, lokasi penelitian dan sampel penelitian. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel terikat kejadian ISPA sedangkan pada penelitian ini variabel terikatnya kejadian TB Paru. Lokasi pada penelitian sebelumnya adalah di Posyandu Tegal Timur Kota Tegal dengan mengambil sampel bayi berusia 0-12 bulan sedangka pada penelitian ini mengambil lokasi di Puskesmas Jetis dengan sampel anak usia 3-11 tahun yang periksa di Puskesmas Jetis Yogyakarta bulan Agustus 2011- Agustus 2012.

(18)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasih penelitian

Puskesmas Jetis terletak di Jl. Diponegoro No. 91 Yogyakarta. Puskesmas ini mempunyai 1 (satu) Puskesmas pembantu yang terletak di jl. Tentara Rakyat mataram No. 11 Yogyakarta, Kelurahan Bumijo.

Wilayah kerja puskesmas jetis seluas 156 Ha dan jumlah penduduk 28.577 jiwa, tersebar di 3 (tiga) kelurahan,Yaitu kelurahan Bumijo, kelurahan Cokrodiningratan da Kelurahan Gowongan.

Adapun Batas-batas wilayah Puskesmas jetis adalah: a. Sebelah Utara : Kecamatan Tegal Rejo

b. Sebelah Timur : kecanatan Gondokusuman c. Sebelah Selatan : Kecamatan Gedongtengen d. Sebelah Barat : Kecamatan Tegal Rejo

Pelayanan kesehatan yang dilakukanpuskesmas jetis meliputi PoliklinikKIA, polikklinik perawatan serta ruang farmasi. Tenaga kesehatan di puskesmas jetis meliputi tenaga bidan, perawat, dan dokter. Terdapat pula team pemberatasan penyakit menular, seperti TB paru

Peran petugas kesehatandan bidan dalam penanggulangan TB paru di puskesmas jetis Yogyakrta antara lain: Menunjukan jumlah penderita, melakukan pengibatan dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar terkait TB paru.

Metode skrining TB paru di puskesmas jetis Yogyakarta menggunakan system scoring dengan dasar:

a.Kontak dengan penderita TB b. Hasil uji tuberculin

(19)

d. Demam tanpa sebab jelas > 2 minggu e. Batuk-batuk > 3 minggu

f. pembesaran kelenjar limfe koli, aksila inguinal > 1 cm g. Pembekakan tulang/ sendi panggul, lutut, falang h. Foto rontgen-toraks

2. Karakteristik Responden

Hasil penelitian terhadap karakteristik responden ibu dan anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.1.Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Usia 3-11 Tahun Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Pekerjaan di Puskesmas Jetis Yogyakarta

Karakteristik Frekuensi Prosentase (%) Umur < 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun 3 106 10 2,5 89,1 8,4 Pendidikan SD SMP SMA PT 5 9 87 18 4,2 7,6 73,1 15,1 Pekerjaan PNS Karyawan swasta Buruh Pedagang Tidak bekerja 3 23 4 10 79 2,5 19,3 3,4 8,4 66,4 Jumlah 119 100

Sumber : Data primer, 2013

Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar ibu yang memiliki anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta berumur 20-35 tahun yaitu sebesar 89,1%. Pendidikan ibu sebagian besar adalah SMA yaitu sebesar 73,1%. Sebagian besar ibu tidak memiliki pekerjaan yaitu sebesar 66,4%.

(20)

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Anak Usia 3-11 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Status Gizi di Puskesmas Jetis Yogyakarta

Karakteristik Frekuensi Prosentase Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 67 52 56,3 43,7 Umur < 5 tahun 5 – 11 tahun 39 80 32,8 67,2 Status gizi Lebih Baik Kurang Buruk 8 176 13 2 4,0 88,4 6,5 1,0 Jumlah 119 100

Sumber : Data primer, 2013

Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 56,3%. Umur anak sebagian besar 5-11 tahun yaitu sebesar 67,2%. Status gizi balita sebagian besar adalah baik sebesar 88,4%.

3. Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Jetis Yogyakarta disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.3.

Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Jetis Yogyakarta

Pemberian ASI eksklusif Frekuensi Prosentase (%)

Ya 104 87,4

Tidak 15 12,6

Jumlah 119 100

Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 4.3 menunjukkan sebagian besar ibu di Puskesmas Jetis Yogyakarta memberikan ASI eksklusif sebesar 87,4%.

(21)

4. Kejadian TB Paru

Hasil penelitian terhadap kejadian TB paru di Puskesmas Jetis Yogyakarta disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.4.

Distribusi Frekuensi Kejadian TB Paru di Puskesmas Jetis Yogyakarta

Kejadian TB Paru Frekuensi Prosentase (%)

Ya 35 29,4

Tidak 84 70,6

Jumlah 119 100

Sumber: Data Primer, 2013.

Tabel 4.4 menunjukkan sebagian anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta tidak mengalami kejadian TB paru sebesar 70,6%.

5. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian TB Paru

Tabulasi silang dan hasil uji chi square hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian TB paru disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.5.

Tabulasi Silang dan Hasil Uji Chi Square Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian TB Paru di Puskesmas Jetis Yogyakarta

Pemberian ASI Kejadian TB Paru Total p- Cont.

Eksklusif Ya Tidak value Coeff.

f % f % f %

Ya 26 21,8 78 65,5 104 87,4

Tidak 9 7,6 6 5,0 15 12,6 0,005 0,247

Total 35 29,4 84 70,6 119 100

Sumber: Data Primer, 2013.

Tabel 4.5 menunjukkan anak yang diberikan ASI eksklusif sebagian besar tidak mengalami kejadian TB paru sebesar 65,5%. Anak yang tidak diberikan ASI eksklusif sebagian besar mengalami kejadian TB paru sebesar 7,6%.

Hasil perhitungan statistik menggunakan uji chi square seperti disajikan pada tabel 4.5, diperoleh p-value sebesar 0,005 <  (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian TB paru pada anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta. Nilai koefisien kontingensi sebesar 0,247 menunjukkan keeratan hubungan

(22)

ASI eksklusif dengan kejadian TB paru pada anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta adalah rendah karena terletak pada rentang koefisien kontingensi 0,200 – 0,399.

B. Pembahasan 1. Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar ibu di Puskesmas Jetis Yogyakarta memberikan ASI eksklusif sebesar 87,4%. Hasil penelitian ini berbeda dengan Ariefudin, dkk (2011) yang menunjukkan sebagian besar ibu di Posyandu Tegal Timur Kota Tegal tidak memberikan ASI eksklusif. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan perbedaan karakteristik pendidikan dan pekerjaan ibu. Pendidikan ibu di Posyandu Tegal Timur sebagian besar adalah SMP dan sebagian besar ibu bekerja. Sedangkan pada penelitian ini pendidikan sebagian besar ibu adalah SMA dan ibu tidak bekerja.

Banyaknya ibu yang memberikan ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor umur ibu yang sebagian besar 20-35 tahun sebesar 89,1%. Umur ibu pada rentang 20-35 tahun merupakan masa usia reproduktif dimana merupakan waktu yang baik untuk ibu hamil, melahirkan dan menyusui. Umur ibu yang telah matang dalam berfikir dan emosi dapat mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Sedangkan umur ibu yang terlalu muda kurang mendukung keberhasilan pemberian ASI karena ibu takut bentuk payudaranya rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang (Roesli, 2005).

Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah tingkat pendidikan ibu yang sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebesar 73,1%. Menurut Notoatmodjo (2005), tinggi rendahnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola pikir yang baik dan mempengaruhi seseorang untuk memperhatikan masalah kesehatannya dan keluarganya. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi ibu tersebut dalam memperhatikan masalah kesehatannya dan keluarganya termasuk juga dalam pemberian ASI secara ekseklusif. Menurut Wortington (2000) ibu yang memiliki pendidikan yang rendah kurang dalam memberikan ASI eksklusif.

(23)

Faktor berikutnya yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah sebagian besar Ibu yang tidak memiliki pekerjaan sebesar 66,4%. Ibu rumah tangga atau ibu yang tidak mempunyai pekerjaan tetap memiliki lebih banyak waktu bersama bayinya sehingga mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Sedangkan ibu yang bekerja di luar rumah memiliki sedikit waktu bersama bayinya, sehingga ibu bekerja akan lebih cepat memberikan susu formula kepada anaknya (Roesli, 2005).

2. Kejadian TB Paru

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta tidak mengalami kejadian TB paru sebesar 70,6%. Hasil penelitian ini sesuai dengan Islamiyati (2009) yang menunjukkan sebagian besar balita di Poliklinik Anak RSU A Yani Metro tahun 2009 tidak mengalami kejadian TB paru.

Banyaknya anak usia 3-11 tahun yang tidak mengalami kejadian TB paru di Puskesmas Jetis Yogyakarta dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin anak yang sebagian besar adalah laki-laki sebesar 56,3%. Hal ini sesuai dengan penelitian Islamiyati (2009) yang menunjukkan adanya hubungan jenis kelamin dengan kejadian TB paru pada anak. Hal ini disebabkan karena pada anak laki-laki mayoritas memiliki porsi makan yang lebih besar dibandingkan pada anak perempuan, sehingga anak laki-laki cenderung memiliki status gizi lebih baik. Keadaan status gizi yang lebih baik memungkinkan anak laki-laki memiliki pertahanan tubuh lebih baik dalam melawan penyakit, karena anak dengan status gizi baik akan memiliki respon imunitas dan produksi antibodi lebih baik (Suharyono, 1990). Adanya produksi antibodi yang baik pada anak laki-laki ini yang memungkinkan anak laki-laki menjadi tidak mudah terinfeksi Tuberkulosis paru dibandingkan pada anak perempuan walaupun biasanya anak laki-laki mempunyai aktivitas yang lebih dibandingkan anak perempuan.

Faktor lain yang mempengaruhi banyaknya anak yang tidak mengalami kejadian TB paru di Puskesmas Jetis Yogyakarta adalah faktor umur yang

(24)

sebagian besar antara 5-11 tahun sebesar 67,2%. Menurut Nastiti (2005), anak yang berusia kurang dari 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan infeksi menjadi sakit TB paru karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna sehingga mudah tertular TB paru. Resiko ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia.

Faktor status gizi anak yang sebagian besar baik sebesar 88,4% juga merupakan faktor yang mempengaruhi banyaknya anak yang tidak mengalami kejadian TB paru di Puskesmas Jetis Yogyakarta. Menurut Wahyu (2008) bayi yang telah terinfeksi M. Tuberculosis mudah berkembang menjadi penderita TBC apabila status gizi mereka buruk.

3. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian TB Paru

Hasil tabulasi silang menunjukkan anak yang diberikan ASI eksklusif sebagian besar tidak mengalami kejadian TB paru sebesar 65,5%. Anak yang tidak diberikan ASI eksklusif sebagian besar mengalami kejadian TB paru sebesar 7,6%. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat anak yang diberi ASI eksklusif tetapi tetap mengalami kejadian TB paru, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor: kontak personal dengan penderita TBC, ekonomi keluarga yang serba kekurangan, terpapar asap rokok dan anak tidak mendapatkan imunisasi BCG.

Hasil perhitungan statistik menggunakan uji chi square menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p=0,005) pemberian ASI eksklusif dengan kejadian pada anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta dengan keeratan hubungan yang rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan Islamiyati (2009) yang menunjukkan adanya hubungan antara kejadian TB paru dengan ASI eksklusif Poliklinik Anak RSU A. Yani Metro, dimana faktor resiko terjadinya tuberculosis paru pada balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif adalah 9,198 kali lebih besar dibandingkan yang mendapatkan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Ariefudin, dkk (2011) adanya hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 0-12 bulan di Posyandu Tegal Timur Kota Tegal.

(25)

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya lewat ari-arinya. Tubuh bayi dapat membuat sistem kekebalan tubuh sendiri waktu berusia sekitar 9-12 bulan. Sistem imun bawaan pada bayi menurun namun sistem imun yang dibentuk oleh bayi itu sendiri belum bisa mencukupi sehingga dapat mengakibatkan adanya kesenjangan zat kekebalan pada bayi dan hal ini akan hilang atau berkurang bila bayi diberi ASI. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang. Zat kekebalan pada ASI dapat menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi, telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi. Dan pada kenyataannya bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (Depkes RI, 2001).

Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-1 tahun mempunyai arti sangat penting, terutama menyangkut pemenuhan gizi dan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit. Menurut Purwanti (2004) pada ASI terdapat faktor-faktor kekebalan antara lain lisozim dan immunoglobulin A (Ig A) yang dapat memecahkan dinding sel bakteri kuman enterobacter dan kuman gram positif salah satunya adalah Mycobacterium tuberculosis.

4. Keeratan Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian TB Paru Nilai koefisien kontingensi yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 0,247 menunjukkan keeratan hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian TB paru pada anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta adalah rendah karena terletak pada rentang koefisien kontingensi 0,200 – 0,399. Hal ini dikarenakan tidak dilakukan pengontrolan terhadap faktor resiko lain yang dapat mempengaruhi terjadinya TB paru pada anak, seperti asupan gizi yang kurang, adanya kontak personal dengan penderita tuberculosis paru yang lain, faktor ekonomi, keterpaparan dengan asap rokok serta pemberian vitamin.

(26)

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memilki berbagai keterbatasan yang mengakibatakan hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan tersebut meliputi:

1. Belum dilakukan pengontrolan terhadap faktor resiko lain yang dapat mempengaruhi terjadinya TB paru pada anak, seperti kontak personal dengan penderita tuberculosis paru yang lain, faktor ekonomi, keterpaparan dengan asap rokok serta pemberian vitamin A.

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:

1. Sebagian besar ibu di Puskesmas Jetis Yogyakarta memberikan ASI eksklusif. 2. Sebagian besar anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta tidak

mengalami kejadian TB paru sebesar 70,6%.

3. Terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian pada anak usia 3-11 tahun di Puskesmas Jetis Yogyakarta dengan keeratan hubunganya

rendah, B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Perpustakaan STIKES A.YANI

Hasil penelitian ini hendaknya digunakan sebagai referensi dan bahan bacaan adik-adik prodi keperawatan di perpustakaan.

2. Bagi Peneliti

Peneliti yang akan datang perlu melakukan pengontrolan terhadap faktor resiko lain yang dapat mempengaruhi terjadinya TB paru pada anak, seperti asupan gizi yang kurang, adanya kontak personal dengan penderita tuberculosis paru yang lain, faktor ekonomi, keterpaparan dengan asap rokok serta pemberian vitamin.

3. Bagi Petugas Puskesmas Jetis Yogyakarta

Puskesmas Jetis Yogyakarta hendaknya lebih gencar melakukan promosi tentang pentingnya ASI eksklusif sehingga ibu termotivasi memberikan ASI eksklusif kepada bayinya agar anak memiliki kekebalan terhadap penyakit TB paru.

4. Bagi Ibu

Ibu hendaknya memberikan ASI Eksklusif agar daya tahan tubuh anak meningkat tidak mengalami kejadian TB paru.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Akre, J. (2004). Infant Feeding: The Physiological Basis. Edisi Bahasa Indonesia, Anchehari. Jakarta: Perinasia.

Almatsier, S. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Amin, M.S. (2008). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Penerbit Airlangga University Press. Surabaya.

Ariefudin, Y, Priyantini, S, Desanti, O.I (2011). Hubungan Pemberian Asi Eksklusif

Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Bayi 0 – 12 Bulan di Posyandu Tegal Timur Kota Tegal. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas

Kedokteran Unisula. Semarang.

Budiasih, S.K. (2008). Handbook Ibu Menyusui. Bandung: PT Karya Kita.

Corwin, E.J. (2001) Buku Suku Patafisiologi (hands book of pathophysiologi). Jakarta: EGC.

Crofton, J. (2005). Tuberkulosis Klinik. Jakarta : Widya Medika.

Dani. (2002). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Putra Harsa.

Danuatmadja, B. (2007). 40 Hari Pasca Persalinan: Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara.

Depkes RI. (2003). Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya. Ditjen PPM & PLP Depkes RI: Jakarta

_________. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis. Jakarta

_________. (2007). Profil Kesehatan Republik Indonesia 2007. DepKes RI. Jakarta.

_________. (2010). Pedoman Pekan ASI Sedunia (PAS) Tahun 2010. DepKes RI. Jakarta.

Dinkes DIY. (2011). Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogykarta 2010. DinKes DIY. Yogyakarta.

Ditjen PP&PL Depkes RI. (2011). Laporan Situasi Terkini Perkembangan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI.

(29)

Fatkhiyah, M. (2004). Hubungan Antara Imunisasi BCG Dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) Paru pada Balita di Puskesmas Keling I Jepara bulan Juni tahun 2004. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Unisula. Semarang.

Gibson. (2005). Principle of Nutrition Assessment. New York: Oxford University Press.

Harahap. (2004). Panduan Menyusui dan Makanan Sehat Bayi. Jakarta: Pustaka Bunda.

Hidayat, A.A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hubertin. (2004). Konsep penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.

Huliana. (2003). Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa. Swara.

Islamiyati. F.M. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Balita di Poliklinik Anak RSU A. Yani Metro Tahun 2009. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai. Vol. 11. No. 2. ISSN: 19779-469X.

Kabi. (2001). Buku Penuntun Calon Ibu. Edisi VIII. Jakarta: Sint carolus.

Kania. (2006). Gizi untuk Bayi (ASI, Susu Formula, dan Makanan Tambahan). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Lily. (2007). Anak-anak Kelompok Rentan TB. http://www.koalisi.org. Diakses tanggal 17 Januari 2013.

Mansjoer, A. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, cetakan 1. Jakarta : Media Aesculapius.

Muchtadi. (2002). Gizi Untuk Bayi: Air Susu Ibu, Susu Formula dan Makanan Tambahan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Munasir, Z dan Kurniati, N., (2008). Bedah ASI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Notoatmodjo, S. (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Dasar-dasar Penelitian. Jakarta : EGC.

Pediatric. (2006). Tuberculosis of Oral Mucosa. The Internet Journal of Infectious Disease. 2010.

(30)

Prasetyo, DS. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta : Diva Press.

Price. (2001). Clinical Pathologic Correlations. London: WB Saunders Co, Philadelphia.

Pudjiadi, S. (2003). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Purwaningsih. (2009). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Karangawen Wilayah Kerja Puskesmas Karangawen I Kabupaten Demak Bulan Mei-Juni Tahun 2009.

Purwanto, H.S. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.

Rahajoe, N. (2005). Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. Jakarta: UKK Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia;

__________. (2008). Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Badan Penerbit IDAI. Jakarta.

Roesli, U. (2007), Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

________. (2005). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya, Anggota IKAPI.

________. (2008). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.

Rosidah, D, 2004. Pemberian Makanan Tambahan. EGC. Jakarta.

Rusmil. (2009). Pedoman Pelaksanaan, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar. Depkes RI. Jakarta.

Sagrim, H. (2008). Pentingnya Kesadaran Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita di Papua. Cendrawasih Post. 12 Juli.

Santoso, S dan Ranti, A.L. (2005). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sari. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Pada Anak (0-14 tahun) di Kabupaten Jember Tahun 2005-2006. http://adln.lib.unair.ac.id. Diakses tanggal 17 Januari 2013.

Siregar, A. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor Yang

(31)

Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa : Agung waluyo. Jakarta. EGC.

Soetjiningsih. (2007). Buku Ajar Tumbuh Anak. Jakarta : Sagung Seto.

___________. (2001). Petunjuk ASI Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.

Sugiono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suhardi. (2007). Hubungan Faktor Resiko Kondisi Rumah Terhadap Kejadian TB Paru pada Balita di Wilayah Kota Salatiga Tahun 2007. http://

www.payoclinic.com. Diakses 15 Januari 2013.

Sunoto. (2001). Di Balik Kontrovensi ASI- Susu Formula. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Supariasa, I.D.N, Bakri, B, Fajar, I. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Wahyu, G.G. Panduan Praktis Mencegah dan Mengobati TBC pada Anak. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Wortington, R. (2000). Nutrition Throughout The Life Cycle. The McGraw Hill Book Companies.

Gambar

Gambar 2.1. Bagan Alur Tatalaksana Pasien TB Paru  ..................................   28  Gambar 2.2
Tabel 4.1.Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Usia 3-11 Tahun  Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Pekerjaan di Puskesmas Jetis Yogyakarta
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Anak Usia 3-11 Tahun Berdasarkan Jenis  Kelamin, Umur dan Status Gizi di Puskesmas Jetis Yogyakarta
Tabel  4.4  menunjukkan  sebagian  anak  usia  3-11  tahun  di  Puskesmas  Jetis  Yogyakarta tidak mengalami kejadian TB paru sebesar 70,6%

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Antara Jumlah Asupan Protein dengan Kejadian KEK pada Ibu Hamil .... Hubungan Antara Jenis Asupan Protein dengan Kejadian KEK pada Ibu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ekspor neto, investasi asing (PMA) dan investasi dalam negeri (PMDN) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Perbedaan penelitian oleh Lewy, Zulkardi dan Aisyah dengan penelitian ini adalah soal yang dikembangkan dalam penelitian ini tidak hanya soal untuk mengukur kemampuan

PESAN SEKARANG JUGA

KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan telah terbitnya Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri

menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas tes termasuk dalam kategori (0,800-1,000), maka instrument dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Dengan demikian dapat

Arus kas operasi adalah kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan

The coffee template rule reconstructs the coffee element, but it does so by using literal text to redefine the price and availability tags and by using xsl:apply- templates to