• Tidak ada hasil yang ditemukan

ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yoh. 3 : 30) EDISI November 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yoh. 3 : 30) EDISI November 2016"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30) EDISI November 2016 Saudara saudari seiman yang terkasih,

Bulan Oktober telah berlalu, bulan yang khusus untuk orang Katolik yang merupakan bulan devosi kepada bunda gereja kita, ibu Maria.

Mengapa Tuhan begitu berkenan kepada ibu Maria dan gereja Katolik memberikan tempat yang sangat terhormat didalam peranan gereja. Gereja sangat menekankan kepada kita untuk selalu mengikuti teladan maupun sikap beliau dan jangan membuat permintaan saja. Didalam buku kecilnya, The Church of Mercy, bapak Sri Paus Fransiscus menyinggung sikap ibu Maria seperti ini. Pertama tama, beliau betul-betul mendengar, tidak hanya sekedar mendengar (She is listening and not merely hearing). Yang kedua, ibu Maria berpikir dan merenungkan (pondering) semua yang terjadi. Ia mengambil keputusan dan menyerahkannya kepada Tuhan. Yang ketiga, setelah mengerti dan menyerahkan kepada Tuhan, beliau melaksanakannya (acting) dengan penuh keyakinan. Semuanya itu dilakukannya dengan kerendahan hati.

Devosi kepada bunda Maria yang telah dilakukan umat KKI perlu dihargai. Seluruh komponen KKI berpartisipasi entah, para wilayah, maupun kelompok-kelompok mengadakan doa Rosario. Umatpun sampai “bingung” memilih untuk pergi ke wilayah atau kelompok yang mana, banyak sekali pilihannya. Bagus dan selamat.

Walaupun bangga, kita tetap harus melakukan refleksi seperti yang disinggung bapak Paus dalam bukunya. Kita ikuti teladan atau sikap ibu Maria, jangan sombong, tidak perlu pamer dan tetaplah rendah hati dalam sehari-hari.

Sehubungan dengan kerendahan hati, redaksi mencari-cari bahan untuk siraman rohani dibulan ini. Redaksi beruntung mendapatkan bahan yang dikutib dari Mirifica, Jendela Alkitab Harian, “Rendah Hati Adalah Ibu Dari Semua Sifat Yang Baik”. Renungan ini ditulis oleh pastor Fredy Jehadin SVD; relevan dan sangat bagus karena menyentuh perasaan pembaca.

Seperti biasa redaksi juga menurunkan sumbangan artikel dari sdr Fransiscus Suryana dengan judul Zakheus. Sdr Frans ingin mengulang kembali bacaan inijl dari misa minggu beberapa minggu lalu. Dalam artikelnya, sdr Frans telah mengakhiri artikelnya yang ‘happy ending’ dimana Zakheus menjadi bertobat dan mendermakan harta kekayaannya. Edisi bulan ini ditutup oleh pak Rufin Kedang yang memuat laporan perjalanannya bersama istri, ibu Betty Kedang. Redaksi percaya bahwa laporan yang penuh informasi ini akan berguna untuk teman-teman umat KKI. Sebagai umat katolik, perjalanan ke Roma memiliki nilai tersendiri, karena disamping nilai spiritualnya, kita juga bias melihat nilai sejarah bagaimana gereja katolik itu didirikan.

Akhir kata, redaksi mengucapkan selamat membaca kepada umat KKI Melbourne

MISA KKI Minggu, 4 Desember 2016 St Martin de Porres 25 Bellin Street Laverton VIC Pukul: 11.15 Minggu, 11 Desember 2016 St. Joseph Church 95 Stokes Street Port Melbourne VIC

Pukul: 11.00 Minggu,18 Desember 2016 St Francis’ Church 326 Lonsdale St Melbourne VIC Pukul: 14:30 MISA MUDIKA Sabtu pertama Monastry Hall St. Francis Church 326 Lonsdale Street Melbourne VIC Pukul: 12.00 PDKKI Setiap Sabtu St. Augustine’s City Church

631 Bourke Street Melbourne VIC

(2)

Rendah Hati Adalah Ibu Dari Semua Sifat Yang Baik!

(Lukas 14: 1, 7 – 11) Oleh : Pastor F Jehadin SVD Saudara-saudari. ….

Santa Teresa dari Kalkuta pernah berkata, “Kerendahan hati adalah ibu dari semua sifat yang baik: kesucian, amal baik dan ketaatan. Di saat rendah hati diamalkan, kasih kita menjadi nyata, kita sejajar dengan sesama, menjadi suatu persembahan yang sungguh-sungguh dari kita untuk sesama, secara khusus bagi yang miskin.” Kata-kata ini sungguh benar, dan Santa Teresa sendiri sudah melakukannya selama hidupnya di dunia ini. Rendah hati berarti

menerima keterbatasan kita dan berusaha melakukan perubahan ke arah yang lebih baik di lingkungan sekitar kita tanpa mengharapkan penghargaan.

Mungkin ada yang bertanya bahagimana kita mengembangkan pola pikir yang rendah hati? Ada tiga pikiran yang mungkin baik kita renungkan, yang saya ambil dari WIKI-how website tentang mempraktekan kerendahan hati: 1) Jangan berpikir bahwa kita terlalu baik atau unggul dalam hal apa pun yang kita lakukan. Orang yang memiliki ego besar cenderung berpikir bahwa dia layak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, kekasih yang lebih baik, atau teman-teman yang lebih menarik dan lebih berkelas, tempat terhormat di semua acara sosial. Jika kita terus-menerus menganggap diri terlalu baik atau unggul, orang lain akan menjadi “alergi” dan menghindari kita. Sebaliknya, kita perlu berusaha untuk mensyukuri apa yang kita miliki dan berusaha untuk meraih apa yang belum kita miliki, jika memang kita menginginkannya. 2) Miliki sikap optimis. Orang yang mempraktikkan kerendahan hati secara alamiah adalah orang yang optimis, karena dia tidak membuang-buang waktu untuk mengeluhkan hal-hal buruk yang menimpa dirinya atau untuk menunda-nunda melangkah ke depan.

Sebaliknya, dia mensyukuri apa yang dia miliki dan menantikan hal-hal baik di masa depan. Orang yang rendah hati tidak berharap diberikan hal-hal baik dan indah di hadapannya, tetapi dia percaya bahwa hal-hal baik akan terjadi pada dirinya jika dia berusaha meraihnya. Karena itu berusahalah untuk memiliki semangat dalam segala hal yang ada di masa depan. Jangan selalu berpikir negatif bahwa akan ada masalah atau kekacauan yang terjadi di masa depan. Walaupun kita memang harus selalu siap menghadapi situasi terburuk, kita harus berusaha untuk menemukan hal baik yang ada di setiap situasi. 3). Terimalah bahwa kita bukanlah orang yang terbaik dan terunggul di dalam segala sesuatu. Untuk memiliki pola pikir yang lebih rendah hati, kita harus menerima kenyataan bahwa memang kita bukanlah orang yang terbaik atau terunggul di dalam segala sesuatu, atau bahkan di dalam satu hal pun. Sehebat atau sebaik apa pun kita dalam hal menyanyi atau menulis kisah fiksi, akan selalu ada orang lain yang lebih daripada diri kita. Dan ini tidak apa-apa. Jangan bersikap seolah kita harus menjadi pihak yang membuat keputusan akhir dalam suatu hal. Bersikaplah terbuka karena kita memang selalu berubah dan berkembang, dan ketahuilah bahwa orang lain dapat membantu kita untuk bergerak ke arah yang lebih baik. Jika kita bersikap seolah-olah kita adalah orang yang terbaik, kita akan menjadi orang yang sombong. Sebaliknya, kita perlu menunjukkan kepada orang lain, bahwa walaupun bangga atas apa yang telah kita ketahui atau kita capai, tetaplah kita ingin bertumbuh menjadi lebih baik.

Saudara-saudari… Hari ini lewat perumpamaanNya, Yesus menasihati kita, katanya: “Kalau seorang mengundang engkau ke tempat pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling

rendah. Tetapi, apabilah engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silahkan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.

Yesus sesungguhnya selalu mengharapkan agar semua pengikutNya memiliki sifat rendah hati. Rendah hati adalah ibu dari semua sifat yang baik. Kita boleh sangat pintar, tetapi kalau kita tidak rendah hati maka orang tidak akan berani

(3)

Pengumuman Natal 2016

Misa Malam Natal Sabtu 24 Desember 2016 Jam: 18.00 dimulai dengan Christmas Carol jam 17:00 Gereja St Paschal Chapel, 100 Albion Road, Boxhill

Misa Mingguan tanggal 25 Desember 2016 di Boxhill, DITIADAKAN.

Marilah saudara-saudari… berdoalah selalu! Semoga berkat bantuan Tuhan sifat rendah hati kita selalu menjadi ibu dari semua sifat kita agar dengan demikian kita semakin layak menjadi saksi Kristus yang hidup dalam hidup harian kita. Kita memohon Bunda Maria, Bunda Yesus Kristus untuk mendoakan kita. Amen.

(Dikutib dari Mirifica, Harian Jendela Alkitab, October 28,2016)

Zakheus

Oleh : Franciscus Suryana

Kisah Zakheus, si kaya pemungut cukai, terangkat dalam bacaan Injil pada hari Minggu terakhir bulan Oktober. Bagi saya kisah ini menarik untuk diselami terutama setelah saya mendengar homili dari seorang imam di Gereja lokal di lingkungan tempat tinggal saya.

Ada tiga hal yang bisa kita petik dari sikap dan perilaku Zakheus. Yang pertama adalah keinginan Zakheus untuk melihat Yesus tanpa berpikir panjang bagaimana respon dari Yesus. Keinginan tanpa berprasangka adalah dasar utama untuk beriman. Keinginan untuk bertemu Tuhan mendorong kita untuk berdoa, pergi ke Gereja atau mengikuti pendalaman iman seperti retret dan rekoleksi. Tanpa dorongan atau keinginan untuk berinteraksi dengan Sang Ilahi kegiatan-kegiatan rohani di atas menjadi rutinitas belaka yang mana kita kurang merasakan manfaatnya dalam kehidupan rohani.

Yang kedua adalah kerendahan hati Zakheus. Karena ukuran tubuhnya yang lebih pendek dari kebanyakan orang, Zakheus mesti memutar otak bagaimana dia bisa melihat Yesus. Dia memutuskan untuk memanjat pohon ara dan bertengger di atas pohon supaya bisa melihat Yesus. Bayangkan saja seseorang yang tidak hanya kaya tapi juga

memegang posisi terhormat sebagai pemungut cukai senior rela memanjat pohon seperti seorang anak kecil demi melihat Yesus. Saya percaya masyarakat yang melihat perbuatan tersebut mungkin akan menertawakan Zakheus. Tapi di sini kita bisa melihat kerendahan hati seorang Zakheus dengan suatu tindakan hanya untuk melihat Yesus yang berujung pada Yesus memanggil Zakheus dan menumpang di rumahnya.

Hal ketiga dan puncak dari cerita ini adalah pertobatan Zakheus. Saat berada di rumah bersama Yesus, Zakheus berjanji akan mendermakan separuh hartanya dan mengembalikan empat kali kepada siapapun yang telah diperasnya. Sungguh suatu transformasi dari seorang berpangkat pemungut cukai senior. Pertemuan dengan Yesus rupanya telah mengubah Zakheus.

Berawal dari keinginan yang berlanjut dengan kerendahan hati dalam menindaklanjuti keinginan itu dan berakhir dengan pertobatan saat bertemu dengan Yesus. Inilah intisari kisah Zakheus. Sebagai refleksi mungkin ada baiknya kita bertanya kepada diri sendiri: sudahkah kita seperti Zakheus yang memiliki keinginan untuk berjumpa dengan Yesus? Keinginan saja tentunya tidak cukup karena perlu diikuti dengan tindakan. Sudahkah kita bersikap rendah hati dalam mengambil tindakan untuk mewujudkan keinginan itu? Dan yang terakhir, ketika Yesus datang menjumpai kita bersediakah kita bertobat?

(4)

Catatan Perjalanan

Oleh Rufin Kedang

Ketika kami berdua suami-istri membuat rencana liburan ke beberapa negara Eropa di bulan Juli dan Agustus tahun ini (2016), kami sepakat untuk sedapat mungkin mengunjungi gereja atau katedral dan menghadiri misa di setiap kota kunjungan kami. Memang kami tidak begitu yakin apakah ini bisa terlaksana mengingat banyak tempat itu belum pernah kami kunjungi, tetapi mengapa tidak dicoba saja dulu.

Tanggal 19 Juli 2016 adalah awal liburan kami di Eropa. Waktu menunjukkan pukul 4.30 ketika pesawat Etihad yang kami tumpangi mendarat di bandara internasional Fiumicino, Roma, sesudah menempuh penerbangan panjang dari Jakarta via Abu Dhabi. Hotel kecil dengan hanya 10 kamar tempat kami menginap adalah a family-run hotel yang strategis letaknya, bisa berjalan kaki ke tempat-tempat sejarah peninggalan kerajaan Romawi seperti misalnya Forum Romanum dan Coloseum, juga tidak jauh dari Fontana di Trevi yang terkenal itu.

Bagi kita penganut Katolik hampir pasti berlaku ungkapan when you are in Rome you visit St Peter’s Basilica. Hal itu kami lakukan sehari sesudah mengikuti Sistine Chapel and Vatican Museum tour. Beruntung sekali karena untuk tour itu kami sudah membeli tiket online sewaktu masih di Melbourne sehingga dapat menghindari antrean yang berliku-liku panjangnya. Dan ketika masuk perlu waktu berjam-jam untuk melihat dan menikmati karya seni di kedua tempat bersejarah ini. Melihat secara langsung lukisan Michelangelo seperti The Last Judgment dan The Creation of Adam serta begitu banyak hasil karya para pelukis renaissance di Sistine Chapel adalah pengalaman yang luar biasa.

Tetapi tidak boleh dilupakan bahwa pada hakekatnya Sistine Chapel adalah tempat ibadah dan oleh karena itu kepada ribuan pengunjung yang masuk selalu diingatkan oleh petugas untuk menjaga ketenangan. “Silenzio! Silenzio!” adalah kata peringatan yang selalu diulang oleh petugas. Di tempat inilah para Kardinal berkumpul untuk memilih Paus yang baru dan kalau Paus baru telah terpilih maka dari cerobong Sistine Chapel mengepul asap putih. Dan seorang Kardinal senior akan mengumumkan: sekarang kita telah memiliki Paus baru, “Habemus Papam”!

Sesudah kunjungan ke Sistine Chapel dan Vatican Museum kami mendapat kesempatan dua kali menghadiri misa di St Peter’s Basilica. Pertama, kami menghadiri misa bersama dengan serombongan kaum muda-mudi dari Brasil yang mampir ke Roma dalam perjalanan mereka ke Krakow, Polandia untuk menghadiri World Youth Day 2016. Misa dipersembahkan khusus untuk mereka dalam bahasa Portugis, tetapi syukurlah, dalam Gereja Katolik yang satu dan universal kita tetap dapat mengikuti upacara misa dengan khidmat di mana pun, meskipun dalam bahasa yang tidak kita kuasai. Sesudah misa, kami naik kubah St Peter’s dan di ketinggian kubah ini kami bertemu lagi dengan beberapa kaum muda Brasil yang ikut misa tadi dan kami saling berkenalan.

Kami merasa beruntung sekali karena misa kedua yang kami hadiri dipersembahkan di makam Santo Petrus yang terletak tepat di bawah Altar Agung Basilika. Para peserta misa itu adalah rombongan sebanyak 30 atau 40 orang yang terdiri dari para pastor dan bruder SVD serta para suster SSpS dari Indonesia yang mengikuti kursus penyegaran rohani. Mereka baru saja menyelesaikan retret di Steyl, Belanda, tempat lahir Ordo SVD dan SSpS. Dari Roma mereka menuju Nemi yang tidak jauh letaknya dari Roma untuk menyelesaikan program mereka. Di Nemi terdapat Centro ad Gentes, yakni sebuah Conference and Retreat Centre, milik Ordo SVD. Director Nemi Program saat ini adalah Fr Tim Norton, mantan provincial SVD Australia dan dulu lama tinggal di Biara SVD Box Hill.

Misa di makam Santo Petrus dipersembahkan oleh Pater Dr Paulus Budi Kleden SVD yang kini menjabat Anggota Dewan Generalat SVD di Roma. Banyak dari kita mungkin masih ingat Pater Budi dulu pernah tinggal di rumah SVD Box Hill selama sabbatical leave dari tugasnya sebagai dosen di Seminari Tinggi SVD di Ledalero, Flores, beberapa tahun yang lalu. Sebelum misa dimulai, petugas mengantar kami semua peserta misa turun melewati tangga khusus menuju makam Santo Petrus. Misa dalam bahasa Indonesia di makam Santo Petrus dengan iringan koor para suster sungguh luar biasa!

(5)

Warta KKI diterbitkan oleh pengurus Keluarga Katolik Indonesia setiap akhir bulan.

Sumbangan tulisan, naskah, dan berita seputar kegiatan KKI anda, bisa di kirim lewat email ke Bpk Rufin Kedang di rufink@gmail.com

Deadline penerimaan tulisan/naskah tanggal 15 setiap bulannya.

Selain menghadiri dua misa ini kami juga berkesempatan mengunjungi Catacombe Domitilla, salah satu katakombe yang terbesar di Roma. Seperti kita ketahui katakombe adalah makam bawah tanah khususnya bagi penganut Kristen di awal masa penyebaran agama Kristen. Untuk mencapai katakombe kita harus menuruni banyak anak tangga. Di dalam Catacombe Domitilla ini terdapat sebuah kapel berukuran sedang dan dari sana pengunjung dipandu mengitari lika-liku katakombe. Catacombe Domitilla ini terkenal karena di tempat ini pada tahun 1965 menjelang akhir Konsili Vatikan Kedua sejumlah uskup dan uskup agung meryakan ekaristi dan menandatangani Pact of the Catacombs yang isinya antara lain menekankan kehidupan sederhana sesuai dengan ajaran Kitab Suci. Oleh Vatikan tanggung jawab untuk menjaga dan memelihara Catacombe Domitilla dipercayakan kepada Ordo SVD.

Begitulah sedikit ceritera mengenai pengalaman kami di Roma. Kalau waktu dan tempat mengizinkan, kita akan berbagi ceritera lagi mengenai pengalaman kami di tempat-tempat yang lain.

Referensi

Dokumen terkait

tertulis atau cetak yang berisi materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, dan latihan yang disusun secara sistematis dan menarik untuk

Dari definisi di atas kiranya dapat di tarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang

Dalam mengeksiskan Pesantren sebagai organisasi Islam modren di masa penjajahan penuturan Azyumardi Azra tersebut diperkuat oleh Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh

Pondok merupakan tempat tinggal bersama antara kyai dengan para santrinya.Di Pondok, seorang santri patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan yang diadakan, ada

Cultural transform dan jenis konteks arkeologi di situs Benteng Putri Hijau Berdasarkan laporan penelitian tahun 2008 dan 2009, data artefaktual yang diperoleh dari

Teknik wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moloeng, 2007:186). Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang

Public INIFileName As String Public pathload As String Public Sub getisistr() Dim iSa1 As String * 20 Dim iSa2 As String * 20 Dim iSa3 As String * 20 Dim iSa4 As String * 20

Konversikan 3 digit Data RF dan 3 digit Data biaya ke dalam nilai.