IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA EKSTRAK DAUN PEPAYA
(
Carica papaya
L.) YANG BERASAL DARI BULUPODDO
KABUPATEN SINJAI
Muthmainnah B
Dosen tetap Program Studi DIII Farmasi STIKES Nani Hasanuddin Makassar
ABSTRAK
Daun pepaya banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk pengobatan tradisional. Hal tersebut memerlukan kajian farmakologis untuk mengidentifikasi kandungan kimia yang berefek positif bagi tubuh manusia. Oleh karena itu, dilakukan penelitian identifikasi komponen kimia ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) yang berasal dari Bulupoddo Kabupaten Sinjai dengan tujuan untuk mengetahui jumlah komponen kimia pada sampel. Penelitian ini dilakukan dengan mengekstraksi senyawa dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut metanol, selanjutnya dengan pelarut eter dan pelarut n-butanol jenuh air dalam corong pisah. Pemisahan komponen kimia ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis dengan cairan pengelusi atau eluen yang berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah komponen kimia ekstrak metanol daun pepaya (Carica papaya L.) ada 9 komponen, ekstrak eter terdapat 17 komponen dan ekstrak n-butanol 10 komponen. Berdasarkan hasil tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut jenis senyawa apa yang terkandung dalam daun pepaya (Carica papaya L.).
Kata Kunci : Daun Pepaya(Carica papaya L.), Maserasi, Kromatografi Lapis Tipis.
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki berbagai macam
kekayaan alam, di antaranya ialah kekayaan tumbuh-tumbuhan yang termasuk didalamnya tanaman berkhasiat obat. Berdasarkan data pada Lokakarya Nasional Tanaman Obat tahun 2010, Indonesia memiliki 30.000 jenis tumbuhan dari total 40.000 jenis tumbuhan di
dunia, termasuk diantaranya 940 jenis
tumbuhan berkhasiat obat (Yapian S, 2013).
Tanaman obat dipercaya masyarakat
mempunyai khasiat dan telah digunakan
secara turun temurun berdasarkan
pengalaman. Setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat seperti akar,batang, dan daun. Kini penggunaan dan permintaan terhadap obat tradisional semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya
kesadaran masyarakat untuk kembali
memanfaatkan kekayaan alam sesuai dengan
slogan “back to nature” atau kembali ke alam
serta kecilnya efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional dibandingkan dengan obat modern.
Saat ini, semakin banyak peneliti yang mencoba untuk mengeksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis yang positif bagi manusia, seperti senyawa flavonoid, tanin, saponin, terpenoid alkaloid dan lain-lain.
Diantara berbagai macam tanaman obat yang tersebar di alam.Pepaya merupakan salah satu tanaman yang sangat mudah
ditemukan dilingkungan sekitar.Tanaman
pepaya ini dapat tumbuh dengan mudah
dikebun dan halaman rumah yang tanahnya
cukup kandungan air dan sinar
mataharinya.Selain buahnya yang dapat
dikonsumsi baik masih muda maupun setelah matang, daun dari tanaman ini sering juga dijadikan sebagai obat herbal.
Karena mudah dipelihara dan tidak
mengenal musim, harga pepaya memang jauh lebih murah dibandingkan dengan buah lain.
Meski harganya murah, manfaat yang
dikandungnya ternyata sangatlah
besar.Bahkan, setiap bagian tanaman, mulai dari buah, daun hingga getahnya dapat dimanfaatkan untuk beragam keluhan.Tak heran, pepaya bisa disebut sebagai buah idola sepanjang musim (Putri M, 2011).
Daun pepaya sering digunakan dalam
pengobatan tradisional.Dilaporkan bahwa
tanaman ini memiliki kandungan kimia, yaitu alkaloid, saponin dan flavonoid pada daun, akar dan kulit batangnya, mengandung polifenol pada daun dan akarnya, serta mengandung saponin pada bijinya (Astuti S. D, 2009).
Penelitian tentang pepaya ini sudah banyak dilakukan, diantaranya Fatih Hidayatullah yang telah meneliti bahwa pepaya juga
mengandung asam amino dengan
menggunakan metode spektrofotometer
(Hidayatullah F,2012).
Taufik Rahman pada tahun 2012 juga telah membuktikan bahwa pada daun pepaya
mengandung senyawa alkaloid dengan
tipis.Tidak hanya itu, menurut penelitian dari Abdul Rozak M dan Unggul Hartanto pada tahun 2008 daun pepaya juga mengandung klorofil yang cukup tinggi.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Abdul Muis dan kawan-kawan bahwa ekstrak daun pepaya menunjukkan adanya senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid. Hardianzah Rahmat juga telah meneliti bahwa pada daun pepaya mengandung senyawa flavonoid meskipun dengan jumlah yang tidak
terlalu banyak dengan menggunakan
HPLC(High Perfomance Liquid
Chromatoraphy)column C-18.
Sayangnya pemanfaatan tanaman pepaya di Bulupoddo Kabupaten Sinjai hanya sebatas pemanfaatan buah saja, namun pemanfaatan daun pepaya sebagai obat tradisional masih sangat jarang dilakukan,oleh karena itu akan dilakukan penelitian identifikasi senyawa kimia
pada daun pepaya (Carica papaya L) yang
beraasal dari Bulupoddo Kabupaten Sinjai untuk membuktikan bahwa pada daun pepaya mengandung banyak senyawa kimia yang mempunyai aktivitas biologis yang positif bagi kesehatan.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian eksplorasi untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia dengan sampel
penelitian yaitu daun pepaya (Carica papaya
L).Penelitian ini dilakukan pada bulan 16-18 Juli 2014 di laboratorium Farmakognosi
Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Makassar. 1. Pengambilan sampel
Sampel berupa daun pepaya (Carica
papaya L) yang berwarna hijau agak tua diambil pada helai kelima antara pukul 10.00 sampai 12.00 dengan keadaan cuaca yang cerah, hal ini dimaksudkan karena kandungan bahan berkhasiat yang ada dalam tumbuhan dalam keadaan
dimana proses fotosintesis sedang
berlangsung. 2. Pengolahan sampel
Daun pepaya (Carica papaya L) yang
telah dipanen dipisahkan dari kotoran- kotoran atau bahan-bahan asing.Kemudian daun dicuci bersih menggunakan air mengalir, lalu dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dibawah sinar matahari (secara
tidak langsung) dengan dilapisi kain
berwarna hitam sampai kering, lalu disortasi kering kemudian dihaluskan.
a. Ekstraksi sampel
1) Ekstraksi sampel dengan pelarut metanol
Daun pepaya (Carica papaya L)
ditimbang sebanyak 300 gram,
dimasukkan kedalam bejana
maserasi (kaca) dan dibasahi dengan metanol sebanyak ± 3 L atau
sampai seluruh daun terendam
metanol. Metode ini diakukan selama 4 × 24 jam terlindung dari sinar
matahari dan diaduk selama
beberapa menit dua kali dalam sehari. Ekstrak kemudian disaring dari ampasnya, kemudian diekstraksi kembali sebanyak tiga kali hingga
simplisia terekstraksi
sempurna.Dikatakan terekstraksi
sempurna apabila warna dari cairan
penyari sudah bening. Setelah
terekstraksi sempurna, ekstrak
metanol dikumpulkan dan diuapkan dalam rotavapor dan diatas waterbath hingga kering.
2) Ekstraksi sampel dengan pelarut eter Ekstrak metanol kental disuspensikan dengan air suling dan diekstraksi dengan pelarut eter dalam corong pisah, dikocok hingga nampak memisah.Setelah tampak memisah kran dibuka, lapisan air dan lapisan eter ditampung dalam wadah yang terpisah.Lapisan air yang diperoleh diekstraksi kembali dengan pelarut eter hingga tiga kali.Ekstrak eter yang diperoleh kemudian diuapkan dan di masukkan kedalam vial.
3) Ekstraksi dengan pelarut n-butanol jenuh air
Lapisan air sisa dari ekstrak eter diekstraksikan kembali dengan n- butanol jenuh air dalam corong pisah, diulangi hingga tiga kali atau
sampai terekstraksi
sempurna.Ekstrak n-butanol yang
diperoleh ditampung dan diuapkan dan selanjutnya diidentifikasi secara kromatografi lapis tipis.
b. Identifikasi secara KLT 1) Penjenuhan chamber
Cairan pengelusi yang telah dibuat dengan perbandingan tertentu
dimasukkan kedalam
chamber.Kertas saring yang telah
dipotong memanjang kemudian
dimasukkan kedalam chamber hingga menjulur keluar lalu chamber ditutup.Chamber dikatakan jenuh bila
NO JUMLAH NODA NILAI Rf I 11 noda 0,06 0,12 0,16 0,24 0,36 0,46 0,62 0,66 0,76 0,82 0,96 II 5 noda 0,10 0,22 0,52 0,72
cairan pengelusi telah mencapai ujung dari kertas saring.
2) Penotolan ekstrak sampel pada lempeng KLT
Dibuat garis lurus pada lempeng KLT kira-kira 1 cm (sebagai batas bawah) dan 0,5 cm (sebagai batas atas) dari masing-masing ujung lempeng. Ekstrak metanol, ekstrak eter dan ekstrak n-butanol ditotolkan pada batas bawah lempeng yang sebelumnya telah diaktifkan dengan
cara pemanasan pada suhu 1200 C
selama 15 menit. Penotolan dilakukan dengan menggunakan
pipet kapiler secara tegak lurus (900
dari permukaan lempeng), kemudian
lempeng yang sudah ditotolkan
ekstrak tersebut dimasukkan
kedalam chamber yang telah
dijenuhkan.Posisi lempeng berdiri
dengan kemiringan 500 dari dinding
chamber dan batas bawah tidak
terendam.Chamber ditutup dan
dibiarkan hingga cairan pengelusi mencapai batas atas lempeng. c. Identifikasi noda dengan lampu sinar
UV 254 nm
Lempeng dikeluarkan dari
chamber dan dibiarkan hingga
kering.Selanjutnya noda yang
terbentuk diamati dibawah sinar UV 254 nm.Noda yang tampak pada lempeng di tandai untuk kemudian dihitung jaraknya untuk menentukan nilai Rfnya.
d. Penyemprotan dengan asam sulfat 10% v/v
Lempeng disemprotkan dengan larutan asam sulfat 10% v/v, lalu diangin-anginkan dan selanjutnya dipanaskan di atas api bunsen yang dialasi dengan kasa asbes dan porselen sambil digoyang- goyangkan hingga diperoleh warna yang stabil. Noda warna yang tampak ditandai dan diukur jarak tempuhnya untuk menentukan nilai Rf.
HASIL PENELITIAN
1. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak
metanol daun pepaya (Carica papaya L.)
pada penampakan sinar uv 254 nm.
Gambar 1 ; Penampakan noda ekstrak metanol pada sinar UV
(I) (II) (III) (IV) (V) Keterangan :
(I) : eluen Kloroform : MeOH : H2O ( 8 : 2 : 1 )
(II) : eluen Kloroform : MeOH ( 9 : 1 ) (III) : eluen Etil asetat : EtOH : H2O ( 10 : 2 : 1 )
(IV) : eluen Benzen : Etil asetat ( 8 : 2 ) (V) : eluen n-hexan : Etil asetat ( 8 : 2 )
Tabel 1 ; Jumlah noda ekstrak metanol pada sinar UV NO JUMLAH NODA NILAI Rf
I 2 noda 0.90 0,96 II 5 noda 0,26 0,50 0,64 0,72 0,96 III 1 noda 0,68 IV 6 noda 0,12 0,18 0,36 0,54 0,68 0,82 V 4 noda 0,06 0,10 0,16 0,39
2. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak Eter
daun pepaya (Carica papaya L.) pada
penampakan sinar uv 254 nm.
Gambar 2 ;Penampakan noda ekstrak eter pada sinar uv
(I) (II) Keterangan :
(I) : eluen Benzen : Etil asetat ( 8 : 2 ) (II) : eluen n-hexan : Etil asetat ( 8 : 2 ) Tabel 2 ; Jumlah noda ekstrak eterpada sinar uv
NO JUMLAH NODA NILAI Rf I 12 noda 0,06 0,12 0,16 0,20 0,24 0,36 0,46 0,62 0,66 0,76 0,82 0,96 II 5 noda 0,10 0,22 0,52 0,72 0,94 NO JUMLAH NODA NILAI Rf
I 3 noda 0,24 0,54 0,96 II 2 noda 0,54 0,96 III 2 noda 0,32 0,94
NO JUMLAH NODA NILAI Rf
I 3 noda 0,24 0,54 0,96 II 4 noda 0,14 0,26 0,54 0,96 III 3 noda 0,20 0,32 0,94 NO JUMLAH NODA NILAI Rf
I 2 noda 0,90 0,96 II 4 noda 0,50 0,64 0,72 0,96 III 3 noda 0,90 0,86 0,68 IV 7 noda 0,06 0,12 0,18 0,36 0,54 0,68 0,82 V 4 noda 0,06 0,10 0,16 0,39
3. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak n-
butanol ekstrak daun pepaya (Carica
papaya L.) pada penampakan sinar uv 254
nm.
Gambar 3 ; Penampakan noda ekstrak n-butanol pada sinar uv
(I) (II) (III) Keterangan :
(I) : eluen kloroform : MeOH : H2O ( 8 : 2 : 1 )
(II) : eluen kloroform : MeOH ( 9 : 1 ) (III) : eluen Etil asetat : EtOH : H2O ( 10 : 2 : 1 )
Tabel 3 ; Jumlah noda ekstrak n-butanol pada sinar uv
Gambar 5 ; Penampakan noda ekstrak eter dengan penyemprotan H2SO4 10 %
(I) (II) Keterangan :
(I) : eluen Benzen : Etil asetat ( 8 : 2 ) (II) : eluen n-hexan : Etil asetat ( 8 : 2 )
Tabel 5 ; Jumlah noda ekstrak eter dengan penyemrotan H2SO4 10 %
6. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak n-
butanol daun pepaya (Carica papaya L.)
dengan penyemprotan H SO2 410 %.
4. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak
Metanol daun pepaya (Carica papaya L.)
dengan penyemprotan H2SO4 10 %
Gambar 4 ; Penampakan noda ekstrak metanol dengan penyemprotan H2SO4 10 %
(I) (II) (III) (IV) (V) Keterangan :
(I) : eluen Kloroform : MeOH : H2O ( 8 : 2 : 1 )
(II) : eluen Kloroform : MeOH ( 9 : 1 ) (III) : eluen Etil asetat : EtOH : H2O ( 10 : 2 : 1 )
(IV) : eluen Benzen : Etil asetat ( 8 : 2 ) (V) : eluen n-hexan : Etil asetat ( 8 : 2
Tabel 4. Jumlah noda esktrak metanol pada penyemprotan H2SO4 10 %
Gambar 6 ; Penampakan noda ekstrak n-butanol dengan penyemprotan H2SO4 10 %
(I) (II) (III) Keterangan :
(I) : eluen kloroform : MeOH : H2O ( 8 : 2 : 1 ) (II) : eluen kloroform : MeOH ( 9 : 1 ) (III) : eluen Etil asetat : EtOH : H2O ( 10 : 2 : 1 )
Tabel 6 ; Jumlah noda ekstrak n-butanol dengan penyemprotan H2SO4 10 %
5. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak Eter
daun pepaya (Carica papaya L.) dengan
penyemprotan H2SO4 10 %
PEMBAHASAN
Sampel berupa daun Pepaya yang diperoleh dari daerah Bulupoddo Kabupaten Sinjai dibersihkan (sortasi basah) dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran berupa debu yang menempel pada sampel yang selanjutnya sampel dipotong kecil-kecil. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi karena merupakan metode sederhana dan sangat cocok untuk menyari bahan yang lembut atau tidak keras serta bahan yang tidak tahan atau rusak karena pemanasan.Pelarut yang digunakan adalah
metanol karena merupakan pelarut yang dapat menarik komponen-komponen kimia baik yang bersifat polar maupun non polar secara sempurna.
Ekstrak metanol yang diperoleh dari hasil ekstraksi selanjutnya di uapkan dengan menggunakan rotavapor hingga agak kental, kemudian di masukkan dalam gelas kimia dan
diletakkan di atas waterbath untuk
memperoleh ekstrak yang lebih kental lagi. Sebagian ekstrak metanol dimasukkan ke dalam vial untuk selanjutnya diidentifikasi. Sisa ekstrak metanol kental disuspensikan dengan air dan diekstraksi lagi dengan pelarut eter dengan menggunakan corong pisah, hal ini bertujuan untuk memisahkan komponen kimia yang bersifat non polar.Ekstrak eter selanjutnya dimasukkan ke dalam vial untuk diidentifikasi, sedangkan lapisan air dari hasil ekstraksi eter selanjutnya di ekstraksi dengan
pelarut n-butanol jenuh air dengan
menggunakan corong pisah dengan tujuan untuk memisahkan komponen kimia yang
bersifat polar. Hasil ekstrak n-butanol
dimasukkan kedalam vial untuk diidentifikasi. Ekstrak metanol, ekstrak eter, dan ekstrak n- butanol yang telah diperoleh selanjutnya diidentifikasi secara kromatografi lapis tipis.
Identifikasi dengan KLT menggunakan lempeng silica gel F254 sebagai fase diamnya.Sedangkan untuk fase geraknya digunakan bermacam-macam eluen baik yang
bersifat polar maupun non polar.Hasil
kromatografi noda diamati di bawah sinar lampu UV 366 nm dan kemudian
menggunakan penyemprotan H2SO4 10 % v/v.
Metode pengembangan kromatografi
dilakukan dengan cara elusi di dalam chamber
yang telah dijenuhkan cairan pengelusinya
Penjenuhan chamber ini dimaksudkan agar
proses elusi hanya berasal dari eluen dan tidak diganggu oleh uap air sehingga diperoleh hasil pemisahan yang baik dan memuaskan.
Pada proses elusi, pori-pori penjerap akan dilalui oleh cairan pengelusi yang bergerak ke atas membawa komponen-komponen kimia dan pemisahan akan terjadi oleh adanya
perbedaan kelarutan dari masing-masing
komponen kimia terhadap cairan pengelusi. Noda-noda yang diperoleh pada proses elusi selanjutnya diamati dibawah lampu 366 nm, dan senyawa-senyawa yang berfluoresensi pada panjang gelombang tersebut akan nampak sebagai noda atau zona yang bercahaya. Sedangkan penyemprotan dengan
menggunakan H2SO4 10 % dilakukan dengan
tujuan agar noda-noda yang tidak tampak pada lampu UV dapat tampak setelah dilakukan penyemprotan.
Hasil identifikasi dengan menggunakan KLT terhadap ekstrak metanol yang bersifat semi polar yang berarti dapat melarutkan komponen kimia polar dan non polar dengan menggunakan eluen yang bersifat polar seperti kloroform - metanol - air (8:2:1) terdapat 2 noda pada lampu UV dan 2 noda
pada penyemprotan H2SO4 10 %. Pada eluen
kloroform -metanol (9:1) terdapat 5 noda pada lampu UV dan 4 noda pada penyemprotan
H2SO4 10 %. Pada eluen etil asetat - etanol -
air (10:2:1) terdapat 1 noda pada lampu UV
dan 3 noda pada penyemprotan H2SO4 10 %.
Sedangkan pada eluen yang bersifat non polar seperti benzen - etil asetat (8:2) terdapat 6 noda pada lampu UV dan 7 noda pada
penyemprotan H2SO4 10 %. Pada eluen n-
hexan - etil asetat (8:2) terdapat 4 noda pada lampu UV dan 4 noda pada penyemprotan
H2SO4 10 %.
Adapun penampakan noda ekstrak eter pada sinar UV dengan eluen yang non polar seperti benzen - etil asetat (8:2) terdapat 11
noda dan 12 noda pada penyemprotan H2SO4
10 %.Pada eluen n-hexan - etil asetat (8:2) terdapat 5 noda pada lampu UV dan
penyemprotan H2SO4 10 %. Sedangkan
penampakan noda ekstrak n-butanol dengan eluen yang bersifat polar seperti kloroform - metanol - air (8:2:1) terdapat 3 noda pada
lampu UV dan penyemprotan H2SO4 10 %.
Pada eluen kloroform - metanol (9:1) terdapat 2 noda pada lampu UV dan 4 noda pada
penyemprotan H2SO4 10 %, dengan eluen etil
asetat - etanol - air (10:2:1) terdapat 2 noda
pada lampu UV dan 3 noda pada
penyemprotan H2SO4 10 %.
Banyaknya noda pada lempeng KLT menunjukkan jumlah komponen kimia yang dikandung oleh suatu ekstrak tanaman dengan eluen yang digunakan untuk memisahkannya.
Dengan demikian hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah komponen kimia
ekstrak metanol daun pepaya (Carica papaya
L.) ada 9 komponen, ekstrak eter terdapat 17
komponen dan ekstrak n-butanol 10
komponen.Hasil penelitian dengan sampel yang sama bisa saja memberikan hasil yang
berbeda yang dapat disebabkan oleh
diantaranya ialah perbedaan daerah tempat tumbuh sampel, cara atau metode perlakuan, serta alat dan bahan yang digunakan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap daun
pepaya (Carica papayaL.) secara KLT
diperoleh :
1. Pada ekstrak metanol diperoleh 8 senyawa untuk eluen polar pada sinar UV 254 nm
dan 9 senyawa pada penyemprotan H2SO4
10%.
2. Pada ekstrak eter diperoleh 16 senyawapada penampakan sinar UV 254 nm dan 17 senyawapada penyemprotan
H2SO4 10%.
3. Pada ekstrak n-butanol diperoleh 7 senyawa pada penampakan sinar UV 254 nm dan 10 senyawa pada penyemprotan
H2SO4 10%.
Saran
Hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini, di sarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis senyawa kimia yang terkandung dalam daun
pepaya (Carica papaya L.) yang berasal dari
Bulupoddo Kabupaten Sinjai.
DAFTAR PUSTAKA
.
Astuti D. S. 2009. Efek Ekstrak Etanol 70 % daun Pepaya (Carica papaya L) Terhadap Aktifitas AST & ALT pada
Tikus Galur Wistar Setelah Pemberian Obat Tuberkulosis (Isoniazide & Rifampisin).
Santidaswety.files.wordpress.com/skripsi-santi-dwi-astuti-11051968-a.pdf. Diakses pada tanggal 4 Juni 2014. Boesri Hasan. 1994.Pemanfaatan Tanaman Dalam Penanggulangan Malaria. Media Litbangkes Vol.IV
No.01/1994. 763-1056-1-PB.pdf. Diakses pada tanggal 11 agustus 2014.
Fitokimia UMI. 2009. Pengambilan Dan Pengolahan Sampel. http:// fitokimiaumi.files.wordpress.com/2009/03/pengambilan-dan pengolahan -sampel.pdf. Diakses pada tanggal 4 Juni 2014.
Heinrich Michael, et al. 2010.Farmakognosi dan Fitoterapi. Alih Bahasa Winny R.Syarif. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Hidayatullah F. 2012. Analisa Asam Amino pada Buah Pepaya dengan Spektrofotometer.
eprints.undip.ac.id/Fatih_Hidayatullah.pdf. diakses pada tanggal 3 Juni 2014. Latief, Abdul. 2012.Obat Tradisional.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Letis ZM. 2012. Chapter II. http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/32228/4 /Chapter%20II.pdf. diakses pada tanggal 4 Juni 2014.
Muis Abdul. 2010. Aktivitas Antiplasmodium Ekstrak Etanol Beberapa Tanaman Obat Terhadap Mencit Yang Diinfeksi Plasmodium berghei. Prosiding.lppm.unisba.ac.id/123-458-1-PB.pdf. diakses pada tanggal 4 Juni 2014.
Mulyati M. Sayur-sayuran, Buah-buahan Penanganan dan Pengolahannya. CV.Indo media. Makassar Putri, Maharani. 2011. Tanaman Obat Yang Harus Ada di Pekarangan Rumah Kita. Sinar Ilmu. Yogyakarta.
Rahman T. 2012. Identifikasi Senyawa Alkaloid Pada Daun Pepaya (Carica papaya L) dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis. eprints.ung.ac.id/2012-1-48401-821309022-abstrak.pdf. diakses pada tanggal 3
Juni 2014.
Rahmat H. 2009. Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada Sayuran Indigenous Jawa Barat.
Repository.ipb.ac.id/F09hra-1.pdf. diakses pada tanggal 4 Juni 2014.
Rochman, Abdul. 2012. Kromatografi Untuk Analisis Obat, Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. cetakan I. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
RozakAbd& Hartanto U. 2008.Ekstraksi Klorofil Dari Daun Pepaya Dengan Solvent 1-Butanol. eprints.undip.ac.id/makalah_seminar _Unggul. Pdf. Diakses pada tanggal 3 juni 2014.
Suhana. 2009. Identifikasi Kandungan Alkaloid pada Kulit Buah Nangka (Artocarpusheterophyllus) yang Berasal Dari Kulo Kabupaten Sidrap. STIKES Nani Hasanuddin Makassar.
Tim Karya Tani Mandiri. 2012. Pedoman Bertanam Pepaya.CV.Nuansa Aulia. Bandung.
Yapian S. 2013. Uji Efek Antipiretik Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L) Pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus). ejournal.unsrat.ac.id/3691-6986-1-SM.pdf. Diakses pada tanggal 4 Juni 2014.