Perkembangan Pandangan Terang
Diterjemahkan oleh: Henny Gunarsa 19-02-2007 Diedit oleh: Andi Kusnadi 23-02-2007
Buku Dhamma mengenai perkembangan pandangan terang ini hanyalah kutipan-kutipan dari beberapa ceramah Dhamma yang diberikan oleh Y. M. Chanmyay Sayadaw selama retret Vipassanā di Australia & Thailand.
Seorang yogi dari Thailand, Montatip Khoonwattana, mengambil inti sari dari ceramah-ceramah and menggabungkannya menjadi sebuah buku untuk keuntungan bagi semua orang yang tertarik dalam meditasi Vipassanā.
Daftar Isi
• Perkembangan Pandangan Terang
1. Nâma-Rûpa Pariccheda Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang kemampuan untuk membedakan fenomena batin dan jasmani.
2. Paccaya-Pariggaha-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang hubungan sebab dan akibat
3. Sammasana-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang pemahaman jelas
4. Udayabbaya-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani
5. Bhanga-Ñâna, Pengetahuan pandangan terang tentang pelenyapan atau peleburan
6. Bhaya-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang ketakutan 7. Adhinava-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang kesedihan 8. Nibbida-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang kejemuan 9. Muccitukamyata-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang
keinginan untuk mencapai pembebasan
10. Patisankha-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang perenungan terhadap bentuk-bentuk/sankhara sebagai jalan menuju pembebasan
11. Sankharupekkha-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang keseimbangan terhadap bentuk- bentuk (sankhara)
12. Anuloma-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang penyesuaian diri
13. Gotrabhu-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang keadaan yang telah masak
14. Magga-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang jalan
15. Phala-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang buah atau pahala
16. Paccavekkhana-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang peninjauan kembali
Perkembangan Pandangan Terang
Perkembangan pandangan terang menurut Mahasatipatthana Sutta adalah satu-satunya jalan untuk memurnikan seorang yogi/meditator dan membimbingnya pada lenyapnya penderitaan, Nibbana.
Pemurnianan dari Sila
Ketika seorang yogi memulai untuk mengembangkan pandangan terang untuk mencapai Nibbana, pertama kali yogi harus memurnikan silanya di mana hal tersebut merupakan syarat dasar dari seorang yogi. Untuk memurnikan silanya ia harus menjalankan dengan sungguh-sungguh beberapa sila antara lain pancasila.
Pemurnianan dari Pikiran
Ia harus memulai latihan meditasinya dengan berlandaskan pemurnian sila, Sila Visuddhi. Hal ini sangat mendukung untuk memperoleh konsentrasi yang dalam saat bermeditasi ketika sila telah dimurnikan. Ketika pikiran terkonsentrasi dengan dalam pada objek meditasi, pikiran akan terbebas dari gangguan dan kekotoran batin. Ketika yogi memperoleh pemurnian dari pikiran, Citta Visuddhi, akan muncul pandangan terang yang dapat memahami sifat alami dari Nâma dan Rûpa, fenomena batin dan jasmani.
1) Nâma-Rûpa Pariccheda Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang kemampuan untuk membedakan fenomena batin dan jasmani
Ketika seorang yogi menyadari karakteristik khusus dari tubuh dan pikiran (fenomena batin dan jasmani), ini berarti ia menyadari Nâma dan Rûpa. Bila ia menyadari keras dan lunaknya jasmani tanpa memperhatikan bentuk jasmaninya, maka ia menyadari karakteristik dari elemen tanah (pathavi-dhatu). Ini adalah pengetahuan pandangan terang tentang kemampuan untuk membedakan fenomena batin dan jasmani. Lalu, ia tidak mengidentifikasi keras atau lunak itu dengan adanya seseorang, makhluk, diri atau jiwa. Ia menghapus pandangan tentang seseorang, makhluk, diri atau jiwa yang berkenaan dengan keadaan keras dan lunak ini. Sehingga ia memurnikan pandangan salahnya karena ia tidak menganggap keadaan keras atau lunak sebagai jiwa, diri, seseorang atau makhluk tapi sebagai proses alami dari fenomena jasmani. Maka ia tidak lagi berpandangan salah tentang seseorang, makhluk, diri atau jiwa: Sakkaya-ditthi atau Atta-ditthi. Pemahaman Nâma dan Rûpa (fenomena batin dan jasmani) berdasarkan sifat alami
mereka, memurnikan pandangannya; sehingga ia memperoleh pemurnianan dari pandangan, Ditthi-Visuddhi.
Dalam aktivitas sehari-hari juga, ketika ia mengamati dengan penuh perhatian pada saat merentangkan atau menekuk tangan atau kaki, meletakan tangan atau kaki, atau duduk atau bangkit dari tempat duduk, ada banyak tindakan dan gerakan yang terjadi dalam aktivitas-aktivitas ini. Bila ia mampu memperhatikan tindakan-tindakan dan gerakan-gerakan ini dengan cermat dan tepat, maka ia menyadari bahwa ini adalah gerakan-gerakan dari sebuah proses merentangkan. Kemudian ia menyadari pikiran yang mencatatnya hanya sebagai sebuah proses batin. Dengan cara ini, ia membedakan antara proses dari gerakan dan pikiran yang mencatatnya. Ini juga merupakan pengetahuan pandangan terang tentang Nâma dan Rûpa.
Ketika ia membedakan antara gerakan merentangkan dan pikiran yang mencatat, secara bertahap semakin bertambah jelas, bertambah dalam, ia kemudian menyadari bahwa ini hanyalah gerakan-gerakan dan pikiran yang mencatatnya dan terlepas dari dua proses fenomena batin dan jasmani ini, tidak ada seseorang, makhluk, jiwa atau diri. Dengan cara ini, ia menyingkirkan pandangan salah tentang seseorang, makhluk, diri atau jiwa berkenaan dengan gerakan-gerakan dari merentangkan tangan.
Karena ia mengalami proses alami dari gerakan merentangkan dan pikiran yang mencatatnya, ia tidak menganggap baik gerakan merentangkan maupun pikiran yang mencatat sebagai seseorang, makhluk, diri atau jiwa. Maka, ia tidak mempunyai pandangan salah tentang seseorang, makhluk, diri atau jiwa. Ia menyingkirkan Sakkaya-ditthi dan Atta-ditthi (pandangan salah tentang seseorang, makhluk dan pandangan salah tentang diri atau jiwa). Karena itu ia telah memurnikan pandangannya. Ia tidak memiliki pandangan salah, sehingga hal ini disebut Ditthi-Visuddhi, pemurnian dari pandangan.
Kadang-kadang ia mengalami proses gerakan menaik dan pikiran yang mencatatnya. Ia hanya menyadari dua proses dari fenomena batin dan jasmani. Terlepas dari pasangan ini subjek dan objek – pikiran yang mencatat dan objek jasmani – ia tidak melihat apa pun yang kekal yang disebut jiwa atau diri. Karena itu ia juga menyingkirkan ide dari pandangan salah tentang seseorang, makhluk, diri atau jiwa. Ini juga merupakan pemurnian dari pandangan – Ditthi-Visuddhi.
(Dari Ceramah Dhamma tanggal 10 Maret 2005 di Dhammodaya, Nakorn Pathom, Thailand)
2) Paccaya-Pariggaha-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang hubungan sebab dan akibat
Tingkat kedua dari pandangan terang, Paccaya-Pariggaha-Ñâna, berarti pengetahuan pandangan terang tentang hubungan sebab dan akibat. Dengan kata lain, ini adalah pengetahuan pandangan terang tentang hubungan sebab dan akibat atau pengetahuan pandangan terang tentang keadaan berkondisi. Ketika seorang yogi berjuang dengan kemampuan terbaiknya dan memperoleh konsentrasi yang semakin mendalam, ia menyadari sebab dan akibat Nâma dan Rûpa (fenomena batin dan jasmani), ia disebut seorang yang telah mencapai Paccaya-Pariggaha-Ñâna – pengetahuan pandangan terang tentang hubungan sebab dan akibat atau pengetahuan pandangan terang tentang keadaan berkondisi.
(Dari Ceramah Dhamma tanggal 12 Maret 2005 di Dhammodaya, Nakorn Pathom, Thailand)
Pada tingkat ini Anda menyadari bahwa semua hal di dunia muncul tergantung pada kondisinya. Tingkatan ini disebut Kankhavitarana-Visuddhi, pemurnian dari pandangan terang dengan mengatasi keraguan karena Anda telah menyadari sepenuhnya sebab dan akibat dari fenomena batin dan jasmani melalui pengalaman pribadi Anda dan mengatasi keraguan serta menyadari tidak adanya jiwa atau diri yang kekal.
(Dari Ceramah Dhamma tanggal 30 September 1992 di Blue Mountain, Sydney, Australia)
Dalam meditasi duduk, seorang yogi mengamati gerakan naik dan turunnya perut, mencatat dalam batin seperti “naik…turun…naik…turun,” mengetahui gerakan sebenarnya dari proses naik dan turun. Ketika perut naik, ia mencatat “naik,” ia menyadari gerakan-gerakan naik. Ketika perut turun, ia mencatat “turun” dan ia menyadari gerakan-gerakan turun. Ketika konsentrasi cukup dalam, ia menyadari bahwa karena adanya gerakan naik, timbul pikiran yang mencatat gerakan naik; karena adanya gerakan turun, timbul pikiran yang mencatat gerakan turun. Dengan cara ini ia menyadari gerakan naik, objek, sebagai sebab; dan pikiran yang mencatat, subjek, sebagai akibat. Dengan cara ini ia menyadari sebab dan akibat. Ia menyadari gerakan adalah sebab dan pikiran yang mencatat gerakan tersebut adalah akibat.
Ketika ia merenungkan gerakan naik dan turun, adakalanya nafasnya menjadi semakin tidak jelas dan perlahan-lahan menghilang. Ia tidak dapat merasakannya. Lalu ia menjadi bingung, berpikir, “Tidak ada gerakan naik dan turun. Apa yang harus saya lakukan, apa yang seharusnya saya amati?” Tetapi ia menyadari bahwa karena tidak ada gerakan naik dan turun, maka tidak ada pikiran yang mencatat gerakan-gerakan tersebut. Ini juga berarti ia mengalami sebab dan akibat – lenyapnya objek adalah sebab dan hilangnya pikiran yang mencatat adalah akibat.
Ketika gerakan naik dan turun tidak timbul, yogi mungkin berpikir tidak ada lagi yang harus diamati. Ia tidak dapat mengamati apapun, ia tidak menyadari apapun, karena ia berpikir tidak ada
objek yang dapat diamati. Ini juga merupakan realisasi dari sebab dan akibat, tetapi tidak begitu jelas. Lalu, guru meditasi menginstruksikannya, “Bila Anda tidak menemukan gerakan naik-turun, Anda mempunyai posisi duduk dan titik-titik sentuhan untuk dicatat sebagai penggantinya.” Lalu kapan pun seorang yogi tidak menemukan gerakan naik-turun perut dengan jelas, ia mencatat,”duduk…sentuh, sentuh.” Ia menemukan objek-objek, posisi duduk dan titik-titik sentuhan, maka ia mencatatnya. Objeknya, posisi duduk dan titik-titik sentuhan, adalah sebab; pikiran yang mencatat adalah akibat. Ini juga merupakan pengetahuan pandangan terang tentang hubungan sebab dan akibat.
Dengan cara yang sama, ketika ia mengamati gerakan-gerakan naik dan turun, kadang kala muncul pikiran atau memikirkan sesuatu. Ketika ia menyadari adanya pikiran, ia mencatat “berpikir…berpikir…berpikir.” Proses berpikir adalah objek, pikiran yang mencatatnya adalah subjek. Lalu ia mencatat, “berpikir…berpikir…berpikir,” dengan cermat dan penuh semangat. Tiba-tiba pikiran tersebut lenyap. Lalu yogi tidak dapat menemukan objek lain untuk dicatat dan ia menjadi bingung tentang apa yang harus dilakukan. kemudian ia sadar bahwa menurut prinsip meditasi Vipassanā bila tidak ada pikiran untuk dicatat, yogi harus memperhatikan gerakan-gerakan naik turunnya perut sebagai objek utama. Lalu ia mencatat naik…turun. Ia menyadari bahwa proses berpikir adalah sebab dan pikiran yang mencatatnya adalah akibat. Ketika tidak ada proses berpikir maka tidak ada pula pikiran yang mencatat. Dalam hal ini juga, ia menyadari sebab dan akibat.
Ketika ia berlatih meditasi jalan, menyadari seperti ingin…angkat…maju… turun…sentuh… tekan dan konsentrasinya cukup dalam, ia sangat jelas mengetahui adanya keinginan dan gerakan mengangkat kaki. Lalu ia merasa kakinya terangkat dengan sendirinya. Dengan cara ini, ia berulang-ulang mengalami keadaan sebenarnya; ketika ia mencatat keinginan, kaki terangkat dengan sendirinya. Pada awalnya ia terkejut dengan pengalamannya karena ia belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Tetapi kemudian, ketika ia mengalaminya berulang-kali, ia menyadari bahwa keinginan adalah sebab; terangkatnya kaki adalah akibat. Tanpa keinginan, tidak ada gerakan mengangkat. Tanpa keinginan, tidak ada gerakan maju/mendorong. Tanpa keinginan, tidak ada gerakan menurun.
Karena keinginan, muncul gerakan mengangkat. Dalam hal ini, secara bertahap ia menyadari bahwa keinginan adalah sebab dan gerakan mengangkat, maju dan sebagainya adalah akibat. Semakin sering ia mengalami hal tersebut berulang-kali, semakin jelas ia memahami sebab dan akibat. Kadang yogi dapat merasakan tubuhnya seperti robot ketika berjalan, kadang ia merasa tubuhnya seperti boneka. Ia mengalami bahwa tidak ada seseorang, makhluk, atau bukan saya yang sedang berjalan. Tetapi keinginanlah yang menyebabkan dari gerakan-gerakan kaki
sehingga tubuh bergerak maju. Awalnya ia tidak tahu adanya keinginan. Itulah sebabnya mengapa pada awalnya ia merasa tubuhnya seperti robot atau boneka.
Ketika pikirannya yang melakukan pencatatan terkonsentrasi semakin dalam pada setiap gerakan dari kaki, maka jelaslah baginya bahwa keinginan yang menyebabkan adanya gerakan dari kaki, dan bahwa keinginan adalah sebab dan gerakan adalah akibat. Dengan cara ini, ia menyadari sebab dan akibat, keadaan berkondisi dari Nâma dan Rûpa (fenomena batin dan jasmani). Dengan cara yang sama, ia secara bertahap menyadari bahwa keinginan adalah sebab, gerakan maju adalah akibat, dan bahwa keinginan adalah sebab, gerakan turun adalah akibat. Dengan cara yang sama, dalam aktivitas sehari-hari ia mencatat keinginan, bangun, keinginan, duduk, keinginan, merentangkan, keinginan, membungkuk, dan sebagainya, lalu ia menyadari keinginan adalah sebab, gerakan-gerakan adalah akibat. Pada saat apapun bila konsentrasinya cukup dalam, ia menyadari sebab dan akibat dengan jelas. Ini adalah Paccaya-Parigaha-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang hubungan sebab dan akibat atau pengetahuan pandangan terang tentang keadaan berkondisi.
(Dari Ceramah Dhamma tanggal 12 Maret 2005 di Dhammodaya, Nakorn Pathom, Thailand)
Karena yogi ini menyadari sifat alami dari sebab dan akibat, ia mempercayai kamma (karma) dan akibatnya. Kamma adalah tindakan atau sebab, akibatnya adalah Kammaphala. Jika Anda melakukan tindakan yang tidak baik, hal ini akan menghasilkan akibat yang tidak baik bagi Anda. Jika Anda melakukan perbuatan yang berfaedah, hal ini akan menghasilkan akibat yang baik bagi Anda. Dalam hal ini, ia mempercayai sebab dan akibat. Karena ia mempercayai hubungan sebab dan akibat melalui pengalaman pribadinya dalam Dhamma, ia tak akan melakukan perbuatan jahat yang akan menghasilkan akibat buruk baginya. Karena ia tidak melakukan perbuatan jahat atau buruk apa pun, ia tidak akan terlahir di empat alam Apaya (empat alam kehidupan yang menderita) pada kehidupan berikutnya. Sehingga yogi yang telah mencapai Paccaya-Pariggaha-Ñâna (yang telah memahami sebab dan akibat) dikenal sebagai Cula-Sotapanna dan tidak akan terlahir kembali di empat alam Apaya (empat alam kehidupan yang menderita) pada kehidupan berikutnya. Seseorang yang telah mencapai tingkat kesucian yang pertama, Sotapattimagga-Ñâna, juga tidak akan terlahir kembali di alam Apaya pada kehidupan berikutnya. Sehingga seseorang yang telah mencapai Paccaya-Pariggaha-Ñâna mirip seperti seorang Sotapanna Ariya puggala. Ini sebabnya ia disebut Cula-Sotapanna.
Sotapanna, yang telah mencapai tingkat kesucian pertama, tidak akan terlahir kembali di empat alam Apaya di dalam semua kehidupan berikutnya. Tapi yogi yang telah mencapai Paccaya-Pariggaha-Ñâna, yang disebut Cula-Sotapanna tidak akan terlahir kembali dalam empat
alam Apaya (empat alam kehidupan yang menderita) hanya dalam kehidupan berikutnya. Untuk kehidupan berikutnya yang ketiga, ia tidak pasti apakah ia akan terlahir atau tidak di empat alam Apaya.
Untuk mencapai Paccaya-Pariggaha-Ñâna (tingkat kedua dari pengetahuan pandangan terang) tidaklah terlalu sulit. Bila yogi mengerahkan cukup usaha dalam latihannya dan berjuang untuk mempunyai perhatian penuh yang berkesinambungan, konsentrasinya akan semakin dalam dan dalam. kemudian ia dapat menyadari sebab dan akibat dari fenomena batin dan jasmani. Ketika yogi yang telah mencapai Nâma Rûpa-Pariccheda-Ñâna, tingkat pertama dari pengetahuan pandangan terang, terus melanjutkan latihannya dengan sungguh-sungguh, maka dalam waktu singkat ia akan mampu mencapai tingkat kedua dari pengetahuan pandangan terang, Ñâna. Dalam retreat ini juga ada banyak yogi yang telah mencapai Paccaya-Pariggaha-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang keadaan berkondisi. Sehingga orang ini, yang telah mencapai Paccaya-Pariggaha-Ñâna, yang telah mencapai Kankhavitarana Visuddhi, pemurnian dengan mengatasi keraguan tentang yang disebut jiwa atau diri yang kekal.
Karena tidaklah sukar untuk mencapai tingkat pengetahuan pandangan terang kedua ini, maka berjuanglah sebaik mungkin untuk selalu sadar terhadap apa pun yang muncul dalam batin dan jasmani Anda. Sehingga Anda memiliki perhatian penuh yang berkesinambungan, konsentrasi yang dalam dan pandangan terang yang jernih tentang sebab dan akibat dan akhirnya mencapai lenyapnya dari penderitaan, Nibbana.
(Dari Ceramah Dhamma tanggal 12 Maret 2005 di Dhammodaya, Nakorn Pathom, Thailand) 3) Sammasana-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang pemahaman jelas
Ketika yogi mengerahkan usaha lebih giat dalam berlatih, mengamati proses gerakan merentangkan dengan lebih cermat dan tepat, ia menyadari gerakan merentangkan merupakan serangkaian gerakan-gerakan kecil yang patah-patah yang muncul dan lenyap satu per satu. Kemudian ia menyadari tidak hanya karakteristik khusus dari elemen angin, tetapi juga karakteristik umum dari elemen angin – Anicca, Dukkha, Anatta.
Bila ia menyadari Samanna-lakkhana ini (karakteritik umum – ketidakkekalan, ketidakpuasan/ penderitaan dan tanpa aku) dari proses gerakan-gerakan ini, ia mencapai pengetahuan pandangan terang tentang pemahaman jelas, mengalami Annica, Dukkha dan Anatta dari fenomena batin dan jasmani. Yogi ini memahami ketiga karakteristik dari suatu keberadaan.
Ketika yogi melanjutkan latihannya, tahap demi tahap perhatian murninya bertambah kuat dan berkesinambungan, konsentrasi bertambah dalam. Lalu ia menyadari karakteristik umum dari proses batin dan jasmani pada tingkat ketiga pengetahuan pandangan terang ini. Pada dua tingkat pandangan terang sebelumnya, ia menyadari karakteristik khusus/individu dari proses batin dan jasmani bersamaan dengan penyebabnya. Pada tingkat ketiga pengetahuan pandangan terang ini, ia menyadari karakteristik umum dari fenomena batin dan jasmani dengan lebih jelas. Tetapi pada tingkat ini ia mengalami banyak rasa sakit; ia sangat menderita dengan rasa sakit, ketidaknyamanan jasmani seperti pegal, keram dan mati rasa.
Ketika rasa sakit muncul, ia harus memperhatikannya dengan cermat. Bila memungkinkan, pikiran yang mencatatnya harus memasuki pusat rasa sakit dan mengamatinya. Lalu rasa sakit menjadi semakin kuat. Sebelum rasa sakit pertama lenyap, muncul lagi rasa sakit yang lain. Lalu ia menyadarinya dengan lebih bersemangat dan cermat. Ia harus menghadapinya dengan sekuat tenaga, memasuki pusat rasa sakit sedalam mungkin. Sebelum rasa sakit ini lenyap, ketidaknyamanan yang lainnya muncul. Tingkat pengetahuan pandangan terang ini disebut Sammasana-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang pemahaman jelas. Pengetahuan pandangan terang yang dengan jelas memahami ketiga karakteristik dari fenomena batin dan jasmani.
Yang ia ketahui di sini adalah penderitaan. Ketika ia melihat proses fenomena batin dan jasmani lebih dalam dan lebih jelas, ia melihat rasa sakit seperti ledakan atau menghilang atau secara bertahap hancur. Setelah rasa sakit pertama hilang, ada rasa sakit atau ketidaknyamanan yang lain. Lalu ia menyadarinya, ia mengamatinya dengan penuh semangat dan tepat. Berangsur-angsur ketidaknyamanan tersebut melemah dan kemudian menghilang. Pada saat tertentu, rasa sakit secara tiba-tiba lenyap; kadang kala secara bertahap rasa sakit menghilang; kadang kala secara bertahap rasa sakit hancur, tetapi apa yang ia ketahui adalah rasa sakit telah lenyap. Hal tersebut tidak kekal. Hal ini juga terhimbas oleh ketidakkekalan (Anicca).
Kemudian ia menyadari ketidakkekalan dari sensasi yang tidak menyenangkan baik dari jasmani maupun batin. Ia juga menyadari Dukkha, penderitaan dalam bentuk ketidakpuasan. Ketika kita melihat dengan jelas betapa cepatnya muncul dan lenyapnya sensasi yang tidak menyenangkan pada rasa sakit yang diamati dengan tepat dan cermat, kita menyadari penderitaan, Dukkha berupa keadaan yang terus-menerus ditekan oleh proses muncul dan lenyap. Lalu kita tidak mempunyai pandangan tentang seseorang, makhluk, diri atau jiwa yang berkaitan dengan rasa sakit dan menyadari Anatta. Tidak ada diri atau jiwa, seseorang atau makhluk yang kekal. Yang sesungguhnya ada hanyalah proses dari fenomena batin dan jasmani yang selalu muncul dan lenyap satu per satu.
Pada tingkat pengetahuan pandangan terang ini, Sammasana-Ñâna, kita harus sabar dengan ketidaknyamanan fisik seperti rasa sakit, keram dan mati rasa. Kecuali kita sabar dengan keadaan tersebut, kita tidak akan melihat sifat alami, yaitu karakteristik umum mereka. Ketika kita menyadari sepenuhnya dukkha yang berupa ketidakkekalan, penderitaan dan tanpa aku, maka secara bertahap ketidaknyaman fisik menjadi berkurang dan reda. Kita tidak lagi mendapatkan sensasi rasa sakit yang tak tertahankan pada saat mendekati akhir dari tingkat ketiga ini, dan pikiran kita menjadi segar dan bersemangat karena tidak ada rasa sakit atau sedikit rasa sakit yang tidak terlalu hebat atau terlalu kuat. Kita dapat mengkonsentrasikan pikiran kita dengan baik pada setiap keadaan batin maupun pada setiap proses jasmani yang muncul pada saat itu.
(Dari Ceramah Dhamma tanggal 30 September 1992 di Blue Mountain, Sydney, Australia)
Ketika Anda mampu memahami kesemua tiga karakteristik dari ketidakkekalan, penderitaan dan tanpa aku dari fenomena batin dan jasmani, Anda memperoleh Sammasana-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang pemahaman jelas. Pada tingkat ini pikiran Anda menjadi terkonsentrasi pada lingkup yang lebih luas dan hanya sedikit pikiran-pikiran yang kadang-kadang muncul tetapi Anda dapat mengamatinya.
Karena konsentrasi yang dalam, Anda dapat mengalami banyak ketidaknyamanan fisik, Kayika Dukkha seperti rasa sakit, keram, mati rasa, dan sebagainya; tetapi Anda mampu menyadari setiap objek yang diamati dalam tiga bagian atau fase. Anda mampu menyadari fase awal, tengah dan akhir. Gerakannya mungkin lembut; seberapa lembut atau lemahnya gerakan, Anda mampu menyadari fase awal, tengah dan akhir dari gerakan yang muncul.
Hal yang sama pada rasa sakit, nyeri, gatal, dan sebagainya. Jadi Anda mengalami banyak rasa sakit pada tingkat pengetahuan pandangan terang ini, tetapi Anda mampu mengatasinya. Anda mampu mengatasinya dengan sangat baik. Itu berarti walaupun sakit, fisik tidak nyaman, mungkin berat, Anda mampu mengamatinya; Anda mampu mengatasinya dan menyadari fase awal, tengah dan akhirnya. Anda bertahan dengan kadaan tersebut untuk beberapa lama, untuk beberapa detik atau menit. Sebelum rasa sakit pertama ini hilang, timbul ketidaknyamanan fisik lainnya seperti keram dan gatal. Lalu Anda harus mengamati ketidaknyamanan fisik yang lain. Sebelum ketidaknyamanan itu hilang, muncul rasa sakit atau ketidaknyamanan lainnya. Anda menyadari fase awal, tengah dan akhir dari sensasi rasa sakit kapan pun hal itu muncul. Tetapi sebelum Anda menyadari sepenuhnya fase akhir dari sensasi rasa sakit, pikiran Anda beralih ke sensasi rasa sakit yang lain dan mengamatinya. Lalu muncul di pikiran Anda bahwa sebelum suatu objek berhakhir, objek yang lain muncul. Dalam hal ini pikiran yang mencatat beralih dari objek satu ke objek yang lain dan mengamatinya. Kemudian ada banyak ketidaknyamana fisik yang muncul dan lenyap.
Dalam hal ini Anda menyadari ketidakkekalan dari proses batin atau jasmani atau sensasi yang dicatat. Ketika Anda mengamati serangkaian sensasi rasa sakit yang beraneka ragam dari yang satu ke yang berikutnya, Anda merasakan penderitaan, Dukkha berupa perasaan yang ditekan oleh muncul dan lenyap secara terus-menerus, Dukkha. Mereka tidak mematuhi harapan individu; walaupun yogi berharap mereka tidak muncul tapi mereka muncul. Jadi mereka tidak dapat dikendalikan, mereka bersifat tanpa aku, Anatta. Dalam hal ini Anda menyadari proses batin dan jasmani yang Anda perhatikan dengan cermat. Pengetahuan pandangan terang ini yang menyadari ketidakkekalan, penderitaan dan tanpa aku dari proses batin dan jasmani disebut pemahaman dari pengalaman langsung, Paccakkha-Sammasana-Ñâna karena Anda mengalaminya sendiri.
Tetapi Sammasana-Ñâna di sini juga mempunyai pengertian lain. Yaitu pengetahuan pandangan terang dengan menyimpulkan. Ketika Anda secara langsung mengalami muncul dan lenyapnya dari fenomena batin dan jasmani yang disadari, terkadang Anda membayangkan berdasarkan kejadian yang sebenarnya dan menyadari ketidakkekalan, penderitaan dan tanpa aku dari proses batin dan jasmani yang lainnya yang tidak diamati, dengan menyimpulkan dari kejadian yang benar-benar Anda alami.
Anda lalu berkesimpulan bahwa karena proses batin dan jasmani yang diamati ini terhimbas oleh ketidakkekalan, maka begitu pula proses batin dan jasmani yang lain yang tidak sedang diamati juga terhimbas oleh ketidakkekalan dengan cara yang sama. Semua kondisi batin atau proses jasmani dimasa lalu, saat ini dan yang akan datang, jauh atau dekat, internal atau eksternal, kasar atau halus – semua keadaan mental dan proses jasmani juga terhimbas oleh ketidakkekalan dengan cara yang sama. Pengetahuan pandangan terang ini adalah pengetahuan pandangan terang dengan menyimpulkan, Anumana Ñâna dalam bahasa pali. Kadang kala kita sebut Naya-Vipassanā, Pengetahuan pandangan terang dengan menyimpulkan dari pengalaman sebenarnya dari fenomena batin dan jasmani yang sedang disadari.
(Dari Ceramah Dhamma tanggal 05 Oktober 1992 di Blue Mountain, Sydney, Australia)
4) Udayabbaya-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani
Ketika pengetahuan pandangan terang ketiga telah dikembangkan dengan baik, Anda memahami tiga karakteristik dari fenomena batin dan jasmani baik yang diamati maupun tidak diamati. Kemudian secara bertahap konsentrasi Anda menjadi lebih dalam dan lebih dalam lagi. Maka sensasi rasa sakit menjadi berkurang dan pada akhirnya menghilang. Kemudian Anda merasa bahagia dan senang dalam mencatat setiap keadaan batin dan jasmani. Konsentrasi
menjadi dalam, lalu pikiran menjadi lebih tenang dan damai. Kemudian Anda merasakan perasaan yang sangat luhur dari kelembutan dan kebahagian, Anda merasa gembira dan damai. Pikiran Anda tidak terganggu oleh apapun, sehingga perhatian penuh Anda sangat baik, tajam dan tangkas, gesit, selalu siap mencatat objek apapun dengan sangat mudah. Usaha menjadi stabil, tidak tegang ataupun santai, tidak kuat ataupun lemah. Usaha yang stabil dan cukup secara alami akan timbul, membantu perhatian penuh untuk mencatat setiap objek dengan sangat siaga pada saat objek itu muncul.
Pada tingkat pengetahuan pandangan terang inilah Anda melihat sinar. Kadang-kadang melihat sinar yang gemerlapan, redup, seperti sinar lampu neon, kadang-kadang juga Anda melihat sinar yang seperti sinar dari lampu mobil dan sebagainya. Namun biasanya sinar ini tidak berlangsung lama. Sinar muncul, Anda mencatatnya, kemudian sinar tersebut hilang. Tetapi ada juga sinar-sinar berlangsung selama sepuluh atau dual puluh detik atau lebih. Bila Anda merasa senang melihat sinar-sinar ini dan melekat pada hal ini, sinar tersebut akan sering muncul dan sangat gemerlapan. Hal ini dapat berlangsung beberapa saat. Anda mencatat, ‘melihat, melihat…’ tetapi sinar tersebut muncul lagi, lalu berlangsung untuk beberapa saat, Anda mencatat, ‘melihat, melihat.’ Meskipun Anda mengamatinya, secara tidak sadar Anda mungkin menyukainya, Anda mungkin bahkan melekat padanya; sehingga sinar tersebut akan berlangsung lama.
Salah seorang yogi wanita yang kira-kira berusia sekitar tiga puluh tahun melihat sinar-sinar. Secara bertahap sinar itu menjadi semakin terang. Ia merasa senang pada keaadaan tersebut. Tetapi ketika ia diinstruksikan untuk mencatatnya, ia lalu mencatatnya. Ketika ia mencatat, sinar itu hilang. Kemudian dengan sangat cepat sinar itu datang kembali dan dia mencatatnya. Tetapi tanpa sadar ia melekat pada sinar itu. Sinar itu bertahan selama dua puluh hari. Ia merasa kecewa pada sinar itu. Ia tidak dapat melepaskanya. Hal ini disebut Nikanti. Nikanti berarti kemelekatan yang sangat halus. Hal ini seperti keinginan atau hasrat untuk memiliki tetapi tidak begitu kuat. Diam-diam muncul dalam pikiran Anda. Secara tidak sadar, pikiran melekat pada objek. Hal ini disebut Nikanti, satu dari sepuluh rintangan pengetahuan pandangan terang.
Pada jaman Sang Buddha, ada seorang bikkhu yang berlatih meditasi Samatha dan mencapai konsentrasi yang dalam. Ketika ia telah mencapai konsentrasi Jhana, ia mengalihkan latihannya ke meditasi Vipassanā, mengamati proses mental dan jasmani. Ia mencapai tingkat pengetahuan pandangan terang yang ketiga, namun setelah beberapa lama ia merasa senang atas pencapaian konsentrasi Jhana dan dia mengalami Nikanti, kemelekatan yang sangat halus terhadap konsentrasi Jhana. Pengetahuan pandangan terangnya naik ke tingkat berikutnya, kemudian turun kembali karena melekat pada konsentrasi Jhana. Bahkan setelah ia mencapai tingkat pengetahuan pandangan terang ketiga mengenai Sang Jalan (Magga), ia kembali melekat
pada Jhana, maka ia tidak dapat mencapai tataran Arahat. Sang Buddha bersabda bahwa itu adalah Dhamma raga, Dhamma nandi. Dhamma raga berarti melekat pada Dhamma; Dhamma nandi berarti senang terhadap Dhamma dalam hal ini yaitu konsentrasi Jhana. Dalam kasus ini keduanya baik Dhamma raga dan Dhamma nandi adalah Nikanti. Bikkhu tersebut tidak mengetahuinya. Hanya Sang Buddha yang mengetahuinya dan menerangkannya kepada Yang Mulia Ananda mengenai bikkhu tersebut yang tidak dapat mencapai tataran Arahat.
Ketika Anda telah melewati tingkat ketiga yaitu pengetahuan pandangan terang tentang pemahaman jelas, Anda mengalami pengalaman bagus yang “tidak baik” pada awal tingkat pengetahuan pandangan terang keempat. Pengetahuan pandangan terang tentang muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani, Udayabhaya-Ñâna. Karena Anda telah melewati bagian tersulit, yaitu tingkat yang menyakitkan, secara bertahap pikiran menjadi terkonsentrasi dengan jelas, ringan, bahagia dan gembira. Ada banyak pengalaman baik pada tingkat ini. Karena konsentrasi Anda sangat baik, Anda merasa tenang dan damai. Pikiran ini sangat tangkas, fleksibel and halus. Seluruh tubuh diliputi perasaan yang sangat gembira dan bahagia. Lalu yogi tanpa sadar melekat pada perasaan tersebut. Ia merasa senang dengan pengalaman baik yang “tidak baik” ini. Ini disebut Vipassanupakkilesa, rintangan-rintangan dari pandangan terang.
Upakkilesa dapat diterjemahkan secara akurat sebagai kekotoran batin. Pengalaman-pengalaman baik ini mencemari pengetahuan pandangan terang Anda cukup besar sehingga Anda tidak dapat melanjutkan ke tingkat pengetahuan pandangan terang yang lebih tinggi. Maka, Anda tetap jalan ditempat ditingkat ini. Anda dalam dilemma. Yang Mulia Nyanaponika Thera menterjemahkan Upakkilesa sebagai rintangan, sepuluh rintangan. Sebenarnya mereka adalah sepuluh kekotoran batin dari pandangan terang. Yogi wanita yang saya sebutkan sebelumnya, harus menghabiskan waktunya selama dua puluh hari karena sinar-sinar yang termasuk salah satu dari kekotoran batin, Upakkilesa.
Yogi diajarkan oleh gurunya bahwa ini adalah pengalaman yang baik tapi mereka adalah rintangan bagi meditasinya, sehingga ia harus tidak melekat padanya. Yang ia harus lakukan hanyalah menyadarinya. Lalu Anda dapat melewati pengalaman-pengalaman baik ini; ini adalah hal-hal yang remeh dibandingkan dengan kebahagian Nibbana. Lalu ia melanjutkan latihannya. Tetapi ia tidak merasa senang; gembira ataupun damai; pikiran tetap terkonsentrasi sehingga pikirannya menjadi tajam, pandangan terang menjadi lebih menembus.
Objek apapun yang ia amati, ia melihat objek itu menghilang. Perasaan atau sensasi apapun yang ia catat, ia melihat mereka menghilang. Semua yang ia catat menghilang. Lalu ia menyimpulkan,”Apapun yang muncul pasti akan lenyap.” Ketika ia mencatat gerakan mengangkat
kaki saat berjalan ia mengalami banyak gerakan patah-patah pada kaki, muncul dan lenyap terus-menerus. Di sini ia menyadari muncul dan lenyapnya fenomena jasmani secara terus-terus-menerus. Ketika sebuah pikiran muncul dan ia mencatatnya, lalu pikiran itu menghilang. Lalu pikiran-pikiran yang lain datang dan pergi, muncul dan lenyap. Ia menyimpulkan,”Oh! Pikiran-pikiran ini terhimbas oleh ketidakkekalan. Tidak satu pun pikiran-pikiran ini yang kekal. Mereka muncul dan dengan segera lenyap.” Agak sulit untuk menyadari muncul dan lenyapnya pikiran, tetapi untuk menyadari muncul dan lenyapnya proses jasmani seperti gerakan kembang, kempis, angkat ,maju, turun, tidaklah terlalu sulit. Tingkat pengetahuan pandangan terang ini disebut pengetahuan pandangan terang tentang muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani, Udayabhaya-Ñâna.
Padhaniyanga
Sang Buddha mengajarkan kita bahwa ada 5 faktor (Padhaniyanga) bagi seorang yogi agar berhasil dalam meditasinya.
1) Faktor pertama adalah Saddha; Keyakinan kuat terhadap Tri Ratna terutama dalam teknik meditasi.
2) Faktor kedua adalah Kesehatan. Anda harus sehat. Kecuali Anda sehat, Anda tidak akan berhasil. Bila Anda sehat, Anda dapat berjuang sekuat mungkin sepanjang hari, siang dan malam. Kadang kala tanpa tidur selama tujuh hari, Anda dapat terus berlatih karena kesehatan yang baik. Bila kesehatan Anda tidak baik atau Anda lemah, Anda tidak dapat berhasil dalam meditasi Anda.
3) Faktor ketiga adalah Kejujuran. Anda harus jujur dan terus terang. Anda tidak boleh berbohong mengenai pengalaman Anda pada guru Anda atau pada sesame teman meditasi Anda. Anda harus jujur, terbuka dan terus terang tentang pengalaman meditasi Anda.
4) Faktor keempat adalah Viriya. Usaha yang gigih. Ketika Sang Buddha menjelaskan usaha yang gigih ini, Sang Buddha menggunakan tiga kata yang harus diingat baik-baik. Kata yang pertama adalah Parakkama, usaha yang terus bertambah. Kata yang kedua adalah Dahla Viriya yang berarti usaha yang sungguh-sungguh. Ini berarti Anda harus mempunyai usaha yang terus bertambah dan sungguh-sungguh dalam berlatih. Maka Anda pasti mencapai kesucian. Setiap orang yang mempunyai usaha yang terus bertambah dan sungguh-sungguh, pasti mencapai Nibbana, kebebasan sejati. Kata ketiga yang Sang Buddha maksud adalah Anikkhitta Dhuro. Nikkhitta berarti menyudahi, Dhuro berarti tugas atau tanggung jawab. Anda mempunyai tanggung jawab untuk melanjutkan latihan Anda
sampai Anda mencapai tataran Arahat. Anda harus tidak menyudahinya. Bila Anda mempunyai usaha yang sungguh-sungguh dan terus bertambah, Anda tidak akan menyudahi tanggung jawab Anda, tugas Anda. Anda selalu memikulnya sampai Anda mencapai tataran Arahat.
5) Faktor Kelima adalah Pengetahuan pandangan terang tentang muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani. Di sini mungkin timbul pertanyaan,”Bagaimana seorang yogi, pada awalnya, dapat menyadari muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani?” Tidak, tidak ada yogi yang menyadari muncul dan lenyapnya fenomena tersebut pada permulaan latihannya. Ajaran Sang Buddha menyatakan bahwa jika ia berjuang keras ia dapat memperoleh pengetahuan pandangan terang tentang muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani. Dengan kata lain ia harus mempunyai kemampuan untuk menyadari muncul dan lenyapnya fenomena tersebut.
Sekarang saya telah menerangkan pengetahuan pandangan terang tingkat keempat yaitu pengetahuan pandangan terang tentang muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani. Beberapa orang dari Anda telah mengalami pengetahuan pandangan terang ini dengan sangat baik. Bahkan rasa sakit yang kuat memberimu pengetahuan pandangan terang ini. Ketika Anda berusaha untuk memasuki pusat rasa sakit dengan cermat dan penuh semangat, pikiran secara bertahap memasuki pusat rasa sakit. Kemudian rasa sakit tidak dapat bertahan, maka ia meledak atau lenyap. Beberapa dari Anda mengalaminya. Kadang kala rasa sakit berangsur-angsur pergi. Kadang kala rasa sakit meledak ketika pikiran Anda yang mencatat memasuki pusat rasa sakit tersebut. Ini berarti Anda menyadari muncul dan lenyapnya perasaan atau sensasi, Vedana Khanda, kelompok perasaan atau sensasi. Sekarang Anda telah mengalami muncul dan lenyapnya kondisi batin atau proses jasmani atau keduanya, Anda dibantu oleh factor kelima dari seorang yogi. Anda pasti mencapai kesucian bila Anda melanjutkan latihan Anda secara intensif. (Dari Ceramah Dhamma tanggal 05 Oktober 1992 di Blue Mountain, Sydney, Australia)
Sekarang Anda menyadari muncul dan lenyapnya kondisi batin atau proses jasmani yang diamati dengan sangat jelas. Maka Anda telah mencapai pengetahuan pandangan terang tingkat keempat, pengetahuan pandangan terang tentang muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani, Udayabhaya-Ñâna.
(Dari Ceramah Dhamma tanggal 30 Oktober 1992 di Blue Mountain, Sydney, Australia)
Ketika seorang yogi diberkahi oleh kelima factor tersebut (keyakinan yang kuat, kesehatan, kejujuran, usaha yang gigih dan pengetahuan pandangan terang tentang muncul dan lenyapnya
fenomena batin dan jasmani) ia pasti mencapai pengetahuan pandangan terang tentang Sang Jalan/Magga dan Buah/Phala bila ia terus melanjutkan latihan intensifnya.
5) Bhanga-Ñâna, Pengetahuan pandangan terang tentang pelenyapan atau peleburan
Ketika pengetahuan pandangan terangnya tentang muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani menjadi semakin jelas dan matang, apapun yang dicatat, disadari sebagai ketidakkekalan; muncul dan lenyap. Ketika ia mencatat setiap rasa sakit, kaku, gatal atau pegal, ia melihat muncul dan lenyapnya sensasi rasa sakit satu per satu dengan sangat jelas. Kadang kala ia melihatnya sebagai muncul dan lenyapnya gelombang sensasi yang tidak menyenangkan satu per satu. Ketika ia mencatat gerakan naik dan turunnya perut ia melihat banyak gerakan patah-patah dari proses naik dan turun tersebut dengan sangat jelas, muncul dan lenyap satu per satu. Kemudian ia melihat muncul dan lenyapnya objek yang ia catat dengan sangat cepat.
Pada akhirnya yogi jarang melihat proses muncul atau timbul. Sebagian besar ia melihat proses menghilangnya, melenyapnya atau meleburnya daripada proses munculnya atau timbulnya. Maka ia merasa bahwa semua keadaan batin dan proses jasmani sangat cepat menghilang, sangat cepat melenyap. Kadang kala ia merasa sangat cepat melenyapnya, meleburnya objek yang ia catat. Lalu ia hampir tidak pernah melihat munculnya objek. Kebanyakan ia melihat objek menghilang dan melenyap dengan sangat cepatnya.
Pada tingkat pengetahuan pandangan terang ini biasanya Anda tidak dapat melihat bentuk dari tangan atau tubuh. Seluruh tubuh lenyap. Anda tidak merasakan keberadaan anggota badan seperti tangan, kaki, dan sebagainya. Apa yang Anda sadari hanyalah menghilangnya, meleburnya dan melenyapnya fenomena dengan sangat cepat.
Kadang kala Anda merasa bahwa Anda tidak sadar selama satu atau dua detik, dan kehilangan perhatian penuh Anda. Baik objek maupun subjek menghilang dengan sangat cepat. Kadang kala Anda mengalami pikiran bawah sadar. Anda dapat melihat pikiran bawah sadar diantara kesadaran. Ketika konsentrasi cukup baik, Anda mampu melihat sangat cepatnya proses kesadaran tersebut menghilang/melenyap. Ini adalah pengetahuan pandangan terang tentang pelenyapan atau peleburan, Bhanga-Ñâna.
Tetapi seorang yogi tidak dengan mudah melalui tingkat pengetahuan pandangan terang ini karena ia perlu melihat meleburnya fenomena batin dan jasmani dengan sangat baik; maka ia berada dalam tingkat pengetahuan pandangan terang ini untuk beberapa waktu. Ini sangat baik karena tidak ada sensasi rasa sakit, tidak ada gatal dan tidak ada pegal. Walaupun Anda duduk
sangat lama Anda tidak mempunyai keinginan untuk bangkit. Anda dapat duduk selama tiga atau empat jam dengan sangat mudah dan nyaman, melihat dengan jelas menghilang dan meleburnya semua fenomena batin dan jasmani yang diamati. Kadang kala Anda tidak dapat merasakan anggota tubuh Anda. Apa yang Anda sadari hanyalah menghilangnya dan meleburnya fenomena batin dan jasmani.
(Dari Ceramah Dhamma tanggal 07 Oktober 1992 di Blue Mountain, Sydney, Australia) 6) Bhaya-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang ketakutan
Berangsur-angsur Anda merasa dan menyadari bahwa leburnya fenomena batin dan jasmani secara terus-menerus adalah menakutkan. Kapan pun Anda mengamati setiap keadaan batin atau proses jasmani, yang Anda lihat langsung hilang, lebur, lenyap dengan sangat cepat. Sehingga Anda merasa hal-hal tersebut sangat menakutkan. Tidak ada yang bertahan lama walaupun sebentar atau sedetik. Semua fenomena, bentuk-bentuk, Sankhara, adalah subjek dari peleburan, selalu lenyap, sehingga mereka menakutkan. Kadang kala seorang yogi merasa takut tapi ia tidak tahu apa yang ia takuti tetapi sebenarnya pikirannya melihat leburnya dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani. Ketika pengetahuan pandangan terang yogi sangat jelas dan tajam, ia menyadari bahwa fenomena batin dan jasmani ini selalu lenyap, lebur, sehingga mereka menakutkan. Pengetahuan pandangan terang ini disebut sebagai pengetahuan pandangan terang tentang ketakutan, Bhaya-Ñâna.
Ketakutan ini berbeda dengan rasa takut yang Anda rasakan ketika Anda melihat seekor harimau atau singa. Ketika Anda melihat seekor harimau, timbul rasa tidak suka pada harimau tersebut dan rasa takut timbul dari ketidaksukaan itu. Ketakutan itu adalah Dosa. Dosa adalah Akusala, keadaan batin yang tidak baik. Tapi rasa takut dalam Vipassanā (pandangan terang) tidak seperti Dosa. Walaupun yogi menganggap semua fenomena batin dan jasmani menakutkan, ia tidak mempunyai perasaan benci akan hal itu. Ia hanya merasa takut, hanya itu. Ketakutan ini bukan Dosa. Ini bukanlah Akusala. Ini adalah Kusala, pengetahuan pandangan terang yang baik yang menyadari fenomena batin dan jasmani adalah menakutkan.
7) Adhinava-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang kesedihan
Ketika ia meneruskan latihan meditasi intensifnya, gangguan-gangguan menjadi sangat sedikit. Pikiran-pikiran menjadi sangat sedikit. Walaupun hal itu muncul, Anda amati, hal tersebut lenyap dengan seketika. Kadang kala Anda mengetahui ketika pikiran akan muncul. Lalu ketika Anda amati, pikiran tersebut tidak muncul sama sekali. Dengan cara ini konsentrasi Anda menjadi semakin dalam. Kemudian Anda merasa jijik terhadap fenomena batin dan jasmani yang
menakutkan, yang selalu lenyap, selalu hilang ketika mereka diamati. Karena Anda merasa jijik terhadap hal tersebut, Anda tidak merasa senang padanya yang timbul dan lenyap dengan seketika. Anda merasa sedih terhadap semua bentuk-bentuk batin dan proses jasmani. Ini adalah pengetahuan pandangan terang tentang kesedihan. Anda tidak merasa senang dengan pengalaman meditasi Anda walaupun Anda tidak mengalami banyak gangguan-gangguan maupun pikiran-pikiran. Pada umumnya konsentrasi Anda cukup baik namun Anda tidak merasa bahagia dengan pengalaman meditasi Anda. Anda merasa jenuh, segan melakukan segala sesuatu seperti Anda merasa tidak tertarik dengan pengalaman meditasi namun sesungguhnya Anda tertarik walaupun Anda terkesan murung.
Kadang kala Anda berpikir meditasi Anda menurun, kadang kala Anda berpikir bahwa latihan ini sia-sia untuk dilanjutkan. Jika Anda mengamati apa pun yang Anda rasakan dengan cermat, maka tidaklah sulit untuk mengatasinya. Anda dapat melaluinya dengan mudah bila Anda mengamati situasi yang sedang terjadi saat ini.
8) Nibbida-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang kejemuan dan
9) Muccitukamyata-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang keinginan untuk mencapai pembebasan
Lalu Anda merasa bosan terhadap bentuk-bentuk/sankhara, juga terhadap hidup Anda dan dunia ini. Anda tidak dapat menemukan tempat di mana Anda dapat hidup bahagia dan nyaman. Kadang kala Anda merasa Anda harus meninggalkan latihan meditasi ini dan pergi. Kadang kala Anda ingin menceburkan diri Anda ke laut atau ke jurang karena Anda tidak menemukan apapun yang dapat memuaskan di dunia ini. Kadang kala walaupun Anda mempunyai konsentrasi yang baik, Anda mempunyai keinginan untuk berhenti setelah meditasi duduk selama tiga puluh menit. Anda tidak menemui sensasi rasa sakit atau pegal. Konsentrasi baik, meditasi baik tapi Anda ingin berhenti karena Anda merasa meditasi duduk menjemukan.
Kadang kala seorang yogi merasa bosan tanpa alasan dan ingin pulang ke rumah. Maka ia pergi ke kamarnya, berkemas dan mendatangi guru pembimbing meditasi untuk ijin pamit pulang. Ketika guru berkata, “Ya, Anda boleh pulang. Tetapi tolong tunggu sehari lagi untuk mengamati apa yang Anda rasakan.” Karena sang guru dihormati dan dicintai, maka ia mematuhi gurunya dan berkata, “Baik Yang Mulia, saya akan tinggal satu hari lagi.” Kemudian ia berlatih kembali, mengamati apa yang ia rasakan. ‘Bosan, bosan,’ ‘tidak senang, tidak senang’ dan sebagainya. Hanya satu malam berlalu. Esok harinya guru memanggilnya, “Apakah hari ini Anda akan pulang?” “Saya tidak pulang. Sekarang meditasi saya sangat baik” ia menjawab. Tingkat pengetahuan pandangan terang ini sangat penuh muslihat. Tingkat ini disebut Nibbida-Ñâna dan juga
Muccitukamyata-Ñâna. Dua tingkatan yang penuh muslihat – Nibbida-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang kejemuan; Muccitukamyata-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang keinginan untuk mencapai kebebasan.
Ketika Anda meneruskan latihan, Anda mengalami berbagai ketidaknyamanan jasmani seperti sakit, pegal, mati rasa. Anda sabar menghadapinya pada tingkat-tingkat awal pengetahuan pandangan terang, katakanlah tingkat pertama, kedua dan ketiga dan mengamati mereka. Sekarang Anda menemui sakit lagi, Anda mengamatinya namun Anda cenderung mengubah posisi dengan sangat sering dan tidak sabar sama sekali. Anda ingin berdiri tetapi Anda tidak berdiri atau mengubah posisi. Anda meneruskan latihan. Ketika guru menerangkan dan menyuruh Anda mengamati apa yang Anda alami, Anda melakukannya dengan sangat baik dan melewati pengetahuan pandangan terang tentang keinginan untuk mencapai pembebasan.
10)Patisankha-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang perenungan terhadap bentuk-bentuk/sankhara sebagai jalan menuju pembebasan
Dikarenakan yogi ingin terbebas dari fenomena batin dan jasmani yang selalu muncul dan lenyap saat diamati dengan cermat; ia berjuang dengan seluruh kemampuan terbaiknya mengamati objek apapun yang muncul. Semakin kuat usaha yang ia lakukan dalam latihannya, menjadi semakin dalam konsentrasinya. Semakin dalam konsentrasinya, semakin hebat rasa sakit yang ia alami. Ini adalah tingkat pengetahuan pandangan terang yang kesepuluh. Tapi ia tidak malas mengamatinya karena ia memahami bahwa kecuali ia terus mengamatinya, ia tidak akan berhasil melampaui tingkatan ini. Kadang kala ia merasa sensasi sakit yang sangat kuat dan hebat. Tapi ia tidak malas, ia berjuang mengamati rasa sakit tersebut dengan seluruh kemampuan terbaiknya. Kemudian rasa sakit itu hilang dengan tiba-tiba. Sehingga ia mengalami lebih dalam mengenai tiga karakteristik dari ketidakkekalan, penderitaan & tanpa aku/diri. Ini adalah pengetahuan pandangan terang tentang perenungan terhadap bentuk-bentuk/ sankhara sebagai jalan menuju pembebasan, Patisankha-Ñâna.
11)Sankharupekkha-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang keseimbangan terhadap bentuk- bentuk (sankhara)
Kemudian ia melewati tingkat pengetahuan pandangan terang kesepuluh. Semua sensasi rasa sakit hilang. Ia tidak mengalami ketidaknyamanan sama sekali. Ia merasa tenang dan damai. Konsentrasi menjadi lebih dalam dan stabil. Tetapi ia tidak merasa senang lagi, ia menyadari setiap objek muncul dan lenyap. Yang ia alami adalah muncul dan lenyapnya objek yang diamati setiap saat. Pikiran terkonsentrasi pada hal tersebut. Pada tingkat pengetahuan pandangan terang
ini, walaupun ia mengalihkan perhatian pada objek lain yang ia sukai, perhatiannya tidak pergi ke objek tersebut dan perhatiannya menjadi luwes. Ini adalah tingkat pengetahuan pandangan terang kesebelas. Karena konsentrasi yang dalam, pandangan terangnya menjadi menembus, tajam dan jernih; maka objek apapun yang ia amati ia mengetahui muncul dan lenyapnya. Tidak ada satu objek pun yang tidak disadari sebagai muncul dan lenyap oleh pikiran yang mencatat. Setiap objek yang dicatat terlihat muncul dan lenyap. Pencatatannya juga menjadi stabil. Ia merasa nyaman, tenang dan tentram, tapi ia tidak merasa gembira maupun tidak gembira terhadap semua bentukan/sankhara.
Pada tingkatan ini, ia mungkin mengalami pengetahuan pandangan terang ini sekitar lima atau sepuluh hari, kadang kala sebulan. Namun tingkat ini sudah sangat dekat dengan tujuan akhir. Saya pikir lumrah bagi para yogi untuk menikmati tingkat pengetahuan pandangan terang yang baik ini sebelum mereka mencapai tujuan akhir. Beberapa yogi malah berada pada tingkat ini selama satu setengah bulan. Ini adalah pengetahuan pandangan terang tentang keseimbangan terhadap semua bentukan/sankhara, Sankharupekkha-Ñâna, tingkat kesebelas dari Vipassanâ ñâna.
Pada tingkatan ini, ia harus mengamati dengan lebih cermat dan semangat agar ia tidak akan lama berada di tingkat ini. Bila ia mengamati objek secara biasa dan stabil, meditasinya akan berada (tetap diam) di tingkat ini selama satu atau dua bulan. Maka ia harus mengamati dengan lebih cermat dan semangat, kemudian ia akan mengalami bahwa semua faktor batin dan jasmani yang ia amati timbul dan lenyap dengan sangat cepat.
12)Anuloma-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang penyesuaian diri
Lalu ia mengalami pengetahuan pandangan terang tentang penyesuaian diri, Anuloma-Ñâna. Pengetahuan pandangan terang ini adalah penyesuaian dari pengetahuan pandangan terang-pengetahuan pandangan terang sebelumnya dengan pengetahuan pandangan terang berikutnya serta pencerahan, maka tingkat ini disebut pengetahuan pandangan terang tentang penyesuaian diri. Pada tingkat ini yogi sering sekali mengalami muncul dan lenyapnya Nâma dan Rûpa dengan sangat halus dan sangat cepat.
13)Gotrabhu-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang keadaan yang telah masak
Segera setelah Anuloma-Ñâna dicapai, kesadaran pertama-tama mengalami penghentian dari berbagai bentukan, Sankhara, dalam keadaan sadar sesaat. Ini adalah pengetahuan pandangan terang tentang keadaan yang telah masak, Gotrabhu-Ñâna.
Sekarang yogi mencapai batas, batas antara umat awam (Puthujjana) dan para Ariya (Ariya puggala). Ñâna perbatasan ini yang disebut pengetahuan pandangan terang tentang keadaan yang telah masak, Gotrabhu-Ñâna. Ketika ia berdiri di perbatasan tersebut, maka dapat dipastikan ia akan terus maju. Karena ia ingin terus maju, ia terus berjuang dalam latihan yang sangat sukar dan panjang. Ketika ia melakukan usaha, ia akan mencapai suatu tempat, tempat tinggal para Ariya, Ariya puggala.
14)Magga-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang jalan
15)Phala-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang buah atau pahala
Setelah Gotrabhu-Ñâna berlalu, Magga-Ñâna dan Phala-Ñâna muncul pada saat terputusnya semua belenggu, terealisasinya Empat Kesunyataan Mulia.
16)Paccavekkhana-Ñâna; pengetahuan pandangan terang tentang peninjauan kembali
Setelah Gotrabhu-Ñâna, yogi mencapai pengetahuan pandangan terang tentang jalan, Magga-Ñâna dan pengetahuan pandangan terang tentang buah atau pahala, Phala-Ñâna. Setalah itu, ia mencapai pengetahuan pandangan terang tentang peninjauan kembali, Paccavekkhana-Ñâna, yaitu meninjau kembali apa yang telah ia alami dalam latihan meditasinya.
Patipadañânadassana-Visuddhi dan Ñânadassana-Visuddhi
Dari Ñâna keempat, pengetahuan pandangan terang tentang muncul dan lenyap, sampai dengan pengetahuan pandangan terang tentang keadaan yang telah masak, semua pengetahuan pandangan terang ini disebut sebagai pemurnian dari pengetahuan pandangan terang dan pandangan mengenai arah jalannya latihan, Patipadañânadassana Visuddhi. Ketika Anda telah mencapai tingkat pertama dari pengetahuan pandangan terang tentang jalan, ini adalah pemurnian pengetahuan pandangan terang dan pandangan, Ñânadassana Visuddhi.
Tujuh tingkat Pemurnian (Satta-Visuddhi)
Ada tujuh tingkat pemurnian yang harus kita jalani sampai kita mencapai tujuan kita. Terdiri dari:
1. Sila Visuddhi: Pemurnian dari sila (prilaku moral), 2. Citta Visuddhi: Pemurnian dari pikiran,
4. Kankhavitarana Visuddhi: Pemurnian dengan mengatasi keragu-raguan,
5. Maggâmaggañânadassana Visuddhi: Pemurnian pengetahuan pandangan terang dan pandangan mengenai jalan dan bukan jalan,
6. Patipadañânadassana Visuddhi: Pemurnian dari pengetahuan pandangan terang dan pandangan mengenai jalan,
7. Ñânadassana Visuddhi: Pemurnian dari pengetahuan pandangan terang dan pandangan (Dari Ceramah Dhamma tanggal 07 Oktober 1992 di Blue Mountain, Sydney, Australia)
Pengetahuan pandangan terang tentang sang jalan (Magga-Ñâna) dan pengetahuan pandangan terang tentang buah atau pahala (Phala-Ñâna), kedua Ñâna ini merupakan pengetahuan di atas duniawi atau kebijaksanaan di atas duniawi (Lokuttara Ñâna). Tiga belas pengetahuan pandangan terang sebelumnya merupakan pengetahuan duniawi atau kebijaksanaan duniawi (Lokiya Ñâna). Bila seorang yogi mempunyai cukup usaha dan cukup waktu, ia akan mencapai Magga-Ñâna dan Phala-Ñâna.
Saat ini, dunia penuh dengan kekotoran batin, kilesa, seperti Lobha, Dosa, Moha. Sehingga tidak mudah untuk memperoleh pengetahuan pandangan terang di atas duniawi, Lokuttara Ñâna, dalam waktu tujuh atau sepuluh hari atau sebulan. Hanya jika seorang yogi mempunyai cukup waktu, katakanlah satu bulan, tiga bulan atau satu tahun dan mengerahkan segenap usaha dalam latihan, ia mungkin dapat memperoleh pengetahuan pandangan terang di atas dunia, pengetahuan pandangan terang tentang jalan dan buah/pahala (Lokuttara Ñâna).
Pembersihan Kekotoran Batin
Jika seorang yogi telah mencapai minimal Sotapattimagga Ñâna, tingkat terendah dari tingkat kesucian, maka ia mencabut Sakkayaditthi (pandangan salah mengenai seseorang, makhluk, diri atau roh) sampai ke akar-akarnya dan Vicikiccha (keraguan terhadap TriRatna). Ia juga melenyapkan Silabbataparamasa ditthi; pandangan salah bahwa upacara dan ritual dapat membimbing kita pada lenyapnya penderitaan-Nibbana. Beberapa orang percaya bahwa upacara dan ritual dapat membimbing orang ke Nibbana-lenyapnya penderitaan. Pandangan ini disebut Silabbataparamasa ditthi, pandangan salah terhadap upacara dan ritual.
Seorang yogi yang telah mencapai Sotapattimagga Ñâna, tingkat pertama dari pengetahuan pandangan terang tentang sang jalan, tidak akan pernah membunuh makhluk hidup; ia tidak akan pernah mengambil barang yang tidak diberikan oleh pemiliknya; ia selalu menghindari perbuatan
asusila seperti perzinahan; ia menghindari ucapan yang tidak benar setiap saat dan ia tidak pernah mengkonsumsi semua makanan atau minuman yang memabukkan. Lima sila ini dijalankan dengan sendirinya oleh Sotapanna Ariya puggala. Sehingga mereka disebut Ariya kantasila. Oleh sebab itu seorang Sotapanna tidak akan terlahir kembali di empat alam kehidupan yang menyedihkan setelah meninggal.
Beberapa Catatan Penting Cula-Sotapanna
Beberapa orang mempunyai pandangan salah bahwa ada 2 jenis Sotapanna; pertama adalah Sotapanna Senior, kedua adalah Sotapanna Junior. Karena dalam Visuddhimagga dan beberapa kitab komentar lainnya disebutkan bahwa seorang yogi yang mencapai Paccaya-pariggaha-Ñâna, tingkat kedua dari pengetahuan pandangan terang, disebut sebagai seorang Cula-Sotapanna. Kata Cula dalam beberapa kasus diartikan sebagai ‘junior’ atau ‘kecil,’ sehingga beberapa orang menganggap ‘Cula Sotapanna’ sebagai ‘Sotapanna Junior’ atau ‘Sotapanna Kecil.’ Namun pada kasus ini, kata Cula-Sotapanna, ‘Cula’ tidak berarti ‘junior’ atau ‘kecil’. Arti ‘Cula’ dalam kata Cula-Sotapanna berarti mirip seperti seorang Sotapanna. Seorang Sotapanna tidak akan pernah terlahir kembali di empat alam Apaya (empat alam kehidupan yang menyedihkan); dengan cara yang sama seorang yang telah mencapai Paccaya-pariggaha-Ñâna, pengetahuan pandangan terang tentang keadaan berkondisi, tidak akan terlahir kembali di empat alam Apaya pada kehidupan berikutnya. Oleh karena itu seseorang yang telah mencapai Paccaya-pariggaha-Ñâna disebut Cula-Sotapanna. Yang berarti “seorang yang mirip seperti seorang Sotapanna.”
Mengamati Aktivitas Sehari-hari adalah Sangat Penting.
Ketika pandangan terang seorang yogi menjadi lebih kuat dan lebih menembus, ia mengalami tingkat pengetahuan pandangan terang yang lebih tinggi. Kadang kala ia dapat mencapai pencerahan dengan mengamati aktivitas sehari-hari secara cermat dan tepat.
Dalam kasus ini, kita harus mengingat kisah Y.M.Ananda dan pencapaian tingkat kesucian tertinggi beliau, Arahatta Magga dan Phala Ñâna.
Pada suatu malam, Y.M.Ananda sedang berlatih meditasi jalan dengan penuh perhatian, mengamati setiap gerakan kaki dengan sangat baik. Kemudian setelah meditasi jalan, beliau menuju kamarnya sambil mengamati setiap langkah dengan penuh perhatian. Beliau sangat penuh perhatian pada setiap tindakan dan gerakan yang beliau lakukan; ketika beliau membuka pintu; ketika beliau menarik pintu; ketika beliau mendorong pintu dan seterusnya. Sampai beliau berada di tempat tidurnya, beliau memperhatikan pada setiap tindakan dan gerakan dengan cermat dan tepat.
Ketika beliau akan duduk di tempat tidur, beliau memperhatikan proses gerakan menuju duduk dan sensasi sentuhan pada tempat tidur. Sebelum beliau memulai meditasi duduknya, beliau ingin beristirahat sejenak dengan merebahkan diri di tempat tidur untuk rileksasi. Lalu beliau mulai merebahkan diri kearah bantal, dengan memperhatikan setiap gerakan secara cermat dengan mencatat dalam batin,”rebah…rebah…rebah…” Sebelum kepala beliau menyentuh bantal, ketika kedua kaki beliau baru saja terangkat, beliau mencapai tiga tingkat kesucian yang lebih tinggi – Sakadagamimagga Ñâna, Anagamimagga Ñâna dan Arahattamagga Ñâna. Kemudian beliau mencapai tataran Arahat, tingkat kesucian tertinggi sebelum kepala beliau menyentuh bantal.
Beliau mencapai tataran Arahat, tidak selagi berdiri, duduk, jalan atau berbaring. Pencapaian ke-Arahat-an beliau di luar empat postur tubuh. Yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwa Y.M.Ananda, asisten baik Sang Buddha, mencapai tataran Arahat dengan penuh perhatian pada setiap tindakan dan gerakan dalam aktivitas sehari-hari.
Dengan cara yang sama seorang Bhikkhuni terkenal, Patacaratheri, juga mencapai tataran Arahat dengan menyadari aktivitas sehari-hari secara cermat. Beliau sedang berlatih meditasi jalan dengan penuh perhatian pada suatu malam. Beliau mencapai konsentrasi yang dalam dan pandangan terang yang jernih pada setiap gerakan kaki. Lalu beliau ingin duduk di kamarnya. Beliau menuju tempatnya dengan penuh perhatian pada setiap tindakan dan gerakan aktivitas sehari-hari. Ketika beliau duduk di tempat tidurnya, beliau juga menyadari proses gerakan menuju duduk, sensasi sentuhan dan seterusnya. Di kamar tersebut ada sebuah lampu minyak yang menyala. Beliau ingin memadamkan lampu minyak itu agar dapat menghemat minyak dan dapat duduk dalam kegelapan disertai konsentrasi yang dalam. Beliau mengambil sebuah tongkat bambu dan dengan perlahan-lahan merentangkan tangannya ke arah lampu minyak, mengamati setiap gerakan merentang. Ketika tangannya hampir mendekati cahaya lampu, beliau menekan sumbu lampu dengan sebatang bambu ke dalam minyak, mencatat setiap gerakan menekan tersebut. Pada saat ketika sumbu terendam sepenuhnya pada minyak dan nyala api padam, beliau mencapai tataran Arahat, membasmi semua kilesa, kekotoran batin.
Dengan cara ini seorang yogi dapat mencapai tataran Arahat bila ia menyadari aktivitas sehari-hari yang dilakukannya dengan serius dan berjuang yang terbaik untuk mencapai perhatian penuh yang berkesinambungan dengan terus-menerus sadar terhadap setiap tindakan dan gerakan dengan sangat baik.
Kesadaran yang cermat dan mendalam pada aktivitas sehari-hari sangat penting karena dapat membantu yogi mencapai tingkat-tingkat kesucian – pengetahuan pandangan terang tentang jalan dan buah/pahala. Dalam ajaran Sang Buddha, latihan meditasi Vipassanā disamakan seperti menggosok-gosokan dua batang kayu atau bambu. Pada jaman dahulu, orang di hutan harus menggosok-gosokan dua batang kayu atau bambu satu dengan yang lainnya secara berkesinambungan dan tanpa henti untuk menghasilkan api. Panas akan dihasilkan pada batang bambu/kayu tersebut setelah beberapa lama. Perlahan-lahan panas meningkat dan bambu/kayu menjadi bertambah panas. Bila ia berhenti menggosok, maka panas akan menjadi dingin. Bila ia menggosok lagi, ia mulai memperoleh panas lagi. Bila ia berhenti lagi, panas akan menjadi dingin lagi. Ia tidak akan memperoleh api karena ia tidak menggosok batang kayu/bambu tersebut terus-menerus.
Bila ia menggosok batang bambu terus-menerus dan tanpa henti, maka panas akan terus bertambah dan akhirnya memercikan api, maka ia mendapatkan api.
Oleh karena itu para guru berkata,”Yogi harus terus-menerus dan tanpa henti memperhatikan apapun yang muncul di pikiran dan jasmaninya sebagaimana adanya.” Perhatian penuh harus terus-menerus dan tanpa henti sehingga akan menjadi lebih tajam dan kuat. Sehingga konsentrasi menjadi dalam. Ketika konsentrasi menjadi dalam, muncullah pandangan terang yang akan menembus sifat sebenarnya dari fenomena batin dan jasmani, Nâma dan Rûpa.
Setelah yogi mempunyai perhatian penuh terhadap semua fenomena batin dan jasmani yang muncul selama lima belas atau dua puluh menit, ia lalu beristirahat selama lima menit tanpa perhatian penuh terhadap fenomena batin dan jasmani. Kemudian ia mengumpulkan kembali semangatnya dan sadar pada beberapa gerakan yang muncul. Dalam hal ini ia berlatih meditasi dengan tidak konsisten. Ia tidak mampu mempunyai perhatian penuh yang terus-menerus dan tanpa henti dan konsentrasinya juga tidak akan dalam. Ia tidak akan memperoleh pengetahuan pandangan terang yang merealisasikan sifat sebenarnya dari fenomena batin dan jasmani. Ia tidak dapat menghapus pandangan salah tentang seseorang, makhluk, diri atau jiwa, Sakkayadithi dan Attaditthi.
Jika seorang yogi memahami dengan benar manfaat dari perhatian penuh dan konsentrasi yang dalam, ia akan mengamati setiap tindakan dan gerakan pada saat duduk, jalan dan aktivitas sehari-hari. Kemudian perhatian penuhnya akan berkesinambungan dan mantap. Konsentrasinya akan terus bertambah lebih dalam. Ia seperti seseorang yang menggosokan dua batang kayu dengan stabil dan berkesinambungan tanpa henti. Pada akhirnya pandangan terang muncul. Ia menyadari sifat alami dari fenomena batin dan jasmani dan ia memiliki harapan besar untuk mencapai lenyapnya penderitaan, Nibbana.
Maka, kesadaran dalam aktivitas sehari-hari sangatlah penting sehingga Sang Buddha mengajarkan kita Sampajanna Pabba, bab pada Pemahaman Jelas, dalam Sutta Mahasatipatthana untuk dapat mengerti dengan benar manfaat dari aktivitas sehari-hari. Yogi harus berjuang untuk memiliki perhatian penuh yang berkesinambungan dan stabil, dengan meperhatikan semua aktivitas sepanjang hari, menyadari setiap fenomena batin dan jasmani dan mencapai lenyapnya penderitaan, Nibbana.
(Dari Ceramah Dhamma tanggal 10 Maret 2005 di Dhammodaya, Nakorn Pathom, Thailand)