A. SEKILAS TENTANG TUBE
A. SEKILAS TENTANG TUBE
RKULOSIS
RKULOSIS
0
0
T
Tuberkuuberkulosis adalalosis adalah penyakit meh penyakit menular langnular langsung yang sung yang disebabkdisebabkan oleh kan oleh kuman TB (Myuman TB (Mycobacteriumcobacterium
T
Tubercuuberculosis). Sebaglosis). Sebagian besar kian besar kuman tuberuman tuberkulosis kulosis (TB) menyeran(TB) menyerang paru, tetapg paru, tetapi dapat jugi dapat juga mengenaia mengenai
organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah dahak yang mengandung kuman TB. Gejala umum TB
organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah dahak yang mengandung kuman TB. Gejala umum TB
pada orang dewasa adalah batuk yang terusmenerus dan berdahak, selama !" minggu atau lebih.
pada orang dewasa adalah batuk yang terusmenerus dan berdahak, selama !" minggu atau lebih.
Sumber penularan adalah pasien TB BT# positi$, yaitu pasien yang pada dahaknya ditemukan kuman
Sumber penularan adalah pasien TB BT# positi$, yaitu pasien yang pada dahaknya ditemukan kuman
TB. %aya pen
TB. %aya penularan seorularan seorang pasien dang pasien ditentukaitentukan oleh banyn oleh banyaknya kuaknya kuman TB yang man TB yang dikeldikeluarkan duarkan dariari
parunya. Makin tinggi derajat positi$ hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
parunya. Makin tinggi derajat positi$ hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
&emungkinan seseorang terin$eksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
&emungkinan seseorang terin$eksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut. 'aktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
menghirup udara tersebut. 'aktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah di antaranya karena gii buruk, *+-#+%S atau penyakit lain,
adalah daya tahan tubuh yang rendah di antaranya karena gii buruk, *+-#+%S atau penyakit lain,
misalnya diabetes melitus.
misalnya diabetes melitus.
T
Tanpa pengoanpa pengobatan, setelah lbatan, setelah lima tahun, ima tahun, /0 dari pas/0 dari pasien TB akan ien TB akan meninggameninggal, !0 akan l, !0 akan sembuh sensembuh sendiridiri
dengan daya tahan tubuh tinggi dan !0 sebagai kasus kronis yang tetap menular (1*2, 3445).
B. TUBERKULOSIS SEBAGAI MASALAH
KESEHATAN MASYARAKAT
0
%iperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terin$eksi oleh M. Tuberkulosis. Seluruh dunia, pada tahun 344, diperkirakan ada 4 juta pasien TB baru dan " juta kematian akibat TB. %i negara negara berkembang kematian TB merupakan !0 dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. %iperkirakan 40 kasus TB dan 460 kematian akibat TB di dunia, terjadi pada negaranegara berkembang. %emikian juga, kematian wanita karena TB lebih banyak daripada kematian karena kehamilan, persalinan dan ni$as.
Sekitar 70 pasien TB adalah kelompok usia yang paling produkti$ secara ekonomis (3/ tahun). Seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan ratarata waktu kerjanya " sampai 8 bulan. *al tersebut berakibat kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar !/"/0. 9ika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 3 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosialstigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
:enyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah;
3. &emiskinan
!. TB terlantar (karena tidak memadainya penemuan kasus, diagnosis dan penyembuhan)
". +n$rastruktur kesehatan yang buruk pada negaranegara yang mengalami krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat
8. %ampak pandemi *+.
Sementara itu, upaya penanggulangan TB, meskipun kuman TB telah ditemukan pada tahun 366! dan obat anti tuberkulosis telah ditemukan sejak tahun 3488, secara umum dikatakan mengalami
kegagalan. Sebab utama kegagalan tersebut, antara lain;
!. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus -diagnosis yang tidak terstandar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang tidak terstandar, dsb.)
". Tidak memadainya tatalaksana pasien (diagnosis dan paduan obat yang tidak terstandar, gagal menyembuhkan pasien yang telah diobati)
8. Terlalu percaya dan tergantung (o<erreliance) kepada kemampuan hasil <aksinasi B=G. Beberapa studi menunjukkan <aksinasi B=G tidak dapat mencegah terjadinya TB postprimer. aksinasi B=G tidak memberikan dampak terhadap transmisi TB. %engan demikian <aksinasi B=G tidak dapat menurunkan insidensi TB BT# positi$. >amun <aksinasi B=G dapat menurunkan kejadian (insidensi) TB tipe berat pada anak (misalnya meningitis tuberkulosa).
Situasi TB di dunia semakin memburuk, sebagian besar negara di dunia yang dikategorikan sebagai high burden countries, jumlah pasien TB semakin tidak terkendali dengan banyaknya pasien TB yang tidak berhasil disembuhkan. Menyikapi hal tersebut, pada tahun 344", 1*2 mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).
Munculnya pandemi *+-#+%S di dunia akan menambah permasalahan TB. &oin$eksi dengan *+ akan meningkatkan secara signi?kan risiko berkembangnya TB. >egaranegara dengan pre<alensi *+ yang tinggi, terutama pada negara negara subsahara #$rika telah menyaksikan peningkatan jumlah TB yang tajam dengan peningkatan insidensi dua sampai tiga kali lipat pada tahun 344/ an.
:ada saat yang sama, resistensi ganda kuman TB terhadap obat anti TB (M%@ A Multi %rug
@esistance), semakin menjadi masalah yang serius pada banyak negara di dunia. @esistensi kuman ini terutama disebabkan tatalaksana pengobatan yang buruk, karena banyak diciptakan oleh petugas kesehatan, a man made problem.
%i +ndonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Tahun 344, hasil Sur<ei &esehatan @umah Tangga (S&@T) menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga (") setelah penyakit kardio<askular dan penyakit saluran napas pada semua kelompok usia, dan nomor satu (3) dari golongan penyakit in$eksi.
Tahun !//5, di +ndonesia ditemukan dan diobati sekitar "8./// pasien baru untuk semua pasien TB dengan kematian sekitar 66./// (aporan 1*2 tahun !//6). %ari Sur<ei :re<alensi Tuberkulosis pada tahun !//8 diperkirakan setiap 3//./// penduduk +ndonesia terdapat 33/ pasien baru TB paru BT# positi$.
:rogram >asional :enanggulangan TB dengan Strategi %2TS di +ndonesia dimulai pada tahun 344. Sampai akhir !//7, program :enanggulangan TB dengan Strategi %2TS telah menjangkau 460 dari jumlah :uskesmas yang ada, namun untuk rumah sakit baru sekitar "60, sedangkan
C. STRATEGI DOTS
0
Strategi penanggulangan yang direkomendasikan oleh 1*2 adalah Strategi %2TS (%irectly 2bser<ed Treatment Shortcourse =hemotherapy). Strategi %2TS telah dibuktikan dengan berbagai uji coba
lapangan dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Bank %unia menyatakan Strategi %2TS merupakan strategi kesehatan yang paling cost eCecti<e. Satu studi cost bene?t yang dilakukan oleh 1*2 di +ndonesia menggambarkan bahwa setiap satu dolar yang digunakan untuk membiayai
program penanggulangan TB, akan menghemat sebesar dolar selama !/ tahun.
Strategi %2TS terdiri dari lima komponen, yaitu;
3. &omitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana
!. %iagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung
". :engobatan dengan paduan 2#T jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh :engawas Menelan 2bat (:M2)
8. &esinambungan persediaan 2bat #nti Tuberkulosis (2#T) jangka pendek untuk pasien
. :encatatan dan pelaporan yang baku untuk memudahkan pemantauan dan e<aluasi program TB.
Dntuk menjamin keberhasilan penanggulangan TB, kelima komponen tersebut di atas harus dilaksanakan secara bersamaan.
:ada tahun 3448 +ndonesia mengujicobakan implementasi Strategi %2TS dengan demonstration area di :ro<insi 9ambi (&abupaten Bungo Tebo) dan 9awa Timur (&abupaten Sidoarjo). *asil uji coba
lapangan ini memberi angka kesembuhan yang tinggi lebih dari 60. #ngka kesembuhan yang tinggi ini penting untuk memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya kekebalan obat ganda atau Multi %rug @esistance (M%@) yang merupakan ancaman besar bagi masyarakat.
Sejak tahun 344, program penanggulangan TB nasional mengadopsi Strategi %2TS dan
menerapkannya pada :uskesmas secara bertahap. Sampai tahun !/// hampir seluruh :uskesmas telah berkomitmen dan mengadopsi Strategi %2TS yang diintegrasikan dalam pelayanan primernya.
:ada kenyataannya, pasien TB bukan hanya datang ke :uskesmas, melainkan juga ke
B:8-B&:M-BB&:M, @umah Sakit, klinik, %:S dan dokter perusahaan. %ari hasil Sur<ei :re<alensi Tuberkulosis pada tahun !//8;
• untuk kawasan Sumatera; pasien TB datang ke @S dan B:8-B&:M-BB&:M; 880, :uskesmas
8"0 dan %:S 3!0,
• untuk kawasan +ndonesia Timur; pasien TB datang ke @S dan B:8-B&:M-BB&:M "30,
:uskesmas "0 dan %:S 350,
• untuk kawasan 9awaBali; pasien TB datang ke @S dan B:8-B&:M-BB&:M; 840, :uskesmas !30
dan %:S !40.
&arena itu perlu ekspansi Strategi %2TS ke D:& terutama @S dan B:8-B&:M-BB&:M di regional Sumatera dan 9awaBali.
A. TUJUAN PELATIHAN
0
:elatihan penanggulangan TB untuk petugas rumah sakit dirancang berdasarkan kompetensi menurut jenis petugas. :elatihan ini khusus dirancang untuk Tim %2TS @S yang bertanggung jawab untuk
menemukan dan mengelola pasien TB.
&ompetensi yang akan dipelajari meliputi keterampilan dan pemahaman yang diperlukan untuk menemukan atau mendiagnosis TB, mengobati, memberikan penyuluhan dan melakukan monitoring hasil pengobatan pasien di @S dengan pencatatan yang standar.
:elatihan ini mengutamakan prosedur standar pelayanan pasien TB dengan Strategi %2TS di @S, sehingga tidak mempelajari pemeriksaan ?sik diagnosis, penentuan diagnosis banding, pembacaan $oto toraks dan pemeriksaan laboratorium selain pemeriksaan dahak serta prosedur spesialistik pengobatan pasien TB kronis dan M%@TB.
%engan demikian tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kemampuan Tim %2TS dalam melaksanakan Strategi %2TS di @S.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
0
Setiap modul dilengkapi dengan penjelasan dan contoh yang memungkinkan setiap peserta dapat melakukan latihan untuk mencapai keterampilan dan pemahaman yang diperlukan. atihan diberikan pada akhir sesi-bab pada setiap modul. %a$tar modul yang akan dipelajari dapat dilihat pada butir = di bawah ini (Metode dan Materi :embelajaran). &ompetensi yang harus dicapai pada masingmasing modul adalah;
3. Modul :rogram >asional :enanggulangan TB dan +ST= (ModulB) Tujuan :embelajaran Dmum;
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih memahami program penanggulangan TB dan +ST=.
Tujuan :embelajaran &husus;
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih mampu;
a. Menjelaskan gambaran umum TB (kuman TB dan penularan, patogenesis, perjalanan alamiah TB bila tidak diobati dan komplikasi TB)
b. Menjelaskan situasi TB di dunia dan di +ndonesia c. Menjelaskan kelima komponen Strategi %2TS
d. Menjelaskan <isi, misi, tujuan, dan kebijakan operasional program penanggulangan TB e. Menjelaskan strategi dan kegiatan penanggulangan tuberkulosis
$. Menjelaskan seluruh standar +ST=.
!. Modul :enemuan &asus TB di @umah Sakit (Modul=) Tujuan :embelajaran Dmum ;
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih mampu melakukan penemuan dan mendiagnosis pasien TB dengan tepat.
Tujuan :embelajaran &husus ;
a. Mengidenti?kasi suspek TB b. Melakukan penemuan pasien TB
c. Mengisi buku da$tar suspek (TB./5) dan $ormulir permintaan pemeriksaan dahak (TB./) d. Memahami hasil pembacaan sediaan apus dahak (Skala +D#T%)
e. Mendiagnosis TB paru dan ekstraparu pada orang dewasa dan anak $. Menentukan klasi?kasi penyakit dan tipe pasien TB
g. Menjelaskan indikasi pemeriksaan biakan, radiologi dan uji kepekaan.
". Modul pengobatan pasien TB di @umah Sakit (Modul%) Tujuan :embelajaran Dmum;
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih mampu melakukan pengobatan pasien TB sesuai standar.
Tujuan :embelajaran &husus
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih mampu;
a. Menjelaskan prinsip, man$aat dan e$ek samping pengobatan tuberkulosis b. Memilih paduan 2#T yang tepat untuk setiap klasi?kasi dan tipe pasien c. Memilih :M2 bersama pasien
d. Memberikan penyuluhan pada pasien, keluarga pasien dan :M2 e. Melaksanakan pemantauan pengobatan
$. Menangani pasien yang berobat tidak teratur
g. Mendeteksi dan menangani komplikasi e$ek samping dan merujuk ke institusi- unit pelayanan lain bila diperlukan
h. Menjelaskan pengobatan tuberkulosis pada keadaan khusus i. Menetapkan hasil akhir pengobatan
j. Mengisi pencatatan yang diperlukan (kartu TB./3, TB./! dan $ormulir TB./4, TB.3/).
8. Modul pemantauan dan e<aluasi penerapan Strategi %2TS di rumah sakit (ModulE) Tujuan :embelajaran Dmum;
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih mampu melakukan pemantauan dan e<aluasi penerapan Strategi %2TS di rumah sakit.
Tujuan :embelajaran &husus;
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih mampu;
a. Menjelaskan indikator untuk monitoring dan e<aluasi hasil penemuan dan pengobatan pasien TB b. Mengumpulkan data, menghitung dan menganalisis sesuai dengan indikator
c. Membuat @encana Tindak anjut (@T) dari hasil analisis monitoring dan e<aluasi.
. Modul penerapan Strategi %2TS di rumah sakit (Modul') Tujuan :embelajaran Dmum;
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih memahami penerapan Strategi %2TS di rumah sakit.
Tujuan :embelajaran &husus;
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih mampu;
a. Menjelaskan pentingnya kemitraan dalam penerapan Strategi %2TS di rumah sakit b. Menjelaskan langkahlangkah pengembangan Strategi %2TS di rumah sakit
c. Menjelaskan tentang pentingnya jejaring internal dan eksternal
d. Menjelaskan uraian tugas Tim %2TS di rumah sakit dalam penanggulangan TB
e. Menjelaskan pilihan penanganan pasien berdasarkan kesepakatan antara pasien dan dokter $. Menjelaskan mekanisme pasien rujukan dan pindah
g. Menjelaskan mekanisme pelacakan kasus mangkir h. Menjelaskan kelengkapan pencatatan dan pelaporan
C. METODE DAN MATERI PEMBELAJARAN
0
1alaupun materi disajikan dalam bentuk modul, pelatihan ini menggunakan bermacammacam metode pembelajaran, yaitu; curah pendapat, penjelasan singkat, tugas baca, mengerjakan latihan, diskusi kelompok. :raktek studi kasus dan latihan tertulis merupakan elemen penugasan yang utama.
Materi pembelajaran mengacu kepada modul yang terdiri dari;
• Modul # ; :engantar :elatihan
• Modul B ; :rogram >asional :enanggulangan Tuberkulosis dan +ST=
• Modul = ; :enemuan &asus Tuberkulosis di @umah Sakit
• Modul % ; :engobatan :asien Tuberkulosis di @umah Sakit
• Modul E ; :emantauan dan E<aluasi :enerapan Strategi %2TS di @umahSakit
• Modul ' ; :enerapan Strategi %2TS di @umah Sakit
:embelajaran dirancang dalam bentuk beberapa kelompok kecil peserta, yaitu 8 atau kelompok setiap angkatan, dengan anggota kelompok masingmasing terdiri dari peserta yang di$asilitasi oleh seorang $asilitator. :eserta belajar dengan menggunakan modul yang disediakan, secara akti$ sesuai dengan metode pembelajaran disetiap modul. 'asilitator bukan guru atau dosen yang mengajar menggunakan sistem kelas. Tugasnya adalah mem$asilitasi kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Secara rinci tugas $asilitator ada di :edoman 'asilitator.
:enggunaan modul dalam pelatihan dapat dilakukan dengan berbagai cara;
• Seluruh modul diselesaikan secara berurutan selama 8 hari e$ekti$.
• Modul tertentu dapat digunakan dalam suatu sesi pelatihan untuk mengajarkan keterampilan
• Modul dapat diman$aatkan untuk melatih petugas sewaktu melakukan super<isi (on the job
A. LATAR BELAKANG
0
:enanggulangan TB di +ndonesia sudah berlangsung sejak aman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai :engobatan :enyakit :aru:aru (B:8). Sejak tahun 3454 penanggulangan dilakukan secara nasional melalui :uskesmas dengan penyediaan obat secara gratis. 2bat yang digunakan mulamula adalah paduan obat jangka panjang dengan Streptomisin, +>*, :#S selama 3 (satu) dengan paduan obat +>*, @i$ampisin dan Etambutol. Selanjutnya sejak 3476 hanya digunakan obat jangka pendek dengan paduan +>*, @i$ampisin, Etambutol dan :irainamid.
:ada tahun 3448, +ndonesia telah melakukan uji coba implementasi Strategi %2TS dengan
demonstration area di :ro<insi 9ambi (&abupaten Bungo Tebo) dan 9awa Timur (&abupaten Sidoardjo). *asil uji coba lapangan ini memberi angka kesembuhan yang tinggi lebih dari 60. #ngka
kesembuhan yang tinggi ini penting untuk memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi obat ganda atau Multi %rug @esistance (M%@) yang merupakan ancaman besar bagi masyarakat.
Sejak tahun 344, program penanggulangan TB nasional mengadopsi Strategi %2TS dan
menerapkannya pada :uskesmas secara bertahap. Sampai tahun !///, hampir seluruh :uskesmas telah berkomitmen dan mengadopsi Strategi %2TS yang diintegrasikan dalam pelayanan primernya.
:ada kenyataannya, pasien TB bukan hanya datang ke :uskesmas, melainkan juga ke Balai Besar &esehatan :aru Masyarakat (BB&:M)- Balai &esehatan :aru Masyarakat (B&:M), B:8 (Balai :engobatan :enyakit :aru:aru), @umah Sakit, klinik, dokter praktek swasta (%:S) dan dokter perusahaan. &arena itu perlu ekspansi Strategi %2TS ke unit pelayanan kesehatan tersebut.
Secara nasional, penanggulangan TB mempunyai target angka kesembuhan F60 dengan cakupan pasien sedikitnya F7/0 dari perkiraan seluruh pasien baru BT# positi$ yang ada. #pabila keadaan ini
dapat dipertahankan selama lima tahun berturutturut, maka insidensi TB akan dapat diturunkan /0 dari kondisi tahun sebelumnya.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
0
Tujuan pembelajaran umum;Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih memahami gambaran umum penyakit TB dan program penanggulangan TB.
Tujuan :embelajaran &husus;
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih mampu;
3. Menjelaskan gambaran umum TB (kuman TB dan penularan, patogenesis, perjalanan alamiah TB bila tidak diobati dan komplikasi TB)
!. Menjelaskan situasi TB di dunia dan di +ndonesia
". Menjelaskan kelima komponen Strategi %2TS
8. Menjelaskan <isi, misi, tujuan dan kebijakan operasional program penanggulangan TB
. Menjelaskan strategi dan kegiatan penanggulangan TB
5. Menjelaskan standar internasional penanganan TB sesuai +nternational Standards $or TB =are (+ST=).