• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN MENGUBAH PENGALAMAN PRIBADI MENJADI NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MELAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VARIASI MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN MENGUBAH PENGALAMAN PRIBADI MENJADI NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MELAYA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

VARIASI MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN MENGUBAH

PENGALAMAN PRIBADI MENJADI NASKAH DRAMA PADA SISWA

KELAS XI SMA NEGERI 1 MELAYA

Ni Luh Gede Wahyuni Lestari, I Wayan Wendra, I Made Astika

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {

odexlestari@yahoo.co.id

,

wayan.wendra@ymail.com

,

tulanggadang@yahoo.com}@undiksha.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) variasi mengajar yang digunakan guru dalam pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Melaya, (2) alasan dipilihnya variasi mengajar tersebut, dan (3) kendala-kendala yang dialami guru dalam menggunakan variasi mengajar tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia kelas XI di SMA Negeri 1 Melaya. Objek penelitian ini adalah variasi mengajar guru dalam pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama, alasan dipilihnya variasi mengajar tersebut, dan kendala dalam menggunakan variasi mengajar tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, perekaman, dan wawancara. Data dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) variasi mengajar yang ditampilkan guru sudah bervariasi terlihat dari sudah diterapkannya komponen-komponen variasi mengajar, (2) alasan dipilihnya variasi mengajar tersebut, yaitu (a) variasi gaya mengajar tersebut digunakan untuk menjaga konsentrasi siswa, memberikan penegasan kepada siswa mengenai hal-hal penting yang harus diingat dan dipahami, serta memberikan suatu penghargaan atau respons positif terhadap keberanian dan kemauan siswa untuk aktif selama KBM berlangsung, (b) variasi penggunaan media dan bahan ajar digunakan untuk mengefisienkan waktu serta mendayagunakan fasilitas yang ada dikelas, dan (c) variasi pola interaksi digunakan agar siswa mau aktif berinteraksi baik dengan guru atau teman sejawatnya, dan (3) Kendala-kendala yang dihadapi guru bersumber dari faktor guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan khususnya dalam pengorganisasian kelas, dan alokasi waktu.

Kata kunci: variasi mengajar, menulis naskah drama.

ABSTRACT

This study was aimed at describing (1) the teaching variations used by the teacher in teaching the material of changing personal experience to a drama script in XI grade of SMA Negeri 1 Melaya. (2) The reasons of using those teaching variations, and (3) the difficulties faced by the teacher in using those teaching variations. This study used descriptive-qualitative dsign. The subject was the teachers of XI graders of SMA Negeri 1 Melaya. The object was the teacher’s skill in using teaching variations

(2)

2

in teaching the material of changing personal experience to a drama script, the

reasons of using thise variations and the difficulties faced by the teacher in using those teaching variations. The data collection method was observation, recording, and interview. The data were analyzed descriptive qualitatively.

The result showed that (1) the teaching variation performed by the teacher was already diverse observed from the presence of teaching variations components, (2) the reason of using the teaching variations were (a) the teaching variation style was used to keep the students ‘ concentration in giving stress toward the important parts of the lesson as well as giving the appreciation or positive response toward the students’ willingness and bravery during the teaching and learning process, (b) the variation of using media and learning material were used to concise the time and to make use the media provided in the class, and (c) the variation of learning interaction was used to make the students actively interacted with the teacher and their peers, and (3) the difficulties faced by the teacher came from (a) teacher, (b) student, (c) facilities, (d) environment specifically in class organization, and (e) time allotment. Keywords: teaching variation, writing a drama script

PENDAHULUAN

Sastra dalam arti khusus dapat diartikan sebagai bentuk tulisan yang

memberikan kesenangan, hiburan,

keindahan, keharuan, dan kekaguman

kepada pembacanya. Sastra ditulis

memang untuk menyenangkan orang lain.

Oleh karena itu, sastra harus

diungkapkan secara indah. Keindahan

yang dimaksud adalah selalu

menyenangkan, menarik, menawan, dan memesona. Dalam pengertian ini, drama termasuk di dalamnya (Raharjo, 1986:14). Hubungan antara drama dan sastra dapat

dikatakan sangat erat, karena keduanya

merupakan pasangan yang tidak dapat

dipisahkan. Drama dikelompokkan

sebagai karya sastra karena ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Drama lahir dan ditulis karena adanya peristiwa perenungan akal dan perasaan yang dilakukan oleh seorang pengarang.

Kegunaan sastra termasuk drama tidak perlu dipertanyakan lagi, antara lain

mendidik manusia agar memahami

kehidupan lebih baik karena mempelajari drama menyebabkan manusia semakin tahu tentang hidupnya. Berbagai aspek pendidikan drama yang di antaranya adalah pendidikan akhlak dan pendidikan kecerdasan akan menempa diri manusia agar lebih humanis. Drama membawa pesan humanistik untuk memanusiakan manusia. Pernyataan tersebut diperkuat dengan apa yang disampaikan Damono (dalam Endraswara, 2011:290) bahwa

sastra dikatakan sebagai benda budaya yang bisa dijadikan tauladan yang di dalamnya terungkap nilai-nilai, kaidah-kaidah, tindak-tanduk yang baik dan buruk. Dalam hal ini sastra dianggap sebagai alat pendidik. Sastra ditulis berdasarkan tata nilai tertentu yang selalu bergeser tiap zaman. Dengan mencermati drama akan dapat memetik nilai didik tertentu baik dari segi pendidikan akhlak dan pendidikan kecerdasan yang secara

tidak langsung akan menunjang

keterampilan berbahasa, meningkatkan

pengetahuan, mengembangkan cipta,

karsa, dan rasa, serta mengembangkan pembentukan watak.

Melihat banyak hal yang dapat

diperoleh dari drama, pemerintah

kemudian menerapkannya pada

pembelajaran di sekolah. Dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia tingkat SMA/MA

dijelaskan bahwa Standar Isi

pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

secara lisan maupun tertulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil

karya kesastraan Indonesia (dalam

Winawan, 2010:20). Kurikulum ini juga

memuat Standar Kompetensi Sastra

Indonesia pada keterampilan menulis, yaitu menggunakan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran,

(3)

3

perasaan, informasi, dan pengalaman

dalam kegiatan apresiatif yang

menghasilkan transformatif karya sastra, kritik dan esai, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama serta transliterasi atau transkripsi naskah drama berhuruf Arab Melayu.

Salah satu aspek pengajaran sastra di sekolah adalah pengajaran drama. Waluyo (2001:23) menjelaskan bahwa pengajaran drama di sekolah dapat ditafsirkan dua macam, yaitu pengajaran teori drama dan pengajaran apresiasi

drama. Masing-masing pengajaran

tersebut terdiri atas dua macam, yaitu pengajaran teori tentang teks (naskah) drama dan pengajaran tentang teori pementasan drama. Pengajaran apresiasi membahas naskah drama dan apresiasi pementasan drama. Meteri teori drama diambil dari buku pegangan teoretis drama yang berupa naskah drama. Pemilihan naskahnya harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan (unsur perkembangan psikologis).

Pengajaran drama di kelas kerap kali menemui kesulitan, yaitu dalam hal

memperoleh naskah-naskah drama

khususnya naskah dengan lama pentas (durasi) 30 menit. Naskah yang sering ditemui biasanya memerlukan waktu yang lebih lama saat dipentaskan, hal itu kurang tepat dipentaskan pada drama kelas. Untuk itu, mau tidak mau siswa harus menyusun naskah drama sendiri.

Keterampilan menulis sastra,

khususnya menulis naskah drama

terdapat pada kurikulum SMA kelas XI. Salah satunya terdapat pada semester

dua yang tertuang dalam Standar

Kompetensi yaitu “Menulis naskah drama dengan Kompetensi Dasar menarasikan

pengalaman manusia dalam bentuk

adegan dan latar pada naskah drama” (Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Melaya). Pada materi ini, siswa tidak hanya mengetahui teori drama maupun menulis naskah drama, tetapi juga berlatih membuat naskah drama.

Keterampilan menulis naskah

drama sangat penting dimiliki dan dapat dilakukan oleh siswa. Dengan menulis naskah drama, siswa dapat melakukan kegiatan apresiasi sastra. Terlebih lagi

bagi siswa yang memang menyukai sastra. Dengan drama, siswa dapat menuju kedewasaannya melalui berbagai macam pengalaman hidup manusia dalam naskah drama (Moody dalam Waluyo, 2007:161). Namun, pembelajaran menulis naskah drama dalam proses belajar-mengajar tidak akan sukses jika siswa itu sendiri tidak memiliki minat untuk menulis

yang disebabkan oleh proses

pembelajarannya sangat membosankan. Djamarah dan Zain (2006:160) mengatakan bahwa pada dasarnya semua

orang tidak menghendaki adanya

kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak

menyenangkan. Merasakan makanan

yang sama terus-menerus akan

menimbulkan kebosanan, melihat film yang sama dua kali saja orang sudah tidak mau, juga karena bosan. Orang akan lebih suka bila hidup itu diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif. Demikian juga dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak

menggunakan variasi, maka akan

membosankan bagi siswa, perhatian

siswa berkurang, mengantuk, dan

akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini, guru memerlukan adanya

variasi dalam mengajar. Mengingat

bahwa guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Dalam kaitan ini guru perlu

memperhatikan peserta didik secara

individual, karena antara peserta didik yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.

Untuk itu dalam bukunya,

Djamarah dan Zain (2006:160) juga memaparkan keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam

menggunakan media dan bahan

pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dan siswa. Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi,

akan meningkatkan perhatian siswa,

membangkitkan keinginan, dan kemauan belajar. Contohnya, ketika seorang guru mengajarkan materi membaca dongeng

(4)

4

kepada siswanya. Agar pembelajaran

tersebut lebih bervariasi dan mampu menarik perhatian siswa, guru perlu

memvariasikan suaranya ketika

memerankan tokoh yang berbeda pada cerita tersebut. Selain itu guru juga bisa menggunakan media berupa boneka atau

topeng yang tentunya berhubungan

dengan dongeng yang akan diceritakan. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan

keterampilan campuran atau

diintegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam memberikan

penguatan, variasi dalam memberi

pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.

Berdasarkan observasi awal dalam bentuk wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1 Melaya, data awal yang peneliti peroleh yaitu bahwa dalam pemebelajaran sebelumnya Ni Nengah Redani, S.Pd. dan Maryatini, S.Pd. selaku guru bahasa Indonesia yang mengajar kelas XI di SMA Negeri 1 Melaya ini, dalam mengajarkan

materi menulis naskah drama

menggunakan sumber pengalaman

pribadi siswa. Penggunaan pengalaman pribadi ini karena dianggap mampu

memudahkan dan meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis naskah

drama. Dengan menggunakan

pengalaman pribadi, siswa akan dengan mudah mengembangkan naskah drama karena siswa telah menguasai topik naskah drama tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa topik hendaknya memiliki asas fisibilitas. Artinya, topik yang dipilih merupakan ide yang akan mampu digarap. Sesuai dengan pengertian pengalaman pribadi itu sendiri, yaitu segala sesuatu yang pernah dialami oleh setiap manusia dan itu

merupakan suatu hal yang sangat

mengesankan serta tidak terlupakan

(Depdiknas, 2003:52). Karena sudah dialami langsung oleh siswa, pengalaman tersebut akan sangat mudah untuk dijadikan sumber dalam menulis naskah

drama. Sesuai dengan apa yang

disampaikan Endraswara (2011:16)

bahwa drama hadir atas dasar imajinasi terhadap kehidupan.

Berdasarkan wawancara tersebut, kedua guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI menyatakan bahwa nilai yang diperoleh siswa sebagian besar mencapai 80 ke atas, dan masih ada beberapa siswa yang memperoleh nilai 80 ke bawah. Akan tetapi, secara umum semua siswa sudah melampaui KKM yang telah ditentukan yaitu 75 atau dengan kata lain secara umum pemerolehan nilai siswa tersebut sudah dalam kategori baik. Keberhasilan inilah yang membuat guru-guru di SMA Negeri 1 Melaya menjadikan

pengalaman pribadi sebagai sumber

dalam menulis naskah drama pada setiap periodenya

Keberhasilan nilai yang diperoleh siswa tersebut, tentunya tidak lepas dari variasi mengajar yang dilakukan guru bahasa Indonesia kelas XI di SMA Negeri 1 Melaya. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, kedua guru tersebut secara umum sudah melakukan variasi

mengajar mulai dari variasi gaya

mengajar, variasi media dan bahan ajar,

dan variasi pola interaksi. Dalam

pelaksanaannya, kedua guru ini juga menemui beberapa kendala saat KBM berlangsung. Kendala-kendala tersebut seperti dalam mempersiapkan media ajar dan pada saat pola interaksi dua arah. Pada saat penerapan pola interaksi dua arah, hampir sebagian siswa tidak mampu berkomunikasi dengan baik disebabkan oleh siswa tersebut merasa gugup dan takut apa yang disampaikan akan salah dihadapan gurunya.

Penelitian mengenai keterampilan mengadakan variasi mengajar dalam

pembelajaran mengubah pengalaman

pribadi menjadi naskah drama belum pernah dilakukan. Namun, ada beberapa penelitian yang sejenis dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Penelitian itu

di antaranya dilakukan oleh Ni Putu

Sukerni pada tahun 2013 dengan judul penelitian “Variasi Penggunaan Media dalam Pembelajaran Sastra oleh Guru pada Siswa Kelas VII di SMP se-Kota Singaraja”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa guru kelas VII di SMP se-Kota Singaraja sudah menggunakan media yang bervariasi. Selain sudah membawa media yang bervariasi, guru-guru tersebut

(5)

5

juga sudah mampu menggunakan media

tersebut secara efektif serta penggunaan

media tersebut sudah mampu

menumbuhkan respons siswa untuk

belajar.

Kemudian untuk penelitian sejenis selanjutnya dilakukan oleh Ni Made Dwi Aryastini (2011) dengan judul penelitian “Pembelajaran Menulis Naskah Drama yang Bersumber dari Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Singaraja”. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan hasil bahwa

langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru terlaksana dengan baik. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru

disebabkan oleh faktor siswa dan

pembelajaran menulis naskah drama yang

bersumber dari pengalaman pribadi

mendapat respons positif dari siswa

Berdasarkan pemaparan di atas, tampak bahwa belum ada yang meneliti

mengenai keterampilan mengadakan

variasi secara menyeluruh. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai keterampilan guru dalam

menggunakan variasi mengajar

khususnya pada pembelajaran drama mengingat selama ini pembelajaran drama dianggap membosankan bagi peserta

didik. Untuk itu peneliti melakukan

penelitian yang diberi judul “Variasi

Mengajar Guru dalam Pembelajaran

Mengubah Pengalaman Pribadi Menjadi Naskah Drama pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Melaya”.

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini, yaitu (1) untuk mengetahui variasi mengajar yang digunakan guru dalam

pembelajaran mengubah pengalaman

pribadi menjadi naskah drama pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Melaya; (2) untuk

mengetahui alasan dipilihnya variasi

mengajar tersebut; dan (3) untuk

mengetahui kendala-kendala yang

dialami guru dalam menggunakan variasi mengajar tersebut.

Manfaat dari penelitian ini, yaitu (1) Bagi siswa hasil penelitian ini dapat memudahkan siswa dalam belajar menulis naskah drama, (2) Bagi guru hasil penelitian ini dapat menjadikan guru lebih kreatif dalam memvariasikan keterampilan mengajar yang selalu menyesuaikan

dengan kondisi dan kebutuhan siswa khususnya pada pembelajaran menulis naskah drama, (3) Bagi peneliti hasil penelitian ini memberikan pengalaman yang sangat bermanfaat. Sebagai calon guru bahasa Indonesia, peneliti dapat

mengetahui hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menerapkan variasi mengajar, dan Bagi peneliti lain hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan informasi dan bahan perbandingan untuk melakukan penelitian lain yang terkait dengan variasi mengajar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Rancangan penelitian deskriptif ini dipilih karena mampu menggambarkan secara keseluruhan keterampilan mengadakan

variasi mengajar oleh guru dalam

pembelajaran mengubah pengalaman

pribadi menjadi naskah drama. Selain itu, rancangan penelitian deskriptif juga dapat menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI SMA Negeri 1 Melaya. Guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI ada dua orang, yaitu Ni Nengah Redani, S.Pd. dan Maryatini, S.Pd. Objek penelitian ini adalah variasi

mengajar guru dalam pembelajaran

mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama yang meliputi penggunaan variasi mengajar, alasan dipilihnya variasi mengajar tersebut, dan kendala-kendala yang dialami saat menggunakan variasi mengajar tersebut.

Untuk mendapatkan data yang

akurat, metode pengumpulan data dalam

penelitian ini meliputi: (1) metode

observasi, (2) metode perekaman, dan (3) metode wawancara.

Sesuai dengan metode observasi,

instrumen penelitian (instrumen

pengumpulan data) yang digunakan

adalah lembar observasi. Pada saat melaksanakan observasi, hasil observasi dicatat dalam lembar observasi tersebut.

Selain itu, sebagai pendukung

(6)

6

observasi juga digunakan alat perekam

yang berupa handycam untuk merekam pembelajaran menulis naskah drama yang berlangsung. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang lebih lengkap yang tidak bisa penulis catat dalam lembar observasi. Untuk metode wawancara, peneliti menggunakan instrument berupa lembar wawancara.

Dalam lembar observasi yang telah peneliti siapkan berisi tentang komponen keterampilan mengadakan variasi yang

ditampilkan guru pada saat KBM

berlangsung. Begitu pula lembar

wawancara yang telah peneliti siapkan

berisikan pertanyaan-pertanyaan yang

mengarah pada rumusan masalah kedua

dan ketiga, yaitu mengenai alasan

pemilihan variasi mengajar serta

kendala-kendala yang dihadapi guru saat

menggunakan variasi tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah suatu teknik menganalisis data dengan

cara menginterpretasikan data yang

diperoleh dengan kata-kata. Analisis data dalam penelitian ini mencakup empat tahap, yaitu 1) identifikasi data, 2) klasifikasi data, 3) penyajian data, dan 4) verifikasi dan penarikan simpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

K

eterampilan mengadakan variasi

pada pembelajaran mengubah

pengalaman pribadi menjadi naskah

drama di kelas XI SMA Negeri 1 Melaya telah dilakukan guru secara bervariatif. Guru tampaknya sudah memahami bahwa variasi mengajar merupakan kegiatan guru dalam menghilangkan kejenuhan atau kebosanan siswa. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat yang disampaikan

Djamarah (2002:64) bahwa menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar-mengjar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajar

siswa senantiasa menunjukkan

ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif.

Pada saat mengajar dari kegiatan awal hingga akhir, guru satu (G1) telah

menunjukkan pemanfaatan keterampilan mengadakan variasi, seperti variasi gaya mengajar dengan aspek penggunaan

suara yang tidak monoton dan

penggunaan suara tersebut

dikombinasikan dengan aspek gaya

mengajar lainnya, seperti mimik dan

gerak, pemberian waktu/kesenyapan,

perubahan posisi, pemusatan perhatian, dan kontak pandang sehingga menjadi satu kesatuan. Guru memvariasikan suara dengan intonasi, kecepatan, dan nada yang menyesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas pada saat itu. Suara yang lembut dilakukan guru ketika menjelaskan materi dan memberikan sedikit tekanan ketika menjelaskan poin-poin penting. Ekspresi ceria dan bersahabat dengan diimbangi gerakan tangan dilakukan guru untuk memperjelas penyajiannya. Ketika

terdapat siswa yang ribut, guru

menggunakan suara keras dengan nada tinggi untuk menarik perhatian siswa. Setelah kelas kembali tenang, guru mengatur suaranya normal kembali dan lebih lembut.

Kontak pandang yang dilakukan guru dengan siswa dilakukan secara merata tanpa ragu memandang siswa

yang melakukan hal yang dirasa

mengganggu kegiatan belajar mengajar, baik ketika menjelaskan maupun ketika kegiatan siswa yang dilakukan guru sambil berdiri di depan kelas ataupun ketika duduk.

Kesenyapan dilakukan guru

dengan sengaja dengan maksud

memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berpikir pada saat diberikan

pertanyaan oleh guru atau pemberian waktu untuk mencatat hal-hal penting

setelah guru menjelaskan. Hal ini

dilakukan agar siswa benar-benar

konsentrasi memperhatikan penjelasan guru. Selain itu, guru juga sering menggunakan waktu/kesenyapan untuk menghentika keributan siswa. Ketika terdapat siswa yang ribut, guru tiba-tiba diam sejenak seperti mematung untuk menarik perhatian siswa kembali.

Ketika mengajar, perubahan posisi guru bervariasi dan tidak monoton seperti duduk atau berdiri ditempat yang sama dalam waktu yang lama. Guru biasanya

(7)

7

berdiri di depan kelas kemudian ke

tengah, samping kiri dan kanan selama masih dapat dilihat seluruh siswa ketika

menjelaskan, terkadang menghampiri

siswa ketika mengerjakan tugas dan

ketika ada siswa yang bertanya.

Perubahan posisi yang dilakukan guru masih bersifat wajar atau tidak berlebihan sehingga tidak mengganggu konsentrasi siswa.

Pemberian tekanan pada butir-butir yang penting selalu dilakukan guru ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pemberian tekanan yang dilakukan guru seperti mengulang kembali poin-poin penting terkait materi yang dijelaskan secara bersamaan dengan siswa dan

diikuti pemusatan nonverbal

(menyebutkan dengan jari). Selain itu guru juga menggunakan kata “Coba perhatikan

slide di depan ini” ketika guru

menampilkan langkah-langkah menulis naskah drama pada slide.

Penampilan guru dalam

pemanfaatan variasi penggunaan media dan bahan ajar dilakukan guru sudah bervariasi, terlihat selama pengamatan

guru menggunakan media pandang

berupa power point selama menjelaskan dan divariasikan dengan penggunaan media lainnya yakni media dengar yang berasal dari suara guru sendiri dan siswa, serta media taktil yaitu memberikan

kesempatan kepada siswa untuk

memanfaatkan fasilitas yang ada di kelas seperti spidol. Penggunaan media yang

bervariasi tersebut mampu

membangkitkan minat belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan salah satu fungsi

dan manfaat penggunaan media

pembelajaran yang disampaikan oleh Sanjaya (2008:209) bahwa penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap

materi pembelajaran dapat lebih

meningkat. Guru jarang menggunakan

buku lain selain buku yang dimiliki siswa

dikarenakan waktu yang tidak

memungkinkan. Namun, terkadang guru mencantumkan referensi yang di dapat

dari internet sebagai bahan

penyempurnaan materi yang sedang diajarkan.

Penampilan guru dalam

pemanfaatan pola interaksi baik itu pola interaksi satu arah, dua arah, ataupun multi arah dalam kegiatan siswa terlihat serius tetapi santai dan terjadi hubungan yang baik dan menyenangkan. Serius dalam arti tetap semangat belajar dan sungguh-sungguh, namun tetap santai

tanpa rasa tegang, tertekan, takut

terhadap guru atau hal-hal lain yang menyebabkan proses belajar mengajar kurang menyenangkan. Sikap guru yang humoris dan bersahabat dengan siswa timbul karena guru tidak pernah berkata kasar, marah yang berlebihan, ataupun

bertidak sesuatu yang menyinggung

perasaan.

Secara umum, kegiatan siswa dalam aktivitas belajar mengajar sebagai

berikut. Guru menjelaskan materi

pelajaran, siswa memperhatikan dan mencatat, sesekali guru melontarkan

pertanyaan untuk memotivasi siswa.

Setelah itu meminta beberapa orang siswa untuk bersedia membacakan sebuah naskah drama yang sudah dibuat guru

berdasarkan pengalaman pribadinya

sebagai contoh naskah drama yang akan dibuat siswa. Setelah siswa paham guru meminta siswa membentuk beberapa

kelompok untuk pembuatan naskah

drama. Sebelumnya siswa diminta untuk

saling bertukar pengalaman terlebih

dahulu dengan teman dikelompoknya kemudian dipilih satu pengalaman yang akan dijadikan sumber menulis naskah. Kegiatan kelompok/diskusi ini dipilih guru

agar siswa berlatih menyelesaikan

masalah bersama-sama, berbagi

pendapat, dan mau belajar berbicara. Hal

tersebut sejalan dengan pengertian

diskusi yang disampaikan Wiyanto

(2000:1) bahwa diskusi adalah proses bertukar pikiran antara dua orang atau

lebih tentang suatu masalah untuk

mencapai tujuan tertentu. Setelah

diputuskan pengalaman siapa yang

digunakan, kemudian siswa menjadikan pengalaman tersebut menjadi naskah

drama berdasarkan langkah-langkah

pembuatan naskah drama yang

sebelumnya sudah disampaikan oleh guru. Dalam proses pembuatannya, tidak jarang pula siswa yang mau bertanya

(8)

8

ketika mengalami kesulitan atau ada yang

kurang dimengerti. Jadi, proses

pembelajarannya menjadi aktif dan tidak menjenuhkan.

Penampilan guru kedua dalam pemanfaatan keterampilan mengadakan variasi dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir menunjukkan bahwa guru telah

memanfaatkan variasi mengajar.

Penampilan guru dalam memanfaatkan variasi gaya mengajar seperti variasi suara dengan menyesuaikan intonasi, nada, dan kecepatan suara sesuai dengan kondisi dan situasi kelas walaupun penggunaannya relatif sama. Suara yang ditampilakan guru ketika menjelaskan materi yakni volume suara yang keras dan

mengurangi sedikit kecepatan ketika

menyampaikan poin-poin penting. Saat terdapat siswa yang ribut, guru menegur dengan suara yang keras dan nada yang tinggi. Sikap humor dengan ekspresi wajah tersenyum ditunjukkan guru sebagai selingan untuk membuat suasana yang

nyaman bagi siswa. Ketika siswa

menjawab pertanyaan guru dengan benar, guru menampilkan mimik wajah dan gerak tubuh sesuai dengan ucapan diikuti

pemberian penguatan dengan tepuk

tangan.

Guru memberikan waktu senyap

atau hening ketika melontarkan

pertanyaan sebelum dijawab oleh siswa. Ketika ada siswa yang ribut dan susah untuk dikendalikan, guru juga memberikan waktu/senyap agar siswa diam dan kembali fokus belajar. Yang dilakukan oleh guru ini sejalan dengan teori pemberian waktu/kesenyapan yang disampaikan oleh

Djamarah dan Zain (2006) bahwa

kesenyapan merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Waktu hening yang diberikan guru tidak terlalu lama dan tidak terlalu sedikit sehingga penggunaan waktu hening sudah tepat guna. Kontak pandang yang dilakukan

guru secara menyeluruh ketika

menjelaskan materi ataupun ketika guru

duduk saat kegiatan siswa (siswa

mengerjakan tugas). Ketika mengajar, guru menunjukkan perubahan posisi yang bervariasi. Perubahan tersebut seperti duduk (ketika melakukan pengecekan

kehadiran siswa, setelah selesai

menjelaskan sambil menunggu siswa selesai mencatat), berdiri di depan kelas, terkadang ke tengah, ataupun berdiri di belakang saat siswa mencatat poin-poin penting yang ditulis di papan. Perubahan posisi yang dilakukan guru tidak secara berlebihan dan tidak dibuat-buat tetapi memang selalu diterapkan guru ketika mengajar. Pemusatan perhatian yang dilakukan guru yakni meminta siswa untuk tenang dan tetap fokus dengan kata-kata “Coba tenang dulu dan perhatikan baik-baik” sambil mengetuk meja.

Dalam kegiatan belajar mengajar, penampilan guru dalam pemanfaatan variasi penggunaan media dan alat bantu pengajaran terlihat monoton yakni dengan

memanfaatkan penggunaan media

pengajaran berupa papan tulis dan spidol untuk mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan menulis naskah drama yang bersumber dari pengalaman pribadi.

Sebagai selingan, terkadang guru

memerintahkan siswa untuk menulis hal-hal yang dianggap penting di papan tulis. Untuk variasi audio, guru menggunakan suara guru sendiri serta suara siswa saat pembacaan contoh naskah drama yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi.

Penampilan guru dalam

pemanfaatan variasi pola interaksi adalah guru tidak hanya terpaku pada pola interaksi satu arah saja yang mana didominasi oleh guru dan siswa sebagai

penerima saja melainkan guru

memvariasikan dengan pola interaksi yang lain yakni pola interaksi dua arah seperti tanya jawab antara guru dan siswa atau sebaliknya dan multi arah ketika kegiatan diskusi dalam kelompok berlangsung. Dalam pembelajaran, diawali dengan interaksi satu arah pada saat guru menjelaskan materi. Dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ada berpendapat seputar materi yang dijelaskan. Akan tetapi, guru masih terlihat kurang mampu memancing siswa untuk bertanya, sehingga hanya beberapa siswa yang aktif mengajukan pertanyaan. Guru terlihat lebih cenderung memberi pertanyaan dan siswa yang menjawab. Ini adalah jenis interaksi dua arah yang telah ditampilakan guru. Pola interaksi multi arah terlihat pada saat guru

(9)

9

membagi siswa menjadi beberapa

kelompok untuk berdiskusi.

Selama pengamatan, secara

umum kedua subjek sudah menunjukkan

adanya pemanfaatan keterampilan

mengadakan variasi mengajar dengan terampil dan apa adanya. Guru telah mamanfaatkan ketiga komponen variasi mengajar yang telah disampaikan oleh Djamarah dan Zain (2006: 167–172), yaitu

variasi gaya mengajar, variasi

penggunaan media dan bahan ajar, dan variasi pola interaksi untuk menghilangkan kejenuhan siswa. Selain itu, variasi mengajar ini sudah digunakan oleh kedua guru secara berkesinambungan, apa adanya, dan sudah mampu mendorong peserta didik untuk belajar. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dan prinsip penggunaan variasi dalam mengajar yang

disampaikan Djamarah dan Zain

(2006:169) bahwa salah satu tujuan mengadakan variasi adalah mendorong

anak didik untuk belajar, dalam

menggunakan keterampilan variasi

sebaiknya digunakan semuanya,

digunakan secara lancar dan

berkesinambungan, serta digunakan apa adanya sesuai dengan umpan balik yang diperoleh dari siswa.

Jadi, dapat diambil simpulan

bahwa kedua guru bahasa Indonesia kelas XI di SMA Negeri 1 Melaya sudah mampu menerapkan keterampilan variasi mengajar dengan baik sesuai dengan teori

yang ada dan selama kegiatan

pembelajaran berlangsung guru sudah mampu menggunakan semua variasi mengajar dan penggunaannya juga sudah

secara berkesinambungan dan apa

adanya.

Berdasarakan wawancara yang peneliti lakukan dengan kedua guru bahasa Indonesia kelas XI di SMA Negeri 1 Melaya, alasan kedua guru tersebut

dalam memilih penggunaan variasi

mengajar selama pembelajaran menulis naskah drama yang bersumber dari pengalaman pribadi ini sesuai teori mengenai tujuan mengadakan variasi.

Djamarah dan Zain (2006:169)

menyatakan ada lima tujuan dalam

mengadakan variasi, yaitu (1)

meningkatkan dan memlihara perhatian

peserta didik terhadap relevansi proses

belajar mengajar, (2) memberikan

kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, (3) membentuk sikap positif

terhadap guru dan sekolah, (4)

memberikan kemungkinan pilihan dan

fasilitas belajar individual, dan (5)

mendorong anak didik untuk belajar. Secara umum variasi mengajar yang digunakan kedua guru tersebut bertujuan untuk menarik perhatian siswa untuk tetap fokus dan aktif selama

pembelajaran berlangsung, sehingga

materi yang disampaikan guru dapat dipahami oleh siswa. Siswa juga diajarkan sopan santun bahwa selama guru masih berbicara untuk menjelaskan materi, siswa diharapkan tidak ikut berbicara apalagi mengganggu teman yang sedang belajar. Selain itu, secara tidak langsung siswa juga diperkenalkan dengan alat elektronik berupa laptop dan LCD serta cara menggunakannya.

Jadi, kedua guru bahasa Indonesia tersebut yang merupakan subjek dalam penelitian ini dalam menerapkan variasi

mengajar sudah memperhitungkannya

terlebih dahulu tujuan atau manfaat yang

akan diperoleh. Alasan penggunaan

variasi mengajar tersebut juga sudah sesuai dengan tujuan mengadakan variasi mengajar itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, kendala yang dihadapi guru dapat dilihat dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembelajaran dan

komponen-komponen pembelajaran.

Sanjaya (2009:52) menyatakan bahwa faktor-faktor pembelajaran meliputi (1) guru, (2) siswa, (3) sarana dan prasarana, dan (4) lingkungan, sedangkan komponen pembelajaran meliputi (1) siswa, (2) tujuan, (3) kondisi, (4) sumber-sumber belajar, dan (5) hasil belajar.

Kendala yang dihadapi terlihat ketika guru mengalami kesulitan untuk mendapatkan media yang lebih bervariasi namun masih berhubungan dengan materi yang sedang dijelaskan. Sejauh ini guru hanya menggunakan power point dan fasilitas yang ada di kelas saja. Hal ini menjadi ketakutan bagi kedua guru jika dalam beberapa periode ke depannya

(10)

10

kebosanan. Selama ini biasanya guru

mengakalinya dengan bertukar pendapat mengenai media pembelajaran dengan guru bahasa Indonesia yang ada di SMA Negeri 1 Melaya dan guru-guru di sekolah

lain. Selain itu, guru belum bisa

menyiapakan media pembelajaran untuk menarik perhatian siswa seperti salah satu

guru yang menjadi subjek. Ketika

mengajar guru hanya mampu

memanfaatkan fasilitas yang ada di kelas saja seperti spidol dan papan tulis dan suara guru sendiri. Padalah penggunaan media yang lebih bervariasi sangat membantu dalam memotivasi siswa dan dapat menarik perhatian siswa. Ini sejalan dengan pendapat Djamarah (2002:137) yang menyatakan bahwa media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat

dipungkiri. Karena gurulah yang

menghendaki untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik.

Menurunnya perhatian siswa

terhadap pelajaran juga menjadi kendala

bagi guru saat KBM berlangsung.

Perhatian siswa merupakan faktor penting yang memengaruhi pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Saat siswa tidak fokus memperhatikan penjelasan guru, siswa akan melakukan hal-hal diluar belajar, seeperti: mengobrol, melamun, atau mengganggu temannya. Faktor siswa

ini juga disampaikan oleh Slameto

(2003:56), bahwa untuk menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari,

jika bahan pelajaran tidak menjadi

perhatian siswa, timbullah kebosanan sehingga ia tidak suka lagi belajar. Kurangnya partisipasi siswa juga menjadi kendala bagi guru dalam variasi pola interaksi.

Selain itu, guru juga mengalami kendala dilihat dari sarana dan prasarana. Ketika guru hendak menggunakan media berupa LCD (power point) pada kelas-kelas tertentu masih belum terpasang listrik sehingga guru dan siswa harus meminjam listrik di kelas sebelah dan hal itu tentunya cukup menguras waktu pelajaran, sedangkan selama ini waktu

yang tersedia dirasa kurang oleh kedua

guru mengingat materi yang perlu

disampaikan juga tergolong cukup banyak. Guru juga mengalami kesulitan mengatur siswa yang di kelas tersebut karena didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Hal ini lebih terlihat pada saat jam pelajaran terakhir, sebagian siswa laki-laki yang

duduk dibelakang selalu membuat

keributan atau melakukan hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi siswa lain

yang sedang serius belajar. Untuk

mengatasi hal tersebut, guru berusaha untuk mengacak posisi duduk siswa, agar siswa laki-laki yang nakal tidak berkumpul disatu tempat.

Dari pemaparan tersebut terlihat bahwa masih banyak kendala yang dihadapi guru baik dilihat dari segi faktor-faktor pembelajaran ataupun komponen pembelajaran itu sendiri. Kendala yang cukup menganggu waktu/alokasi waktu pembelajaran dilihat dari faktor sarana dan

prasarana. Saat menerapkan variasi

mengajar khusunya penggunaan media dan bahan ajar, guru mengalami kendala

dari segi sarana dan prasarana.

Permasalahan yang dihadapi guru ini harus segera ditanggapi oleh pihak sekolah guna memperlancar kegiatan

pembelajaran. Dari pihak sekolah

hendaknya bisa menyamaratakan fasilitas yang ada dimasing-masing kelas. Namun berkat kemampuan guru yang cukup

terampil dalam menerapkan variasi

mengajar, kendala-kendala tersebut untuk sementara masih bisa diatasi oleh kedua guru tersebut.

Temuan peneliti mengenai

penggunaan media dan kendala-kendala yang dialami guru pada pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sukerni (2013) yang berjudul “Variasi Penggunaan Media dalam Pembelajaran Sastra oleh Guru pada Siswa Kelas VII di SMP se-Kota Singaraja” dan Aryastini (2011) dengan judul “Pembelajaran Menulis Naskah Drama yang Bersumber dari Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Singaraja”. Pada penelitian yang dilakukan Sukerni, guru sudah membawa media dan mampu menggunakannya,

(11)

11

guru juga sudah menggunakan media dari

awal sampai pembelajaran berakhir, dan penggunaan media ini membuat siswa

lebih antusias untuk belajar. Pada

penelitian Aryastini (2011), hambatan-hambatan yang dialami guru selama KBM

berlangsung disebabkan oleh faktor

siswanya. Dengan demikian, temuan peneliti dengan temuan Sukerni (2013) dan Aryastini (2011) dapat dikatakan sejalan.

Selain itu, secara umum

pembelajaran menulis naskah drama yang bersumber dari pengalaman pribadi di SMA Negeri 1 Melaya sudah tergolong dalam kategori baik. Kategori baik yang diperoleh ini tentunya tidak lepas dari

kelihaian guru dalam memanfaat

keterampilan variasi mengajar ketika kegiatan pembelajaran itu berlangsung. Variasi mengajar yang diterapkan kedua guru secara umum sudah baik dan perlu dipertahankan dan bila perlu ditingkatkan agar kedepannya pembelajaran menulis naskah drama ini lebih baik lagi.

Penelitian ini hanya sebatas

membahas mengenai variasi mengajar yang digunakan guru dalam pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama pada kelas XI SMA Negeri 1 Melaya serta kendala-kendala yang dialami guru saat menerapkan variasi mengajar tersebut. Kendala-kendala yang dialami guru ini sudah tentu perlu dicari jalan keluar atau cara mengatasi dan

penyelesaiannya. Untuk itu perlu

ditemukan teknik, strategi atau metode yang dirasa tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan kegiatan berupa penelitian yang lebih akurat lagi.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pemaparan di atas, simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, variasi mengajar yang ditampilkan guru sudah

bervariasi terlihat dari sudah

diterapkannya komponen-komponen

variasi mengajar, yaitu (1) variasi gaya mengajar yang terdiri atas suara, mimik dan gerak, pemberian waktu/kesenyapan, kontak pandang, perubahan posisi, dan

pemusatan perhatian; (2) variasi

penggunaan media dan bahan ajar yang terdiri atas media pandang, media dengar, dan media taktil; dan (3) variasi pola interaksi yang terdiri atas pola interaksi satu arah, pola interaksi dua arah, dan pola interaksi multi arah. Kedua, alasan dipilihnya variasi mengajar yang telah digunakan guru pada saat pembelajaran menulis naskah drama yang bersumber dari pengalaman pribadi, yaitu (a) variasi

gaya mengajar tersebut digunakan

dengan alasan untuk menjaga konsentrasi siswa selama pembelajaran berlangung, memberikan penegasan kepada siswa mengenai hal-hal penting yang harus diingat dan dipahami, serta memberikan suatu penghargaan atau respons positif terhadap keberanian dan kemauan siswa untuk aktif selama KBM berlangsung. (b) variasi penggunaan media dan bahan ajar digunakan untuk mengefisienkan waktu serta mendayagunakan fasilitas yang ada dikelas, dan (c) variasi pola interaksi

digunakan agar siswa mau aktif

berinteraksi baik dengan guru atau teman

sejawatnya. Ketiga,

k

endala-kendala yang

dihadapi guru saat menerapkan variasi mengajar pada pembelajaran menulis naskah drama yang bersumber dari pengalaman pribadi ini dilihat dari (a) faktor guru, yaitu mengalami kesulitan dalam memvariasikan media dan bahan ajar, mengelola waktu yang tersedia; (b) faktor siswa, yaitu kurangnya partisipasi dan konsetrasi siswa; (c) faktor sarana dan prasarana, yaitu kurang meratanya fasilitas yang tersedia dimasing-masing kelas seperti listrik dan LCD; (d) faktor

lingkungan khususnya dalam

pengorganisasian kelas, yaitu tidak

meratanya jumlah siswa dengan jenis kelamin laki-laki pada kelas tertentu; dan (e) alokasi waktu, yaitu guru mengalami kendala dalam mengelola waktu yang

tersedia melihat materi yang akan

disampaikan juga dalam jumlah yang cukup banyak.

Berdasarkan simpulan di atas, saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1)

secara umum penggunaan variasi

mengajar oleh kedua guru kelas XI di SMA Negeri 1 Melaya pada pembelajaran menulis naskah drama yang bersumber

(12)

12

dari pengalaman pribadi ini sudah

tergolong baik. Prestasi yang

membanggakan ini perlu dipertahankan dan bila perlu ditingkatkan lagi, (2) variasi mengajar khususnya pada komponen penggunaan media dan bahan ajar di

SMA Negeri 1 Melaya ini sedikit

mengalami permasalahan, hendaknya dari

pihak sekolah itu sendiri mampu

menyamaratakan fasilitas di setiap ruang kelas seperti listrik dan LCD agar pembelajaran berjalan lancar, dan (3) penelitian ini hanya menampilkan variasi mengajar yang digunakan guru serta kendala-kendala yang dihadapi. Peneliti lain dapat melakukan penelitian mengenai

strategi, teknik atau metode untuk

mengatasi kendala-kendala yang dihadapi

guru pada pembelajaran mengubah

pengalaman pribadi menjadi naskah

drama.

DAFTAR PUSTAKA

Aryastini, Ni Made Dwi. 2011.

“Pembelajaran Menulis Naskah

Drama yang Bersumber dari

Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2

Singaraja”. Skripsi (tidak

diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Depdiknas. 2003. Modul Acuan Proses

Pembelajaran Mata Kuliah

Pengembangan Kepribadian.

Jakarta: Teguh Karya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi

Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metode

Pembelajaran Drama (Apresiasi,

Ekspresi, dan Pengkajian).

Yogyakarta: CAPS.

Raharjo, J. Budhy. 1989. Materi Pelajaran

Pendidikan Seni (Seni

Teater/Drama). Bandung: CV.

Yrama.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan

Desain Sistem Pembelajaran.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

---. 2009. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Sukerni, Ni Putu. 2013. “Variasi

Penggunaan Media dalam

Pembelajaran Sastra oleh Guru pada Siswa Kelas VII di SMP se-Kota Singaraja”. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor

yang Mempengaruhinya. Jakarta:

PT Rineka Cipta

Waluyo, Herman J. 2001. Drama Teori

dan Pengajarannya. Yogyakarta:

PT Hanindita Graha Widya.

Wiyanto, Asul. 2000. Terampil Diskusi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan sample dipilih dengan teknik sample bertujuan ( purposive sampling ) Metode analisis data yang berupa kolom pelesetan dilakukan penulis dengan menggunakan metode agih

Sekiranya ruang jawapan tidak cukup, sila dapatkan helaian tambahan daripada pengawas

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besarkah dampak penagihan utang pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama

Mind Map dan Crossword Puzzle dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Sistem Koloid. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen

Dari 5 (empat) Literature Review yang telah dijelaskan diatas, sudah banyak penelitian yang dilakukan mengenai diskusi online serta ada pula yang membahas forum diskusi

36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, besarnya tunjangan yang diberikan merupakan beban yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto bagi badan usaha ( deductible )..

Hj・セゥョヲ・、ゥカゥQ@ by­products),  yaitu  senyawa­sc:Jyawa  yang  terbentuk  jika  klorin  bereaksi  dengan  bahan- bahan  organik 

This study attempted to find out the main obstacles of the staffs of the Children Development Program in GSJA Tuntang in learning speaking skills.. The researcher collected the