• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Reward and Punishment Untuk Meningkatkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Kelas XII Di SMK Kartika Grati Pasuruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Reward and Punishment Untuk Meningkatkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Kelas XII Di SMK Kartika Grati Pasuruan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Pembelajaran Reward and Punishment Untuk Meningkatkatkan Motivasi Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran PAI Kelas XII Di SMK Kartika Grati Pasuruan

Nur Hasan

Dosen STIT PGRI Pasuruan Email: nurhasan.spdi.1988@gmail.com

Abstract

This research is a Classroom Action Research (CAR) which aims to describe the application of reward and punishment learning models in increasing student motivation in PAI subjects at Kartika Grati Vocational School Pasuruan. This research is qualitative in nature by taking background in Kartika Grati Pasuruan Vocational School with 40 students consisting of 18 male students and 22 female students. Data collection is done by observation, interviews, questionnaires and documentation. While for the sequence of research activities include: 1) Planning, 2) Implementation, 3) Observation, 4) Reflection

Based on the results of the study, conclusions can be drawn, namely: 1) Reward model, in this model the things that are applied are social reformers, activity reinforcer and symbolic reinforcer. The punishment learning model that is applied is: preventive and repressive punishment theories. 2) The positive and negative impacts of implementing the reward and punishment learning model in increasing student learning motivation are a) The positive impact of the implementation of rewards is the increase in student enthusiasm in the implementation of teaching and learning activities. Students are better prepared to face the test, the classroom atmosphere is better, students pay more attention to the teacher while being taught, students also rejoice when they get the prize. B) The negative impact of the implementation of reward is that some students consider it a reward so when there is a reward they become lazy. There are students who are jealous and compete with students who get prizes. c) The positive impact of the application of punishment is that students are encouraged to be more disciplined so that student behavior becomes better. d) The negative impact of the application of punishment is to make some students become timid and shy.

(2)

Abstrak :

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran reward and punishment dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMK Kartika Grati Pasuruan. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan mengambil latar belakang SMK Kartika Grati Pasuruan dengan jumlah siswa 40 yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Sedangkan untuk urutan kegiatan penelitian mencakup : 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pengamatan, 4) Refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan yaitu: 1) Model Reward, pada model ini hal yang diterapkan adalah Reinforcer sosial,

Reinforcer aktivitas dan Reinforcer simbolik. Model pembelajaran punishment hal yang diterapkan adalah: teori hukuman preventif dan represif. 2) Dampak positif dan negatif dari penerapan model pembelajaran reward and punishment dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah a) Dampak positif dari penerapan reward adalah meningkatnya semangat siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Siswa lebih siap dalam menghadapi ulangan, suasana kelas menjadi lebih baik, siswa lebih memperhatikan guru ketika sedang diajar, siswa juga bergembira ketika mendapatkan hadiah.b) Dampak negatif dari penerapan reward adalah beberapa siswa menganggap sebagai upah sehingga ketika ada hadiah menjadi malas. Adanya siswa yang iri dan bersaing pada siswa yang mendapat hadiah. c) Dampak positif dari penerapan punishment adalah siswa terdorong untuk lebih disiplin sehingga perilaku siswa menjadi lebih baik. d) Dampak negatif dari penerapan punishment adalah membuat beberapa siswa menjadi penakut dan malu.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Reward, Punishment

A.

Pendahuluan

Perkembangan zaman dan dengan segala kecanggihannya sangat memanjakan kita. Kemudahan yang ditawarkan juga terjadi secara nyata pada kehidupan sehari-hari. Namun sebagai makhluk yang diberikan akal dan pikiran, kita dituntut untuk belajar sebagai cara untuk dapat membedakan dampak baik atau dampak buruknya.

Belajar dapat dipermudah apabila kita mengetahui caranya. Hal tersebut merupakan tuntutan bagi guru agar terus berkreatifitas dalam kegiatan belajar mengajar. Situasi dan kondisi yang dibentuk oleh guru harus tepat, karena adanya pula kesulitan yang dihadapi.

(3)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai anak dengan karakter yang beragam. Ada anak yang mudah dibina dan ada anak yang sulit dibina, sebagian giat belajar dan sebagian lain sangat malas belajar, sebagian mereka belajar untuk maju dan sebagian lain belajar hanya untuk terhindar dari hukuman. Sebenarnya sifat-sifat buruk yang timbul dalam diri anak di atas bukanlah lahir dari fitrah mereka. Sifat-sifat tersebut timbul karena kurangnya peringatan sejak dini dari orangtua dan para pendidik. Maka merupakan kesalahan besar apabila kita menyepelekan kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan anak.

Sebenarnya, tidak ada pendidik yang menghendaki digunakannya hukuman dalam pendidikan kecuali bila terpaksa. Hadiah atau pujian jauh lebih dipentingkan daripada hukuman. Dalam dunia pendidikan, metode ini disebut dengan model pembelajaranreward (ganjaran) dan punishement (hukuman). Dengan metode tersebut diharapkan agar anak didik dapat termotivasi untuk melakukan perbuatan progresif.

Reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) adalah alat pendidikan yang represif. Namun kedua-duanya mempunyai prinsip yang bertentangan. Mengenai pengertian tentang reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) adalah sebagai berikut “Reward (ganjaran) yaitu sebagai alat untuk mendidik anak-anaksupaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Umumnya, anak mengetahui bahwa pekerjaan atau perbuatannya yang menyebabkan ia mendapat ganjaran itu baik.1 Sedangkan punishment

(hukuman) adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak didik secara sadar dan sengaja. Dimana dengan adanya punishment (hukuman), anak didik akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.2

B.

Tinjauan Pustaka

1. Pembahasan Mengenai Reward

Model pembelajaran reward merupakan salah satu prinsip yang penting pada teori-teori perilaku yang disebut dengan istilah reinforser. Model pembelajaran ini di anggap dapat mengubah perilaku menurut konsekuensi secara

1

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cetakan ke-1, hlm.182

2

(4)

langsung, Konsekuensi yang dimaksud adalah konsekuensi yang positif, karenakonsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku.

Reward merupakan hal yang penting juga dalam pendidikan. Reward

artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Reward sebagai alat pendidikan diberikan ketika seorang anak melakukan sesuatu yang baik, telah berhasil mencapai sebuah tahap perkembangan tertentu, atau tercapainya sebuah target. Dalam konsep pendidikan reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para peserta didik. Model ini bisa mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang.3

Yang dimaksud dengan reward disini adalah ganjaran yang berbentuk pemberian yang berupa barang. Ganjaran yang berupa pemberian barang ini disebut juga ganjaran materiil. Ganjaran materiil, yaitu hadiah yang berupa barang ini dapat terdiri dari alat-alat keperluan sekolah, seperti pensil, penggaris, buku tulis, dan lain sebagainya.4

Reward juga bisa disebut dengan salah satu alat pendidikan. Jadi,dengan sendirinya maksud reward itu ialah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaan mendapat penghargaan. Umumnya anak mengetahui bahwa pekerjaan atau perbuatannya yang menyebabkan ia mendapat ganjaran itu baik.

Pendidik juga bermaksud supaya dengan adanya reward itu anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dapat dicapainya. Dengan kata lain, anak menjadi lebih keras kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik lagi.

Jadi, maksud reward itu yang terpenting bukanlah hasil yang dicapai seorang anak, melainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu pendidik bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada anak itu.5

3

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulm 13, (Yogyakarta: Arruz Media, 2014), hlm.157

4

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar...op.cit, hlm. 160 5

(5)

Metode reward juga dikenalkan oleh agama Islam dengan adanya pahala. Pahala adalah hasil dari perbuatan baik dari Tuhan. Al-qur’an jugamenjelaskan mengenai anjuran untuk berbuat kebaikan agar mendapatkanpahala (ganjaran) dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 261 sebagai berikut :

                                                Artinya :

“Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartabendanya di jalan Allah, bagai menanam sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, setiap tangkai menghasilkan seratus butir. Begitulah Allah melipat gandakan ganjaran bagi orang yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya dan Maha mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 261)6

Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam konteks pendidikan pemberian reward (ganjaran) dapat diberikan kepada siapa saja yang berprestasi bahkan hadiah yang didapatkan berlipat ganda dalam rangka membentuk perilaku siswa agar terdorong untuk lebih giat belajar.

2. Macam-macam Reward

Reward sebagai suatu konsekuensi positif bagi perbuatan seorang siswa memiliki beberapa macam yang diantaranya sebagai berikut:7

a. Reward (Reinforser) Sosial

Reinforser sosial yaitu pemberian penghargaan berupa pujian senyuman atau perhatian. Pujian merupakan bentuk motivasi yang positif. Namun dalam pemberiannya harus tepat agar dapat memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi keinginan belajar sekaligus akan membangkitkan harga diri. Pujian dapat diberikan dengan dua bentuk, yaitu verbal dan non verbal. Pujian dengan menggunakan bentuk verbal contohnya adalah “jika hasil ulanganmu selalu bagus seperti ini, kamu pasti bisa menjadi juara kelas”. Kata sederhana yang juga dapat dijadikan pujian seperti kata pintar, hebat,

6

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Karya Insan Indonesia, 2004), hlm. 55

7

(6)

luar biasa, cerdas dan kata positif lainnya. Sedangkan pujian dalam bentuk non verbal diberikan dengan acungan jempol, tepuk tangan dan anggukan.

Senyuman dapat diberikan sebagai suatu reward, karena senyum adalah ekspresi kegembiraan. Senyum yang diberikan oleh guru secara ikhlas akan diterima siswa dengan senang sebagai persepsi kegembiraan dan kepuasan guru terhadap sikap atau hasil belajar siswa.

Perhatian dalam suatu pemberian reward dapat dilakukan seorang guru dengan memperhatikan siswa dengan seksama. Seperti siswa yang memiliki nilai rendah, guru sebaiknya memberikan perhatian akan perkembangan proses dan hasil belajarnya sehingga siswa tersebut selalu memiliki keinginan untuk terus meningkatkan prestasinya.

b. Reward (Reinforser) Aktivitas

Pemberian reward aktivitas yaitu dengan pemberian mainan, melakukan permainan, outbond atau kegiatan menyenangkan lainnya. Kegiatan menyenangkan yang dimaksud adalah berbagai kegiatan atau aktivitas positif yang menimbulkan rasa senang dan bahagia pada anak,seperti outbound, piknik atau permainan. Kegiatan tersebut dianggap menyenangkan karena bersifat kreatif, membuat pikiran menjadi segar, serta melibatkan aspek fisik, kecerdasan pikiran dan kekuatan mental. Selain itu kegiatan yang dilaksanakan juga memliki filosofi dan esensi materi yang penting. Reward dengan kegiatan menyenangkan ini dapat dilaksanakan secara kelompok atau perorangan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kekompakan dan prestasi yang baik bagi siswa.8

c. Reward (Reinforser) Simbolik

Reward dengan simbolik yaitu dengan memberikan penghargaan berupa tanda atau benda sebagai sebuah hadiah, seperti uang, alat tulis, piala, makanan dan sebagainya. Tujuan dalam pemberian hadiah adalah mendorong siswa agar memiliki semangat belajar dan berprestasi. Namun dalam pemberian reward dengan cara ini guru harus sangat berhati-hati dan bijaksana agar tidak mengubah pikiran siswa hadiah sebagai upah.

8

(7)

Setelah memeperhatikan uraian dari macam-macam reward, guru juga harus memperhatian beberapa syarat sebagai berikut:9

1. Setiap pemberian reward yang pedagogis guru perlu mengenal secara seksama pada setiap siswa dan mengetahui cara menghargai secara tepat. Karena reward yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak diinginkan.

2. Reward yang diberikan kepada seorang siswa sebaiknya dilakukan dengan sportif sehingga tidak menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi siswa lain yang merasa pekerjaannya lebih baik namun tidak mendapat hadiah.

3. Pemberian reward sebaiknya dilakukan dengan hemat. Guru diharapkan tidak terlalu sering atau terus menerus memberikan hadiah agar tidak menghilangkan arti reward sebagai alat pendidikan.

4. Pemberian reward sebaiknya tidak dijanjikan terlebih dahulu sebelum siswa menunjukkan prestasi belajarnya apalagi reward yang diberikan kepada seluruh kelas. Ganjaran atau reward yang diberikan terlebih dahulu akan membuat siswa terburu-buru dalam belajar dan mengerjakan tugas, serta akan membawa kesukaran bagi siswa yang kurang pandai.

5. Guru harus berhati-hati dalam memberikan reward dengan tujuan agar siswa tidak beranggapan reward sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukan.

C. Pembahasan Mengenai Punishment

1. Pengertian Punishment

Punishment merupakan kata dari bahasa Inggris yang berarti Law

(Hukuman) atau siksaan yang berarti hukuman. Menurut Ngalim Purwanto, hukuman ialah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan.10

Punishment juga dapat diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Punishment

biasanya dilakukan ketika apa yang menjadi target tertentu tidak tercapai, atau ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma-norma yang diyakini oleh sekolah

9

Ibid. hlm 24 10

(8)

tersebut.11 Atau dikatan juga punishment adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa. Dan dengan adanya nestapa itu anak akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.12 Sebagai alat pendidikan, hukuman hendaklah :

a. Senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran

b. Sedikit-banyaknya selaku bersifat tidak menyenangkan, selalu bertujuan kearah perbaikan, hukuman itu hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri.13

Punishment adalah yang paling akhir diambil apabila teguran dan peringatan belum mampu untuk mencegah anak melakukan pelanggaran-pelanggaran. Maka dalam hal ini kita berikan punishment (hukuman) atau straf kepada anak.14

Model pembelajaran punishment dalam Islam juga dianjurkan dengan alasan agar tidak mengalami kesalahan yang sama. Punishment dalam Islam disebut dengan dosa. Berikut adalah ayat yang menjelaskan mengenai Punishment

(Hukuman) :





































Artinya :“Bagimu hukuman qishas itu, berarti ketentraman hidup,

renungkanlah hai orang yang mengerti, semoga kamu menjadi orang-orang yang taqwa.” (Qs.A l-Baqarah : 179)15

Berdasarkan ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam punishment (hukuman) terdapat jaminan ketentraman hidup. Punishment dilaksanakan agar manusia selalu hati-hati dalam berperilaku sehingga tidak mengulang kesalahan dan tercipta ketentraman hati dalam setiap urusan.

2. Macam-Macam Punishment

Macam-macam punishment yang akan dibahas berikut bukanlah macam-macam usaha atau perlakuan yang dijalankan oleh pendidik dalam menghukum anak-anak.

11

Aris Shoimin, 68 Model...op.cit.hlm.157 12

Amir Daien Indrakusuma, 68 Model...op.cit.hlm.147 13

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan...op.cit.hlm.186 14

Amir Daien, Pengantar...op.cit.hlm.146 15

(9)

Yang dimaksud dengan macam-macam punishment itu ialah berikut ini : a. Ada pendapat yang membedakan hukuman itu menjadi dua macam, yaitu :

1) Hukuman Preventif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Hukuman ini bermaksud untuk mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran sehingga hal itu dilakukan sebelum pelanggaran itu dilakukan. Misalnya, seseorang dimasukkan atau ditahan di dalam penjara, (selama menantikan keputusan hakim); karena perkara tersebut ia ditahan preventif dalam penjara.

2) Hukuman Represif, yaitu hukuman yang dilakukan oleh karena adanya pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi hukuman ini dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau kesalahan.

b. William Stern membedakan tiga macam hukuman yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak-anak yang menerima hukuman itu.17

1) Hukuman Asosiatif

Umumnya orang mengasosiasikan antara hukuman dan kejahatan atau pelanggaran, antara penderitaan yang diakibatkan oleh hukuman dengan perbuatan pelanggaran yang dilakukan. Untuk menyingkirkan perasaan tidak enak (hukum) itu, biasanya orang atau anak menjauhi perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang.

2) Hukuman Logis

Hukuman ini dipergunakan terhadap anak-anak yang telah agak besar. Dengan hukuman ini, anak mengerti bahwa hukuman itu adalah akibat yang logis dari pekerjaan atau perbuatannya yang tidak baik. Anak mengerti bahwa ia mendapat hukuman itu adalah akibat dari kesalahan yang diperbuatnya. Misalnya seorang anak disuruh menghapus papan tulis, bersih-bersih karena ia telah mengotorinya. Karena datang terlambat, siswa ditahan guru di sekolah untuk mengerjakan pekerjaannya yang tadi belum diselesaikan.

3) Hukuman Normatif

16

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan...op.cit.hlm.189 17

(10)

Hukuman normatif adalah hukuman yang bermaksud memperbaiki moral anak-anak. Hukuman ini dilakukan terhadap pelanggaran-pelanggaran mengenai norma-norma etika, seperti berdusta, menipu, dan mencuri. Jadi, hukuman normatif sangat erat hubungannya dengan pembentukan eatak anak-anak. Dengan hukuman ini pendidik berusaha mempengaruhi kata hati anak, menginsafkan anak itu terhadap perbuatannya yang salah, dan memperkuat kemauannya untuk selalu berbuat baik dan menghindari kejahatan.

3. Tujuan Punishment

Maksud dari pemberian punishment atau hukuman bagi siswa adalah sebagai berikut :18

a. Teori pembalasan

Teori inilah yang tertua. Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap kelainan dan pelanggaran yang telah dilakukan siswa. Tentu saja teori ini tidak boleh di pakai dalam dunia pendidikan.

b. Teori perbaikan

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan. Jadi, maksud hukuman itu ialah untuk memperbaiki siswa agar jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi. Teori inilah yang lebih bersifat pedagogis karena bermaksud memperbaiki siswa, baik lahiriyah maupun bathiniyah.

c. Teori perlindungan

Menurut teori ini hukuman diadakan untuk melindungimasyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya hukuman ini, masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan oleh si pelanggar.

d. Teori ganti kerugian

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian (boete) yang telah diderita akibat kejahatan-kejahatan atau

18

(11)

pelanggaran itu. Hukuman ini banyak dilakukan dalam masyarakat atau pemerintahan.

e. Teori menakut-nakuti

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut kepada siswa akan akibat perbuatannya yang melanggar itu sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan itu dan mau meninggalkannya.19

D. Temuan Penelitian

Beberapa temuan penelitian yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II adalah berkaitan dengan motivasi belajar siswa. Temuan penelitian tersebut digunakan sebagai acuan untuk perbaikan pada pembelajaran PAI dengan penerapan model reward and punishment. Berdasarkan hasil observasi dan permasalahan yang terjadi yaitu rendahnya motivasi belajar siswa, maka diperlukan alternatif pembelajaran yang dapat merangsang motivasi belajar siswa menjadi lebih terarah.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan model pembelajaran reward and punishment ataupun model pembelajaran yang menekankan pada motivasi belajar siswa. Dengan penggunaan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, dalam proses pembelajaran, maka akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang nantinya dapat berpengaruh pada pencapaian kompetensinya.

Adapun temuan-temuan penelitian pada waktu pembelajaran PAI dengan penerapan model pembelajaran reward and punishment pada siklus I adalah sebagai berikut :

1. Siswa hanya setengah yang aktif dari 40 siswa, baik aktif diberi pertanyaan maupun ketika dimintai pendapat.

2. Ada beberapa siswa yang belum lancar dalam membaca dalil naqli. 3. Siswa laki-laki lebih banyak yang berbicara sendiri dari pada konsen

pada pelajaran.

4. Motivasi belajar siswa masih kurang

Dari temuan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran reward and punishment pada siklus I masih

19

(12)

ditemui beberapa kekurangan, kekurangan ini nantinya bisa peneliti jadikan acuan tuk lebih baik lagipada saat melakukan siklus yang ke II.

Adapun temuan-temuan penelitian dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan penerapan model pembelajaran reward and punishment pada siklus II adalah sebagai berikut :

1. Siswa sudah banyak yang aktif baik bertanya maupun ketika peneliti memberikan pertanyaan.

2. Siswa yang awalnya belum begitu lancar membaca dalil naqli, pada siklus II ini sudah lebih baik.

3. Sudah tidak ada siswa yang berbicara, dan semua fokus pada pembelajaran.

4. Motivasi belajar siswa sudah meningkat.

Dari temuan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PAI dengan menggunakan penerapan model pembelajaran reward and punishment yang diterapkan pada siklus II mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I.

E. Kesimpulan

Setelah menganalisis data yang diperoleh berdasarkan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran reward and punishment dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VIIID di SMPN I Winongan Pasuruan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Pertama, penerapan model pembelajaranreward and punishment pada siswa kelas VIIID SMPN I Winongan Pasuruan yaitu sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran reward, pada model ini hal yang diterapkan adalah :

a. Reinforcer sosial yaitu pemberian hadiah bagi siswa berupa senyuman, acungan jempol dan anggukan.

b. Reinforcer aktifitas yaitu pemberian hadiah bagi siswa berupa tambahan waktu untuk bermain bersama.

c. Reinforcer simbolik yaitu pemberian hadiah bagi siswa berupa benda seperti alat tulis atau uang.

(13)

2. Penerapan model pembelajaran punishment, pada model ini hal yang diterapkan adalah :

a. Teori hukuman preventif yaitu dengan menerapkan tata tertib.

b. Teori hukuman represif yaitu pemberian hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa.

F. Daftar Pustaka.

Akbar, Sa’dun, 2010, Penelitian Tindakan Kelas, Malang: Cipta Media Aksara Arikunto, Suharsimi, 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Rineke Cipta Dahar, Ratna Wilis, 2011, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:

Erlangga

Daradjat, Zakariyah, dkk, 2012, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara Departemen Agama Republik Indonesia, 2004, Al-qur’an dan Terjemahannya,

Jakarta: CV. Karya Insan Indonesia

Dimyati, 2010, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineke Cipta

http.//sitattaqwa.blogspot.co.id./2011/11/pengertian-dasar-fungsi-ruang lingkup .html.diakses pada tanggal 27 Maret 2016

Indrakusuma, Amier Daien, 2011, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional

Purwanto, Ngalim, 2011, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Shoimin, Aris, 2014, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikukulum 13, Yogyakarta: Arruz Media

Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfa Beta

Referensi

Dokumen terkait

dapat diajukan oleh dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk

Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah cacat terbesar adalah pada jenis cacat Sobek pada karung kemasan yaitu sebesar 58,70%, dan jenis produk

Jenis ujaran kebencian yang terdapat pada penelitian ini diantaranya, tiga belas data ujaran kebencian penghinaan, sepuluh data ujaran kebencian pencemaran nama baik, tujuh

Soal

Perbedaan itu tidak menimbulkan perbedaan dalam melaksanakan kewajiban sebagai penganut Islam terutama dari segi pelaksanaan solat, sehingga saat ini di Lombok,

Dari hasil analisis yang dilakukan, maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu: secara garis besar manajemen risiko pada PTNL sudah berjalan dengan baik,

Sehingga program ini dapat berfungsi dengan baik dan tepat digunakan dalam proses pembayaran sekolah pada SMA Negeri 1 Rembang yang dilakukan oleh petugas

Para penyedia layanan komunikasi yang dapat menghubungkan situs jaringan Frame Relay dengan situs jaringan ATM secara transparan tentunya memiliki kans penjualan yang lebih