• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketakstabilan Memanjang Kapal Bersayap Sebelum Tinggal Permukaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ketakstabilan Memanjang Kapal Bersayap Sebelum Tinggal Permukaan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KETAKSTABILAN MEMANJANG KAPAL BERSAYAP

SEBELUM TINGGAL PERMUKAAN

Dany H.Priatno, Iskendar

Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi Deputi TIRBR – BPPT

Abstract

Wing in Surface Effect (WiSE) craft or winged ship is a peripatetic transportation floating to surface by exploiting dynamic cushion because surface effect influence and form of the means wing. This craft adopted high speed planning hull for its fuselage hullform design, the lateral and longitudinal instability always occurs during planing mode operations. In this paper the study and investigate both theoretical and experimentals of longitudinal dynamic instability done, especially the porpoising fenomena of the high speed craft in the water territory. Porpoising is the effect as a self-sustained coupled motion of pitching and heaving.

Kata Kunci : WiSE craft, planning hull, dynamic instability, heaving, pitching, porpoising.

1. PENDAHULUAN

Kapal bersayap atau sering disebut dengan wing in

surface effect craft (WiSE Craft) merupakan salah satu wahana transportasi yang sedang di kembangkan oleh negara – negara maritime di dunia karena memiliki karakteristik yang unik dan menguntungkan dari segi kecepatan dan efisiensi bahan bakarnya.

Sebagai wahana dengan kecepatan tinggi yang beroperasi di wilayah perairan, kapal bersayap

dikategorikan sebagai kapal cepat (high speed

craft). Dalam desainnya kapal ini memiliki bentuk

lambung (fuselage) bentuk planing lambung tunggal

(planing monohull), bentuk lambung seperti ini diaplikasikan karena memiliki kelebihan yaitu dapat

menimbulkan gaya angkat (planning lift) yang cukup

besar dengan gaya hambat relative kecil, gaya hambat akan semakin berkurang pada kecepatan tertentu dengan penerapan desain step hull di sekitar titik berat kapal.

Kapal cepat monohull memiliki karakteristik yang

berbeda dibanding dengan kapal – kapal

displasemen maupun multihull. Secara umum kapal

– kapal cepat lambung tunggal ketika beroperasi pada kecepatan tinggi (Fn > 1) memiliki permasalahan yang sangat penting untuk diperhatikan, meski beroperasi di air tenang (jika tak ada gaya eksitasi akibat gelombang), permasalahan tersebut berupa kondisi ketakstabilan kapal secara

melintang (transverse instability) dan ketakstabilan

secara memanjang (longitudinal instability).

Transverse instability dapat menyebabkan kapal oleng secara tiba – tiba dengan sudut oleng yang

cukup besar (sudden large heel), kehilangan control

arah gerakan (loss of course-keeping ability), dan

kondisi “chine walking” di mana kapal meluncur

pada salah satu sisi “chine”nya. Longitudinal

instability dapat menyebabkan fenomena

“porpoising” yaitu gerakan anggukan periode pendek karena kopling gerakan heave dan pitch kapal, akibat lainnya adalah tenggelamnya daerah

buritan (bow drop).

Dalam tulisan ini pembahasan masalah

difokuskan pada ketakstabilan memanjang

khususnya gejala porpoising saat kapal berada

pada regim planing sebelum tinggal permukaan

(take off).

Kajian mengenai hal ini dianggap perlu karena

kapal bersayap akan terbang dengan surface effect

sebagai sarana transportasi cepat yang mengangkut manusia sehingga membutuhkan keamanan dan kenyamanan dalam perjalanannya.

2. BAHAN DAN METODE

Dalam perkembangannya, desain kapal bersayap yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menerapkan desain

lambung kapal planing dengan step tinggi dan sudut

β (deadrise) kecil pada fuselage-nya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi lambung,

(2)

mengurangi gaya hambat total (total resistance - Rt) kapal dan memberikan kemudahan dalam desain konstruksi bawah kapal.

Sesuai dengan operasionalnya, kapal bersayap dikategorikan sebagai kapal cepat, dengan definisi antara lain; memiliki kecepatan operasi maksimum lebih dari 30 knots, atau mode operasi dengan

Froude Number (Fn) lebih dari 1 (Faltinsen, 1990).

Secara umum gambar rencana garis (lines plan)

kapal bersayap Wing in Surface Effect (WiSE) craft

BPPT untuk tipe 10-20 penumpang adalah seperti pada gambar berikut.

15° st 13st 15 step st 17 b 4 AP st 0 wl 10 st 1 st 2 wl 1 2 wl 11 wl 1 3 AP st 0 st 1 st 2 9 2 0 1 5 78 43 6 01326 10 cm 5 478910 cm st 5 st 4 st 3 wl 1 5 wl 1 4 wl 1 6 st 6 st 7 wl 1 8 wl 17 wl 19 wl 22 st 8 st 9 wl 2 0 wl 2 1 st 10 st 11 wl 2 3 wl 24 st 5 st 4 st 3 st 6 st 7 CL b 9 st 8 st 9 b 1 0 st 10 st 11Step b 2 b 6 b 7 b 8 b 5b 4b 3b 1b 1b 2b 3 st 7 st 3 st 5 st 1 st 22 st 2 st 4 st 6 st 8 st 9st 10 st 12 st 14st 16 st 21 Dist.st Dist.bt Dist.wl b6 LOA H DWL LPP wl 4 st 14 st 13 st 12 wl 2 5 wl 1 wl 2 6 wl 2 st 15 st 16 wl 3 wl 2 7 wl 7 st 17 st 18 wl 5wl 6 st 19 st 20 FP wl 8 wl 9 wl 10 st 16 wl 0 st 14 st 12 st 13 b 8 b 6 b 5b 7b 9b 1 0 st 15 wl 19 wl 14 wl 13 wl 18 wl 16 wl 15 wl 17 wl 12 wl 11 wl 10 wl 9 wl 8 wl 7 wl 6 wl 5 wl 4 wl 3 wl 2 wl 1 16° 3 11 DWL wl 26 wl 25 wl 24 wl 27 wl 28 wl 23 wl 21 wl 20 wl 22 st 11 st 20 st 19 st 18 st 17 st 18 st 19 FP st 20 b8 b9 b7 B b 8 st 22 st 21 b 10 b 9 wl 11 wl 12 b 2 b 1 b 3 b 7 b 6 b 5 b 4 b 2 b 1 CL b 6 b 5 b 4 b 3 b 10 b 9 b 8 b 7 wl 27 wl 24 wl 25 wl 26 wl 28 wl 22 wl 19 wl 20 wl 21 wl 17 wl 15 wl 16 wl 18 wl 23 wl 12 wl 10 wl 11 Base Line wl 13 wl 14 b4b2 st 21 wl 5 wl 4 st 22 wl 3 wl 1 wl 2 wl 9 wl 7 wl 6 wl 8 b3 b5 b1 DWL 1692.4 = MM 84.6 14.3 14.3 271.4 395.1 81.4 = = = = = = MM MM MM MM MM MM 1897.4 MAIN DIMENSION = MM

Gambar 1. Rencana Garis WiSE Planing Hull Craft

Masih dalam tahap pengembangan desain, telah dilakukan beberapa kali pengujian kapal bersayap

WiSE craft model dengan remote control tipe ini di

perairan dengan gelombang yang cukup kecil (calm

water), dan tekanan angin yang juga relatif kecil (moderat). Dari pengamatan secara visual diperoleh hasil bahwa selama masa pra-tinggal permukaan, pada mode kecepatan tertentu pergerakan memanjang dari model memperlihatkan gerakan

anggukan dengan periode pendek (porpoising).

Hal ini sejalan dengan data visual yang didapatkan dari hasil pengujian model dengan skala lebih kecil pada saat pengujian gaya hambat

(resistance test) yang dilakukan di kolam pengujian hidrodinamika BPPH-BPPT, Surabaya.

Porpoising sebagai akibat instabilitas dinamik merupakan permasalahan yang sering muncul dalam desain kapal – kapal cepat dengan lambung tunggal.

Gambar 2. Pengujian Tinggal Permukaan RC model WiSE craft

Gambar 3. Pengujian Captive Test model WiSE

Craft

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam teori dinamika kapal terbagi menjadi 2 komponen tinjauan dinamika yaitu : tinjauan

kemampuan olah gerak (maneouver) kapal di

perairan tenang, dan kemampuan gerak respon

kapal (seakeeping) di perairan tenang dan

bergelombang.

Pada tinjauan gerak kapal, kapal dianggap sebagai suatu massa tunggal yang memiliki 6 derajat kebebasan (dof) yang pusat sumbu kordinat gerakan berada pada titik beratnya.

Gerakan kapal terbagi menjadi 2, pertama, gerakan secara translasional yakni gerakan naik

turun (heave); gerakan maju mundur (surge) dan

gerakan menyamping (sway); kedua, gerakan

rotational adalah gerakan mengangguk (pitch);

gerakan olengan (roll); dan gerakan putar kiri-kanan

(yaw).

______________________________________________________________________________________

(3)

Untuk menganalisa gerakan kapal, sebagai gerakan respon dari adanya gangguan gaya luar (gaya eksitasi) atau gelombang, gerakan kapal dapat diidentikkan dengan sistem gaya yang bekerja pada

pegas (forced damped – spring - mass system),

sedangkan persamaan matematika dapat dituliskan sebagai berikut, (Salvensen et al, 1970; Faltinsen, 1990)

[

]

6 1

cos

ik ik ik ik k

M

A

η

B

η

C

η

F

ω

t

=

+

+

+

=

&&

&

(1) untuk i=1,...,6

Di mana Mik adalah koefisien massa (rigid body), Aik

adalah koefisien added mass, Bik adalah koefisien

redaman (damping), dan Cik adalah koefisien gaya

pengembali (restoring force), F adalah gaya eksitasi.

Notasi η menunjukkan gerakan kapal.

Pada kasus kopling gerakan heave dan pitch,

persamaan gerakan kapal adalah :

33 35 3 33 35 3 33 35 3 3 53 55 5 53 55 5 53 55 5 5

I

I

B

B

C

C

F

I

I

B

B

C

C

η

η

η

η

η

η

⎤⎡ ⎤ ⎡

⎤⎡ ⎤ ⎡

⎤⎡ ⎤ ⎡ ⎤

+

+

⎥⎢ ⎥ ⎢

⎥⎢ ⎥ ⎢

⎥⎢ ⎥ ⎢ ⎥

⎦⎣ ⎦ ⎣

⎦⎣ ⎦ ⎣

⎦⎣ ⎦ ⎣ ⎦

&&

&

&&

&

=

F

(2)

Di mana komponen I adalah koefisien inersia

massa termasuk added mass, subskrip 3 dan 5

menunjukkan arah gerakan, 3 adalah gerakan

heave, dan 5 gerakan pitch.

Beberapa koefisien tidak selalu bernilai konstan pada gerakan kapal cepat, relatif tergantung pada

gerakan heave dan pitch (Ikeda, 2000).

3.1. Instabilitas Dinamik a. Porpoising

Porpoising didefinisikan sebagai ketakstabilan

dinamik karena kopling gerakan heave dan pitch

dari kapal, porpoising tergantung pada besarnya Fn

dan sudut trim, dengan deadrise lambung tertentu.

Permasalahan porpoising selalu muncul dalam

desain lambung kapal cepat, atau water-based

aircraft. Perring dan Glauert dari Inggris pernah mengembangkan teori porpoising untuk mengatasi

permasalahan dalam desain seaplane, namun

belum bisa memberikan solusi yang signifikan, karena membutuhkan data – data yang berasal dari pengujian hidrodinamika. pada tahun 1942, Sottorf, dari Jerman, menghubungkan studi yang dilakukan dengan model secara sistematik pada batasan stabilitas dari tiap – tiap model yang didesain

sebagai pontoon dari untuk seaplane. Eksperimen

Sottorf menunjukkan bahwa batasan terjadinya porpoising dapat diprediksi dalam hubungannya

dengan parameter Cv, CL, dan τ.

Di Amerika, Davidson, dan Locke, Benson, Parkinson juga mendapatkan hasil dari eksperimen yang mereka lakukan terhadap model water-based aircraft sejalan dengan eksperimen Sottorf, bahwa gejala porpoising dapat diprediksi dan berhubungan

erat dengan koefisien Cv dan CL, serta sudut trim.

Kriteria porpoising menurut Savitsky (Savitsky, 1965), seusai dengan hasil eksperimen di Davidson Laboratory-USA, yang dilakukan pada model kapal cepat antara lain;

ƒ Parameter yang berpengaruh adalah sudut trim

(τ), deadrise (β), dan koefisien gaya angkat

hidrodinamik (CLβ). Kombinasi antara τ dan CLβ

berhubungan dengan besarnya Fn.

ƒ Pengurangan sudut trim kapal sangat berpengaruh untuk menghindari porpoising atau dapat menstabilkan kapal jika porpoising terjadi. Hal seperti ini dapat dilakukan dengan

menggunakan pengatur trim (trim-tabs) atau

dengan menggeser titik berat kapal (LCG) kedepan. Pada kasus kapal bersayap tindakan tersebut tidak bisa dilakukan saat operasional karena bisa mengganggu prestasi terbang dari

kapal pada saat kondisi cruising (cenderung

menambah momen pitch jika LCG terlalu jauh

(4)

b. Porpoising Dinamik

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa persamaan kopling gerakan heave dan pitch seperti pada persamaan (2). Jika kondisi system adalah linear, homogen, maka pada persamaan (2) harga

F3 = F5 = 0. dan solusi umum persamaan tersebut

adalah, (Faltinsen, 1990)

.

st

,

3, 5

j ja

e

j

η

=

η

=

,

dengan s

i

(3)

α ω

= +

instabilitas terjadi jika harga α > 0, dalam hal ini

untuk permukaan planing (planing surface) α=τ.

Dalam penentuan koefisien gaya pengembali (restoring force coefficients) kapal planing hull berbeda dengan kapal konvensional, penentuan restoring forces tidak hanya memperhitungkan gaya tekanan hidrostatik namun juga komponen gaya tekan hidrodinamik.

Gambar 6. Perbandingan planing lift dan buoyancy lift terhadap Fn

Pada mode planing (Fn > 1) komponen gaya tekan hidrodinamik sangat dominan sementara komponen gaya tekan hidrostatik berkurang secara signifikan. Seperti diperlihatkan pada grafik Gambar 6 di atas yang merupakan hasil uji model hidrodinamik.

c. Komponen Persamaan Gerak

Gaya pengembali (restoring force) merupakan

salah satu parameter penting dalam teori gerakan kapal, di samping dengan experiment model

(captive test) di laboratorium, skema pengujian

captive test pada gambar berikut. Captive test

dilakukan untuk mendapatkan data tahanan kapal, gaya angkat hidrodinamik, dan momen trim.

To tal lift P laning lift B uo yancy lift 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 0.4 0.8 1.2 1.6 L ift fo rc e [N ]

Gambar 7. Skema captive test (Katayama, 2000)

Kalkulasi dapat dilakukan secara analitik

numerik dengan strip teori, dan analitik empirical dengan formula dari Savitsky (Faltinsen, 1990).

Tambahan massa (added mass) dan gaya

redaman (damping) dapat diperoleh dari hasil

pengujian gerakan dengan gaya luar/forced motion

test (Ikeda, Katayama, 1997), dan juga dengan

analitik numerik (strip teori). Forced motion test

dilakukan dengan skema pengujian seperti gambar berikut.

Fn

Lift Total

Lift Hidrostatik Lift Hidrodinamik

______________________________________________________________________________________

(5)

Gambar 8.Skema forced motion test (Katayama,2000).

3.2. Diskusi Dan Analisa

Hasil pengujian captive test dan forced motion test

yang dilakukan oleh Ikeda (1997) memberikan hasil yang sejalan dengan hasil kalkulasi (non linear), contoh hasil pengujian pada gambar berikut.

Gambar 9. Perbandingan hasil eksperimen dan perhitungan pada gerakan heave dan pitch

tabilan 2, dan hasil Dari hasil pengujian yang telah dilakukan oleh Ikeda (1997), menunjukkan bahwa ketak

memanjang terjadi p

s ada daerah Fn > 1~

tersebut menunjukan trend yang sama antara hasil eksperimen dan perhitungan dengan persamaan

gerak kopling heave dan pitch.

Selain dengan eksperimen, untuk mengkalkulasi dan prediksi stabilitas kapal berdasarkan gerakan

heave dan pitch, penyelesaian terhadap persamaan

gerak kopling gerakan heave dan pitch dilakukan

sesuai dengan solusi umum dari persamaan gerak (2) yang telah disebutkan di atas, persamaan gerak

kopling heave dan pitch dapat dituliskan sebagai

berikut,

(

)

2

s

M

A

sB

C

η

33 33 33

3 2 35 35 35 5

0

a a

s A

sB

C

η

+

+

+

+

+

+

=

(

)

2 53 53 53 3 2 55 55 55 55 5

0

a a

s A

sB

C

s

I

A

sB

C

η

η

+

+

+

+

+

+

=

untuk solusi (η3a η5a), determinan dari koefisien

harus nol, sehingga didapatkan persamaan olinomial dalam s (orde 4).

p

4 3 2

'

'

'

'

'

0

A s

+

B s

+

C s

+

D s

+

E

=

di mana koefisien dari polinomial didapatkan dari determinan pada sistem persamaan aljabar dalam

η ) diatas.

tif seperti diberikan oleh kriteria

(η3a 5a

Sistem pada kondisi stabil jika akar – akar riil dari persamaan tersebut bernilai negatif. Kondisi untuk bagian riil nega

Routh-Hurwitz (Faltinsen, 1990) berikut,

2 2

'

'

'

'

'

'

0

'

B C D

A D

B E

A

>

Pada persamaan tersebut terlihat bahwa

porpoising merupakan efek dari variasi parameter tabilitas suatu kapal. Demikian juga efek dari posisi

t a

'

'

'

0,

0,

0,

'

'

'

B

D

E

A

>

A

>

A

>

s

titik bera kapal. Untuk itu par meter terhadap

timbulnya porpoising dapat di tentukan atau dapat dikontrol.

(6)

4. KESIMPULAN

Pada desain kapal bersayap yang merupakan salah pat, masalah ketakstabilan inamik memanjang sangat penting untuk

anjang adalah sudut trim (τ), deadrise (β), dan

ko

cepatan kapal.

g tel

hattacharyya, R., “Dynamics of Marine Vehicles”,

s, New York, USA, 1972.

don, England, 1982.

Falt

erformance of Planing Vessels in Calm Water”, CESOS, NTNU, Norway, 1990. Iked

and Heave Damping”, Journal of Kansai Society

Iked

High-Speed Marine Craft”, Journal of Royal Society of London,Series A, Vol. 358

atayama,T. & Ikeda,Y. “A Study on Coupled Pitch

and Heave Porpoising Instability of Planing Craft (1st Report)”, Journal of Kansai Society of

Kat

Craft (2nd Report)”, Journal of Kansai Society

Kat

Craft (3rd Report)”, Journal of Kansai Society of Lew

Lew

, Jersey City, 1989.

1-95.

n Smooth and Rough Water”, Marine Technology,

Sot

keeping and Manoevring Models For Surface Vessels”, Technical Report, K

satu tipe kapal ce d

Naval Architect, No.226, Japan, 1996, 127-134.

ayama,T. & Ikeda,Y. “A Study on Coupled Pitch

and Heave Porpoising Instability of Planing

dipertimbangkan, terutama terhadap parameter – parameter yang bisa mempengaruhi ketakstabilan ini.

Koefisien lambung kapal cepat yang berpengaruh terhadap ketakstabilan dinamik

mem of Naval Architect, No.227, Japan, 1997, 71-78.

ayama,T. & Ikeda,Y. “A Study on Coupled Pitch

and Heave Porpoising Instability of Planing

efisien gaya angkat hidrodinamik (CLβ).

Porpoising terjadi pada Fn > 1, dan akan berpengaruh pada tahanan total kapal, yaitu cenderung menambah tahanan.

Naval Architect, No.228, Japan, 1997, 149-156.

andowski, E.M., “The Dynamics of Marine

Craft”, World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd., Singapore, 2004.

Untuk menghindari atau mengurangi efek porpoising secara umum yaitu pengaturan posisi titik berat (LCG) kapal dan pada ke

Eksperimen pada model perlu dilakukan untuk mendapatkan komponen persamaan gerak kapal

sebagai validasi terhadap hasil perhitungan yan is, E., V., “Principles of Naval Architecture”,

Volume III, SNAME ah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA Savitsky, D. “Hydrodynamic Design of Planing

Hulls”, Marine Technology, 1, 1, 1964, 7 B

Savitsky, D., and Brown, P. Ward “Procedures for

Hydrodynamic Evaluation of Planing Hulls i

John Wiley & Son

Clayton, B.R., and Bishop, R.E.D., “Mechanics of

Marine Vehicles”, E. & F. N. Spon Ltd, Lon 13, 4, 1976, 381-400.

torf, W., “Experiments with planning surfaces”,

NACA TM 661, 1932.

insen, O.M., and Sun, H., “The Influence of

Gravity on the P

Sottorf, W., “Experiments with planning surfaces”,

NACA TM 739, 1934.

a,Y., Katayama,T. & Tajima,S. “A Prediction

Method of Vertical Lift Component of the Roll Perez, T., Fossen, T., and Sorensen, A., “A Disscussion About Sea

of Naval Architects, No.229, Japan, 1998, 105-110.

a,Y & Katayama,T. “Porpoising Oscillations of

Very-CESOS, Norwegian University od Science and Technolody NTNU, Norway, 2004.

No.1771, pp.1905-1915, London, 2000.

______________________________________________________________________________________

Gambar

Gambar 2. Pengujian Tinggal Permukaan RC model  WiSE craft
Gambar 6. Perbandingan planing lift dan buoyancy  lift terhadap Fn
Gambar 9. Perbandingan hasil eksperimen dan  perhitungan pada gerakan heave dan pitch

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata kandungan air relatif daun masing-masing genotip 1 - 4 minggu setelah pemberian air dihentikan Dari pola kemampuan tanaman untuk mempertahankan kandungan

BPR Tugu Artha Malang menunjukkan bahwa ingin menjalin hubungan yang baik dengan nasabah debiturnya secara terus-menerus, maka mereka akan tertarik untuk melakukan

Berdasarkan perhitungan dengan metode Therbogh’smodel diatas biaya total mesin lama pada periode ke 8 sampai pada periode ke12 lebih besar dari nilai uniform annual equivalent

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan Skripsi dengan judul “Studi Literatur tentang Aktivitas

dengan perkembangan dunia publikasi, advertising dan visual, desain grafis menjadi salah satu bidang bisnis yang mampu menciptakan wirausaha-wirausahawan sukses terbanyak di

Skripsi ini berisi tentang perbandingan citra perempuan kepala keluarga yang digambarkan oleh Zinaida dalam novel Первая Любовь karya pengarang laki-laki Rusia

Pada tahap pengujian pertama, tujuh mahasiswa dilibatkan dalam pre-test dan post-test. Mahasiswa yang dilibatkan sebagai responden adalah mahasiswa yang sudah pernah

memfasilitasi proses keluarnya komponen - komponen aktif dari dinding sel yang sudah rusak [12]. Dengan mempelajari penelitian-penelitian sebelumnya, pada penelitian ini