• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengukur Kinerja Bank dengan EVA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mengukur Kinerja Bank dengan EVA"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Mengukur Kinerja Bank dengan EVA

Oleh Djoko Retnadi dan Andreas Hassim | Kamis, 7 November 2013 | 7:04

Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin (tiga dari kiri), berbincang dengan jajaran direksi masing-masing Direktur Micro & Retail Banking Hery Gunardi, Wakil Direktur Utama Riswinandi, Direktur Finance & Strategy Pahala N. Mansury, Direktur Commercial and Business Banking Sunarso, serta Direktur Technology and Operations Kresno Sediarsi usai paparan publik kinerja triwulan III-2013 di Jakarta, Rabu (30/10). Aset Bank mandiri mencapai Rp 700,1 triliun hingga September 2013 yang didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit menjadi Rp 450,8 triliun. Pertumbuhan itu juga mampu memacu laba bersih Bank Mandiri yang mencapai Rp 12,8 triliun, naik 15,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Foto: Investor Daily/DAVID GITA ROZA

Sampai saat ini, indikator laba bersih masih menjadi faktor penting untuk mengukur kinerja sebuah bank. Hingga akhir triwulan ketiga 2013, lima bank terbesar nasional telah mengumumkan rapor biru laba bersih mereka.

Bank Mandiri mampu membukukan laba sebesar Rp 12,8 triliun, BRI 15,5 triliun, BCA Rp 10,4 triliun, BNI Rp 6,5 triliun, dan CIMB Niaga sebesar Rp 3,2 triliun. Selain laba bersih, rasio return on equity (ROE) dan return on asset (ROA) yang menggunakan angka laba bersih sebagai pembilang, juga sering digunakan untuk mengukur dan membandingkan kemampuan mencetak laba sebuah perusahaan.

Namun, jika kita telaah lebih dalam, indikator laba bersih tersebut baru memperhitungkan biaya dana (cost of funds/cost of debt) yang diterima oleh para kreditornya, dan belum memasukkan biaya yang semestinya juga menjadi beban perusahaan, yaitu biaya modal. Biaya modal ini menjadi indikator bagi para pemegang saham untuk menilai apakah investasi sahamnya di perusahaan tersebut menguntungkan atau tidak.

Indikator EVA

Economic value added (EVA) adalah suatu alat pengukuran efektifitas manajemen dalam mengelola perusahaan pada satu periode waktu tertentu. Nilai EVA berbeda dari angka laba bersih yang dihitung secara akuntansi biasa karena nilai EVA merupakan angka keuntungan setelah dikurangi dengan biaya atas penempatan modal.

Nilai EVA merupakan hasil pengurangan keuntungan operasional bersih sebelum biaya bunga (net operating profit after tax/NOPAT) dengan hasil perkalian antara rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital/WACC) dan total modal usaha. Secara formulasi dapat ditulis: EVA = NOPAT – (WACC x total operating capital).

(2)

Keempat, suku bunga bebas risiko menggunakan BI rate 7,25% dan tingkat risiko pasar menggunakan rasio historis rata-rata ROE perbankan selama lima tahun terakhir sebesar 25.07%. Sedangkan nilai beta yang menunjukkan indeks risiko sistematis karena kondisi pasar didasarkan pada perhitungan Pefindo posisi 24 Oktober 2013.

Pengukuran kinerja dengan EVA dimulai dengan menghitung NOPAT, yaitu keuntungan operasional bank dikurangi pajak, lalu dilanjutkan dengan perhitungan WACC (WACC = [proporsi modal & laba ditahan] x [risk quity] + [proporsiliability/kewajiban lainnya] x [risk liability/kewajiban lainnya] x [1-Tax %]). Dalam perhitungan WACC dilakukan proporsi komponen pembentuk kewajiban/liability. Pada umumnya sisi kewajiban/liability bank terdapat komponen modal disetor, laba ditahan dan berbagai jenis kewajiban seperti dana pihak ketiga, obligasi, dan lain-lain.

Lima Bank Besar

Pada perhitungan kali ini kami menyederhanakan perhitungan dengan hanya mengklasifikasikan

kewajiban/liabilitymenjadi dua kelompok yaitu kelompok modal sendiri (modal disetor & laba ditahan) dan kewajiban/liability lainnya.

Dengan pengklasifikasian ini maka didapatkan nilai proporsi masingmasing kelompok. Selanjutnya dalam perhitungan WACC adalah mencari tingkat biaya (cost of capital) dari kelompok modal disetor & laba ditahan.

Tingkat biaya modal disetor dan laba ditahan ini diasosiasikan dengan risiko penanaman modal sendiri pada bisnis ini yaitu dengan memperhitungan tingkat suku bunga bebas risiko (risk free rate) ditambah dengan perkalian risiko premium (risk premium) industri dengan risiko sistematis (beta) masing-masing bank dalam pasar (risk equity = risk free rate + [risk premium x beta]).

Langkah selanjutnya adalah mencari tingkat biaya kelompok kewajiban/liability lainnya. Dalam hal ini penulis menyederhanakannya dengan membagi total biaya bunga terhadap total kewajiban/liability selain modal disetor dan laba ditahan. Selanjutnya dilakukan perhitungan total operating capital yang dapat diartikan sebagai total modal yang ditanamkan oleh para pemegang saham untuk menjalankan bisnis ini.

Perhitungan akhir EVA menunjukkan bahwa nilai tambah dari Bank Mandiri adalah sebesar Rp 10,2 triliun, BRI sebesar Rp 12,7 triliun, BCA Rp 8,9 triliun, BNI Rp 5,6 triliun, dan CIMB Niaga Rp 2,5 triliun. Angka EVA masing-masing bank tersebut berada di bawah angka laba bersih karena adanya variabel tambahan yang mengurangi laba bersih, yaitu biaya modal (cost of equity).

Hasil perhitungan EVA ini menunjukkan BRI, selain memperoleh laba bersih tertinggi, juga memiliki nilai EVA tertinggi. Artinya, seluruh stakeholders akan memperoleh manfaat positif terbesar ketika mereka menanamkan dananya di BRI, baik berupa utang atau saham.

Di masa mendatang, di mana industri perbankan dituntut untuk semakin memperbesar modalnya (capital intensive) dan mengejar pendapatan berbasis fee (fee based Income), maka peran EVA semakin penting. Artinya, bank dituntut lebih efisien menggunakan modalnya untuk menghemat biaya modal (cost of capital). Selain itu, bank juga dituntut semakin pintar memupuk pendapatan berbasis fee agar biaya dana dan biaya modal tidak terlalu membebani EVA.

Djoko Retnadi

Alumnus Monash University Australia;

(3)

Referensi

Dokumen terkait

2.. Produksi adalah jumlah ikan yang dijual di TPI baik secara lelang maupun tidak lelang pada bulan yang bersangkutan selama triwulan laporan. Nilai Produksi adalah nilai

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra. © Rian

TRANSLITERASI JEUNG AJÉN KAAGAMAAN DINA NASKAH WAWACAN SULUK PANJI. Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Saat ini data yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan survei tahun sebelumnya untuk kegiatan usaha yang sama METODE REVISI DATA. INFORMASI TENTANG

pamadegan, katitén yén sagala rupa pamikiran-pamikiran, laku lampah jeung hasil karya manusa dina kahirupan di lingkungan masarakat kaasup kana kabudayaan. Kabudayaan anu aya di

TRANSLITERASI JEUNG AJÉN KAAGAMAAN DINA NASKAH WAWACAN SULUK PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu..

Untuk memperoleh data dan informasi mengenai perkembangan perusahaan/usaha per triwulanan yang memiliki kegiatan di lapangan usaha Jasa Reparasi Mobil untuk

4.2 Students’ Perceptions toward the Use of Guiding Questions in Critical - Thinking-Based Reading Instruction